Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah upaya untuk
memperdayakan anggota rumahh tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan prilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam kesehatan
di masyarakat. Manfaat PHBS rumah tangga bagi masyarakat yaitu mampu
menggupayakan lingkungan sehat, mencegah dan menanggulanggi masalah-
masalah kesehatan yang ada.

Dalam PHBS rumah tangga terdapat sepuluh indicator. Termasuk


memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu. Rumah bebes jentik
adalah rumah yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik dengan melaksanakan
4M yaitu : menguras tempat penampungan air bersih sekurang-kurangnya
seminggu sekali. Kemudian menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan
mengumpul, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.
Termasuk juga kedalamnya memantau jentik nyamuk secara berkala.

Salah satu penyakit yang diakibatkan dari hidupnya jentik nyamuk menjadi
nyamuk yaitu penyakit demam berdarah. Penyakit demam berdarah dengue atau
dengue hemorrhagic fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penyakit demam berdarah dengue sering salah didiagnosis dengan
penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue
yang menyebabkan demam berdarah dengue bisa bersifat asimtomatik atau tidak
jelas gejalahnya.
Dewasa ini masik banyak masyarakat yang masik belum paham tentang apa
itu DBD dan juga penyebarannya. Sehingga masik banyak masyarakat yang
menderita DBD. Demam Berdarah Dengue merupakan masalah utama penyakit
menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian Incidence
Rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di seluruh belahan dunia. Diperkirakan
50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk
dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.

Pada tahun 2007, dalam angka case fatality rate (CFR) untuk kasus DBD di
Indonesia menempatin urutan ke empat di ASEAN dengan CFR 1.01 setelah
Bhutan, India, dan Myanmar berurutan dari yang tertinggi. Sampai bulan
September 2008, didapatkan CFR untuk kasus DBD menurun menjapai 0.73,
namun naik menjadi peringkat ke dua di ASEAN setelah Bhutan. Puncak
terjadinya DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari, sehingga
perhitungan CFR hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk
menggambarkan CFR pada tahun 2008 (WHO, 2009a).

Angka kejadian DBD di Kota Medan selama tiga tahun terakhir ini
menunjukan adanya fluktuasi yaitu dari 97.6 per 100.000 penduduk pada tahun
2005 kemudian menurun menjadi 62.8 per 100.000 penduduk, pada tahun 2006
kemudian meningkat lagi menjadi 95.8 per 100.000 pada tahun 2007. Untuk
angka kematian dikota medan juga mengalami fluktuasi yakni dari 1.2 pada
tahun 2005 meningkat menjadi 1.5 di tahun 2006 lalu menurun ditahun
2007menjadi 0.9 (Dinkes Kota Medan, 2008).

Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Sumut disebutkan dari Kabid PMK
Dinkes Sumut dr NG Hikmet MKes mengatakan berdasarkan data kasus Demam
Berdara Dengue (BDB) tahun 2013 di 33 kabupaten/kota Provinsi Sumut total
kasus penderita DBD mencapai 4.746 orang penderita DBD yang tertinggi ada di
Kota Medan yang mencapai 1.270 penderita, deli serdang 680 penderita dan
pematang siantar 495 penderita.

Namun, dilihat dari Iincidence Rate (IR) dari jumlah kasus dibagi jumlah
penduduk dikali 100.000 penduduk yang tertinggi ada di sibolga 289.7 pematang
siantar 209.0 dan tebing tinggi 101.6 kata Hikmet kepada SIB di ruang kerjanya.

Berdasrkan latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian tentang


Hubungan Sikap dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemberantasan Jentik
Nyamuk Dengan Kejadian Berdarah di Dusun II Sidodadi Desa Semayang Kec.
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

https://core.ac.uk/download/files/379/11716372.pdf

Anda mungkin juga menyukai