Anda di halaman 1dari 6

1

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang


Dengan Pushover Analysis Akibat Beban
Gempa Padang
Vicky Rizcky, Endah Wahyuni ST., MSc., PhD dan Data Iranata ST., MT., PhD
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: rizcky.vicky@gmail.com ; endah@ce.its.ac.id ; data@ce.its.ac.id

Abstrak Analisis Pushover merupakan sebuah sarana hanya mementingkan aspek keindahan arsitektur, tetapi
untuk memberikan solusi berdasarkan Performance Based harus memperhatikan juga aspek keselamatan para penghuni
Seismic Design yang pada intinya adalah mencari kapasitas didalamnya. Salah satu aturan perencanaan untuk
struktur. Analisis Pushover dilakukan dengan memberikan mendirikan bangunan adalah bangunan tersebut harus
beban statis dalam arah lateral yang ditingkatkan secara mampu menahan beban gempa yang ada, tidak terjadi
bertahap (increment) hingga mencapai target perubahan
kerusakan berat pada struktur jika terkena beban gempa,
bentuk (displacement) tertentu.
Studi ini membahas tentang assessment kerentanan karena pada dasarnya prinsip bangunan tahan gempa adalah
gedung beton bertulang yaitu analisa tentang hubungan base boleh terjadi kerusakan pada bangunan tersebut, tetapi tidak
shear dengan displacement dan kerusakan kerusakan apa saja pada elemen struktur, atau paling tidak kerusakan atau
yang terjadi. Tahap pertama pengevaluasian adalah melakukan keruntuhan bangunan tersebut diperlambat agar para
evaluasi atau kontrol kapasitas penampang setelah itu penghuni didalamnya mempunyai waktu untuk
melakukan analisis beban seismik atau analisis Statik Nonlinier mengevakuasi diri dan dapat menjaga keamaan jiwa. Untuk
(Pushover), dengan program bantu SAP2000. Dari hasil itu diperlukan assessment terhadap suatu bangunan
analisis pushover dapat dilihat level kerusakan yang terjadi
konstruksi yang telah ada, agar dapat dievaluasi
sehingga dapat dilakukan assessment kerusakan gedung.
Penelitian berpedoman pada SNI-1726-2002 dan FEMA 273
kerentanannya sehingga dapat diketahui apakah bangunan
Berdasarkan hasil perhitungan numerik yang dilakukan tersebut masih layak digunakan dan mampu menahan gaya
melalui analisis pushover, maka dapat disimpulkan bahwa gempa yang mungkin akan terjadi.
kekuatan gempa yang terjadi berada dalam range antara 100% Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh
sampai dengan 120% dari kekuatan gempa rencana, hal ini simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa rencana,
dapat dibuktikan melalui data-data yang didapatkan dari hasil yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
dokumentasi keadaan bangunan pasca gempa dilapangan yang peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah
menunjukan bahwa kondisi bangunan pasca gempa berada kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
dalam kategori IO (Immediate Occupancy Level). Artinya, tidak
Suatu struktur dikatakan memenuhi persyaratan kinerja yang
ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana kekuatan
dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi
baik apabila struktur tersebut memiliki kapasitas untuk
sebelum gempa. Komponen non-struktur masih berada menahan gaya gempa sedemikian hingga perilakunya sesuai
ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi jika dengan kriteria perencanaan yang telah ada. Untuk
utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi dan tidak menentukan kapasitas yang melewati batas elastis diperlukan
terganggu dengan masalah perbaikan. analisis non-linier. Analisis statik nonlinier pushover
Kata Kunci : Analisis Statik Nonlinier Pushover, merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku
Bangunan Tahan Gempa, Kinerja Struktur. keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa.
Tujuan analisis pushover adalah untuk
I. PENDAHULUAN memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi

D alam peraturan standar perencanaan ketahanan gempa


untuk struktur bangunan gedung (SNI 03-1726-2002),
disebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang
serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja yang
kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang
memerlukan perhatian khusus untuk pendetailan atau
sebagian besar wilayahnya berada pada zona 4, 5 dan 6 yang stabilitasnya. Cukup banyak studi menunjukkan bahwa
merupakan wilayah dengan resiko gempa tinggi[2]. Oleh analisis statik pushover dapat memberikan hasil mencukupi
karena itu, diperlukan suatu proses perencanaan struktur (ketika dibandingkan dengan hasil analisa dinamik nonlinier)
yang mampu menahan gaya gempa rencana. Proses untuk bangunan regular dan tidak tinggi [4].
perencanaan struktur tersebut tidak lepas dari peraturan
peraturan yang mendukung yang berlaku di Indonesia, II. TINJAUAN PUSTAKA
seperti SNI 03-2847-2002, untuk bangunan konstruksi yang
A. Konsep Penelitian
direncanakan menggunakan beton bertulang[3].
Berkaca pada efek gempa bumi yang terjadi di Penelitian ini menganalisis kerentanan gedung beton
Indonesia yang mengakibatkan kerusakan sarana dan bertulang yang menjadi objek studi. Dilakukan dengan
prasarana penting, bahkan menimbulkan banyak korban jiwa memodelkan bangunan beton bertulang ke dalam program
serta kerugian materi yang tidak sedikit. Maka dalam bantu SAP 2000.Struktur dianalisis kekuatan penampangnya
perencanaan suatu bangunan konstruksi sebaiknya tidak secara elastis, kemudian dianalisis beban seismiknya dengan
program bantu pushover analysis. Nilai displacement dan
2

base shear yang dihasilkan dari analisis tersebut akan - Tulangan Transversal
diidentifikasi kedalam kategori level kondisi bangunan yang o Tegangan leleh (Fy) : 240 Mpa
terdapat pada peraturan, peraturan yang digunakan untuk o Tegangan putus (Fu): 370 Mpa
mengidentifikasi berpedoman pada SNI-1726-2002 dan 6. Data Elemen Struktur
FEMA 273. - Balok dan Sloof
FEMA 273 dapat menjadi acuan bagi perencanaan o Balok : 15 cm x 20 cm
berbasis kinerja maka kategori level kinerja struktur adalah : o Sloof : 15 cm x 20 cm
Segera dapat dipakai (IO=Immediate Occupancy) - Kolom
Keselamatan penghuni terjamin (LS=Life Safety) o Kolom : 20 cm x 20 cm
Terhindar dari keruntuhan total (CP=Collapse 7. Beban Gempa (E)
Prevention) [5]. Dalam tugas akhir ini, lokasi bangunan terletak
di zona gempa 6, dengan kondisi tanah sedang.
III. METODOLOGI Berikut merupakan gambar respon spectrum gempa
rencana :
Proses penelitian ini ditampilkan dalam sebuah
diagram alir metodologi yang dapat dilihat pada diagram alir
dibawah ini :
MULAI

Pengumpulan Data dan Studi Literatur

Pemodelan Struktur 3D

Pembebanan dan Analisis Struktur Linear


No
Gambar 1. Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah
Gempa 6
Kontrol Disain

B. Analisis Elastis
Yes Berikut ini adalah rekapitulasi disain tulangan dari balok
sloof dan kolom untuk struktur bangunan bertingkat rendah.

Analisis Struktur dengan Metode Pushover Analysis Tabel 1. Kontrol disain tulangan balok
MU ASrenc ASpasang
Lokasi pakai Ket
Evaluasi Kinerja Struktur (Nmm) (mm2) (mm2)
Balok
Tump. 4374203,8 0,00583 146,13 157,08 Ok
Lap. 948892,83 0,00583 146,13 157,08 Ok
Analisis Kerusakan Struktur Pasca Gempa
Tabel 2. Kontrol disain tulangan sloof
MU ASrenc ASpasang
Kesimpulan Lokasi pakai Ket
(Nmm) (mm2) (mm2)
Sloof
Tump. 4419258,0 0,00583 146,13 157,08 Ok
SELESAI Lap. 920104,92 0,00583 146,13 157,08 Ok

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Kontrol disain tulangan kolom


Dimensi ASrenc ASpasang
A. Studi Kasus Lokasi
(mm2) (mm2) (mm2)
Tulangan Ket
Dalam studi, objek merupakan bangunan bertingkat Kolom Tump. 284 314,15 4 10 Ok
rendah yang berfungsi sebagai fasilitas kesehatan dengan 200 x 200
Lap. 284 314,15 4 10 Ok
data bangunan dibawah ini:
1. Lokasi : Padang Pariaman C. Analisis Beban Dorong Statik (Pushover Analysis)
2. Fungsi : Fasilitas kesehatan Analisis statik nonlinier merupakan prosedur analisis
3. Zona Gempa : Zona 6, Tanah sedang untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan
4. Tinggi Bangunan : 3,2 m terhadap gempa, tujuan analisis pushover adalah untuk
5. Mutu Bahan memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi
- Mutu Beton (fc) : 15,1 Mpa serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja yang
- Berat jenis beton : 2400 kg/m3 kritis. Prosedur analisis dengan memberikan beban statis
- Elastisitas beton, Ec : 4700fc dalam arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap
: 18263,598 Mpa (increment) hingga mencapai target perubahan bentuk
- Tulangan Longitudinal (displacement) tertentu.
o Tegangan leleh (Fy) : 240 Mpa
o Tegangan putus (Fu): 370 Mpa
3

C. 1. Kurva Kapasitas
Kurva kapasitas menunjukkan hubungan antara gaya
gempa dan perpindahan yang terjadi hingga struktur runtuh.
Perpindahan yang ditinjau adalah perpindahan atap (roof
displacement) dan gaya geser dasar (base shear).

Tabel 4. Tabel hasil analisis pushover arah x open frame

Gambar 3. Kurva kapasitas pushover arah y open frame

C. 2. Target Peralihan (Performance Point)


Berdasarkan kurva respon spektrum rencana dari
peraturan gempa (SNI-1726-2002) untuk wilayah gempa 6
dengan kondisi tanah sedang diperoleh nilai Ca= 0,36 dan
Cv= 0,54.

Gambar 4. Performance point kurva kapasitas arah x open frame

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa performance point


tercapai pada peralihan 8,10 mm dan gaya geser sebesar
5,77 ton.

Gambar 2. Kurva kapasitas pushover arah x open frame

Tabel 5. Tabel hasil analisis pushover arah y open frame

Gambar 5. Performance point kurva kapasitas arah y open frame

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa performance point


tercapai pada peralihan 9,10 mm dan gaya geser sebesar
5,77 ton.
4

C. 3. Target Peralihan (Performance Point)


Tabel 6. Tabel hasil analisis pushover arah x infilled frame Berdasarkan kurva respon spektrum rencana dari
peraturan gempa (SNI-1726-2002) untuk wilayah gempa 6
dengan kondisi tanah sedang diperoleh nilai Ca= 0,36 dan
Cv= 0,54.

Gambar 8.Performance point kurva kapasitas arah x infilled frame

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa performance point


tercapai pada peralihan 7,85 mm dan gaya geser sebesar
5,77 ton.

Gambar 6. Kurva kapasitas pushover arah x infilled frame

Tabel 7. Tabel hasil analisis pushover arah y infilled frame

Gambar 9.Performance point kurva kapasitas arah y infilled frame

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa performance point


tercapai pada peralihan 7,95 mm dan gaya geser sebesar
5,77 ton.

D. Assessment Tingkat Kinerja Struktur


- Assesment tingkat kinerja struktur pada arah x
Open Frame
Berdasarkan target perpindahan pada arah x sebesar
t = 8,10 mm dan membandingkannya dengan data
pushover pada tabel 4 didapatkan hasil bahwa pada step
2 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan
dan kinerja struktur berada pada batas antara B-IO
(Operational Level menuju Immediate Occupancy
Level).
Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori
level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak
ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan
Gambar 7. Kurva kapasitas pushover arah y infilled frame
kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih
5

berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi perpindahan pada arah y struktur sudah tidak aman untuk
jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi digunakan setelah terkena gempa.
dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh
karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah x - Assesment tingkat kinerja struktur pada arah x
struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena Infilled Frame
gempa. Berdasarkan target perpindahan pada arah x sebesar
Peninjauan diteruskan jika kekuatan gempa rencana t = 7,85 mm dan membandingkannya dengan data
tersebut naik sebesar 20% dari gempa rencana, dan yang pushover pada tabel 6 didapatkan hasil bahwa pada step
terjadi adalah perpindahan pada arah x berubah 3 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan
sebesar t = 19,50 mm dan membandingkannya dengan dan kinerja struktur berada pada kondisi IO (Immediate
data pushover pada tabel 4 didapatkan hasil bahwa pada Occupancy Level).
step 4 nilai perpindahan telah melewati target Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori
perpindahan dan kinerja struktur berada pada batas level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak
antara B-IO (Operational Level menuju Immediate ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
Occupancy Level). kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan
Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih
level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi
ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh
kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah x
berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena
jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi gempa.
dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh Peninjauan diteruskan jika kekuatan gempa rencana
karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah x tersebut naik sebesar 20% dari gempa rencana, dan yang
struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena terjadi adalah perpindahan pada arah x berubah
gempa. sebesar t = 16,85 mm dan membandingkannya dengan
data pushover pada tabel 6 didapatkan hasil bahwa pada
- Assesment tingkat kinerja struktur pada arah y step 5 nilai perpindahan telah melewati target
Open Frame perpindahan dan kinerja struktur berada pada kondisi IO
Berdasarkan target perpindahan pada arah y sebesar (Immediate Occupancy Level).
t = 9,10 mm dan membandingkannya dengan data Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori
pushover pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa pada step level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak
3 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
dan kinerja struktur berada pada batas antara B-IO kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan
(Operational Level menuju Immediate Occupancy kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih
Level). berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi
Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi
level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh
ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah x
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena
kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih gempa.
berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi
jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi - Assesment tingkat kinerja struktur pada arah y
dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh Infilled Frame
karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah y Berdasarkan target perpindahan pada arah y sebesar
struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena t = 7,95 mm dan membandingkannya dengan data
gempa. pushover pada tabel 7 didapatkan hasil bahwa pada step
Peninjauan dimulai jika kekuatan gempa rencana 6 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan
tersebut naik sebesar 20% dari gempa rencana, dan yang dan kinerja struktur berada pada kondisi IO (Immediate
terjadi adalah perpindahan pada arah y berubah sebesar Occupancy Level).
t = 39,50 mm dan membandingkannya dengan data Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori
pushover pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa pada step level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak
7 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
dan kinerja struktur berada pada batas antara IO-LS kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan
(Immediate Occupancy Level menuju Life Safety Level). kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih
Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi
level kinerja Life Safety Level adalah telah terjadi jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi
kerusakan komponen struktur, kekakuan berkurang, dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh
tetapi masih mempunyai ambang yang cukup terhadap karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah y
keruntuhan. Komponen non-struktur masih ada tetapi struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena
tidak berfungsi. Dapat dipakai lagi jika sudah dilakukan gempa.
perbaikan. Oleh karena itu dengan nilai target Peninjauan dimulai jika kekuatan gempa rencana
tersebut naik sebesar 20% dari gempa rencana, dan yang
6

terjadi adalah perpindahan pada arah y berubah sebesar [3] Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara
t = 13,17 mm dan membandingkannya dengan data Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
pushover pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa pada step Gedung (SNI 03-2847-2002). Standar Nasional
7 nilai perpindahan telah melewati target perpindahan Indonesia.
dan kinerja struktur berada pada kondisi IO (Immediate [4] Dewobroto, W. (2006). Evaluasi Kinerja
Occupancy Level). Bangunan Baja Tahan Gempa dengan Analisa
Mengacu pada FEMA 273 maka untuk kategori Pushover. Civil Engineering National Conference
level kinerja Immediate Occupancy Level adalah tidak
: Sustainability Construction & Structural
ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan
Engineering Based on Professionalism, Unika
kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih Soegijapranata, Semarang, Indonesia.
berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi [5] FEMA-273. (1996). NEHRP Guidelines For The
jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi Seismic Rehabilitation of Buildings, Report No.
dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Oleh FEMA-273, Federal Emergency Management Agency,
karena itu dengan nilai target perpindahan pada arah y Washington, D.C.
struktur masih aman untuk digunakan setelah terkena
gempa.

V. KESIMPULAN
Dari hasil perencanaan dan analisis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara analisis elastisitas didapatkan hasil bahwa
penampang struktur mampu menahan beban beban
yang diberikan, baik secara gravitasi maupun beban
kombinasi gempa.
2. Berdasarkan hasil perhitungan numerik yang
dilakukan melalui analisis pushover, maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan gempa yang terjadi
berada dalam range antara 100% sampai dengan
120% dari kekuatan gempa rencana, hal ini dapat
dibuktikan melalui data-data yang didapatkan dari
hasil dokumentasi keadaan bangunan pasca gempa
dilapangan yang menunjukan bahwa kondisi
bangunan pasca gempa berada dalam kategori IO
(Immediate Occupancy Level). Artinya, tidak ada
kerusakan yang berarti pada struktur, dimana
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama
dengan kondisi sebelum gempa. Komponen non-
struktur masih berada ditempatnya dan sebagaian
besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia.
Bangunan dapat tetap berfungsi dan tidak terganggu
dengan masalah perbaikan.
3. Pada dasarnya kondisi yang dihasilkan dari proses
analisis open frame maupun infilled frame adalah
sama yaitu berada pada level kategori IO (Immediate
Occupancy Level). Namun nilai displacement yang
dihasilkan berbeda, untuk open frame arah sumbu x
memiliki nilai displacement 19,5 mm, untuk infilled
frame arah sumbu x memiliki nilai displacement
16,85 mm, untuk open frame arah sumbu y memiliki
nilai displacement 39,5 mm, untuk infilled frame
arah sumbu y memiliki nilai displacement 13,7 mm.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rizcky, Vicky. (2014). Evaluasi Kinerja Gedung
Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat
Beban Gempa Padang. Surabaya.
[2] Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002). Standar Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai