Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama
dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan
gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan
tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan
yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bitumen.Perubahan kimiawi dan fisika
terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan
membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
1. Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bitumen yang
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah.
Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang
rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah.
2. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali
berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Contohnya adalah batubara bitumen dan
antrasit. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang
lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang
lebih banyak. Antrasit adalah batubara dengan mutu yang paling baik dan dengan
demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat
kelembaban yang lebih rendah
Manfaat Batubara
Batu bara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunan yang
paling penting adalah untuk :
Karbon teraktivasi digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin
pencuci darah.
Serat karbon bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada
konstruksi, sepeda gunung dan raket tenis.
Metal silikon digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang pada gilirannya
digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin, kosmetik, shampo dan
pasta gigi.
Mengenal Batubara (1)
Sumber: Berita Iptek Topik: Geologi Tags: Batubara
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan
yang sangat panjang. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan
secara komersial di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut
Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam
sekitar tahun 1000 SM. Bahkan petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari
filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang seperti batu.
Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris juga
menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh bangsa Romawi pada tahun 400 SM.
Catatan sejarah dari Abad Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu bara di
Eropa, bahkan suatu perdagangan internasional batu bara laut dari lapisan batu bara yang
tersingkap di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama Revolusi Industri
pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat mendesak. Penemuan revolusional
mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam
pertumbuhan penggunaan batu bara. Oleh karena itu, riwayat penambangan dan penggunaan
batu bara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait
dengan produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap.
Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring
dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak
menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan batubara.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa batubara akhirnya tidak berperan sama sekali
sebagai salah satu sumber energi primer.
Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang
berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan
upaya pemenuhan pasokan energi yang kontinyu. Selain itu, labilnya kondisi keamanan di
Timur Tengah yang merupakan produsen minyak terbesar juga sangat berpengaruh pada
fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan. Keadaan inilah yang kemudian mengembalikan
pamor batubara sebagai alternatif sumber energi primer, disamping faktor faktor berikut ini:
Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven
coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan asumsi
tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per tahun untuk
produksi batubara keras (hard coal) dan 879 juta ton per tahun untuk batubara muda
(brown coal), maka cadangan batubara diperkirakan dapat bertahan hingga 164 tahun.
Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini, minyak diperkirakan akan habis
dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun. Disamping itu, sebaran
cadangannya pun terbatas, dimana 68% cadangan minyak dan 67% cadangan gas
dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.
1. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang
stabil.
2. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
3. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
4. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi
sementara.
5. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
6. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
7. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan
dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology)
dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Melihat pemaparan di atas, dapat dimengerti bahwa peranan batubara dalam penyediaan
kebutuhan energi sangatlah penting. Disini penulis tidak akan membahas lebih jauh tentang
hal tersebut, tapi akan mengenalkan tentang batubara dan parameter umum yang menjadi
penilaian kualitas batubara.
Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan
bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan
pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi
tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)
tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang
berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-
macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan
batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka
batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
berlangsung hingga membentuk antrasit.
Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar
karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka
batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah
seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan
berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar
karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu
batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam
mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. (bersambung)