Anda di halaman 1dari 3

Manfaat Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis

dalam Perbaiki Model Erosi Berbasis Vektor

Zainal Arifin
Program Pasca Sarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Jalan WR Supratman,
Kandang Limun, Bengkulu 38371 A, Indonesia. Tel./Fax. +62-736-22105

ABSTRAK
Sistem Informasi Geografis (Geographical Information System) merupakan salah satu alat teknologi informasi yang
dapat digunakan untuk melakukan perencanaan, pengelolaan wilayah maupun untuk percepatan. Karena Sistem Informasi
Geografis sebagai alat yang memiliki kemampuan untuk menyimpan, proses, analisis dan memberikan informasi yang tepat dan
tepat waktu, serta membangun membantu pengambilan keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Terlebih lagi
sekarang adalah paradigma pemerintahan digital. Erosi dan lahan kritis merupakan tantangan pemanfaataan sumberdaya alam untuk
saat ini. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk memodelkan erosi dan lahan kritis adalah dengan memanfaatan penginderaan
jauh dan sistem informasi geografi. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang pemanfaatan penginderaan jauh dan
sistem informasi geografi dalam pemodelan erosi dan lahan kritis.

Kata Kunci : penginderaan jauh, SIG, Erosi,

Pendahuluan diperlukan, terutama dalam menunjang formula


strategi yang berdaya guna, sehingga diharapkan dapat
Erosi merupakan salah satu permasalahan diperoleh acuan dalam pengalokasian sumber daya
lingkungan yang harus ditanggulangi. Fenomena alam secara proporsional. Artinya, untuk mengatasi
ini menjadi penyebab utama terbentuknya lahan kritis, permasalahan lahan kritis diperlukan peta sebaran
terutama jika didukung oleh tingginya intensitas dan tingkat kekritisan lahan sedemikian rupa sehingga
jumlah curah hujan (Abdurachman dan Sutono, 2002, dapat diketahui kawasan yang secara prioritas harus
dalam Sulistyo, 2011). Lahan kritis adalah lahan yang ditangani, tindakan apa saja yang harus dilakukan, dan
keadaan penutupan vegetasinya kurang dari 25%, berapa jumlah dana yang diperlukan (Sulistyo, 2015).
dengan kemiringan lereng 15% atau lebih, dan atau SIG, yaitu seperangkat piranti yang mampu
ditandai dengan gejala erosi seperti erosi permukaan, untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil
erosi alur dan erosi parit yang akhirnya kembali, mentransformasikan dan menayangkan data
membahayakan fungsi hidrologi dan daerah spasial dari keadaan senyatanya untuk tujuan tertentu.
lingkungannya (Departemen Kehutanan, 1998; Pusat SIG menyediakan kisaran kemungkinan analisis lebih
Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1992 dalam luas yang mampu untuk dikerjakan pada aspek
Sulistyo, 2011). topologi atau spasial dari data geografis, pada atribut
Ketika vegetasi yang tumbuh di atas lahan data non-spasial, atau kombinasi data non-spasial dan
ditebangi maka curah hujan yang tinggi memukul atribut spasial (Burrough, 1986 dalam Sulistyo, 2011).
langsung permukaan tanah yang gundul. Proses Panduan untuk melakukan analisis lahan kritis sudah
butiran tanah terlepas dari agregatnya dan dibawa diterbitkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada
hanyut oleh aliran permukaan (run off) ke lereng tahun 2009 (Departemen Kehutanan 1998;
bawah sampai akhirnya diendapkan di tempat yang Kementerian Kehutanan 2009 dalam Sulistyo, 2015).
lebih rendah atau di muara-muara sungai, disebut erosi Model tersebut
(Arsyad, 2000). Indikasinya adalah semakin banyak diadopsi oleh berbagai instansi pemerintah,
banyaknya kejadian banjir, longsor, kekeringan, serta LSM, maupun kalangan perguruan tinggi (Prasetya,
berkurangnya atau hilangnya berbagai spesies dari 2012). Sulistyo (2011) telah melakukan kajian
sumber daya alam seperti kayu, rotan, tanaman obat menggunakan data berbasis raster yang didukung data
obatan, ikan, berbagai jenis satwa, serta kemiskinan penginderaan jauh dan SIG yang menyimpulkan
hara (Hardjowigeno 2007 dan Arsyad 2010 dalam bahwa model yang sudah dibangun tersebut perlu
Sulistyo, 2015). dilakukan revisi.
Upaya perbaikan kondisi lahan kritis akan
dapat terlaksana dengan baik apabila informasi
objektif kondisinya dapat teridentifikasi secara Hasil dan Pembahasan
menyeluruh (Tarigan 2012; Gibbs dan Salmon 2015).
Penyediaan data dan informasi tersebut sangat Erosi dan Lahan Kritis
Erosi merupakan salah satu penyebab utama penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin
terjadinya kerusakan lingkungan. Erosi adalah tidak mempunyai pengaruh berarti (Arsyad 2010).
masalah yang perlu ditangani secara serius agar tidak Lahan kritis menjadi akibat karena banyaknya erosi
bertambah parah. Beasley (1972, dalam Banuwa, yang terjadi.
2008) dan Hudson (1976, dalam Banuwa, 2008)
berpendapat, bahwa erosi adalah proses kerja fisik SIG dan Pengindraan Jauh
yang keseluruhan prosesnya menggunakan energi. Sistem Informasi Geografis merupakan salah
Energi ini digunakan untuk menghancurkan agregat satu instrumen IT yang sangat penting membantu
tanah (detachment), memercikkan partikel tanah aktivitas pemerintahan, swasta untuk penyediaan data
(splash), menyebabkan gejolak (turbulence) pada mengenai struktur alam dari suatu daerah. Dengan
limpasan permukaan, serta menghanyutkan partikel Sistem Informasi Geografis kondisi alam atau tata
tanah. Sedangkan Lahan kritis merupakan lahan yang ruang bisa diketahui secara pasti (Rajaguguk dan
telah mengalami kerusakan fisik tanah karena Manalu, 2011). Pengertian Geographic Information
berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala System atau Sistem Informasi Geografis (SIG)
erosi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologi sangatlah beragam. Hal ini terlihat dari banyaknya
dan daerah lingkungannya. Timbulnya lahan kritis definisi SIG yang beredar di berbagai sumber pustaka.
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang,
tutupan vegetasi, lereng, erosi, dan kedalaman solum bertambah, dan sedikit bervariasi, karena SIG
tanah. Tutupan vegetasi, sangat berpengaruh terhadap merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi
kondisi hidrologis. Suatu lahan dengan tutupan yang digunakan oleh berbagai bidang atau disiplin
vegetasi yang baik memiliki kemampuan meredam ilmu, dan berkembang dengan cepat (Prahasta, 2009).
energi kinetis hujan, sehingga memperkecil terjadinya Sedangkan Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni
erosi percik, dan memperkecil koefisien aliran untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah,
sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air atau gejala, dengan cara menganalisis data yang
hujan, khususnya pada lahan dengan solum tebal. diperoleh atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan
Disamping itu kondisi tutupan vegetasi yang baik juga Kiefer, 1990).
memberikan serasah yang cukup banyak, sehingga Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni
bisa mempertahankan kesuburan tanah untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah,
(Notohadiprawiro, 2006). atau gejala, dengan cara menganalisis data yang
Pada dasarnya terdapat dua macam erosi diperoleh atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan
yaitu erosi geologi atau erosi normal dan erosi yang Kiefer, 1990).
dipercepat. Erosi geologi (erosi normal) juga disebut
erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh dalam Studi
tanah yang terjadi di bawah keadaan vegetasi alami. Pemetaan Lahan Kritis
Biasanya terjadi pada keadaan lambat yang Penanganan lahan kritis senantiasa
memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang ditekankan pada pengelolaan menggunakan data yang
mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara berbiaya rendah, maka alternatif sumber data yang
normal. Proses geologi meliputi terjadinya digunakan semestinya mempunyai sifat: relatif tidak
pembentukan tanah di permukaan bumi secara alami. mahal, mudah diperoleh dan pengunduhan datanya
Dalam hal ini erosi yang terjadi tidak melebihi laju relatif cepat, tanpa mengurangi tingkat keakuratan dan
pembentukan tanah. Erosi dipercepat adalah kemutakhiran data. Dengan pertimbangan tersebut,
pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan data penginderaan jauh merupakan alternatif yang
tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang tepat (Sulistyo, 2011)
mengganggu keseimbangan antara proses Sulistyo (2011) melakukan penelitian
pembentukan dan pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pemodelan spasial lahan kritis berbasis raster di
hanya erosi dipercepat inilah yang menjadi perhatian Daerah Aliran Sungai Merawu Kabupaten
konservasi tanah. Dalam pembahasan selanjutnya, Banjarnegara melalui integrasi citra SPOT dan Sistem
istilah erosi yang dipergunakan menggambarkan erosi Informasi Geografis. Adapun tujuan penelitian adalah
dipercepat yang disebabkan oleh air (Rahim, 2003; menyusun model spasial lahan kritis berbasis raster.
Arsyad, 2006). Ada tiga metode analisis yang digunakan, yaitu : (1)
Proses erosi terjadi melalui penghancuran, analisis secara digital untuk data yang mempengaruhi
pengangkutan, dan pengendapan (Meyer et al. 1991; terjadinya lahan kristis, (2) analisis interpolasi spasial
Utomo 1987; dan Foth (1978, dalam Banuwa, 2008). untuk perolehan data berbasis raster dan (3) untuk
Di alam terdapat dua penyebab utama yang aktif persentase tajuk menggunakan analisis indeks
dalam proses ini yakni angin dan air. Pada daerah vegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
iklim tropik basah seperti Indonesia, air merupakan pemodelan erosi model USLE berbasis raster dengan
memanfaatkan indeks berbagai vegetasi memiliki yaitu : tidak kritis, potensial kritis, agak kritis,
korelasi yang tinggi dengan hasil erosi aktual (r = kritis dan sangat kritis. Sedangkan untuk pemetaan
0,835 atau 83,50 persen). Integrasi citra SPOT dan lahan kritis dapat dilakukan dengan empat
Sistem Informasi Geografis memiliki ketelitian untuk parameter, yaitu penutupan lahan, kemiringan
pemodelan spasial secara absolut memiliki nilai tinggi lereng, tingkat erosi, dan tingkat pengelolaan
dalam menentukan erosi model Honda dengan nilai lahan.
sebesar 0,8120 atau 81,20 persen. Nilai murni indeks
vegetasi tidak dapat dipergunakan secara mandiri
sebagai prediktor utama dalam penentuan lahan kritis. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan hasil penelitian (Jatmoko dan Sugiarto, Gibbs HK, Salmon JM. 2015. Mapping the world's
2011) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi degraded lands. J Appl Geogr 57: 12-21.
penginderaan jauh dan SIG untuk pemantauan
pertumbuhan pohon dapat mempermudah pelaksanaan Prasetya, Gunawan T. 2012. Pemanfaatan citra
kegiatan, karena lebih cepat, akurat dan efesien penginderaan jauh dan sistem informasi
terjankau ke seleruh pelosok khususnya di wilayah geografis untuk pemetaan lahan kritis di daerah
provinsi Jawa Tengah. Kokap dan Pengasih Kabupaten Kulonprogo.
Jurnal Bumi Indonesia. 1: 281-290.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan Sulistyo, B., 2011. Penginderaan Jauh Digital
beberapa hal sebagai berikut : Terapannya Dalam Pemodelan Erosi Berbasis
1. Untuk mengetahui tingkat erosi dan lahan kritis Raster. Lokus.Yogyakarta.
suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara
membuat pemodelan pemanfaatan penginderaan Sulistyo, B., 2015. Pemodelan Faktor Berbasis Raster
jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sebagai Masukan Pemodelan Erosi di DAS
2. Untuk menunjukkan tingkat kekritisan suatu lahan Merawu Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.
dilakukan dengan pemberian skor pada setiap
parameter yang diamati dan dilakukan proses Tarigan SD. 2012. Methods for delineating degraded
overlay dari citra hasil interpretasi dengan peta land at Citarum Watershed, West Java,
digital sehingga diperoleh kelas kekritisan lahan Indonesia. J Trop Soils 17: 267-274.

Anda mungkin juga menyukai