Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa selalu ingin hidup lebih baik dan lebih baik lagi
setiap harinya, manusia juga berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi
lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga ia dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.
Makhluk hidup yang sesuai dan cocok dengan lingkunganya akan tetap bisa hidup dan
berkembang biak, lain hal-nya dengan makhluk hidup yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkunganya ia akan mati dan tidak akan bisa berkembang biak (musnah), dan ini dinamakan
seleksi alam. Manusia modern terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan juga membentuk
lingkungan hidupnya, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa atau di luar lingkungan hidupnya.
Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa
lingkungan hidupnya hanyalah abstraksi semata. (Otto Soemarwoto:18).
Dari uraian singkat diatas jelaslah bahwa manusia itu sangat tergantung dengan
lingkungan hidupnya, kelangsungan hidupnya tergantung dari sebagaimana bisa ia menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungan hidupnya, dan saat terjadi perubahan yang dahsyat dari lingkungan
hidupnya itu akan mengancam kelangsungan hidupnya juga.
1. B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL?
2. Bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL itu?
1. C. TUJUAN
1. Mengatahui tentang apa itu analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.
2. Mengetahui tentang bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau
AMDAL.
1. D. MANFAAT
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu dalam persiapan mengajar terutama dalam mengetahui
tentang apa dan bagaimana AMDAL.
2. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana
AMDAL.
BAB II
PEMBAHASAN
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari
kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek
Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun
dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi
oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi
dampak negatif Iebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka
rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang
diputuskan tidak Iayak Iingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.
1. Tujuan AMDAL
Secara umum tujuan AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan Anekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dalam pelaksanaannya yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :
Apa manfat atau guna AMDAL. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mengikuti
Porsedur AMDAL yang benat. Berikut ini beberapa secara umum manfaat yang bisa diperoleh
dari adanya AMDAL:
Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting untuk pemrakarsa untuk
dapatmengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan
dengan rencana anggaran dan waktu.
Seperti diamanatkan dalam pasal 16 Undang-undang No.4 tahun 1982, hanya rencana proyek
yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan
untuk dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Dengan penapisan ini
diharapkan kepeduliaan kita terhadap lingkungan tidak akan mengakibatkan bertambahnya
waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan yang diperlukan untuk pembanguna. Dalam keadaan
ekstrem penentuan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL adalah mudah. Misalnya,
rencana untuk mendirikan sebuah gedung sekolah dasar jelaslah tidak memerlukan AMDAL.
Sebaliknya, rencana untuk membangun sebuah Pusat Listrik Tenaga Nuklir jelas memerlukan
AMDAL. Yang sulit ialah untuk menentukan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL untuk
rencana proyek yang ada diantara kedua ekstrem tersebut.
Di Indonesia penapisan dilakukan dengan daftar positif seperti ditentukan dalam keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepmen-11/MENLH/4/1994.
1. Pelingkupan
Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL, yaitu bagian AMDAL yang
terdiri atas identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak. Pelingkupan ANDAL nampaknya adalah
suatu hal yang lumrah yang tidak perlu dibicarakan. Semua mahasiswa dipelajari melakukan
pembatasan ruang lingkup permasalahan pada waktu mendapatkan tugas membuat makalah dan
skripsi.
Akan tetapi jika kita lihat laporan AMDAL, didalam maupun diluar negeri, batas penelitianya
sering tidak jelas. Fokusnya kabur. Sebab terjadinya kekaburan batas dan fokus itu ialah
keharusan dilakukanya ANDAL secara komprehensif. Di Amerika Serikat, tempat lahirnya
AMDAL, laporan AMDAL dapat ditelaah oleh umum, baik pakar maupun orang awam. Untuk
dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan identifikasi dampak. Pada tahap pertama
diusahakan untuk mengidentifikasi dampak selengkapnya. Dari semua dampak yang
teridentifikasi ini kemudian ditentukan dampak mana yang penting. Dampak penting inilah yang
dimasukkan ke dalam ruang lingkup studi ANDAL, sedangkan dampak yang tidak penting
dikeluarkan.
1. Kerangka Acuan
Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL. Kerangka acuan
dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang releven dengan dampak
penting. Dengan KA yang demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting.
Di dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika pelaksana ANDAL adalah
konsultan yang membantu pemrakarsa dalam penyusunan KA, tidaklah akan terjadi perbedaan
antara dampak penting yang diidentifikasikanya dengan yang tertera dalam KA. Tetapi jika
konsultanya lain, dapatlah terjadi bahwa dalam proses identifikasi dampak itu dapat terjadi
teridentifikasinya dampak penting yang tidak termuat dalam KA. Dalam hal ini konsultan
ANDAL seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan pekerjaan-tambah.
Sebaliknya juga dapat terjadi adanya dampak yang semula dianggap sebagai penting dan karena
itu dimuat dalam KA. Tetapi kemudian ternyata tidak penting. Dalam hal ini seyogyamya
diusulkan untuk dilakukan pekerjaan-kurang. Karena menurut Kepmen KA harus disetujui oleh
instansi yang berwenang, maka baik dalam hal pekerjaan-kurang maupun pekerjaan-tambah
persetujuan haruslah bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa, melainkan juga
oleh instansi yang berwenang.
1. ANDAL
Di dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting yang teridentifikasi
dalam pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian ANDAL terfokus pada dampak
penting saja. Dampak yang tidak penting diabaikan. Dengan penelitian yang terfokus
perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan pentingnya dampak juga menjadi terbatas.
Besarnya dampak haruslah diprakirakan dengan menggunakan metode yang sesuai dalam bidang
yang bersangkutan. Metode itu mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus dikembangkan atau
dimodifikasi dari metode yang ada. Dalam hal ini diperlukan pakar yang menguasai bidang yang
diliput dalam AMDAL tertentu. Pakar itu tidaklah perlu untuk bekerja sepanjang pelaksanaa
AMDAL, melainkan cukup untuk periode tertentu saja pada waktu tenaga dan keahlianya
diperlukan. Pakar tidak perlu mempunyai sertifikat A dan B kursus AMDAL, jadi pakar tersebut
merupakan masukan untuk digunakan oleh ketua gugus kerja dalam penyusunan AMDAL. Ketua
ini dan seyogyanya juga wakil ketualah yang harus mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan
dan penyusunan AMDAL. Pengalaman ini harus dibuktikan dengan riwayat hidup mereka.
Sebaiknya pengalaman lebih dipentingkan dari pada sertifikat kursus AMDAL, karena seseorang
yang mempunyai sertifikat tapi tidak berpengalaman kementakanya adalah kecil dapat membuat
AMDAL yang baik.
Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk pengelolaan dan pemantauan dampak
juga harus kita pinjam dari bidang yang bersangkutan atau harus kita kembangkan sesuai dengan
kaidah bidang yang bersangkutan.
1. Pelaporan
Pada akhirnya setelah semua pekerjaan itu selesai ditulislah hasil penelitian dalam laporan. Pada
umumnya laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu ringkasan eksekutif, laporan utama, dan
lampiran. Pembagian dalam tiga bagian mempunyai maksud untuk dapat mencapai dua sasaran
kelompok pembaca. Sasaran pertama adalah para pengambil keputusan pada pihak pemrakarsa
(direktur dan direktur utama) maupun pemerintah (direktur, direktur jenderal, dan menteri) yang
berkepentingan dengan proyek tersebut. Para pengambil keputusan ini sibuk dan tidak
mempunyai waktu untuk mempelajari laporan yang terperinci. Dan memang tugas mereka
bukanlah untuk melihat rincian, melainkan untuk melihat pokok-pokok permasalahan. Bgi
merekalah diperuntukan ringkasan eksekutif. Laporan ini singkat dan berisi pokok permasalahan,
cara pemecahanya dan rekomendasi tindakan yang harus diambil. Bahasa laporan harus
sederhana dan mudah dimengerti , juga perlu dengan tabel dan grafikringkasan. Bahasa ilmiah
dihindari, panjang laporan sekitar 10 laman dan seyogyanya tidak lebih dari 20 halaman.
Laporan utama diperuntukan bagi para pelaksana proyek dan teknisi yang memerlukan
keterangan terinci. Laporan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik isi maupun
format, dengan bahasa yang harus dapat dimengerti dengan mudah oleh pakar dalam bidang
yang berbeda-beda. Hal ini mengingat AMDAL bersifat lintas sektroal dan harus dipelajari oleh
pakar dalam berbagai bidang.
Suatu tantangan dalam metode penulisan laporan adalah untuk membuat bagian-bagian dalam
berbagai bidang menjadi satu kesatuan yang koheren, yaitu terintegrasi. Yang sering terjadi
adalah penelitian AMDAL yang bersifat multidisiplin menghasilkan laporan yang terdiri atas
bab-bab dalam berbagai bidang yang berdiri sendiri-sendiri. Di sini pulalah yang letak bahaya
tidak terintegrasinya ANDAL dengan RKL dan RPL. (Otto Soemarwoto, 2007:81).
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan Dalam
penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun
AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan
AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,
dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas
menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup,
di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi,
dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang
terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-
nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat
dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
(http://www.bplhdjabar.go.id Current Users, diakses tanggal 14 September 2012).
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan
bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola
dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan
dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Tanda tangan dan cap formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan
bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.AMDAL dan Audit
Lingkungan Hidup Wajib bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen
pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan
perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban
AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.
Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana
kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-
kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit
Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan
dalam operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan
hidup dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan
pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum
pelaksanaan Audit Lingkungan.
Pada mulanya paradigma yang dibuat para pakar AMDAL, baik di negara maju maupun di
negara berkembang, adalah pendekatan teknis dimana penyusunan AMDAL sebaiknya dilakukan
oleh para ahli saja dan tidak perlu melibatkan masyarakat yang terkena dampak. Hal ini
kemudian dikritisi oleh berbagai kalangan bahwa interpretasi para pakar tidak sama dengan apa
yang dialami dalam masyarakat. Dari sini kemudian muncul konsep baru dalam pembangunan,
bahwa AMDAL tidak lepas dari keterkaitan masyarakat (yang terkena dampak) karena mereka
lebih mengetahui tentang keadaan yang ada disekitarnya.
Amerika Serikat dan Kanada tercatat sebagai negara pelapor dan terkemuka dalam sistem
penerapan AMDAL sosial. Perkembangan sistem AMDAL sosial dinegara tersebut beriringan
dengan kepedulian masyarakat yang begitu tinggi. Di Amerika Serikat momentum memasukan
unsur sosial dapat dirasakan pada tahun 1973 tatkala sebuah dinas yang mengurusi sumber daya
air federal memberikan mandat supaya menganalisis dampak pembangunan sumber daya air
pada bidang-bidang ekonomi, pembangunan daerah, kualitas lingkungan dan dampaknya secara
sosial. (Horas, Nommy, 2004;261).
Dalam pelaksanaan AMDAL, yang paling utama adalah pengawasan lingkungan hidup. Jenis
halangan pelaksanaan AMDAL di Medan paling banyak disebabkan oleh tingkat kesadaran
pengusaha rendah. Sedangkan halangan lain berturut-turut disebabkan oleh kekacauan sistem
birokrasi, tidak berperanya komisi AMDAL, kesulitan peralatan, mahalnya konsultasi. Masalah
yang sangat bermakna yaitu perasaan yang telah melaksanakan AMDAL dianggap telah
mencukupi tanpa melakukan penilaian dan pemantauan, disebabkan oleh alasan klasik yaitu
kurangnya tenaga untuk melaksanakan pemantauan dan penilaian. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa, proses pemantauan atau penilaian hanya formalitas saja, akan tetapi ada
unsur-unsur lain yang lebih mendasar mendasar dibalik aktifitas itu, sehingga proses pemantauan
dan penilaian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan ini bertambah buruk karena kriteria
yang tidak jelas dan ukuran pemberian ijin menurut pelaksanaan AMDAL. Pola kebijaksanaan
dan penentuan tindakan terhadap pelanggaran proses pelaksanaan AMDAL dapat dengan tepat
ditentukan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh personal atau pegawai pemerintah. Oleh karena
itu, peranan pegawai pemerintah yang profesional sangat penting dalam proses ini. (Djanius
Djamin,2007:178).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari
kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek
Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun
dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
University Press.
Tembeer 2012).
ber 2012).
Pengertian AMDAL dan Fungsi AMDAL | AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Pengertian AMDAL adalah suatu proses studi formal yang dipergunakan untuk
memperkirakan dampak terhadap lingkungan oleh adanya atau oleh rencana kegiatan proyek yang
bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang perlu dianalisis pada tahap awal
perencanaan dan perancangan proyek sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan.
Sedangkan menurut PP No. 27 Tahun 1999, pengertian AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
AMDAL ini merupakan analisis yang meliputi berbagai faktor yaitu faktor fisik, kimia, biologi,
sosial ekonomi dan sosial budaya yang dilakukan secara integrasi dan menyeluruh. Fungsi
AMDAL adalah sebagai berikut:
AMDAL berfungsi untuk menunjukkan tempat pembangunan yang layak pada suatu
wilayah beserta pengaruhnya,
AMDAL berfungsi sebagai masukan dengan pertimbangan yang lebih luas bagi
perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan sejak awal, dan
AMDAL berfungsi sebagai arahan/pedoman bagi pelaksanaan rencana kegiatan
pembangunan termasuk rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian AMDAL
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan
pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di indonesia pembangunan nasional
disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan
secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik.
Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan menggunkan apa yang disebut proyek.
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun
kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi
pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang
layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakekatnya
dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable development). Instrumen
untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang semula
hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk AMDAL
dan mempunya pengertian:
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan
dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu
pengertian ANDAL adalah sebagai berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL
Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi
yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan
dampak penting menjadi dampak besar dan penting.
2) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan ha,paran
ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP
27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting diganti dampak besar
dan penting.
3) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata
ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa dokumen. Atas dasar
beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Manfaat AMDAL
Bagi masyarakat
- Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang berlaku;
- Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan lingkungan;
- Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang
akan datang;
- Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan datang;
- Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi
proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial budaya;
- Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan
proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya untuk segera dapat dilakukan
penyempurnaannya;
- Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui keadaan
lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain)
sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi proyek.
Bagi pemerintah
- Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak (khusus
untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
- Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi proyek baik
yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah;
- Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air, pencemaran
udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan
keselamatan masyarakat;
- Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul khususnya
dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
- Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana pembangunan daerah,
nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek lain;
- Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara dan
masyarakat;
- Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil keputusan.
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggung
jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat
Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan ANDAL.
d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada dampak
penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah
Kelola dan huruf P dalam RPL dari Pantau.
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi pembuat ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan
lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman teknis
penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum
penyusunan ANDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi
yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari
instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah
mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.
i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di atas
ialah :
1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak besar dan
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
B. Saran
saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan makalah
mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan lapangan.
Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara langsung tentang
AMDAL tersebut serta penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta
Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas MIPA
UNHALU. Kendari
Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta