Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan selain sebagai media penularan

penyakit (water borne diseases). Diare merupakan penyakit endemis yang

disebabkan bakteri koliform, keberadaan bakteri ini dalam air karena

kontaminasi tinja manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare

antara lain adalah kualitas air bersih secara mikrobiologi, jenis sarana air

bersih, jarak septictank dengan sumber air, tingkat resiko pencemaran air

bersih dan jarak tempat sampah dengan sumber air bersih (Fidianti, 2011).

Menurut data United Nasional Childrens Fund (UNICEF) dan World

Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian

nomor dua pada balita di dunia, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima bagi

segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal

dunia setiap tahunnya karena diare. Di Indonesia, hasil survei yang dilakukan

oleh program, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301

per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil

survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk

(Syuraidah, 2013).

Menurut Green kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar

perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan


2

atau terbentuk dari tiga faktor, diantaranya adalah faktor pemungkin

(enambling factor) yaitu faktor pemicu terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu tindakan atau motivasi. Faktor pemicu tersebut

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya

air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jamban, makanan

bergizi dan sebagainya. Sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk,

kurangnya air minum yang aman dan sehat serta pemanfaatan jamban

keluarga yang kemudian mengakibatkan penyakit diare (Amalina, 2014).

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan

satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang

kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus, muntaber,

disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika (Otaya, 2012).

Berdasarkan profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, tahun 2012

dari 306.959 KK diketahui bahwa 273.855 KK (89,2%) telah memanfaatkan

jamban keluarga dan 261.420 KK (95,5%) telah memenuhi syarat jamban

yang sehat.4Sedangkan untuk wilayah di Kelurahan Limboro sendiri

penggunaan jamban sehat yaitu sebanyak 515 KK dari 561 KK.

Hasi penelitian yang dilakukan oleh Amalina (2014) menemukan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan prilaku buang

air besar di Sungai pada masyarakat Sekayu Kota Semarang. Pada penelitian

ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang prilaku hidup


3

sehat masih kurang sehingga kebiasaan buang air besar di sungai masih

dilakukan.

Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Otaya (2012)

yang juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan tindakan keluarga dalam pemanfaatan jamban keluarga.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa masih terdapat masyarakat yang tidak

memanfaatkan jambannya dan buang air besar di sembarang tempat dan di

sungai.

Berdasarkan hasil observasi di wilayah Kelurahan Limboro khususnya

Lingkungan Camba-camba, masih cukup banyak terlihat masyarakat yang

tidak memanfaatkan jamban sehat terbukti dengan beberapa masyarakat yang

masih BAB di sungai. Padahal akses jamban sudah tersedia, namun sebagian

masyarakat lebih memilih untuk BAB di sungai . Dari segi kesehatan

lingkungan juga sangat mengganggu dimana kondisi air di sungai Mandar

terlihat kering sehingga tinjanya tidak mengalir terbawa air. Selain itu

kebiasaan sebagian masyarakat di Dusun Camba-camba mengambil air

minum di sungai sampai saat ini masih dilakukan. Prilaku buang air besar dan

sumber air minum itu pada sungai yang sama.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan antara Penggunaan Sarana Air Minum dan Pemanfaatan Jamban

Keluraga dengan Kejadian Diare Di Lingkungan Camba-Camba Kelurahan

Limboro Kecamatan Limboro Kabupaten Polman Tahun 2015.


4

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas

dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah ada

hubungan antara Penggunaan Sarana Air Minum dan Pemanfaatan Jamban

Keluraga dengan Kejadian Diare Di Lingkungan Camba-Camba Kelurahan

Limboro Kecamatan Limboro Kabupaten Polman Tahun 2015?.

B. Tujuan Penelitian

1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara Penggunaan Sarana Air Minum dan Pemanfaatan Jamban

Keluraga dengan Kejadian Diare Di Lingkungan Camba-Camba

Kelurahan Limboro Kecamatan Limboro Kabupaten Polman Tahun

2015.

2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat gambaran prilaku buang air besar di sungai

Di Lingkungan Camba-Camba Kelurahan Limboro Kecamatan

Limboro Kabupaten Polman Tahun 2015

b. untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Denga Prilaku

Buang Air Besar Di Sungai Di Lingkungan Camba-Camba Kelurahan

Limboro Kecamatan Limboro Kabupaten Polman Tahun 2015.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi perawat


5

Sebagai bahan masukan untuk profesi perawat dalam memberikan

perawatan kesehatan masyarakat.

2. Bagi instansi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi instansi

untuk menyusun perencanaan program kesehatan lingkungan.

3. Bagi pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga dan dapat menambah wawasan

peneliti mengenai keparawatan komunitas.

Anda mungkin juga menyukai