BAB I
LAPORAN KASUS
MEDICAL RECORD
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Y
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Metro
No.MR : 312304
2
B. DATA DASAR
keluhan sesak yang dirasakan sejak dua minggu yang lalu. Sesak
bertambah jika batuk atau bersin disertai nyeri dada yang dirasakan hilang
timbul. Sesak dan nyeri dirasakan semakin memberat. Pasien juga saat ini
mengeluh batuk berdahak dan nyeri kepala. Saat ini pasien mengaku
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, olahraga tidak rutin, dan pola
Keadaan Umum
Vital signs
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala
Bentuk : normocephal
Wajah : simetris
Leher
Thoraks
Jantung
Pulmo :
Inspeksi : Simetris
Perkusi : redup/sonor
Abdomen
Inspeksi : Supel
Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-), lendir (-), nanah (-).
Ekstremitas :
a. Pemeriksaan Penunjang
4. Hematokrit 51,4 41 - 54 %
6
b. Pemeriksaan Radiologis
Hasil pemeriksaan
Kesan :
- Oedem cerebri
Hasil pemeriksaan
lancip
Kesan
DIAGNOSIS
Oedem Cerebri
Pleuritis sicca
TB paru on treatment
9
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Ketorolac 2 x 1 amp
Citicolin 2 x 100 mg
Dexametason 3 x 1 amp
Ranitidin 1 x 1 amp
Paracetamol 3 x 75 mg
Alprazolam 3x 25 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang mengakibatkan rasa nyeri saat menarik napas maupun mengeluarkan napas.
Rasa nyeri dirasakan semakin bertambah saat menarik napas dalam ataupun saat
batuk.
proses radang. Pada yang berlangsung akut pasien mengalami kesakitan saat
bernafas hingga pernafasan menjadi dangkal, cepat, serta bersifat abdominal. Pada
yang berlangsung subakut proses radang biasanya diikuti dengan empiema serta
tidak tampak adanya perubahan pada proses pernafasan karena telah terjadi
kompensasi.
efusi pleura tetapi jika tidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka
dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma, yang tersusun dari
lapisan sel yang embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional. Lapisan
tipis ini mengandung kolagen dan jaringan elastik. Pleura terletak dibagian terluar
dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa
yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan kapiler darah serta serat saraf
kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel terutama, fibroblast dan makrofag, dan
Ada 2 macam pleura yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral
Sedangkan pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari otot dada
dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum, dan struktur servikal. Pleura viseral
diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner,
Diantara pleura viseral dan parietal terdapat sebuah ruang yang disebut
mencegah pemisahan toraks dengan paru. Ruang ini dapat dianalogikan seperti
dua buah kaca objek yang saling melekat jika ada air di antara kedua kaca
tersebut. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi
sulit dipisahkan.
Starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura
Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses
respirasi.
Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam
viseralis. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik
darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein
plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih
viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam keadaan normal
2.3 Klasifikasi
Penyebabnya:
TB paru
Reumatoid artritis
Pneumonia
SLE
Infark paru
Abses paru
Ca bronkus
a. Eksudat
pleura.
14
b. Transudat
hidrotoraks.
Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga
kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun
3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai
2.4 Etiologi
Onset Etiologi
Emboli paru
Pnumotoraks spontan
Trauma
Onset Etiologi
Proses inflamasi
Tuberkulosis
1. Infeksi Virus
2. Infeksi Bakteri
Aureus (MRSA), yaitu jenis bakteri yang telah resiten terhadap antibiotik
bakteri.
3. Tuberkulosis
4. Emboli Paru
7. Kanker
ke pleura.
8. Tumor Pleura
9. Atherosclerosis
11. Trauma
Patah tulang rusuk atau iritasi dari rongga dada yang digunakan untuk
12. Obat-obatan
merek ini tidak lagi tersedia di AS], phenytoin [Dilantin], dan lain-lain).
17
limpa.
14. Pneumotoraks
Udara di dalam rongga pleura, terjadi secara spontan atau dari trauma.
2.5 Patofisiologi
Pleuritis sering mengakibatkan nyeri dada. Dari dua lapisan pleura, hanya
pleura parietal yang dapat merasakan nyeri ketika terjadi peradangan, karena di
persarafi oleh saraf somatik. Pleura visceral tidak mempunyai reseptor nyeri.
somatik dan mengakibatkan nyeri pleuritik. Nyeri dirasakan seperti teriris-iris dan
tajam, yang dapat menjadi semakin berat apabila gejala disertai batuk, bersin, dan
Penyebab utama nyeri pleuritik ini adalah infeksi paru atau infark. Pasien
dengan pneumototaks atau atelektasis berat kadang dapat mengalami nyeri dada
yang diduga akibat tarikan pada pleura parietalis karena adanya perleketan dengan
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
sakitnya, berapa lama, dan pengobatan apa yang telah dilakukan. Dapat juga
organ yang terlibat. Pada pleuritis akibat tuberculosis paru, kelainan yang didapat
tergantung dari luas kelainan struktur paru. Pada permulaan penyakit umumnya
sulit menemukan kelainan. Kelainan pada paru umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2), serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain
suara napas bronchial, amorfik, suara napas melemah, ronkhi basah, tanda-tanda
Permukaan dari pleura parietal dan visceral yang biasanya halus menjadi
kasar karena peradangan. Seperti permukaan yang bergesekan satu sama lain,
suara menggaruk kasar, atau menggosok gesekan, dapat di dengar saat inspirasi
dan ekspirasi. Friction rub adalah gambaran khas dari pleuritis. Hal ini juga dapat
terjadi pada sekitar4 % pasien dengan pneumonia dan4 % pasien dengan emboli
paru.
klinis untuk kondisi tertentu termasuk gesekan pericardial karena perikarditis dan
I. Torakosentesis
penyebab dari pleuritis. Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan dianalisis
didapatkan tinggi protein, rendah gula, tinggi enzim LDH, dan terjadi peningkatan
Cairan juga dapat diuji untuk mengetahui adanya organisme infeksius dan
sel kanker. Pada beberapa kasus, potongan kecil dari pleura mungkin diangkat
untuk studi mikroskopik (dibiopsi) jika ada kecurigaan dari tuberculosis (TB) atau
kanker.
Bentuk
hematokritperipheral: hemotoraks
keruh
Bau
kultur
Kriteria Light Cairan eksudat bila memenuhi satu atau lebih kriteri
berikut:
II. EKG
pneumonia, emboli paru, atau pneumotoraks, maka semua pasien dengan gejala
2. Pemeriksaan USG
4. MRI
23
Foto Toraks
Foto toraks sangat berguna dalam menunjukkan kantong cairan yang muncul
di paru sehingga tenaga medis (dokter) dapat membuat keputusan yang cepat
untuk melakukan drainase terhadap cairan yang mengisi pleura. Foto toraks pada
posisi tegak lurus (PA) dan ketika berbaring pada sisi (Lateral Dicubitus) adalah
alat yang akurat dalam mendiagnosis jumlah yang kecil dari cairan dalam ruang
terkumpul dengan penemuan pada foto toraks. Dibutuhkan 250-300 cc cairan agar
Gambar 3. Pneumothorak
24
TB paru
Gambar 4. TB Paru. Terdapat infiltrat pada lobus atas kanan dengan air space
Pneumonia
Gambar 6. Pneumonia
Perhatikan batas tegas fisura interlobaris antara lobus medius dan lobus
atas.Garis tegas yang memisahkan lobus atas kanan dengan lobus medius kanan
c. Meniscus sign
Gambar 11. Posisi PA pada pasien dengan efusi pleura bilateral. Tampak kedua
USG
kehadiran cairan pleural. Pemeriksaan ini dapat menilai kavitas cairan di dalam
paru dan jaringan paru. Hal ini sangat membantu menentukan lokasi pleuritis dan
membuat rencana untuk mengeluarkan dari jaringan paru. Selain pleura efusi,
banyak abnormalitas lainnya dari pleura viseral dan parietal yang dapat dilihat
USG mampu mendeteksi adanya cairan yang sangat sedikit, 5-50 mL, dari
cairan di pleura dan 100% sangat sensitif untuk efusi.USG dapat digunakan dalam
diantaranya, penebalan pleura lebih dari 1 cm, pleural nodularity dan penebalan
29
diafragma lebih dari7 mm (sensitivitas 42% and specifisitas 95% untuk masing-
masing kriteria).
dari pleura yang berukuran lebih dari 3 mm dengan atau tanpa tepi ireguler.
pleura, peningkatan ekhogesiti, dan septatisasi dari lesi pleura kemungkinn dapat
terlihat seiring berjalan waktu dan plura efusi menjadi solid dan
Gambaran 12. Sonogradi pleura normal dan dinding dada menggunakan skaner
linear 5-10 MHZ, (A) Gambar transverse melewati ruang interkostal. Dinding
dada digambarkan sebagai lapisan multipel ekhogenisitas yang mewakili otot dan
fasia. Pleura viseral dan parietal muncul sebagai garis terang ekhogenik yang
30
glide selama respirasi (gliding sign). Reverberation echo artifacts beneath the
CT-Scan
CT-scan pada pleura efusi dapat digunakan untuk membedakan cairan atau
penebalan pleura, mengevaluasi fisura mayor dan minor, dan menilai efusi ringan
atau berat. Penemuan CT-scan yang dicurigai keganasan biasanya berupa nodul
dan material yang terdapat di sana. CT-scan mungkin dapat lebih akurat dibanding
MRI
memuaskan dan juga mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibanding CT-scan
maupun USG. Ditambah lagi resolusi spasial yang rendah dan artifak yang
pleuritis.
pneumotoraks ketika pasien masuk dengan gejala nyeri pleuritik.Salah satu studi
dengan nyeri dada pleuritik menemukan bahwa 5% dengan emboli paru. Pada
studi lain, proporsinya adalah 21%. Perikarditis dan pneumonia adalah dua
penyebab penting lainnya dari nyeri dada pleuritik yang harus dipertimbangkan
sebelum didiagnosis pleuritis. Selain itu, pajanan asbes juga merupakan salah satu
Asbestosis
Informasi klinis
Perikarditis
Efusi perikardial yang sangat sedikit mungkin dapat terlihat pada foto
polos
Emboli Paru
value (10%)
2.8 Tatalaksana
dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi akibat virus normalnya tidak
diperlukan.
Pada tindakan ini, komplikasi yang dapat terjadi seperti syok, perdarahan,
2.9 Komplikasi
Kesulitan bernapas
Pneumonia
2.10 Prognosis
pleuritis dapat sembuh secara penuh jika penyebab utama diatasi. Kadang kala,
Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi
kiri pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa. Pada
radiografi toraks, jantung terlihat sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari
1. Identitas
sehingga jelas apakah foto yang dibaca memang milik pasien tersebut.
2. Marker
Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R (Right/ kanan) atau
L (Left/ kiri).
Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA, tangan di punggung daerah
4. Densitas cukup
Gambar 17. Gambaran radiografi dengan densitas lunak, densitas cukup dan
densitas keras.
5. Inspirasi cukup
Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan
iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat komplit. Iga sisi anterior terlihat
Gambar 18. Inspirasi cukup jika terlihat komplit iga 6 anterior atau iga 10
posterior.
37
6. Simetris
Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama antara prosesus
spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi asimetris dapat
mengakibatkan gambaran jantung mengalami rotasi dan densitas paru sisi kanan
1. Posisi pemeriksaan
Jantung berada di sisi anterior rongga dada. Pada radiografi toraks dengan
posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA), maka letak
jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke film cukup jauh,
maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak banyak mengalami
dibuat dalam proyeksi antero-posterior (AP), maka jantung letaknya akan menjadi
jauh dari film sehingga bayangan jantung akan mengalami magnifikasi bila
Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang dibuat dengan posisi
telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke belakang (AP). Di sini
bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar dibanding dengan proyeksi PA
dan posisi berdiri. Posisi AP dilakukan pada pasien yang tidak sanggup berdiri
(posisi PA).
38
Gambar 19. Posisi posteroanterior (PA) dan posisi anteroposterior (AP) supine
2. Bentuk tubuh
panjang dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran
pendulum). Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus); letak
jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar disertai
3. Kelainan paru
Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.
Fibrosis atau atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura dan
- Trakea dan brous kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus
sinus kardiofrenikus.
tinggi kedua diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah
diafragma tidak boleh kurang dari 1,5 cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka
- Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan
superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di
sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung
atrial appendage).
- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan
- Lapangan atas paru berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah berada
antara iga 2-4 anterior dan lapangan bawah berada di bawah iga 4 anterior.
41
torakalis.
- Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang
terjatuh.
- Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh.
- Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks
sisi kiri. Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus
pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis C ini dari
Rumus :
- CTR= + 100%
- Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR
maka garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding
toraks kanan.
clavicular line).
42
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini seorang peremouan bernama Ny.N berusia 36 tahun yang datang
dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan sejak dua minggu yang lalu. Nyeri
dirasakan terus-menerus dan semakin memberat. Pasien juga saat ini mengeluh
mual, muntah dan badan terasa lemas. Saat ini pasien mengaku sedang dalam
pengobatan TB. Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini sesuai indikasi
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat dengan GCS
dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax
Didapatkan hasil dari pemeriksaan foto thorak tampak kalsifikasi amorf pada
diatas tersebut, sinistra lancip, kedua diafragma licin, Cor CTR <0,5, sistema
tulang yang tervisualisasi intak dengan kesan pleuritis sicca dekstra dan besar cor
normal.
44
dada, penyakit primer pada paru seperti TB paru, Reumatoid artritis, Pneumonia,
SLE, Infark paru, Abses paru, Ca bronkus. Pada pasien dari anamnesis didapatkan
bahwa pasien sedang dalam pengobatan TB yang merupakan salah satu penyebab
Pleuritis sicca bila memburuk akan terjadi pleuritis exudative, pada foto thorak
BAB IV
KESIMPULAN
Dilaporkan pasien dengan klinis nyeri kepala dan dengan riwayat pengobatan TB.
Pada pemeriksaan foto thorax dikesankan pleuritis sicca dekstra dengan gambaran
DAFTAR PUSTAKA
University Of Indonesia.
2008.
2008.
Lee-Chiong T, Gebhart GF, Matthay RA. Chest pain. In: Mason RJ, Broaddus
VC, Martin TR, et al, eds. Murray and Nadel's Textbook of Respiratory
McCool FD. Diseases of the diaphragm, chest wall, pleura, and mediastinum. In:
Sureka, B., Bhushan, B., Kumar, M., et all. Radiology Review Of Pleural