Anda di halaman 1dari 4

Aku & KMGP

Iwan Mariono

14 Januari pukul 23:00

Cerpen Helvy Tiana Rosa: Ketika Mas Gagah Pergi.

Saya baru membacanya malam ini. Cerpen ini ditulis oleh beliau sejak thn 1993 --beliau masih
kuliah dan sy masih bayi. Namun, setelah 20 tahun lebih berlalu dan sy baru membacanya
malam ini, isinya tetap relevan dengan kehidupan sekarang. Keren.. keren.. keren.. (y),

Status facebook itu saya buat beberapa menit setelah saya selesai membaca kisah KMGP.
Salah seorang teman sudah lama menyarankan saya untuk membaca kisah ini karena dia tahu
kalau saya benar-benar penggila buku. Buku ber-genre apa saja asal ada waktu akan saya baca.
Namun saya baru membacanya beberapa tahun berikutnya lebih dari 3 tahun setelahnya. Ini
adalah karya Mbak Helvy yang pertama saya baca, karena selama ini saya justru lebih banyak
membaca karya adiknya, Mbak Asma Nadia yang salah satu bukunya baru aja difilmkan.

Saya sendiri tidak terlalu terikat emosional dengan kisahnya kecuali mengingatkan saya
pada masa kecil di mana saya benar-benar pengen punya adik perempuan. Saya membayangkan
bisa menjadi Mas Gagah yang baik buat adik saya yang pastinya sekarang sudah beranjak
dewasa dan cantik dengan balutan jilbabnya. Namun semua itu hanya sebatas imajinasi sampai
umur saya hendak menginjak 23 tahun ternyata Ibu sudah tidak memberikan adik lagi kecuali
saya sendiri sebagai anak satu-satunya. Maka untuk menjadi Mas Gagah seperti yang ada dalam
cerita, saya harus mencari anak gadis orang untuk saya jadikan seperti adik saya sendiri,
menyayanginya, menasihatinya jika salah, sekaligus teman sharing dan bercanda. Mungkin
dengan menikahinya begitu batin saya.

Satu-satunya yang membuat saya terikat emosi adalah bahwa saya juga adalah seorang
penulis walau belum pernah menerbitkan satu pun buku. Hehehe. Saya membaca banyak buku
juga dari banyak penulis berbeda, tujuannya hanya untuk mengetahui gaya kepenulisan
seseorang. Dan kekaguman itu muncul dari cerita KMGP yang sudah diketik lebih dari 20 tahun
yang lalu. Saya bisa merasakan bagaimana sebuah kisah bisa menggugah hati seseorang untuk
menjadi muslim-muslimah kaaffah melalui kisah yang benar-benar menyentuh hati nurani
pembaca. Bukan sekedar ceritanya yang membuat saya terharu ketika tiba di halaman terakhir.
Emosi saya benar-benar kembali ke era tahun 90an. Bukan hal yang mudah ketika era 80-90an
masih banyak perempuan-perempuan muslim di Indonesia yang bahkan belum lazim
menggunakan jilbab. Saya melihat realitas itu di kehidupan sosial saya ketika masih kanak-
kanak, termasuk dari ibunda saya sendiri yang baru mengenakan jilbab baru di era millennium
kedua.

Dan benar saja, pikiran itu langsung terdukung ketika saya browsing nama Helvy Tiana
Rosa dan langsung membuka situs Wikipedia yang di dalamnya terdapat pernyataan: cerpen ini
adalah garda depan alias pelopor alias pionir lahirnya karya-karya fiksi Islami di Indonesia,
termasuk novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El-Shirazy.

Saya pun merekomendasikan teman-teman untuk membacanya, dari komentar mereka


ada yang sampai menitikan air mata. Ada juga teman yang merasa tersentuh emosinya ketika
adegan di mana Gita membuka pintu lalu seolah terjadi percakapan dengan Mas Gagah padahal
itu hanya sebuah ilusi. Ternyata benar, cerpen ini akan tetap relevan sampai kapan pun.
Menyentuh sisi emosi pembacanya. Bisa menyadarkan seseorang bahwa ada tujuan hakiki dari
kita sekedar menjalani hidup sebagai manusia. Hingga akhirnya saya sadar, dakwah melalui
cerpen tenyata lebih mengena di hati karena kita bisa menawarkan pada semua orang sekali pun
dia tidak hobi membaca kan hanya cerpen, tidak panjang seperti novel. Untuk pertamakali juga
saya membaca cerpen seperti membaca novel, kisahnya seolah sudah mencakup semua yang ada
dalam satu novel tebal sekali pun.

Dengan demikian, kisah KMGP selamanya akan terbalik dalam imajinasi saya sebagai
seorang pengarang:

Mas Gagah masih hidup, justru adiknyalah yang sekarang tidak ada. Dia kini hidup
sebagai anak tunggal. Mas Gagah akan meneruskan perjalanannya menjadi pemuda yang
istiqomah, terus menebar kebaikan walau adiknya kini tiada lagi. Perjalanannya masihlah
panjang, dia belum lagi menyelesaikan kuliahnya. Dia akan membuat kedua orangtuanya
bangga. Dia akan mencari adik baru seperti Gita, adiknya yang kini tiada.

Mas Gagah masih hidup, dia hanya bisa berdoa semoga adiknya yang tiada itu menjadi
inspirasi buat teman-temannya. Semoga masih banyak Gita-Gita baru yang terlahir kembali,
menjadi muslimah yang kaaffah. Siapa tidak bangga punya adik seperti dia? Mas Gagah juga
berjanji akan terus menebar kebaikan sampai penghembusan nafas yang terakhir. Mas Gagah
akan meneruskan dakwah ini dengan cara yang baik, cara-cara yang dicontohkan langsung oleh
Rasul-Nya.

Dan yang terakhir, Mas Gagah hanya bisa berdoa, semoga Mas Gagah juga kelak
dipertemukan dengan gadis sholeha atau gadis yang baik seperti adiknya yang kini tiada itu.
Adik yang sangat menyangi kakaknya. Adik yang mau mendengarkan nasihat-nasihat kakaknya
walau pun kadang usilnya minta ampun. Aku akan berusaha menjadi Mas Gagah yang sholeh
dan istiqomah. Ya, itulah harapan Mas Gagah selanjutnya. Dia hanya bisa berdoa sambil terus
berbenah.

"Mas, Gita akhwat bukan sih?"

"Ya, insya Allah akhwat!"

"Yang bener?"

"Iya, dik manis!"

"Kalau ikhwan itu harus ada janggutnya, ya?!"

"Kok nanya gitu sih?"

"Lha, Mas Gagah kan ada janggutnya?"

"Ganteng kan?"

"Uuuuu! Eh, Mas, kita kudu jihad ya? Jihad itu apa sih?"

"Ya always dong, jihad itu"

Aku selalu merindukan momen itu adikku. Tidak akan aku lupakan. Semoga kau di sana
menjadi bidadari yang membuat para bidadari-bidadari sesungguhnya cemburu. Ya, mereka
cemburu karena akhlak-akhlakmu.

Ya, Mas Gagah masih ada di sini. Dia masih hidup. Tidak ada yang bisa mengubahnya
walau Helvy Tiana Rosa sekali pun.

Adapun perubahan yang saya dapat dari cerpen ini; saya akan menulis, menulis, dan terus
menulis bagaimana cara mengembangkan dakwah ini dengan penuh dinamika, khususnya
melalui dunia sastra. Dan niat itu dikuatkan oleh kisah dalam cerpen ini tidak ada kisah yang
dapat bertahan lama dalam membuat orang sadar kecuali ditulisnya dengan melibatkan
emosionalnya yang terdalam.

Surakarta, 26 Januari 2015


(23.55 WIB)

Nama Lengkap: Iwan Mariono


Alamat Lengkap: Kampus 4 FK UMS, Jl. Pos Tromol No. 1, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.
HP: 085241149285
e-mail: iwanmariono@gmail.com
No. Rek: 7007521237 (Bank Syariah Mandiri) a.n IWAN MARIONO

Anda mungkin juga menyukai