Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERAKSARA

LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI TIPE TEAM ASSISTED


INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA
MAN 1 WAY KANAN SEMESTER GENAP 2016/2017

Oleh
Arham Habibi

JURNAL

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERAKSARA
LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA MAN I WAYKANAN SEMESTER
GENAP 2016/2017

OLEH

ARHAM HABIBI
152304500

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca pemahaman teks beraksara
Lampung dan mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran membaca pemahaman teks
beraksara Lampung melalui model pembelajaran koopertaif tipe TAI (Team-Assisted-
Individualization).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X.IIS MAN
1 Way Kanan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Metode tes dan observasi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan siklus-siklus tindakan. Sebelum penelitian memasuki
tahapan siklus, terlebih dahulu diadakan perencanaan yang didasarkan pada data awal yang berupa
permasalahan yang ada. Setelah tindakan perencanaan dilakukan, kemudian dilanjutkan tindakan
siklus I, tindakan siklus II.

Hasil penelitian yang diperoleh setelah implementasi tindakan, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan
antusias dalam mengikuti pembelajaran membaca pemahaman. Siswa menujukkan sikap, minat,
dan semangat yang tinggi. Hal itu ditunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan peningkatan nilai rata-rata tes. Jumlah siswa yang
mencapai KKM pada pratindakan sebesar 20,00%, siklus I sebesar 60,00 %, dan akhir siklus II
sebesar 85,00%, sedangkan nilai rata-rata tes pra tindakan 62,00, siklus I 69,25, dan akhir siklus II
74,50.

Kata kunci : Kemampuan, Membaca, Strategi Team-Assisted-Individualization (TAI), peningkatan


kemampuan membaca pemahaman teks beraksara Lampung
ABSTRACT

IMPROVEMENT OF READING UNDERSTANDING TEXT OF LAMPUNG ABILITY


USING TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) STRATEGY AT THE SECOND
SEMESTER OF THE TEN CLASS OF MAN I WAY KANAN IN 2016/2017

BY

ARHAM HABIBI
152304500

This study aims to describe learning comprehension text reading Lampung and to describe the
improvement of learning result of reading comprehension text of Lampung through model
cooperative learning type TAI (Team-Assisted-Individualization).

This research is a classroom action research conducted on X.IIS MAN 1 Way Kanan Right students.
Data collection in this research is done by test and observation method. This research is carried out
in the stages of action cycles. Before the research entering the stage of the cycle, first held a plan
based on initial data in the form of problem that exist. After the planning action is done, then the
cycle I followed, the second cycle action.

The results obtained after the implementation of the action, is students become more active and
enthusiastic in following learning comprehension reading. In addition, the use of cooperative
learning model type TAI (Team-Assisted-Individualization) can improve the learning process and
ability to read understanding of class X IIS students. This is indicated by the increase in the number
of students who reach the Minimum Exhaustiveness Criteria and increase the average value of the
test. The number of students reaching KKM on Pre action is 20.00%, cycle I is 60,00%, and end of
cycle II is 85,00%, mean value of pre action test is 62,00, cycle I 69,25, and End of cycle II 74.50.

Keywords: Ability, Reading, Team-Assisted-Individualization Strategy (TAI), improved reading


comprehension
PENDAHULUAN berdampak pada peningkatan hasil belajar
peserta didik, (Arikunto (2006.97) Dalam
Dalam mata pelajaran Bahasa Lampung konsep PTK terdiri dari empat tahap, yaitu
terdapat satu kompetensi yang harus dicapai perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
oleh siswa, adalah Kompetensi membaca refleksi.
pemahaman teks beraksara Lampung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X
Membaca pemahaman teks beraksara semester genap tahun pelajaran 2016/2017
Lampung sangat penting untuk diteliti agar MAN 1 Way Kanan, dengan Jumlah siswa
kemampuan siswa dalam memahami isi sebanyak 20 siswa yang terdiri atas 10 siswa
bacaan teks beraksara Lampung menjadi lebih putra dan 10 siswa putri.
baik. Keberadaan membaca pemahaman teks
beraksara Lampung sebagai bagian Teknik Pengumpulan Data terdiri dari
kompetensi mata pelajaran Bahasa Lampung observasi dan tek keterampilan membaca
dipandang sukar oleh para siswa. Banyak aksara lampung. .Observasi, Menurut Nana
siswa merasa malas untuk mempelajari aksara Syaodih Sukmadinata (2010. 220),
Lampung dengan alasan banyak hal, observasi atau pengamatan merupakan suatu
anggapan susah mempelajari aksara Lampung teknik atau cara mengumpulkan data dengan
merupakan alasan yang paling menonjol jalan mengadakan pengamatan terhadap
dalam benak dan pikiran siswa. kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi
atau pengamatan dilakukan selama proses
Adanya kesukaran dalam mempelajari pembelajaran berlangsung. Aspek- aspek
keterampilan membaca pemahaman teks yang diamati bisa mengenai perilaku siswa
beraksara Lampung dapat disebabkan pula selama mengikuti proses pembelajaran, ,
oleh faktor metode dalam pengajaran yang kegiatan siswa, partisipasi siswa dalam
kurang tepat. Oleh karena itu, peneliti pembelajaran, dan sebagainya. Nilai dihitung
memiliki pandangan bahwa metode dalam dengan menggunakan persen dengan
pembelajaran membaca pemahaman teks mengadaptasi dari Ngalim Purwanto
beraksara Lampung harus tepat, sehingga (2006.102) yaitu.
peneliti berkeinginan untuk melakukan
perbaikan terhadap hasil pembelajaran Nilai = Skor yang diperoleh siswa X 5
membaca pemahaman teks beraksara Skor maksimum
Lampung dengan melakukan penelitian
tindakan kelas di MAN 1 Way Kanan. Apabila telah diperoleh nilai, kemudian nilai
tersebut diberi makna ke dalam bentuk
Berdasarkan observasi awal inilah peneliti kualitatif yang dimasukkan dalam rentangan
memfokuskan untuk melakukan penelitian hubungan antara skala angka dengan skala
tindakan kelas pada siswa kelas X.iis di MAN huruf yang mengacu pada pendapat
1 Way Kanan karena penulis merasa prihatin. Suharsimi Arikunto (2007. 245) sebagai
Pemilihan kelas tersebut karena terdapat berikut.
beberapa kekurangan dan permasalahan
dalam pembelajaran bahasa Lampung Teknik Analisis Data. Data tes awal dijadikan
khususnya membaca teks beraksara. tolak ukur kemampuan awal siswa sebelum
mendapatkan perlakuan dalam siklus I.
METODE Kemudian sekenario perbaikan dalam
Rancangan tindakan yang digunakan dalam pelajaran dilakukan dengan memperhatikan
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas instrument-instrumen yang telah dibuat.
(PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran Selanjutnya diberi tes tentang pemahaman
di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru membaca aksara Lampung. Demikian
dan siswa untuk melakukan perbaikan dan selanjutnya hingga hasil yang diinginkan
dapat tecapai.Dalam pelaksanaan penelitian menunjuk seorang siswa yang bernama AS
ini metodeyang digunakan untuk yang memang bersuku Lampung untuk
menganalisis adalah menggunakan metode tampil di depan menyebutkan aksara
kualitatif deskriptif, terdapat dua jenis data Lampung yang berjumlah 20. Guru kemudian
yang dapat dianalisis. memberikan penghargaan untuk menarik
perhatian siswa.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Pada tahap kegiatan inti guru membimbing
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siswa membentuk kelompok sesuai dengan
siklus I dilaksanakan pada Senin, tanggal 13 yang telah direncanakan pada tahap
Februari 2017, di kelas X iis pada pukul perencanaan. Pembentukan kelompok
09.30 s.d. 11.00 WIB atau selama 90 menit. dilakukan secara heterogen. Kemudian guru
Jumlah siswa yang hadir sebanyak 20 menjelaskan kembali aksara lampung beserta
siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran anak hurufnya. Guru memberikan teks
kooperatif model TAI melalui tahapan sebagai kalimat aksara lampung kepada setiap
berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) kelompok Setelah itu guru
Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan memerintahkan kepada setiap kelompok
kelompok, (5) Menentukan nilai individual untuk memahami isi teks. Guru selalu
dan kelompok. Dalam hal ini peneliti memantau perilaku siswa dalam kegiatan
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang diskusi kelompok dan kerjasama dalam
bertindak sebagai pengamat adalah guru mengerjakan tugas. Setiap siswa dalam
olahraga Kelas X iis. Adapun proses belajar kelompok harus dapat memastikan bahwa
mengajar mengacu pda rencana pelajaran teman satu kelompoknya dapat menguasai isi
yang telah dipersiapkan. Pengamatan bacaan.
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
Pada kegiatan penutup mengulas kembali
pelaksanaan dengan pelaksanaan belajar
materi secara singkat dan memberikan
mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar
kesempatan kepada siswa untuk
siswa diberi tes formatif I dengan tujuan
memberikan kesimpulan. Kemudian guru
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
mengadakan evaluasi pembelajaran pada
dalam proses belajar mengajar yang telah
pertemuan tersebut.
dilakukan.

Materi yang diberikan pada siklus I ini Pertemuan kedua (Senin, 20 Februari 2017)
adalah materi pemahaman teks aksara Langkah-langkah pembelajaran yang
Lampung. Kegiatan pelaksanaan dilakukan guru pada siklus I pertemuan
pembelajaran terdiri dari tiga tahapan kedua adalah : Siswa mempersiapkan diri
yakni tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti untuk menerima pelajaran, diawali
dan tahap penutup. dengan apersepsi dari guru. Guru
mengingatkan kepada siswa tentang tugas
Tahap pendahuluan adalah tahap awal pada pertemuan yang lalu. Guru meminta
pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini perwakilan siswa d a r i m a s i n g -masing
guru mengawali pembelajaran dengan k e l o m p o k u n t u k mempresentasikan hasil
memberikan salam kepada siswa. Kemudian pekerjaannya di depan kelas. Guru dan siswa
mengisi daftar kelas, berdoa , memberikan tanggapan terhadap yang
mempersiapkan materi ajar. Setelah itu guru dipresentasikan. Guru memberikan tes pasca
kemudian menyampaikan apersepsi. Anak- tindakan siklus I untuk mengetahui hasil
anak, apakah ada yang belum mengenal belajar siswa yang terdiri dari 20 soal pilihan
aksara Lampung! dengan riuhnya siswa ganda. Siswa dan guru melakukan refleksi
menjawab pertanyaan guru saya,. saya. terhadap proses pembelajaran yang telah
Kelas menjadi gaduh, kemudian guru dilaksanakan. Pelajaran diakhiri dengan
kembali mengkondusifkan kelas dan ucapan salam.
meminta siswa untuk tenang. Guru
Hasil belajar siswa sebelum tindakan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Tingkat Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa
Pada akhir pertemuan siklus I guru
mengadakan evaluasi setelah Rentang
padaNilai Kualitas Jumlah Persentase
pertemuan sebelumnya guru memberikan Siswa
pengumuman. Aspek yang dinilai pada80-100 saat A 2 10,00%
evaluasi siklus I, yaitu meliputi bahasa70-79
dan B 10 50,00%
Lambang, ide pokok atau gagasan utama 60-69 C 7 35,00 %
serta nada dan gaya bahasa. Data yang 50-59 D 0 00,00 %
disajikan juga dibuat sama dengan 0- E 1 05 ,00%
sebelumnya yaitu dengan menyajikan 49 data
siswa konsisten dalam mengikuti Tabel diatas menunjukkan akumulasi skor
pembelajaran aksara Bahasa lampung tingkat kemampuan membaca pemahaman
menggunakan metode koopertif tipe Team siswa siklus I (skor post tes siklus I). Skor
Assisted Individualization (TAI) dari awal tingkat kemampuan membaca sebelum
hingga akhir pelaksanaan siklus yaitu tindakan pada siklus I terbagi menjadi empat
sebanyak 20 siswa. Setelah diadakan kualitas; kualitas sangat baik dengan rentang
evaluasi maka diperoleh skor sebagai nilai 80-100 sebanyak 2 siswa (10, 00%),
berikut: kualitas baik dengan rentang nilai 70-79
sebanyak 10 orang siswa (50, 00%), kualitas
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan cukup dengan rentang nilai 60-69 sebanyak 7
Membaca orang siswa (35, 00%), dan kualitas sangat
Pemahaman Siswa kurang dengan rentang nilai kurang dari 49
sebanyak 1 orang siswa (05,00%). Sedangkan
Data Persen Keteran untuk ketuntasan hasil belajar siswa siklus I
Frekuensi tase gan dapat dilihat dalam table dibawah ini:
45 1 5% Belum Tabel 8. Ketuntasan Belajar Membaca
50 0 0% Tuntas Pemahaman Siswa
55 0 0% Belum Rentang Kriteria Frekuensi Persentase
60 0 0% Tuntas Nilai
65 7 35% Belum
70 8 40 % Tuntas 70-100 Tuntas 12 60,00%
75 2 10 % Belum 69 Tidak Tuntas 8 40,00%
80 0 0% Tuntas 20 100,00%
85 1 0% Belum
95 1 0% Tuntas
Pada tabel diatas menunjukan ketuntasan
20 100% belajar siswa post test siklus I diketahui
untuk siswa yang tuntas belajar sebanyak 12
Tabel distribusi frekuensi diatas orang siswa (60,00%) dan siswa yang
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat belum tuntas belajar 8 orang siswa
nilai 45 ad 1 orang siswa atau 5%, nilai 50 (40,00%). Siswa dikatakan tuntas belajar
tidak ada, nilai 55 tidak ada, nilai 60 tidak apabila mendapat skor 70. Dari Tabel
ada, nilai 65 berjumlah 7 siswa atau 35%, distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa
nilai 70 berjumlah 8 siswa atau 40%, nilai 75 menunjukkan adanya peningkatan dari skor
berjumlah 2 siswa atau 10%, nilai 80 tidak pra tes siklus I, ini menunjukkan bahwa
ada, nilai 85 1 siswa atau 5% dan nilai 95 siswa lebih siap menerima materi pada siklus
berjumlah 1 siswa. Sedangkan tingkat I. Berikut sajian data dalam bentuk grafik:
kemampuan membaca pemahaman siswa
dapat dilihat pada table dibawah ini :
kelompok.Pada pertemuan kedua, proses
pembelajaran terlihat lebih baik. Pada
awal pembelajaran siswa diberikan evaluasi
mengenai hasil belajar mereka. Ternyata
berpengaruh terhadap meningkatnya minat
siswa dan kualitas proses pembelajaran.
Meningkatnya proses pembelajaran juga
terlihat saat siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusi pada
Berdasarkan hasil observasi hasil belajar pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok
ranah afektif pada saat proses pembelajaran mewakilkan satu orang untuk presentasi di
dengan penerapan model pembelajaran depan kelas dan siswa lain diminta untuk
kooperatif tipe team assisted individualization menanggapi agar mereka lebih paham
pada siklus I, menunjukkan bahwa hasil terhadap isi bacaannya.
proses belajar yang dicapai siswa kelas X Iis
adalah sebagai berikut. Pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu
perbaikan terhadap hasil belajar siswa
dengan menggunakan strategi Kegiatan
No Aspek BT MT ST T Membaca Terarah untuk meningkatkan hasil
Pengamatan belajar siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II
1 Tanggung dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
Jawab sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2 Antusiasme yaitu senin 27 Februari 2017 dan senin 6
3 Kedisiplinan Maret 2017. Adapun tahap pelaksanaan pada
4 Perhatian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai
5 Kejujuran berikut.
6 Partisipasi
7 Kerjasama a) Pertemuan pertama (senin, 27 Fenruari
Keterangan : 2017)
BT : Belum Tampak Pembelajaran diawali dengan berdoa
MT: Mulai Tampak bersama. Setelah itu guru memeriksa
ST: Sudah Tampak kehadiran siswa dan kesiapan siswa untuk
T: Terbiasa mengikuti pembelajaran. Sambil
mengondisikan siswa, guru mengatur tempat
Berdasarkan tabel di atas, terdapat duduk siswa untuk mengisi kursi depan yang
peningkatan dari pertemuan pertama hingga kosong. Setelah semua siap, guru
kedua. Pada pertemuan pertama,tanggung menyampaikan tujuan pembelajaran.
jawab dan antusiasme siswa sudah mulai
tampak. Siswa terlihat antusias mengikuti Pada awal kegiatan, guru mengingatkan
proses pembelajaran. Namun, Perhatian dan kembali materi yang telah dipelajari
partisipasi siswa pada penejelasan guru sebelumnya. Siswa dan guru
masih belum tampak. Kondisi itu disebabkan bertanyaBahasa lampungb tentang metode
siswa belum memahami betul materi yang koopertif tipe Team Assisted
disampaikan oleh guru, tetapi sebagian siswa Individualization (TAI). Guru menyuruh
juga sudah memperhatikan apa yang Siswa bergabung ke dalam kelompoknya
dijelaskan oleh guru, hal itu terlihat pada saat masing-masing sesuai dengan siklus I.
guru melakukan apersepsi. Pada saat Kemudian Siswa dalam setiap anggota
diminta untuk membentuk kelompok kelompok bercurah pendapat tentang
diskusi, siswa terlihat antusias sekali. materi bacaan yang diberikan . Guru
Akan tetapi, masih banyak siswa yang membimbing siswa dalam tahap persiapan,
berbincang-bincang sendiri dan guru meminta siswa
mementingkan kepentingan pribadi daripada
Pembelajaran saat itu difokuskan untuk Sedangkan tingkat kemampuan membaca
memahami isi bacaan dan mencari pemahaman siswa dapat dilihat pada table
makna kosakata baru yang dikerjakan dibawah ini.
secara berkelompok. Selama mengerjakan
tugas siswa sudah mulai berkonsentrasi Tabel 10. Tingkat Kemampuan Membaca
dan saling bekerjasama dalam Pemahaman Siswa
menyelesaikan tugasnya. Guru tidak
Rentang Kualitas Jumlah Persentase
terlalu banyak memberikan pengarahan Nilai Siswa
kepada siswa karena sudah cukup paham
80-100 A 5 25,00%
dengan apa yang dilakukan. Pada siklus II
pertemuan kedua 70-79
langkah-langkahnya B 12 60,00%
Guru memilih secara acak perwakilan dari 60-69 C 2 10,00 %
masing-masing kelompok 50-59
untuk D 1 05,00 %
mempresentasikan hasil diskusinya di depan 0- E 0 00 ,00%
kelas. Guru dan siswa memberikan 49
tanggapan terhadap hasil yang pemahaman siswa siklus II . Skor tingkat
dipresentasikan. (Guru memberikan tes yang kemampuan membaca pada siklus II terbagi
bersifat individu kepada siswa yang terdiri menjadi empat kualitas ; kualitas sangat baik
dari 20 soal pilihan ganda. Siswa dengan rentang nilai 80-100 sebanyak 5 siswa
mengumpulkan hasil pekerjaannya. Guru (25,00%),kualitas baik dengan rentang nilai
menyimpulkan hasil pembelajaran pada 70-79 sebanyak 12 orang siswa (60,00%),
siklus II. kualitas cukup dengan rentang nilai 60-69
sebanyak 2 orang siswa (35,00%), dan
Setelah diadakan evaluasi maka kualitas kurang dengan rentang nilai kurang
diperoleh skor sebagai berikut: dari 50-59 sebanyak 1 orang siswa (05,00%).
Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar
Tabel 9. Distribusi Frekuensi
siswa siklus I dapat dilihat dalam table
Kemampuan Membaca
dibawah ini:
Pemahaman Siswa
Data Persentase Keterangan
Frekuensi Tabel 11. Ketuntasan Belajar Membaca
50 1 5% Belum Tuntas Pemahaman Siswa
55 0 0% Belum Tuntas
60 0 0% Belum Tuntas Rentang Kriteria Frekuensi Persentase
65 2 10% Belum Tuntas Nilai
70-100 Tuntas 17 85,00%
70 3 15% Tuntas
69 Tidak 3 15,00%
75 9 45 % Tuntas
20 100,00%
80 3 15 % Tuntas
85 0 0% Tuntas Pada tabel diatas menunjukan ketuntasan
90 1 5% Tuntas belajar siswa post test siklus I diketahui
95 1 5% Tuntas untuk siswa yang tuntas belajar sebanyak 17
orang siswa 85,00%) dan siswa yang belum
20 100% tuntas belajar 3 orang siswa (15,00%).
Siswa dikatakan tuntas belajar apabila
Tabel distribusi frekuensi diatas mendapat skor 70. Dari Tabel distribusi
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat frekuensi ketuntasan belajar siswa
nilai 50 ada 1 siswa atau 5 %, nilai 55 tidak menunjukkan adanya peningkatan dari skor
ada, nilai 60 tidak ada, nilai 65 berjumlah 7 pra tes siklus I, ini menunjukkan bahwa
siswa atau 35%, nilai 70 berjumlah 8 siswa siswa lebih siap menerima materi pada siklus
atau 40%, nilai 75 berjumlah 2 siswa atau I.
10%, nilai 80 tidak ada, nilai 85 1 siswa atau
5% dan nilai 95 berjumlah 1 siswa atau 5%.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil minimal pada setiap indikator. Pada siklus II
belajar siswa setelah tindakan siklus II setiap indikator mengalami peningkatan
(pasca tes siklus II) dan tabel distribusi nilai sehingga dapat disimpulkan bahwa
frekuensi ketuntasan belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
tindakan siklus II diketahui bahwa tindakan tipe team assisted individualization dapat
telah menunjukkan indikator keberhasilan meningkatkan hasil membaca pemahaman
dan peningkatan hasil belajar siklus I dan aksara Lampung.
siklus II.
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan dalam PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
bentuk diagram dibawah ini :
Pembelajaran aksara Lampung yang
dilakukan guru selama ini sudah cukup
baik, hanya saja model pembelajaran yang
digunakan masih kurang bervariasi.
Pembelajaran yang dilakukan belum
menggunakan model ataupun metode
pembelajaran yang membuat siswa banyak
melakukan aktivitas dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
masih berpusat pada guru. Media
pembelajaran aksara Lampung sudah ada,
Berdasarkan hasil observasi hasil belajar pada namun masih kurang memadai. Pada saat
saat proses pembelajaran dengan penerapan kegiatan pembelajaran siswa hanya duduk
model pembelajaran kooperatif tipe team dan mendengarkan guru, kadang- kadang
assisted individualization pada siklus II, guru memberikan soal-soal dan pertanyaan
menunjukkan bahwa hasil proses belajar yang kepada siswa. Berdasarkan pengamatan
dicapai siswa kelas X Iis adalah sebagai yang dilakukan ketika penelitian, siswa
berikut: terlihat tidak hafal aksara Lampung . Siswa
tampak kurang tertarik pada pembelajaran
aksara Lampung dan cenderung
No Aspek BT MT ST T
menganggap sulit materi aksara Lampung.
Pengamatan
Siswa mudah lupa materi yang belum lama
1 Tanggung
Jawab disampaikan karena jarang dilakukan
2 Antusiasme peninjauan ulang. Akibatnya, siswa kelas
3 Kedisiplinan X iis yang seharusnya sudah dapat
4 Perhatian membaca kalimat beraksara Lampung ,
5 Kejujuran masih terbata- bata membacanya.
6 Partisipasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
7 Kerjasama kondisi awal atau pratindakan, dari 20
Keterangan: siswa, nilai pretest siswa yang masuk
BT: Belum Tampak kategori terampil dan sangat terampil
MT: Mulai Tampak membaca aksara Lampung hanya ada 4
ST: Sudah Tampak siswa. Nilai rata-rata siswa juga hanya
T: Terbiasa 62,00 % atau belum memehuhi KKM yang
digunakan di MAN 1 Waykanan yaitu siswa
Berdasarkan data di atas, Berdasarkan data di dikatakan terampil apabila memperoleh nilai
atas, hasil Proses belajar siswa setelah adanya membaca pemahaman teks beraksara
tindakan atau dengan penerapan Model Lampung 70.
pembelajar kooperatif tipe team assisted
individualization telah mencapai kriteria
Melihat hal tersebut, penelit berusaha bersama dan berdiskusi dengan pasangan
untuk meningkatkan keterampilan mbaca untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini
aksara Lampung siswa kelas X Iis MAN I karena masing-masing kelompok akan maju
Waykanan dengan menggunakan metode secara bergiliran untuk menjawab
pembelajaran kooperatf model TAI. Pada pertanyaan membaca kalimat berkasara
siklus I terjadi peningkatan jumlah siswa lampung. Siswa yang mampu menjawab
yang masuk kategori terampil dan sangat harus tunjuk jari dan bila ditunjuk maka
terampil membaca pemahaman teks berhak menjawab. Secara bersama-sama
beraksara Lampung atau sudah memenuhi siswa dan guru akan mengklarifikasi jawaban
KKM, yaitu 4 siswa dari 17 siswa pada siswa tersebut dan menyimpulkan apabila
pratindakan bertambah menjadi 12 siswa jawa sudah benar. Dengan bekerja sama
pada siklus I. Apabila dipersentase siswa akan membuat siswa semakin berani dan
yang terampil dan sangat terampil pada percaya diri untuk mengungkapkan
pratindakan sebesar 10,00%, naik menjadi gagasannya, menjawab pertanyaan, dan
20,00% pada siklus I. Nilai rerata siswa juga memberikan pertanyaan pada teman.
mengalami kenaikan dari 62,00 pada
pratindakan menjadi 69,25pada siklus I. Dengan melakukan banyak aktivitas,
dilakukan berulang-ulang, siswa akan lebih
Meningkatnya keterampilan membaca ingat yang dilakukannya dan paham yang
pemahaman teks beraksara Lampung siswa dipelajarinya. Begitu pula dengan
pada siklus I disebabkan karena metode pembelajaran membaca aksara Lampung,
pembelajaran kooperatf model TAI yang dengan melakukan aktivitas, , berdiskusi
diterapkan guru pada pembelajaran aksara dengan pasangan/teman untuk membaca
Lampung tersebut dapat mendorong siswa kalimat beraksara Lampung, akan membuat
untuk belajar secara aktif dan siswa menjadi terampil membaca aksara
menyenangkan. Metode pembelajaran Lampung . Hal tersebut sesuai dengan yang
kooperatf model TAI merupakan suatu cara diungkapkan Confusius bahwa apa yang saya
yang menyenangkan lagi aktif untuk dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya
meninjau ulang materi pembelajaran, dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
membolehkan peserta didik untuk (Mell Silberman, 2009: 229).
berpasangan dengan kelompoknya. Dengan
meninjau ulang materi siswa juga dapat Kendala yang muncul pada siklus I diperbaiki
mengingatnya lebih lama. Hal ini sesuai pada siklus II. Guru memberikan kesempatan
dengan apa yang diungkapkan Mell lebih dulu kepada siswa yang jarang
Silberman (2009: 239) bahwa salah berbicara. Untuk mengatasi dominasi siswa
satu cara paling meyakinkan untuk tertentu setelah dilakukan perbaikan
menjadikan belajar tepat adalah tindakan pada siklus II, sebagian besar nilai
menyertakan waktu untuk meninjau apa keterampilan membaca pemahaman teks
yang telah dipelajari karena materi yang beraksara Lampung siswa mengalami
ditinjau ulang cenderung disimpan lima kali kenaikan. Siswa dengan kategori terampil
lebih kuat daripada yang tidak ditinjau ulang. hingga sangat terampil pada siklus I adalah
12 siswa (dari 20 siswa), naik menjadi 17
Metode pembelajaran kooperatf model TAI siswa pada siklus II Atau, 60,00% pada siklus
ini mengajak siswa untuk belajar secara aktif, I naik menjadi 85,00% pada siklus II. Begitu
memiliki jiwa kemandirian dan tanggung pun dengan nilai reratanya, yaitu 69,25
jawab, sekaligus semangat bekerja sama pada siklus I naik menjadi 74,50 pada siklus
dalam mempelajari suatu materi atau II. Keaktifan siswa juga mengalami
konsep. Siswa akan didorong untuk bekerja peningkatan. Semua siswa yang hadir telah
sama dalam mengerjakan tugas . Setelah melaksanakan metode pembelajaran
menemukan pasangannya siswa duduk kooperatf model TAI, sudah berani
mengajukan pendapat atau menjawab kurang akan berpengaruh pada kecepatan
pertanyaan meskipun hanya sekali. belajar, dalam hal ini membaca aksara
Sebagaimana diungkapkan Dalyono (2009: bahasa Lampung).
201-202) bahwa salah satu ciri metode
pembelajaran kooperatf model TAI yaitu Meningkatnya membaca aksara Lampung
adanya keberanian siswa mengajukan siswa juga dipengaruhi oleh peran guru.
pendapatnya melalui pertanyaan atau Selama pembelajaran berlangsung guru
pernyataan gagasannya, baik yang ditujukan selalu tampil antusias dan tdak lelah
kepada guru maupun siswa lain. memotvasi siswa untuk belajar aksara
Lampung. Sebagaimana diungkapkan Lamb
Namun begitu setelah siklus II berakhir, dan Arnold (Farida Rahim, 2005: 20) bahwa
terdapat 3 siswa yang mengalami salah satu yang mempengaruhi kemampuan
peningkatan, namun peningkatannya tidak membaca adalah motvasi, yaitu dengan
terlalu signifikan dan belum mencapai memberikan model membaca yang
kategori terampil yaitu IS , S dan HA menyenangkan dan memperlihatkan
dicermat lebih dalam IS memang kurang antusias guru dalam mengajar. Guru juga
antusias dalam belajar sepert siswa lainnya. selalu memberikan dukungan dan penguatan
Menurut informasi guru, dalam (reward) pada siswa sehingga siswa menjadi
kesehariannya di kelas, IS sering ramai lebih berani dan percaya diri dalam
sendiri dan memicu kegaduhan. IS menyampaikan pertanyaan, ide, gagasan dan
termasuk siswa yang memiliki kemampuan menjawab pertanyaan. Guru senantasa
akademik kurang/rendah. IS pernah tinggal menghargai pendapat siswa terlepas benar
di kelas V SD sehingga usianya juga lebih tua dan salah, serta tdak diperkenankan
dibanding teman-temannya. Pada saat membunuh, mengurangi, atau menekan
pembelajaran aksara Lampung pendapat siswa di depan siswa lainnya,
menggunakan metode pembelajaran melainkan harus selalu mendorong siswa
kooperatf model TAI, siswa tersebut juga agar selalu mengajukan pendapatnya secara
sempat tidak enak badan namun tidak mau bebas. Sebagaimana diungkapkan Dalyono
pergi ke UKS dan tetap ikut kelas (2009: 203) bahwa dorongan, motvasi, dan
semampunya. Sehingga dapat dimaklumi penguatan yang diberikan guru tersebut
apabila hasilnya belum mencapai kriteria merupakan prinsip belajar yang
ketuntasan. menunjang tumbuhnya pembelajaran aktf.

Dari sekian banyak siswa, ada yang Dengan menggunakan metode


belum tuntas atau belum masuk ke dalam pembelajaran kooperatf model TAI dalam
kategori terampil, ada siswa yang masuk membaca pemahaman aksara Lampung
kategori terampil dan sangat terampil, dan siswa kelas X Iis MAN I Waykanan meningkat
sebagainya. Dari uraian di atas, kondisi mulai dari pratindakan, siklus I, sampai
tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang dengan siklus II yang dapat dilihat dari tabel
mempengaruhi keterampilan membaca berikut.
sebagaimana diungkapkan Lamb dan
Arnold (Farida Rahim, 2005: 16-30)
yaitu factor fisiologis (siswa sedang sakit
Tabel 12 Ketuntasan Nilai Membaca Aksara
atau tidak enak badan), faktor psikologis
(terkait minat, motivasi, kematangan sosial Lampung
dan penyesuaian diri), faktor lingkungan
(latar belakang siswa dan faktor sosial Tabel di atas menunjukkan perbandingan
ekonomi orang tua), dan faktor intelektual jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
(siswa dengan tingkat intelektual tergolong sebelum diberikan tindakan, siklus I, dan
siklus II. Pada saat awal sebelum diberi dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata
tindakan, dari 20 siswa yang menjadi fokus nilai membaca pemahaman teks beraksara
penelitian, yang mencapai KKM hanya 4 Lampung mulai dari 62,00 pada pratindakan,
siswa. Setelah diberi tindakan pada siklus I menjadi 69,25 pada siklus I, dan naik sampai
siswa yang mencapai KKM menjadi 12 siswa. dengan 74,50 pada siklus II. Selain itu,
Begitu pula pada siklus II, setelah dilakukan persentase siswa yang mencapai KKM atau
perbaikan lagi siswa yang mencapai KKM masuk kategori meningkat (termasuk sangat
terampil) juga mengalami peningkatan yaitu
mengalami peningkatan menjadi 17 siswa.
berawal dari 20,00 % pada pratindakan,
Apabila dipersentase, siswa yang mencapai
menjadi 60,00% pada siklus I, dan naik
KKM pada pratindakan adalah 20,00%, sampai dengan 85,00% pada siklus II.
meningkat menjadi 60,00% pada siklus I,
dan meningkat lagi menjadi 85,00% pada Hasil observasi menunjukkan bahwa
siklus II. Dengan demikian pada siklus II ini partisipasi siswa dalam pembelajaran
nilai membaca pemahaman teks beraksara meningkat, siswa lebih antusias dalam
Lampung siswa sudah mencapai kriteria mengikuti pembelajaran, siswa menjadi
keberhasilan tindakan. Siswa yang mendapat lebih percaya diri dalam menyatakan
nilai 70 (tuntas) ada 17 siswa atau 85,00%. gagasan, menjawab pertanyaan, maupun
Artinya, persentase jumlah siswa yang masuk untuk bertanya, serta merasa senang belajar
kategori meningkat telah memenuhi kriteria menggunakan metode pembelajaran
keberhasilan tindakan yaitu apabila 70% kooperatif model TAI. Peningkatan nilai
siswa mendapat nilai 70 dan oleh karena membaca pemahaman aksara Lampung pada
siklus II dan peningkatan proses pembelajaran
itu penelitian dapat dihentikan pada siklus II.
membaca aksara Lampung tersebut sekaligus
sebagai tanda bahwa penelitian tindakan kelas
KESIMPULAN telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan
yang digunakan yaitu 70% siswa masuk
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kategori terampil dan proses pembelajaran
dipaparkan pada bab IV, dapat disimpulkan meningkat. Oleh sebab itu penelitian dapat
bahwa keterampilan membaca pemahaman dihentikan.
teks beraksara Lampung siswa kelas X Iis
MAN I Way Kanan dapat ditingkatkan
dengan melaksanakan langkah-langkah Saran
pembelajaran metode pembelajaran kooperatif Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan,
model TAI yang merupakan model dan kesimpulan yang ada, maka saran yang
pembelajaran yang terintegrasi dari dapat diberikan peneliti antara lain.
pembelajaran kooperatif learning. Dalam
metode pembelajaran kooperatif model TAI, 1. Bagi Guru
strategi meninjau ulang membuat siswa Guru sebaiknya lebih memperkaya wawasan
menjadi lebih ingat, paham akan materi khususnya dalam menerapkan model
aksara Lampung, serta terampil dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
membacanya. Metode pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung
kooperatif model TAI membuat siswa lebih kepada siswa sehingga pembelajaran
antusias dalam belajar dan mudah memahami menjadi bermakna, dan materi yang
materi aksara Lampung. Teknik belajar yang diberikan dapat diingat siswa lebih lama.
dilakukan secara berkelompok membuat Salah satu model pembelajaran yang
siswa lebih berani dan percaya diri dalam dimaksud yaitu metode pembelajaran
mengungkapkan pendapat, bertanya, maupun kooperatif model TAI. Selain itu guru juga
menjawab pertanyaan dalam suasana yang dapat memadukan strategi-strategi dalam
menyenangkan. metode pembelajaran kooperatif model TAI
tersebut sehingga pembelajaran dapat
Peningkatan keterampilan membaca maksimal.
pemahanan aksara Lampung siswa tersebut
2. Bagi Sekolah
Sekolah dapat menghimbau para guru untuk
mencoba menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model TAI dalam
mata pelajaran lainnya dan di kelas selain
kelas x Iis sebagai variasi agar siswa tidak
merasa kurang pengalaman dalam belajar

3. Bagi Peneliti
Diharapkan kepada peneliti lain dalam
bidang kependidikan agar melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
metode peta pikiran karena dapat merangsang
kreatifitas dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca.
Jakarta : Bumi Aksara.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di
Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mel silberman. 2009. 101 Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogjakarta:
Pustaka Insan Madani.
Nana, Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. (2006). Psikologi
Pendidikan. Bandung : PT. Remaja.
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai