Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Cara atau proses yang dilakukan untuk mewujudkan atau mencapai visi dan

misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan

yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai

atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara

berhasil guna dan berdaya guna.

Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam

rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah,

tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat. Maka kami tertarik

mengambil judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi

promosi kesehatan yang di tujukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan

masyarakat.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi advokasi itu?

2. Bagaimana strategi bina suasana itu?

3. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat itu?

4. Bagaimana strategi kemitraan itu?

1
1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaiamana strategi advokasi itu

2. Untuk mengetahui bagaimana strateg bina suasana itu

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan masyaraakat itu

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi kemitraan itu

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Advokasi Kesehatan

Advokasi kesehatan adaah upaya untuk mempengaruhi kebijakan melalui

pendekatan kepada para pemimpin atau pengambil keputusan agar bersedia

memberi dukungan, kemudahan pada upaya pembangunan kesehata. Advokasi

kesehatan adalah fokus tersier dalam promosi kesehatan dengan produk kebijakan

kesehatan.

Dengan kata lain advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan

terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang

terkait, dimana pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh- tokoh masyarakat ( baik

itu formal dan informal), yang umumnya berperan sebagai narasumber atau

penentu kebijakan ataupun penyandang dana.

Perlu disadari bahwa dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang

diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya

berlangsung bertahap, yaitu 1. Mengetahui atau menyadari adanya masalah, 2.

Tertarik untuk ikut mengatasi masalah, 3. Peduli terhadap pemecahan masalah

dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, 4. Sepakat

untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan

masalah, 5. Memutuskan tindakan lanjut kesepakatan. Dengan demikian maka

advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat dan tepat, jadi bahan- bahan

advokasi harus disiapkan dengan matang bahan- bahan itu ada:

1. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

2. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

3
3. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

4. Berdasarkan kepada fakta atau evidence- based

5. Dikemas secara menarik dan jelas

6. Sesuai dengan waktu yang tersedia

2.2. Bina Suasana

Upaya membentuk opini publik dengan membuat suasana dan iklim yang

kondusif atau menunjang sehingga msyarakat terdorong untuk melakukan hidup

bersih dan sehat. Bina suasana adalah fokus sekunder dalam promosi kesehatan

dengan produk kemitraan dan dukungan suasana. Oleh karena itu untuk

memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya dalam meningkatkan

peran individu dari fase tahu ke fase mau sangat perlu dilakukan bina

suasana. Terdapat tiga kategori proses bina suasana yaitu:

1. Bina suasana individu

Bina suasana individu dilakukan oleh individu- individu tokoh masyarakat.

Dalam kategori ini tokoh tokoh masyarakat menjadi individu panutan dalam

hal prilaku yang sedang diperkenlkan. Lebih lanjut bahkan mereka juga

bersedia menjadi kaderdan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan

suasana yang kondusif bagi perubahan prilaku individu.

2. Bina suasana kelompok

Bina suasana kelompok ini dilakukan oleh kelompok- kelompok dalam

masyarakat, seperti RT, RW, majelis pengajian, dan organisasi lainnya. Bina

suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/ tokoh masyarakat yang telah

4
peduli terhadap prilaku yang sedang diperkenalkan dan menyatujui serta

mendukungnya.

3. Bina suasana publik

Bina suasana publik ini dilakukan oleh masyarakat umum melalui

pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media- media komunikasi seperti

radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain. Dalam kategori ini

media- media massa tersebut peduli dan mendukung prilaku yang sedang

diperkenalkan. Dengan demikian, maka media- media massa tersebut lalu

menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang

sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang

positif tentang perilaku tersebut.

2.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mendirikan individu, keluarga

dan masyarakat agar berkembangnya kesadaran, kemauan dan kemampuan di

bidang kesehatan. Pemberdayaan adalah fokus primer dalam promosi kesehatan

dengan produk terciptanya kegiatan masyarakat.

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada idividu, keluarga

atau kelompok secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti

perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah

dari tidak tahu menjadi tuhu atau sadar, dari dari tahu menjadi mau, dan dari mau

menjadi mampu melaksanakan prilaku yang diperkenalkan. Pemberdayaan akan

lebih berhasil jika dilaksakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan

5
teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga- lembaga swadaya

masyarakat yang bertindak dibidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan.

2.4. Kemitraan

Kemitraan harus digalang dengan baik dalam rangka pemberdayaan maupun

bina suasana dan advokasi guna mambangun kerjasama dan mendapatkan

dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga,

instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan, emuka atau tokoh

masyarakat, media massa dan lain- lain. Kemitran harus berlandaskan pada tiga

prinsip dasar, yaitu:

1. Kesetaraan

Kesetaraan berarti tidak menciptakan hubungan yang bersifat hirakhis, semua

harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing- masing berada

dalam kedudukan yang sama. Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak

bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan yang dilandasi

kebersamaan atau kepentingan bersama.

2. Keterbukaan

Dalam segala hal diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.

Dan setiap usul atau saran harus disertai bengan alasan yang jujur, sesuia

fakta tidak menutup-nutupi sesuatu. Karena dengan keterbukaan akan

mendorong prilaku kekeluargaan dan kebersamaan.

3. Saling menguntungkan

Adanya keuntungan- keuntungan baik itu langsung maupun tidak langsung

bagi semua pihak yang terkait.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Cara atau proses yang dilakukan untuk mewujudkan atau mencapai visi dan

misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan

yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai

atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara

berhasil guna dan berdaya guna.

Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam

rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah,

tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat. Maka kami tertarik

mengambil judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi

promosi kesehatan yang di tujukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan

masyarakat.

3.2. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, tetapi penulis berharap

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun untuk pengembangan makalah ini di waktu yang akan

datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Triwibowo, Cecep dan Pusphandani, Mitha Erlisa. 2015. Pengantar dasar ilmu

kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

www. Dapkes.go.id/ resources/promosi-kesehatan/panduan-promkes-dbk-pdf

Anda mungkin juga menyukai