Anda di halaman 1dari 1

Nama : Andri Alfian

Kelas : X DPIB A

Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat Jawa. Lebih dari sekadar pertunjukan, wayang kulit dahulu digunakan sebagai
media untuk permenungan menuju roh spiritual para dewa. Konon, wayang berasal dari
kata ma Hyang, yang berarti menuju spiritualitas sang kuasa. Tapi, ada juga masyarakat
yang mengatakan wayang berasal dari tehnik pertunjukan yang mengandalkan bayangan
(bayang/wayang) di layar.

Wayang kulit diyakini sebagai embrio dari berbagai jenis wayang yang ada saat ini. Wayang
jenis ini terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Agar gerak wayang
menjadi dinamis, pada bagian siku-siku tubuhnya disambung menggunakan sekrup yang
terbuat dari tanduk kerbau.

Wayang kulit dimainkan langsung oleh narator yang disebut dalang. Dalang tidak dapat
diperankan oleh sembarang orang. Selain harus lihai memainkan wayang, sang dalang juga
harus mengetahui berbagai cerita epos pewayangan seperti Mahabrata dan Ramayana. Dalang
dahulu dinilai sebagai profesi yang luhur, karena orang yang menjadi dalang biasanya adalah
orang yang terpandang, berilmu, dan berbudi pekerti yang santun.

Sambil memainkan wayang, sang dalang diiringi musik yang bersumber dari alat musik
gamelan. Di sela-sela suara gamelan, dilantunkan syair-syair berbahasa Jawa yang
dinyanyikan oleh para pesinden yang umumnya adalah perempuan. Sebagai kesenian tradisi
yang bernilai magis, sesaji atau sesajen menjadi unsur yang wajib dalam setiap pertunjukan
wayang.

Sesajian berupa ayam kampung, kopi, nasi tumpeng, dan hasil bumi lainnya, serta tak lupa
asap dari pembakaran dupa selalu ada di setiap pementasan wayang. Tapi, karena banyak
yang menganggap sesajian tersebut merupakan suatu hal yang mubazir, belakangan ini
sesajian dalam pementasan wayang juga diperuntukkan bagi penonton dalam bentuk makan
bersama.

Wayang kulit merupakan kekayaan nusantara yang lahir dari budaya asli masyarakat
Indonesia yang mencintai kesenian. Setiap bagian dalam pementasan wayang mempunyai
simbol dan makna filosofis yang kuat. Apalagi dari segi isi, cerita pewayangan selalu
mengajarkan budi pekerti yang luhur, saling mencintai dan menghormati, sambil terkadang
diselipkan kritik sosial dan peran lucu lewat adegan goro-goro. Tidak salah jika UNESCO
mengakuinya sebagai warisan kekayaan budaya Indonesia yang bernilai adiluhung.

Anda mungkin juga menyukai