Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa selalu ingin hidup lebih baik dan lebih baik lagi
setiap harinya, manusia juga berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi
lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga ia dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.
Makhluk hidup yang sesuai dan cocok dengan lingkunganya akan tetap bisa hidup dan
berkembang biak, lain hal-nya dengan makhluk hidup yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkunganya ia akan mati dan tidak akan bisa berkembang biak (musnah), dan ini dinamakan
seleksi alam. Manusia modern terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan juga membentuk
lingkungan hidupnya, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa atau di luar lingkungan hidupnya.
Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa
lingkungan hidupnya hanyalah abstraksi semata. (Otto Soemarwoto:18).

Dari uraian singkat diatas jelaslah bahwa manusia itu sangat tergantung dengan
lingkungan hidupnya, kelangsungan hidupnya tergantung dari sebagaimana bisa ia menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungan hidupnya, dan saat terjadi perubahan yang dahsyat dari lingkungan
hidupnya itu akan mengancam kelangsungan hidupnya juga.

Seiring berjalanya waktu banyak pembangunan pembangunan yang manusia buat


sendiri dan itu secara tidak langsung membuat perubahan juga terhadap lingkungan hidupnya,
manusia sebisa mungkin memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk kelangsungan
hidupnya yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pola pemanfaatan sumberdaya alam harus
memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak dampak yang
timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman
yang cukup dalam menganalisis mengenai dampak tehadap lingkungan.

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk


mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak daerah antara lain pencemaran industri,
pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan
bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan
hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

1. B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL?
2. Bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL itu?

1. C. TUJUAN
1. Mengatahui tentang apa itu analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.
2. Mengetahui tentang bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau
AMDAL.

1. D. MANFAAT

1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu dalam persiapan mengajar terutama dalam mengetahui
tentang apa dan bagaimana AMDAL.
2. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana
AMDAL.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. PENGERTIAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari
kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek
Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun
dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi
oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi
dampak negatif Iebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka
rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang
diputuskan tidak Iayak Iingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.

1. Tujuan AMDAL

Secara umum tujuan AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan Anekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dalam pelaksanaannya yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :

1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.


2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantau lingkungan
hidup.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.
5. Memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif
6. Digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin usaha
dan/atau kegiatan. (http://ml.scribd.com/doc/49530355/Tujuan-AMDAL, diakses tanggal
14 September 2012).
7. Manfaat AMDAL

Apa manfat atau guna AMDAL. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mengikuti
Porsedur AMDAL yang benat. Berikut ini beberapa secara umum manfaat yang bisa diperoleh
dari adanya AMDAL:

1. Sebagai materi/bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.


2. Membantu proses pengambilan keputusan yang benar tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan/program.
3. Memberi masukan guna penyusunan disain secara rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
4. Memberi masukan bagi penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat umum atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
6. AMDAL memberikan alternatif solusi minimalisasi dampaktidak baik (negatif).
7. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan atau
pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

Bagi pemerintah, AMDAL sendiri bermanfaat untuk:

1. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber


daya alam secara lebih luas. Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan
kegiatan lain di sekitarnya.
2. Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perwujudan tanggung jawab
pemerintah dalam pengelolaan.

3 .Peranan AMDAL Dalam Perencanaan Pembangunan

Adanya pembangunan ialah karena adanya kebutuhan untuk menaikan kesejahteraan


rakyat. Pembangunan itu dijabarkan ke dalam program dalam berbagai bidang yang selanjutnya
dirinci ke dalam berbagai proyek. Walaupun AMDAL dapat juga digunakan untuk menganalisis
dampak yang diprakirakan akan ditimbulkan oleh program, namun pada umumnya AMDAL
digunakan pada tingkat proyek. Hal ini disebabkan karena AMDAL untuk program lebih sulit
pelaksanaanya dari pada untuk proyek. Padahal AMDAL untuk proyek pun sudah sulit. Sebab
kesulitan pada AMDAL untuk program ialah uraian program belumlah terinci, bidangnya adalah
luas dan daerah yang dijangkau pun sering luas. Sebagai contoh ialah program transmigrasi,
program intensfikasi produksi pangan dan program pemberantasan penyakit malaria. Ketiga
program ini meliputi daerah seluruh Indonesia yang mempunyai kondisi lingkungan yang sangat
bervariasi. Jelaslah betapa sulitnya untuk membuat AMDAL untuk ketiga program tersebut.
AMDAL untuk daerah yang luas itu dapat menggunakan AMDAL kawasan dan AMDAL
regional. Akan lebih mudahlah untuk, misalnya, membuat AMDAL untuk perencanaan
intensifiasi produksi ubi jalar dikabupaten Jaya Wijaya, Irian Jaya, perencanaan transmigrasi
penduduk dari daerah Cirata Jawa Barat, ke daerah Sintang, Kalimantan Barat, dan perencanaan
pemberantasan penyakit Mlaria dikecamatan Wonodadi, Banjarnegara. Walaupun demikian
AMDAL untuk program tidaklah boleh diabaikan. Sebab dapat saja terjadi dampak dari suatu
proyek yang merupakan bagian program tidaklah besar, tetapi dampak kumulatif program
tersebut dapatlah sangat besar. Sebagai contoh ialah program introduksi huller ke desa-desa.
Dampak yang ditimbulkan oleh proyek satu atau dua huller disebuah desa tidaklah besar. Akan
tetapi dampak introduksi huller di beribu ribu desa di seluruh Indonesia sangatlah besar.
Beratus ribu wanita telah kehilangan pekerjaan tambahanya sebagai penumbuk padi. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk dilakukan penelitian untuk mengembangkan teknik AMDAL
untuk program. (Otto Soemarwoto,1997:51).

Pengalaman menunjukan, AMDAL hingga sekarang masih belum efektif digunakan


dalam proses perencanaan. Sebab sebab penting tidak efektifnya AMDAL adalah pelaksanaan
AMDAL yang terlambat, sehingga tidak dapat lagi mempengaruhi proses perencanaan tanpa
menyebabkan penundaan pelaksanaan program atau proyek dan menaikan biaya proyek.
Kurangnya pengertian dari sementara pihak tentang arti dan peranan AMDAL, sehingga
AMDAL dilaksanakan hanya sekedar untuk memenuhi peraturan undang-undang atau bahkan
disalahgunakan untuk membenarkan suatu proyek, belum cukup berkembangnya teknik
AMDAL untuk dapat dibuatnya AMDAL yang relevan dan dengan rekomendasi yang spesifik
dan jelas. Tujuan jangka panjang kita bukanlah untuk memperkuat lembaga AMDAL, melainkan
justru untuk mengeliminasinya dengan makin mengurangi kebutuhan akan AMDAL. Sebagai
proses terpisah dan mengintegrasikan pertimbangan lingkungan yang holistik sebagai bagian
internal proses perencanaan yang berwawasan lingkungan. (Otto Soemarwoto, 1997:72).

1. B. PROSEDUR ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


1. Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting untuk pemrakarsa untuk
dapatmengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan
dengan rencana anggaran dan waktu.

Seperti diamanatkan dalam pasal 16 Undang-undang No.4 tahun 1982, hanya rencana proyek
yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan
untuk dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Dengan penapisan ini
diharapkan kepeduliaan kita terhadap lingkungan tidak akan mengakibatkan bertambahnya
waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan yang diperlukan untuk pembanguna. Dalam keadaan
ekstrem penentuan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL adalah mudah. Misalnya,
rencana untuk mendirikan sebuah gedung sekolah dasar jelaslah tidak memerlukan AMDAL.
Sebaliknya, rencana untuk membangun sebuah Pusat Listrik Tenaga Nuklir jelas memerlukan
AMDAL. Yang sulit ialah untuk menentukan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL untuk
rencana proyek yang ada diantara kedua ekstrem tersebut.

Di Indonesia penapisan dilakukan dengan daftar positif seperti ditentukan dalam keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepmen-11/MENLH/4/1994.

1. Pelingkupan

Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL, yaitu bagian AMDAL yang
terdiri atas identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak. Pelingkupan ANDAL nampaknya adalah
suatu hal yang lumrah yang tidak perlu dibicarakan. Semua mahasiswa dipelajari melakukan
pembatasan ruang lingkup permasalahan pada waktu mendapatkan tugas membuat makalah dan
skripsi.

Akan tetapi jika kita lihat laporan AMDAL, didalam maupun diluar negeri, batas penelitianya
sering tidak jelas. Fokusnya kabur. Sebab terjadinya kekaburan batas dan fokus itu ialah
keharusan dilakukanya ANDAL secara komprehensif. Di Amerika Serikat, tempat lahirnya
AMDAL, laporan AMDAL dapat ditelaah oleh umum, baik pakar maupun orang awam. Untuk
dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan identifikasi dampak. Pada tahap pertama
diusahakan untuk mengidentifikasi dampak selengkapnya. Dari semua dampak yang
teridentifikasi ini kemudian ditentukan dampak mana yang penting. Dampak penting inilah yang
dimasukkan ke dalam ruang lingkup studi ANDAL, sedangkan dampak yang tidak penting
dikeluarkan.

1. Kerangka Acuan

Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL. Kerangka acuan
dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang releven dengan dampak
penting. Dengan KA yang demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting.

Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan mengharuskan adanya identifikasi


dampak penting maka pemrakarsa haruslah mempunyai kemampuan untuk melakukan
identifikasi dampak penting itu, baik sendiri ataupun dengan bantuan konsultan.

Di dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika pelaksana ANDAL adalah
konsultan yang membantu pemrakarsa dalam penyusunan KA, tidaklah akan terjadi perbedaan
antara dampak penting yang diidentifikasikanya dengan yang tertera dalam KA. Tetapi jika
konsultanya lain, dapatlah terjadi bahwa dalam proses identifikasi dampak itu dapat terjadi
teridentifikasinya dampak penting yang tidak termuat dalam KA. Dalam hal ini konsultan
ANDAL seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan pekerjaan-tambah.
Sebaliknya juga dapat terjadi adanya dampak yang semula dianggap sebagai penting dan karena
itu dimuat dalam KA. Tetapi kemudian ternyata tidak penting. Dalam hal ini seyogyamya
diusulkan untuk dilakukan pekerjaan-kurang. Karena menurut Kepmen KA harus disetujui oleh
instansi yang berwenang, maka baik dalam hal pekerjaan-kurang maupun pekerjaan-tambah
persetujuan haruslah bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa, melainkan juga
oleh instansi yang berwenang.

1. ANDAL

Di dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting yang teridentifikasi
dalam pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian ANDAL terfokus pada dampak
penting saja. Dampak yang tidak penting diabaikan. Dengan penelitian yang terfokus
perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan pentingnya dampak juga menjadi terbatas.
Besarnya dampak haruslah diprakirakan dengan menggunakan metode yang sesuai dalam bidang
yang bersangkutan. Metode itu mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus dikembangkan atau
dimodifikasi dari metode yang ada. Dalam hal ini diperlukan pakar yang menguasai bidang yang
diliput dalam AMDAL tertentu. Pakar itu tidaklah perlu untuk bekerja sepanjang pelaksanaa
AMDAL, melainkan cukup untuk periode tertentu saja pada waktu tenaga dan keahlianya
diperlukan. Pakar tidak perlu mempunyai sertifikat A dan B kursus AMDAL, jadi pakar tersebut
merupakan masukan untuk digunakan oleh ketua gugus kerja dalam penyusunan AMDAL. Ketua
ini dan seyogyanya juga wakil ketualah yang harus mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan
dan penyusunan AMDAL. Pengalaman ini harus dibuktikan dengan riwayat hidup mereka.
Sebaiknya pengalaman lebih dipentingkan dari pada sertifikat kursus AMDAL, karena seseorang
yang mempunyai sertifikat tapi tidak berpengalaman kementakanya adalah kecil dapat membuat
AMDAL yang baik.

1. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan

Dalam pengelolaan lingkungan pemantauan merupakan komponen yang esensial. diperlukan


sebagai sarana untuk memeriksa apakah persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan
proyek. Informasi yang didapatkan dari pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik
dalam arti positif maupun negatif, tentang perubahan lingkungan yang mendekati atau
melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang perlu diambil. Juga untuk mengetahui
apakah prakiraan yang dibuat dalam ANDAL, sesuai dengan dampak yang terjadi. Karena itu
pemantauan sering juga disebut post-audit dan berguna sebagai masukan untuk memperbaiki
ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan kebijaksanaan lingkungan.

Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk pengelolaan dan pemantauan dampak
juga harus kita pinjam dari bidang yang bersangkutan atau harus kita kembangkan sesuai dengan
kaidah bidang yang bersangkutan.

1. Pelaporan

Pada akhirnya setelah semua pekerjaan itu selesai ditulislah hasil penelitian dalam laporan. Pada
umumnya laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu ringkasan eksekutif, laporan utama, dan
lampiran. Pembagian dalam tiga bagian mempunyai maksud untuk dapat mencapai dua sasaran
kelompok pembaca. Sasaran pertama adalah para pengambil keputusan pada pihak pemrakarsa
(direktur dan direktur utama) maupun pemerintah (direktur, direktur jenderal, dan menteri) yang
berkepentingan dengan proyek tersebut. Para pengambil keputusan ini sibuk dan tidak
mempunyai waktu untuk mempelajari laporan yang terperinci. Dan memang tugas mereka
bukanlah untuk melihat rincian, melainkan untuk melihat pokok-pokok permasalahan. Bgi
merekalah diperuntukan ringkasan eksekutif. Laporan ini singkat dan berisi pokok permasalahan,
cara pemecahanya dan rekomendasi tindakan yang harus diambil. Bahasa laporan harus
sederhana dan mudah dimengerti , juga perlu dengan tabel dan grafikringkasan. Bahasa ilmiah
dihindari, panjang laporan sekitar 10 laman dan seyogyanya tidak lebih dari 20 halaman.

Laporan utama diperuntukan bagi para pelaksana proyek dan teknisi yang memerlukan
keterangan terinci. Laporan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik isi maupun
format, dengan bahasa yang harus dapat dimengerti dengan mudah oleh pakar dalam bidang
yang berbeda-beda. Hal ini mengingat AMDAL bersifat lintas sektroal dan harus dipelajari oleh
pakar dalam berbagai bidang.

Suatu tantangan dalam metode penulisan laporan adalah untuk membuat bagian-bagian dalam
berbagai bidang menjadi satu kesatuan yang koheren, yaitu terintegrasi. Yang sering terjadi
adalah penelitian AMDAL yang bersifat multidisiplin menghasilkan laporan yang terdiri atas
bab-bab dalam berbagai bidang yang berdiri sendiri-sendiri. Di sini pulalah yang letak bahaya
tidak terintegrasinya ANDAL dengan RKL dan RPL. (Otto Soemarwoto, 2007:81).

1. Siapa yang menyusun Amdal ?

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan Dalam
penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun
AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan
AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

1. Siapa saja yang terlibat dalam proses Amdal ?

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,
dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas
menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup,
di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi,
dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang
terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-
nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat
dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
(http://www.bplhdjabar.go.id Current Users, diakses tanggal 14 September 2012).

1. Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan
bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola
dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan
dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :

1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Tanda tangan dan cap formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk
kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi
atau lintas batas negara.
4. Apa kaitan Amdal dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?
AMDAL-UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan
bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.AMDAL dan Audit
Lingkungan Hidup Wajib bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen
pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan
perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban
AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana
kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-
kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit
Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan
dalam operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan
hidup dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan
pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum
pelaksanaan Audit Lingkungan.

Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib


AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan dokumen
AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh
pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan
lingkungan sekaligus dapat memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen
AMDAL. Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat
berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar
negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-
dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya
oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya. (www.bplhdjabar.go.id Current Users,
diakses tanggal 14 September 2012).

1. Perkembangan AMDAL Sosial

Pada mulanya paradigma yang dibuat para pakar AMDAL, baik di negara maju maupun di
negara berkembang, adalah pendekatan teknis dimana penyusunan AMDAL sebaiknya dilakukan
oleh para ahli saja dan tidak perlu melibatkan masyarakat yang terkena dampak. Hal ini
kemudian dikritisi oleh berbagai kalangan bahwa interpretasi para pakar tidak sama dengan apa
yang dialami dalam masyarakat. Dari sini kemudian muncul konsep baru dalam pembangunan,
bahwa AMDAL tidak lepas dari keterkaitan masyarakat (yang terkena dampak) karena mereka
lebih mengetahui tentang keadaan yang ada disekitarnya.

Amerika Serikat dan Kanada tercatat sebagai negara pelapor dan terkemuka dalam sistem
penerapan AMDAL sosial. Perkembangan sistem AMDAL sosial dinegara tersebut beriringan
dengan kepedulian masyarakat yang begitu tinggi. Di Amerika Serikat momentum memasukan
unsur sosial dapat dirasakan pada tahun 1973 tatkala sebuah dinas yang mengurusi sumber daya
air federal memberikan mandat supaya menganalisis dampak pembangunan sumber daya air
pada bidang-bidang ekonomi, pembangunan daerah, kualitas lingkungan dan dampaknya secara
sosial. (Horas, Nommy, 2004;261).

1. Halangan dan penyimpangan pelaksanaan AMDAL di Medan

Dalam pelaksanaan AMDAL, yang paling utama adalah pengawasan lingkungan hidup. Jenis
halangan pelaksanaan AMDAL di Medan paling banyak disebabkan oleh tingkat kesadaran
pengusaha rendah. Sedangkan halangan lain berturut-turut disebabkan oleh kekacauan sistem
birokrasi, tidak berperanya komisi AMDAL, kesulitan peralatan, mahalnya konsultasi. Masalah
yang sangat bermakna yaitu perasaan yang telah melaksanakan AMDAL dianggap telah
mencukupi tanpa melakukan penilaian dan pemantauan, disebabkan oleh alasan klasik yaitu
kurangnya tenaga untuk melaksanakan pemantauan dan penilaian. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa, proses pemantauan atau penilaian hanya formalitas saja, akan tetapi ada
unsur-unsur lain yang lebih mendasar mendasar dibalik aktifitas itu, sehingga proses pemantauan
dan penilaian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan ini bertambah buruk karena kriteria
yang tidak jelas dan ukuran pemberian ijin menurut pelaksanaan AMDAL. Pola kebijaksanaan
dan penentuan tindakan terhadap pelanggaran proses pelaksanaan AMDAL dapat dengan tepat
ditentukan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh personal atau pegawai pemerintah. Oleh karena
itu, peranan pegawai pemerintah yang profesional sangat penting dalam proses ini. (Djanius
Djamin,2007:178).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari
kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek
Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun
dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.

Prosedur AMDAL yaitu, Penapisan, Pelingkupan, Kerangka acuan, ANDAL, Rencana


Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan, dan Pelaporan.

DAFTAR PUSTAKA

Djamin, Djanius.2007.Pengawasan & Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup.


Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Horas, Nommy.2004.Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.Jakarta:Erlangga.

Soemarno, Otto.2007. Analisis Mengenai Daaampak Lingkungan.Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

Kuncoro, (online), (http//:ml.scribd.com/doc/49530355/Tujuan-AMDAL, diakses 14 Sep

Tembeer 2012).

Rasminah, (online), (http//:pinterdw.blogspot.com/2012/03/amda-komponen-dan-manfaat,

diakses 13 September 2012).

BPLHD, (online), (www.bplhdjabar.go.id>currentusers, diakses 14 September 2012).

Tikamala, (online), (http//:scribd.com/doc/30059-37/Apakah-Amdal-itu, diakses 13 Septem-

ber 2012).
Pengertian AMDAL dan Fungsi AMDAL | AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Pengertian AMDAL adalah suatu proses studi formal yang dipergunakan untuk
memperkirakan dampak terhadap lingkungan oleh adanya atau oleh rencana kegiatan proyek yang
bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang perlu dianalisis pada tahap awal
perencanaan dan perancangan proyek sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan.
Sedangkan menurut PP No. 27 Tahun 1999, pengertian AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

AMDAL ini merupakan analisis yang meliputi berbagai faktor yaitu faktor fisik, kimia, biologi,
sosial ekonomi dan sosial budaya yang dilakukan secara integrasi dan menyeluruh. Fungsi
AMDAL adalah sebagai berikut:

AMDAL berfungsi untuk menunjukkan tempat pembangunan yang layak pada suatu
wilayah beserta pengaruhnya,
AMDAL berfungsi sebagai masukan dengan pertimbangan yang lebih luas bagi
perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan sejak awal, dan
AMDAL berfungsi sebagai arahan/pedoman bagi pelaksanaan rencana kegiatan
pembangunan termasuk rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian AMDAL
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan
pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di indonesia pembangunan nasional
disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan
secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik.
Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan menggunkan apa yang disebut proyek.
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun
kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi
pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang
layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakekatnya
dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable development). Instrumen
untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang semula
hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk AMDAL
dan mempunya pengertian:
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan
dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu
pengertian ANDAL adalah sebagai berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL
Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi
yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan
dampak penting menjadi dampak besar dan penting.
2) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan ha,paran
ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP
27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting diganti dampak besar
dan penting.
3) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata
ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa dokumen. Atas dasar
beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL


Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-
UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun
2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

B. Fungsi, peran dan manfaat AMDAL

Fungsi dan peran Amdal


Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum begitu besar
karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping itu intensitas kegiatannya
juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-perubahan pada lingkungan oleh aktifitas manusia
masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri se cara alami. Tetapi aktifitas manusia
makin lama makin besar sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar pula. Pada
saat inilah manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada lingkungan itu tidak akan
merugikan manusia. Manusia perlu memperkirakan apa yang akan terjadi akibat adanya kegiatan
oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat untuk merencanakan
tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu
aktifitas pembangunan yang direncanakan.
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : Analisis mengenai dampak
lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan keputusan.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah maupun oleh
Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-
proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan melanggar
perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di samping
itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL merupakan
cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas lingkungan, tidak
hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa memperhatikan dampak
lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak
positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan adanya AMDAL,
pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam melaksanakan tugasnya. Karena di
dalam suatu rencana kegiatan, banyak sekali hal-hal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harus
dapat membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi proses pengambilan
keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan pembangunan
maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka perubahan tersebut
dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan
tidak ada dampak negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan timbul harus sudah diketahui
sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara untuk
menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat yang dapat ikut
merasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu dikembangkan di dalam
AMDAL.
Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan AMDAL di negara-negara berkembang
ditujukan untuk :

a. Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat


kegiatan pembangunan
b. Mengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan alam dan ekonomi yang
dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan pembangunan
c. Mengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan kajian lebih dalam
dan pemantauannya.
d. Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang baik dari berbagai pilihan pembangunan.
e. Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan.
f. Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan pihak pengelola
lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya satu sama lain.

Manfaat AMDAL

Bagi masyarakat

- Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat


mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan;
- Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun
sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan
menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut;
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak dari awal,
khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut langsung di dalam
membangun dan menjalankan proyek;
- Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga kesalahfahaman
dapat dihindarkai dan kerja sama yang menguntungkan dapat digalang;
- Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya dengan proyek
tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan mengelola lingkungan.

Bagi pemilik proyek

- Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang berlaku;
- Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan lingkungan;
- Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang
akan datang;
- Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan datang;
- Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi
proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial budaya;
- Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan
proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya untuk segera dapat dilakukan
penyempurnaannya;
- Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui keadaan
lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain)
sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi proyek.

Bagi pemerintah

- Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak (khusus
untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
- Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi proyek baik
yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah;
- Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air, pencemaran
udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan
keselamatan masyarakat;
- Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul khususnya
dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
- Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana pembangunan daerah,
nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek lain;
- Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara dan
masyarakat;
- Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil keputusan.

D. Tahapan Penyusunan AMDAL


Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. Tata laksana menurut PP 29 Tahun 1986
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL sebagaimana tercantum
pada PP No. 29/1986 Mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut
ini.
a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) kepada
instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuatkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup. Dalam uraian dibawah ini, yang
dimaksud degan menteri KLH adalah Menteri yang di tugasi mengelola lingkungan hidup
instansi yang bertanggung jawab adalah yang berwenang memberi keputusan tentnag
pelaksanaan rencana kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada pad menteri atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
dan pada Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di bawah wewenangnya

b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggung
jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.

c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat
Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan ANDAL.

d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada dampak
penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah
Kelola dan huruf P dalam RPL dari Pantau.

e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi pembuat ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan
lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.

g. Pedoman umum penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman teknis
penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum
penyusunan ANDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.

h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi
yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari
instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah
mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.

i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.

j. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana kegiatan tidak


dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya keputusan tersebut.
Pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan atas ANDAL. Terhadap
permohonan ini instansi yang bertanggung jawab memutuskan dapat digunakan kembali
ANDAL, RKL dan RPL yang telah dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-dokumen
tersebut.
k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.

C. Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL


Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat
AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara
Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan di atas wajib
AMDAL.
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982, sebagian
besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari Peraturan No. 29/19869
yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses AMDAL10. Sepanjang awal era 1990
didirikan suatu badan perlindungan lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian
Negara Lingkungan, dengan mandat meningkatkan pelaksanaan
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi Pusat atau
Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih dari 4000 AMDAL
dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa berbagai elemen dari proses
tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak didasarkan pada AMDAL gaya barat. Legislasi
AMDAL yang baru yang diberlakukan pada tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan atas
prosedur penapisan, mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status
format EMP yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas.
Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini termasuk
sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan di dalam
BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan 27/199912
diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan dikonsolidasikan
ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang lebih
spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan, sebagaimana halnya juga
dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak
tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai perubahan politis yang pada
saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik dan administratif.
AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat dengan AMDAL, lahir dengan di
undangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, National
Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan, semua usulan legislasi
dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analisis
Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah
industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai
estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian
Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog),
yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas
limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil
nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya
formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan proyek-
proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari
penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan atau
kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak besar dan
periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak


b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)
Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999
beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara Lingkungan
Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek dilakukan. Karena itu
AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya perizinan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di atas
ialah :
1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak besar dan
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL

Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.

3. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1


langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request
list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002

B. Saran
saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan makalah
mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan lapangan.
Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara langsung tentang
AMDAL tersebut serta penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta
Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas MIPA
UNHALU. Kendari
Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai