Anda di halaman 1dari 24

ANTIBIOTIKA

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.

Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam
prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon).

Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia,
harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.

Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksik untuk manusia.

Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan secara
benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika justru akan mendatangkan
berbagai mudharat.

Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak
dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan antibiotika adalah
penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Gambar. Resistensi antibiotika

Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan


antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.

Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan
menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang
diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri
tertentu.

Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu,
antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan.
Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat
merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten
terhadap antibiotika.

Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah petunjuk pemakaiannya dan
harus diminum sampai habis.

Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun orang
dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep
dokter.

Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-bakteri baik''
yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal
mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

Golongan antibiotika

Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja


dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan
menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding
sel bakteri.

3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja


dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.

4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan


menghambat sintesis protein dari bakteri.

5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan


menghambat sintesis peptidoglikan.
6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis
peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.

7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan


menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk
replikasi dan transkripsi DNA bakteri.

8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan


menghambat sintesis protein dari bakteri.

9. Kombinasi antibakteri
10. Antibiotika golongan lain
Untuk pemilihan antibiotika yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika yang telah diresepkan dokter
secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat
memilih dan beli antibiotika sesuai kebutuhan anda.

AMINOGLIKOSID

Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang
terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa.

Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces


griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin, Streptomyces
kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin,
Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.

Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama
yang ditemukan adalah Streptomisin.

Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang
lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan
Aminoglikosid.

Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan


Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan
oksigen).

Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara


kronik; misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi
terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid
lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
Sediaan dari Aminoglikosid

Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok :

a. Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin,


Kanamisin dan Streptomisin
b. Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin dan
Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua Aminoglikosid yang diberikan
per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen saluran cerna.

Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat.


1. Streptomisin

Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering dalam vial yang mengandung 1 atau 5 g
zat. Kadar larutan tergantung dari cara pemberian yang direncanakan; dan cara
penyuntikan tergantung dari jenis dan lokasi infeksi.

Suntikan IiM merupakan cara yang paling sering diberikan. Dosis total sehari berkisar
1-2 g (15-25 mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan setiap 12 jam. Untuk infeksi berat
dosis harian dapat mencapai 2-4 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian. Dosis untuk anak
ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua kali penyuntikkan.

2. Gentamisin

Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau ampul 60mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120
mg/3 ml dan 280 mg/2 ml. Salep atau krim dalam kadar 0,1 and 0,3 % salep mata 0,3
%.

Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh digunakan untuk suntikan intratekal atau
intraventrikular (otak) karena mengandung zat pengawet.

3. Kanamisin

Untuk sediaan tersedia larutan dan bubuk kering. Larutan dalam vial ekuivalen
dengan basa Kanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dewasa; serta 75 mg/2
ml untuk anak. Vial bubuk kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral tersedia
bentuk kapsul/tablet 250 mg dan sirup 50 mg/ml.

4. Amikasin

Obat ini tersedia untuk suntikan IM dan IV dalam vial berisi 100; 250; 500; 1.000; da
2.000 mg. Dosis total sehari umumnya tidak lebih dari 1,5 gram sehari. Penyesuaian
dosis perlu dipertimbangkan pada berbagai keadaan. Adanya gangguan faal ginjal
memerlukan pengurangan dosis dan perpanjangan interval waktu antara dosis, dengan
berpedoman pada kadar efektif dalam darah yang berkisar antar 5-10 ug/ml sampai
20-25 ug/ml.

5. Tobramisin
Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml untu suntikan IM. Untuk infus
Tobramisin dilarutkan dalam Dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan diberikan
dalam 30-60 menit. Jangan diberikan lebih dari 10 hari.

6. Netilmisin

Obat ini boleh diberikan IM atau IV, dan tersedia sebagai larutan 50 dan 100, 150
mg/2 ml. Dosisnya ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 2-3 dosis.

Untuk penggunaan intravena dosis tunggal diencerkan dalam 50 sampai 200 ml


pelbagai larutan.

7. Neomisin

Neomisin tersedia untuk penggunan topikal dan oral, penggunaan parenteral tidak lagi
dibenarkan karena toksisitasnya.

Salep mata dan kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari. Untuk oral
tersedia tablet 250 mg. Dosis oral neomisin dapat mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis
terbagi; misalnya yang digunakan pada pengendalian koma hepatik atau pembersihan
lumen usus.

Untuk pemilihan obat Aminoglikosid yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan
konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat Aminoglikosid dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli obat Aminoglikosid sesuai dengan kebutuhan anda.

SEFALOSFORIN

Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain,


mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum
masing-masing derivat bervariasi.

Penggolongan Sefalosporin

Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi
dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai
dengan urutan masa pembuatannya.

Berikut pembagian generasi Sefalosporin :


No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba

1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram


positif dengan keunggulan dari
2. Cefalexin 1 Oral

3. Cefazolin 1 IV dan IM
Penisilin aktivitas nya terhadap
bakteri penghasil Penisilinase
4. Cephalotin 1 IV dan IM

5. Cephradin 1 Oral IV dan IM

6. Cefaclor 2 Oral

7. Cefamandol 2 IV dan IM
Kurang aktif terhadap bakteri
gram postif dibandingkan
8. Cefmetazol 2 IV dan IM dengan generasi pertama,
tetapi lebih aktif terhadap
kuman gram negatif; misalnya
9. Cefoperazon 2 IV dan IM
H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli,
dan Klebsiella
10. Cefprozil 2 Oral

11. Cefuroxim 2 IV dan IM

12. Cefditoren 3 Oral

13. Cefixim 3 Oral

14. Cefotaxim 3 IV dan IM


Golongan ini umumnya kurang
efektif dibandingkan dengan
15. Cefotiam 2 IV dan IM generasi pertama terhadap
kuman gram positif, tetapi jauh
lebih efektif terhadap
16. Cefpodoxim 3 Oral
Enterobacteriaceae, termasuk
strain penghasil Penisilinase.
17. Ceftazidim 3 IV dan IM

18. Ceftizoxim 3 IV dan IM

19. Ceftriaxon 3 IV dan IM

20. Cefepim 4 Oral IV dan IM


Hampir sama dengan generasi
ketiga
21. Cefpirom 4 Oral IV dan IM

Indikasi Klinik

Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang
tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran
ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya
dicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas.

KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena
ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan
Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol
dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.

1. Efek antimikroba

Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang


dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman.

Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.

2. Efek samping
a. Reaksi hematologik

Terdapat dalam 2 bentuk yaitu;

i. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.


Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih
bila pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar
Kloramfenikol dalam serum melampaui 25 mcg/ml.
ii. Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi
bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia.
Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik.
b. Reaksi alergi

Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan


anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada
pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai.

c. Reaksi saluran cerna

Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

d. Sindrom gray

Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200
mg/kg BB) dapat timul sindrom Gray, biasanya antara hari ke 2 sampai hari ke
9 masa terapi, rata-rata hari ke 4.

Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat dan tidak
teratur, perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan bayi
tampak sakit berat.

Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna keabu-abuan;
terjadi pula hipotermia (kedinginan).
e. Reaksi neurologik

Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.

3. Penggunaan klinik

Banyak perbedaan pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol,


tetapi sebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid,
salmonelosis lain dan infeksi H. influenzae. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati
dengan kloramfenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif.

Kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk bayi baru lahir, pasien dengan gangguan
hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya.

4. Sediaan
a. Kloramfenikol

Terbagi dalam bentuk sediaan :

i. Kapsul 250 mg,

Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali
sehari.

Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi


sampai didapatkan perbaikan klinis.

ii. Salep mata 1 %


iii. Obat tetes mata 0,5 %
iv. Salep kulit 2 %
v. Obat tetes telinga 1-5 %
Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.
b. Kloramfenikol palmitat atau stearat

Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung


Kloramfenikol palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol).
Dosis ditentukan oleh dokter.

c. Kloramfenikol natrium suksinat

Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g


kloramfenikol yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau
dektrose 5 % (mengandung 100 mg/ml).

d. Tiamfenikol

Terbagi dalam bentuk sediaan :


i. Kapsul 250 dan 500 mg.
ii. Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah
dilarutkan mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.
Sumber : Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995.

Untuk pemilihan antibiotika Kloramfenikol dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya
anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat Kloramfenikol dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli obat kloramfenikol sesuai dengan yang diresepkan dokter anda

MAKROLIDA

Antibiotika golongan Makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin Lakton yang
besarnya dalam rumus molekulnya. Sebagai contoh terlihat pada struktur dari golongan
Makrolida , Eritromisin di bawah ini.

Golongan Makrolida menghambat sintesis


protein kuman dengan jalan berikatan secara
reversibel dengan Ribosom subunit 50S, dan
bersifat bakteriostatik atau bakterisid
tergantung dari jenis kuman dan kadar obat
Makrolida.

Sekarang ini antibiotika Makrolida yang


beredar di pasaran obat Indonesia adalah
Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin,
Klaritromisin dan Azithromisin.

1. Eritromisin

Eritromisin dighasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif terhadap kuman gram
positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Yang biasa digunakan untuk infeksi
Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difter, Pertusis, iInfeksi
Streptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus, Sifilis, Gonore.

Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet, sirup/sspensi, tablet kunyah dan obat
tetes oral.

Dapat mengalami resistensi dalam 3 mekanisme :


a. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.
b. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman dan

c. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.

Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan turunannya jarang terjadi.
Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang
cepat hilang bila terapi dihentikan.

Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin diberikan dalam dosis tinggi secara
IV.

Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid,


Siklosporin, Digosin, Warfarin dan Teofilin.

2. Spiramisin

Spiramisin adalah antibiotika golongan Makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces


ambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium) aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah
daripada Eritromisin.

Sediaa yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk tablet 500 mg.

Seperti Eritromisin, Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan
saluran nafas.

Spiramisin juga digunakan sebagai obat alternatif untuk penderita Toksoplasmosis


yang karena suatu sebab tidak dapat diobati dengan Pirimentamin dan Sulfonamid
(misalnya pada wanita hamil, atau ada kontra indikasi lainnya). Efeknya tidak sebaik
Pirimentamin dan Sulfonamid.

Pemberian oral kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.

3. Roksitromisin

Roksitromisin adlah derivat Eritromisin yang diserap dengan baik pada pemberian oral. Obat
ini lebih jarang menimbulkan iritasi lambung dibandingkan dengan Eritromisin.

Juga (bioavailabilitas) kadar obat yang tersedia tidak banyak terpengaruh oleh adanya
makanan dalam lambung.

Kadar obat dalam darah dan plasma lebih tinggi dari Eritromisin.

Bentuk sediaan yang beredar adalah tablet atau kapsul 150 mg dan 300 mg.

Indikasinya diperuntukkan untuk infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawah
seperti bronkitis akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut dan
kronis, infeksi kulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan infeksi, ulkus pada
kaki.

4. Klaritromisin

Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi yang sama denga Eritromisin. Secara in vitro (di
laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang paling aktif terhadap Chlamydia trachomatis.
Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung.

Efek sampingnya adalah iritasi saluran cerna (lebih jarang dibandingkan dengan iritasi
saluran cerna dan peningkatan enzim sementara di hati.

Klaritromisin juga meningkatkan kadar Teofilin dan Karbamazepin bila diberikan


bersama obat-obat tersebut.

5. Azitromisin

Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti
bronkitis, pneumonia, penyakit akibat hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru,
kulit dan tenggorokan.

Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang disebabkan oleh virus.

Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya
digunakan dengan atau tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar
membantu anda ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap
harinya.

Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih atau kurang dari dosis yang
ditentukan oleh dokter.

Kocok sirup dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik.
Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis yang anda
gunakan. Setelah itu bersihkan syringe dengan air.

Untuk tablet harus diminum dengan segelas air penuh.

Habiskan obat yang diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal
ini untuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak diselesaikan.

Sumber :

Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1995.

http://www.nlm.nih.gov
Untuk pemilihan antibiotika Makrolida dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika Makrolida dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli obat antibiotika Nakrolida sesuai dengan yang diresepkan dokter
anda.

PENISILIN
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal.

Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin
yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk
penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih
banyak.

Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin semisintetik.

Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan
cara sintesis dari inti Penisilin.

Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin
kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi
enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.

1. Aktivitas dan Mekanisme Kerja Penisilin

Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding


sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid
(membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan
metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun
ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).

Oleh karenanya penting untuk menghabiskan antibiotika yang diresepkan dokter anda.

2. Efek Samping Penisilin


o Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi
sistemik yang serius.

o Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare.

o Mudah marah, halusinasi, kejang

3. Sediaan dari Penisilin

Antibiotika golongan penisilin yang beredar di pasaran untuk penggunaan oral adalah :

a. Amoksisilin dan campurannya (asam klavulamat)


Bentuk tablet atau kapsul dengan kandungan Amoksisilin 250mg, 500 mg
dan 875 mg. Agar Amoksisilin tidak rusak oleh asam lambung, Amoksisilin
ada yang dikombinasi dengan asam Klavulamat 125 mg. Untuk sediaan ini
tidak boleh dibagi/diracik karena kandungan optimum Asam Klavulamat
untuk bentuk sediaan tablet 125 mg.

Bentuk sediaan sirup dengan kandungan Amoksisilin 125 dan 250 mg / 5


ml. Bila dikombinasi dengan Asam Kavulamat, 31,25 mg Asam Klavulamat
dan 125 mg Amoksisilin atau 62,5 mg Asam Klavulamat dan 250 mg
Amoksisilin.

Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial 1.000 mg, dengan
kombinasi Asam Klavulamat 200 mg.

b. Ampisilin

Bentuk sediaan kapsul atau tablet dengan kandungan 250 mg, 500 mg
atau 1000 mg.

Bentuk sediaan sirup dengan kandungan 125 mg atau 250 mg/5 ml sirup.
Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial dengan kandungan 200 mg,
500 mg dan 1.000 mg Ampisilin. Dan ada kombinasi 1.000 mg Ampisilin
dan 500 mg Sulbactam atau 500 mg Ampisilin dan 250 mg Sulbactam

c. Flucloxacilin

Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg
zat aktif juga dalam bentuk sirup dengan kandungan zat aktif 125 mg / 5 ml.

d. Cloxacilin

Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg
zat aktif juga dalam bentuk vial dengan kandungan zat aktif 250 mg, 500 mg dan
1.000 mg /vial.

e. Piperacilin

Di pasaran terdapat dalam kombinasi; 4 gram Piperacilin dengan 500 mg


Tazobactam dalam bentuk vial.

f. Sulbenicilin

Di pasaran terdapat dalam bentuk vial dengan kandungan 1 gram dan 2 gram zat
aktif.

g. Derivat penisilin lainnya

Seperti Phenoxymethyl Penicillin dan Benzathine Penicillin dalam bentuk vial untuk
pemakaian injeksi.

2. Penggunaan Klinik
a. Infeksi kuman gram positif

Kuman dalam bentuk kokus seperti Pneumonia, Meningitis, Endokarditis, Otitis


Media akut dan Mastoiditis, juga infeksi Stafilokokus.

Kuman dalam bentuk batang seperti Difteria, Klostridia, Antraks, Listeria,


Erisipeloid.

b. Infeksi kuman gram negatif

Kuman dalam bentuk kokus seperti infeksi Meningokokus, Gonore, infeksi


Gonokokus di ekstragenital, juga Sifilis.

Kuman dalam bentuk batang seperti pada infeksi Salmonella dan Shigelia,
Haemophilus influenzae, P. multocida.

Hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan antibiotika Penisilin :

Amati tanda-tanda alergi Penisilin, seperti ruam atau gatal, yang timbul dalam waktu 20
menit (atau setelah beberapa hari). Waspadalah terutama bila terjadi kesulitan bernafas,
rasa tercekik, pusing, cemas, lemah, dan berkeringat. Laporkan segera pada dokter
gejala-gejala tersebut.
Minumlah semua obat anda, walaupun anda sudah merasa sembuh, menghentikan
pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kekambuhan.
Jika anda lupa minum obat satu dosis, minumlah segera mungkin. Lalu jarak minum dosis
obat yang tersisa pada hari itu diperpendek semuanya untuk memperbaiki dosis yang
terlupa. Penisilin bekerja efektif bila kadar Penisilin dalam tubuh anda tetap.

Hindari makanan yang asam (jeruk asam, vitamin c) yang akan mengurangi keefektifan
Penisilin.

Hubungi dokter anda jika gejala-gejala penyakit anda tidak membaik dalam waktu
beberapa hari setelah menggunakan Penisilin.

Sumber : Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1995.

Untuk pemilihan antibiotika Penisilin dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika Penisilin dengan merk yang berbeda
secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih
dan beli antibiotika Penisilin sesuai dengan yang diresepkan dokter anda.

KUINOLON

Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar
tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram
negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai
kadar pengobatan dalam darah.

Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja.

Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada
cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara
dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki
penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.

Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara
lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin,
Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.

1. Mekanisme Kerja Kuinolon

Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana
terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan
selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.

Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase.
Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada
kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

2. Efek Samping dan Interaksi Obat


Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya
yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat.

Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan,
merupakan efek samping yang paling sering dijumpai.

Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit
kepala, vertigo, dan insomnia.

Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan
kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau
epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.

Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan


kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan
efek ini walaupun tidak begitu dramatis.

3. Penggunaan Klinik
a. Infeksi saluran kemih

Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.

b. Infeksi saluran cerna

Seperti demam Tifoid dan Paratifoid

c. Infeksi saluran nafas bawah

Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis

d. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin

Gonore

e. Infeksi jaringan lunak dan tulang

Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps.
aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid.

4. Sediaan di Pasaran

a. Spirofloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250
mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan
kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.

b. Ofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg
dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml.

c. Moksifloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400
mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.

d. Levofloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250
mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500
mg/100 ml.

e. Pefloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg.
Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul
dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.

f. Norfloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.

g. Sparfloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.

h. Lornefloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.

i. Flerofloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga
tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.

j. Gatifloksasin

Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga
tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.

sumber :
Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1995.

Untuk pemilihan antibiotika Kuinolon dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika Kuinolon dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli antibiotika Kuinolon sesuai dengan yang diresepkan dokter anda.

TETRASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang


dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens.

Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat


secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces
lain.

1. Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman.

Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling


sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom
bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua
ialah sistem transportasi aktif.

Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika


Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek
tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang
biak.

Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme


kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing
derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

2. Efek Samping dan Interaksi Obat Tetrasiklin

Iritasi lambung pada pemberian oral. Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV).

Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedanag tumbuh dan membentuk
kompleks. Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga
tahun.
Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan
cenderung mengalami karies.

Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur, dengan gejala
adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus.

Absorbsi Tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital,


Fenitoin dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena
metabolismenya dipercepat.

Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan Antioagulan.

3. Penggunaan Klinik Tetrasiklin


a. Tetrasikin

Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea.


Tetrasikin juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan,
sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore.

b. Doksisiklin

Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan


pada infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria,
serta perawatan infeksi Kaki Gajah.

c. Oksitetrasiklin

Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia,


pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena
hubungan kelamin.

d. Minosiklin

Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi
saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin
juga dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat
menyebabkan meningitis.

4. Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran


a. Tetrasikin

Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg.
Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi
lambung.

b. Doksisiklin
Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan
kanduungan 50 mg dan 100 mg.

c. Oksitetrasiklin

Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial 50
mg/ml untuk injeksi.

d. Minosiklin

Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

sumber :
Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1995.

www.tiscali.co.uk
www.nlm.nih.gov
en.wikipedia.org
Untuk pemilihan antibiotika Tetrasiklin dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika Tetrasiklin dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli antibiotika Tetrasiklin sesuai dengan yang diresepkan dokter anda.

KOMBINASI ANTIMIKROBA

Karena kerja dari dua antimikroba Trimetropim dan Sulfametoksazol dalam menghambat
reaksi enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi antimikroba ini memberikan efek
sinergi.

Penemuanan kombinasi antimikroba ini merupakan kemajuan penting dalam usaha


meningkatkan efektivitas klinik antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama
kotrimoksazol.

1. Spektrum antibakteri

Mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba kotrimoksazol ialah: Str. Pneumoniae, C.
diphteriae, dan N. meningitis, 50-59% strain S. aureus, S. epidermidis, Str. pyogenes, Str.
viridans, Str. faecalis, E. coli, Pr. mirabilis, Pr. morganii, Pr. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter
spesies, Salmonella, Shigella, Serratia dan Alcaligenes spesies dan Klebsiella spesies. Juga
beberapa strain stafilokokus yang resisten terhadap Metisilin, Trimetropim atau
Sulfametoksazol sendiri, dan mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba ini.

Kedua antimikroba memperlihatkan interaksi sinergistik (bekerja saling menguatkan).


Kombinasi antimikroba ini mungkin efektif walaupun mikroba telah resisten terhadap
Sulfonamid (golongan dari Sulfametoksazol) dan agak resisten terhadap Trimetropim.
Daya kerja yang sinergi akan maksimal bila mikroba peka terhadap kedua
antimikroba tersebut.

2. Mekanisme kerja antimikroba kombinasi

Aktivitas kombinasi antimikroba Kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap
yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk Asam tetrahidrofolat.
Sulfometoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan
Trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi
Tetrahidrofolat.Trimetropim menghambat enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara
sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia.Seperti
tergambar pada diagram di bawah ini.

3. Sediaan

Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet oral, mengandung 400
mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim. Untuk anak tersedia juga bentuk suspensi oral
yang mengandung 100 mg Sulfametoksazol dan 20 mg Trimetropim.

Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 400 mg


Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim per 5 ml.

4. Penggunaan klinik

a. Infeksi saluran kemih


Infeksi ringan saluran kemih bagian bawah. Sediaan kombinasi antimikroba Kotrimoksazol
efektif untuk infeksi kronik dan berulang saluran kemih.

b. Infeksi saluran nafas

Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol efektif untuk pengobatan otitis media akut pada anak
dan sinusitis maksilaris akut pada orang dewasa yang disebabkan strain H. influenzae dan Str.
pneumoniae yang masih sensitif.

c. Infeksi saluran cerna

Sediaan antimikroba kombinasi Kotrimoksazol ini berguna untuk pengobatan Shigellosis


karena beberapa strain mikroba penyebabnya telah resisten terhadap Smpisilin. Namun
akhir-akhir ini dilaporkan terjadinya resistensi mikroba terhadap Sulfametoksazol. Obat ini
juga efektif untuk demam Tifoid dan carrier S. typhi dan Salmonella spesies lain.

d. Infeksi oleh Pneumocystis carini

Dengan dosis tinggi efektif untuk infeksi yang berat oleh Pneumocystis carini pada penderita
AIDS. Dengan dosis rendah pada penderita Neutropeni.

e. Infeksi genitalia

Digunakan untuk pengobatan Chancroid.

f. Infeksi lainnya

Infeksi oleh jamur Norkadia, untuk pengobatan Bruselosis. Juga untuk infeksi berat pada
anak.

Sumber : Buku Farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1995.

www.tiscali.co.uk

www.nlm.nih.gov

en.wikipedia.org

Untuk pemilihan kombinasi antimikroba Kotrimoksazol dan dosis/cara pakainya yang tepat
ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari kombinasi antimikroba Kotrimoksazol


dengan merk yang berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore.
Sehingga anda dapat memilih dan beli kombinasi antimikroba Kotrimoksazol yang
diresepkan dokter anda.

ANTIBIOTIKA GOLONGAN LAIN


Antiobiotika golongan lain yang ada di Indonesia adalah : Klindamisin, metronidazol,
colistin, tinidazol, fosfomycin, teicoplanin, vancomycin dan linezolid. Berikut informasi
detail dari antibiotika golongan lain :

1. Klindamisin

Klindamisin digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi pada saluran
nafas, septikemia, dan peritonitis. Untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin
Klindamisin juga dapat digunkan untuk infeksi bakteri aerobik. Klindamisin juga
dapat digunakan untuk infeks pada tulang yang disebabkan staphylococcus aureus.
Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin posfat digunkan untuk jerawat yang
parah.

Klindamisin efektif untuk infeksi yang disebabkan mikroba sebagai berikut :

o Bakteri aerobik gram positif seperti golongan Staphylococus dan Streptococus


(pneumococcus)
o Bakteri anaerobik gram negatif termasuk golongan Batericoides dan
Fusobacterium

2. Metronidazol

Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena
beberapa organisme memiliki kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif
metronidazol di dalam selnya. Secara sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi
anaerobik, trikomonasis, amubiasis, lambiasis dan amubiasis hati.

3. Colistin

Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks sulfomethyl, colistimetate.


Tablet Colistin sulfat digunakan untuk mengobati infeksi usus atau untuk menekan
flora di kolon. Colistin sulfat juga digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan
tetes mata. Colistimethat digunakan untuk sedian parenteral dan dalam bentuk aerosol
untuk pengobatan infeksi paru-paru.

4. Tinidazol

Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme kerjanya dengan cara


masuk ke dalam sel mikroba dan berikatan dengan DNA.Dengan cara ini mikroba
tidak dapat berkembang biak. Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan
untuk menghentikan penyebaran bakteri anaerob. Bakteri ini biasanya menginfeksi
lambung, tulang, otak dan paru-paru.
Sumber :
http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/
archive/100003949.html

5. Teicoplanin

Teicoplanin merupakan kelompok antibiotika dari glikopeptida. Bakteri memiliki


dinding sel luar yang dipertahankan oleh molekul peptidoglikan. Dinding sel sangat
vital untuk mempertahankan pada lingkungan normal di dalam tubuh di mana bakteri
hidup.Teicoplanin bekerja dengan mengunci formasi dari peptidoglikan. Dengan cara
tersebut dinding bakteri menjadi lemah sehingga bakteri mati. Teicoplanin digunakan
untuk infeksi serius pada hati dan darah. Teicoplanin tidak dapat diserap di lambung
sehingga hanya diberikan dengan cara infus atau injeksi.
Sumber :
http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/
archive/100003919.html

6. Vancomycin

Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri.

Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh.


Kadangkala digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan untuk
penderita dengan gangguan hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati
yang alergi dengan penisilin.Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat
digunakan untuk mencegah endocarditis pada pasien yang telah melakukan operasi
gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau tenggorokan).

Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak
berguna. Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping
yang serius, termasuk merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering
terjadi pada pasien yang berumur lanjut.
Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/uspdi/202590.html

7. Linezolid

Linezolid digunakan untuk mengobati infeksi termasuk pneumonia,infeksi saluran


kemih dan infeksi pada kulit dan darah. Linezolid termasuk golongan antibiotika
oxazolidinon.Cara kerja dengan menghentikan perkembang biakan bakteri.

Linezolid dapat berupa tablet atau suspensi oral. Biasanya diminum sesudah atau
sebelum makan dua kali sehari (setiap 12 jam) untuk 10 sampai 28 hari. Jangan
minum kurang atau lebih dari yang diresepkan dokter anda.

Sebelum minum suspensi oral, bulak balik botol dengan baik tiga hingga lima kali.
Jangan dikocok.
Lanjutkan minum obat hingga habis walau anda merasa sudah sembuh.Jangan
hentikan minum obat tanpa bicara ke dokter anda.
Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/medmaster/a602004.html

Untuk pemilihan antibiotika golongan lain yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri
dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antibiotika golongan lain dengan merk yang
berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda
dapat memilih dan beli antibiotika golongan lain sesuai dengan kebutuhan anda.

Anda mungkin juga menyukai