Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi
diperoleh dari makanan sehari-hari. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen
pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi
tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem
kekebalan tubuh dan pembekuan darah.
Thiamine, atau vitamin B1, merupakan salah satu vitamin penting yang sangat
diperlukan oleh tubuh. Vitamin ini memasuki hampir setiap reaksi kimia didalam tubuh.
Tampa thiamine, sel tidak dapat menggunakan oksigen atau bahan bakar untuk tenaga.
Susunan urat saraf tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa thiamine, dan otot-ototpun tidak
dapat bekerja sebaik-baiknya.
Bila makanan tidak mengandung thiamine, segala jenis nyeri otot terasa diseluruh
tubuh. Urat sarat mudah terganggu dan orang itu menderita gangguan pencernaan, perasaan
lemah, kekurangan darah, dan hilang rasa nafsu makan. Inilah penyakit yang serius yang
disebut beri-beri.
Orang yang sudah lama ketagihan minuman keras dan orang yang hidup dengan
makanan yang serba kurang sering mengalami penyakit beri-beri. Banyak orang mengeluh
karena perasaan lelah dan mudah marah, tetapi sebenarnya mereka menderita kekurangan
thiamine, atau vitamin B1. Kesulitan ini hampir selamanya disebabkan oleh makanan yang
tidak baik. Pasien seperti ini akan merasa kuat dan sehat kembali, bila makanannya ditukar
dengan makanan yang seimbang.
Sumber yang terbaik untuk vitamin B1, ialah biji-bijian yang masih berkulit
ari, kecambah gandum, sayur-sayuran, kacang-kacangan kering, ercis, dll. Thiamine tidak
terdapat dalam kebanyakan makanan yang sudah dihaluskan, seperti tepung putih, kanji, gula
putih, beras yang diputihkan dan lemak. vitamin B1 tidak dapat disimpan didalam tubuh. Ini
berarti bahwa vitamin ini harus ada di dalam makanan setiap hari. Natrium Bicarbonat yang
sering dipakai memasak sayur-sayuran, sebenarnya merusak vitamin ini. Ada baiknya
menghindarkan pemakaian Natrum Bicarbonat bila menyediakan makanan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami vitamin B1

2. Membandingkan senyawa pembentuk thiamin (Pirimidin dan Thiazole)

1|Kimia Farmasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

No. Praktikum : 03

Hari/Tanggal : Kamis/ 27 April 2016

2. 1 Dasar Teori

2.1 Pengertian Vitamin B1

Sebuah vitamin dengan struktur kimia C12H17C1N4OS, salah satu jenis dari vitamin B
kompleks, yang banyak ditemukan dalam daging, ragi, dan biji-bijian. Vitamin ini berfungsi
sebagai metabolisme karbohidrat dan juga menormalkan aktivitas saraf. Vitamin ini larut
dalam air, dan dalam metabolisme karbohidrat menjadikan gula yang lebih sederhana dan
setelah itu dapat digunakan sebagai bahan bakar energi tubuh.Thiamin ini juga diperlukan
untuk membuat kerja jantung menjadi normal, membuat kerja otot baik, dan juga seperti yang
telah disebutkan, Menormalkan fungsi saraf tubuh Thiamin atau vitamin B1 adalah vitamin
yang termasuk dalam kelompok vitamin B-kompleks. Vitamin B1 Tiamin dikenal sebagai
vitamin berenergi karena memiliki efek yang bermanfaat bagi sistem saraf dan energi. Bentuk
murni dari dari vitamin B1 Thiamin adalah Tiamin Hidroklorida.

2.2 Manfaat Vitamin B1 (Thiamin) Dalam Tubuh

Apa manfaat atau keuntungan mengkonsumsi thiamin dalam tubuh kita? Manfaatnya adalah
mendorong pertumbuhan, melindungi otot jantung, dan mengoptimalkan fungsi kerja otak.
Selain itu fungsinya dalam pencernaan juga baik, mengkonversi karbohidrat serta
meningkatkan pembentukan urine. Selain itu bermanfaat sebagai pencegah sembelit pada
pencernaan.

Dalam darah pun vitamin B1 sangat bermanfaat yaitu menjaga jumlah sel darah merah,
menjaga sirkulasinya dan juga membantu kulit tetap sehat. Mengurangi kelelahan, mencegah
terjadinya gagal jantung, hingga mencegah penuaan dini dan kepikunan. Sehingga manfaat
thiamin atau vitamin B1 ini sangat banyak sekali bagi manusia.

2.3 Kebutuhan Harian Vitamin B1

Kebutuhan harian vitamin B1 erat kaitannya dengan dosis. Jika Anda sadar bahwa dosis
vitamin B1 yang kita konsumsi itu sebenarnya tidak boleh kelebihan ataupun kekurangan.
Walaupun dalam penggunaan hariannya kita juga tidak mampu mengukur vitamin B1 yang
telah masuk ke dalam tubuh, namun Anda bisa mengukurnya dari jumlah berat sayuran atau

2|Kimia Farmasi
buah atau daging yang mengandung vitamin B1 yang telah Anda makan. Lalu berapakah
dosis hariannya?

Untuk kebutuhan laki-laki, vitamin B1 dengan dosis sesuai usia sebagai berikut:

1 sampai 3 tahun : 0.5 miligram per hari


4 sampai 8 tahun : 0.6 miligram per hari
9 sampai 13 tahun : 0.9 miligram per hari
14 tahun ke atas : 1.2 miligram per hari

Sedangkan untuk kebutuhan perempuan dengan dosis juga sesuai usia sebagai berikut:

1 sampai 3 tahun : 0.5 mcg per hari


4 sampai 8 tahun : 0.6 mcg per hari
9 sampai 13 tahun : 0.9 mcg per hari
14 sampai 18 tahun : 1.0 mcg per hari
19 tahun keatas : 1.1 mcg per hari

Penuhilah kebutuhan dosis harian vitamin B1 ini dari berbagai sumber makanan yang
mengandung vitamin B1 ternyata banyak. Selain pada buah dan sayuran tentunya. Pada
makanan seperti daging, ikan, sereal, bijian, benih, tuna, kacang polong, gandum, telur.

2.4 Sifat Kimia Tiamina (Vitamin B1)

Tiamina adalah senyawa organo sulfur tidak berwarna dengan rumus


kimia C12H17N4OS. Strukturnya terdiri dari aminopyrimidine dan sebuah cincin tiazol
(thiazole) yang dihubungkan oleh satu jembatan metilen. Tiazol ini tersubstitusi dengan rantai
samping metil dan hidroksietil. Tiamina adalah senyawa yang larut dalam air, metanol, dan
gliserol, sehingga tidak larut dalam pelarut organik yang bersifat kurang polar. Tiamina stabil
pada pH asam, tetapi tidak stabil dalam larutan alkali. [1][3] Tiamina, yang merupakan
karbena N-heterosiklik, dapat digunakan pada sianida sebagai katalis untuk kondensasi
benzoin. [4][5] Tiamina tidak stabil terhadap panas, tetapi stabil selama disimpan dalam
kondisi beku. Selain itu tiamina juga tidak stabil bila terkena sinar ultraviolet [3] dan iradiasi
sinar gamma. [6][7] Tiamina bereaksi kuat pada reaksi Maillard. [1]

2.5 Resiko Kekurangan Vitamin B1

Penyakit yang cukup terkenal jika Anda mengalami kekurangan vitamin B1 adalah beri-beri.
Saat tubuh kekurangan vitamin B1, maka tubuh akan mengalami hilangnya nafsu makan,
kehilangan berat badan, mual, kelelahan saraf, dan insomnia. Selain itu, kekurangan vitamin
B1 juga dapat menyebabkan gangguan sistem jantung dan pembuluh darah. Walaupun sangat
jarang sekarang kasus penyakit beri-beri, tetap ada baiknya Anda mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung vitamin B1.

Vitamin B1 (thiamyne) adalah salah satu dari macam vitamin yang mempunyai
tingkat kestabilan yang kurang. Berbagai operasi pengolahan makanan dapat sangat

3|Kimia Farmasi
mereduksi kandungan vitamin B1 dalam bahan pangan. Panas, oksigen, belerang dioksida,
dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan cahaya
tidak mengurangi vitamin ini (de Man, 1997). Thiamin merupakan vitamin larut air yang
stabil pada kondisi asam dan tidak stabil dalam kondisi netral atau basa. pH optimumnya
adalah pada 2-3. Pada kondisi alkali, pemecahan thiamin terjadi sangat cepat dan
menghasilkan produk yang reaktif. Thiamin juga stabil dengan cahaya, namun tidak stabil
oleh oksigen atau udara. Thiamin mudah tereduksi akibat panas, agen pereduksi dan ion
logam (Davidek et al., 1990).

Vitamin B1 hidriklorida mudah larut dalam air (1 gram dalam 1 ml air) dan alkohol
(1 gram dalam 100 ml alkohol 90% atau dalam 315 alkohol absolut atau dalam 18 ml
gliserin), tetapi tidak larut dalam eter, cloroform, benzene atau aceton. Vitamin B1
hidroklorida diperoleh dari ekstrak hemidrat (jarum-jarum monoklinik tidak berwarna),
kristal ini mencair pada suhu 248- 250 0C. Sedangkan garam bromide-hidrobromide
hemihidrat yang berbentuk kristal kristal jarum yang berkelompok seperti bunga mawar
mempunyai titik cair 229 231 0C (Andarwulan, 1992).
Vitamin B1 dapat diperoleh dari garam klorida jika direaksikan dengan peroksida.
Dalam lingkungan lembab, vitamin B1 dapat menyerap air sebanyak 1 mol per mol vitamin
B1. Tiamin dapat menyerap B1 radiasi ultravioloet dimana absorpsi maksimumnya
tergantung dari nilai pH. Pada pH 7 vitamin B1 menyerap 2 kali maksimum pada 235 nm dan
267 nm. Sedangkan pada pH 5,5 atau kurang, panjang gelombang maksimumnya adalah 245
247 nm. Sifat ini disebabkan karena komponen pirimidin dalam molekul
vitamin (Andarwulan, 1992). Enzim stabil dalam keadaan asam yaitu pada Ph 3,5 atau
dibawahnya. Oleh karena itu dapat diautoklaf pada suhu 1200C dengan sedikit atau tanpa
kehilangan thiamyne. Pada pH netral atau basa, vitamin ini dapat rusak dengan pendidihan
atau bahkan dengan penyimpanan pada suhu kamar (de Man, 1997).
Vitamin B1 (thiamin) dalam bahan makanan secara alamiah berada dalam keadaan
bebas atau terikat sebagai senyawa kompleks dengan protein, fosfor protein, atau sebagai
ester dengan asam pirofosfat. Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah sekali
mengalami kerusakan, tetapi dalam keadaan asam (pH 3,5), vitamin ini tahan panas sterilisasi
sampai suhu 120 0C. Penentuan thiamin didasarkan atas oksidasi thiamin menjadi thiochrome
yaitu senyawa turunan thiamin yang dapat berpendar (flouresensi) dengan memancarkan
sinar ultraviolet. Apabila bebas dari gangguan senyawa berpendar lain,maka tingkat
flouresensi thiamin proporsional dengan kadarnya (Sudarmadji et al., 1984).
Thiamin biasanya berikatan dengan protein. Dalam analisa thiamin, penggunaan asam biasa
dilakukan untuk membebaskannya dari protein. Hal ini bisa dilakukan dengan jalan meng -
autoclave sampel dalam asam hidroklorat atau asam sulfat 0,1 M selama kurang lebih 30
menit. Dalam analisa menggunakan sampel bahan tumbuh - tumbuhan, enzim takadiatase
memiliki fungsi tambahan dalam hidrolisa pati yang terdapat dalam sampel dan juga mampu
mempercepat proses filtrasi. Untuk ekstraksi daging dan produk - produk daging, enzim
papain dapat digunakan sebagai tambahan dalam penggunaan enzim takadiatase. Larutan
campuran akhir ini kemudian dapat diekstraksi dengan penambahan air, yang akan diikuti
dengan pengendapan protein seiring dengan prubahan pH yang terjadi. Perlakuan pemurnian
sampel sebelum memasukkannya dalam HPLC seringkali diperlukan menggunakan berbagai
macam alat (Macrae, 1998).

4|Kimia Farmasi
Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin, yaitu inti pirimidin dan
thiazol. Dalam tanaman, terutama serelia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas,
sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim, yaitu thiamin pirofosfat (TPP).
Thiamin bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak. Dalam larutan
netral atau alkalis, thiamin mudah rusak, sedangkan dalam keadaan asam tahan panas.
Thiamin stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan
terhadap radiasi sinar ultraviolet.

Fungsi tiamin didalam tubuh adalah sebagai koenzim dalam karbosilasi asam firufat
dan asam ketoglutarat, dan tiamin terlibat dalam metabolism lemak, protein, dan sintesis
asam nukleat

Koenzim yang berasal dari vitamin ini adalah tiamin pirofosfat (TPP) yang berfungsi
dalam reaksi-reaksi dekarboksilasi asam a keton, oksidasi keton, transketolasi. Adapun
bagian aktif dari koenzim TPP adalah gugus tiazolnya.
Tiamin diabsorbsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang bersuasana
asam, dengan bantuan adnin trifosfatase. Setela di absorbs, kurang lebih 30 mg tiamin
mengalami fosforilasi dan disimpan sebagai tiamin pirofosfat didalam jantung, otak, hati, dan
jaringan otot.

Defisiensi vitamin ini menyebabkan terjadinya penyakit beri-beri, terutama pada


Negara yang menggunakan nasi sebagai bahan makanan pokoknya. Defisiensi vitamin ini
juga mengakibatkan rusaknya alat pencernaan makanan, yang disertai dengan muntah-
muntah dan diare. Sumber vitamin ini adalah segala biji-bijian, seperti beras, gandum, dan
sumber lainnya adalah daging, unggas, telur, hati, kedelai, kacang tanah, sayuran, dan susu.
Tiamin memiliki sifat yang mudah larut dalam air, sehingga dapat hilang dan rusak
selama dalam proses pemasakan, dan juga tidak tahan terhadap pemanasan yang terlalu lama.
Faktor lain yang juga menyebabkan kerusakan pada tiamin adalah adanya alkali yang
terkandung. Jika dilihat pada proses pemasakan roti, kehilangan tiamin mencapai 25%,
daging yang direbus mencapai 50%, dan yang dipanggang kehilangan 25 %. Oleh karena itu,
guna menjaga kehilangan tiamin dari makanan, terutama sayuran, maka dalam memasaknya
digunakan air yang sedikit saja, kecuali jika air rebusan itu ikut di manfaatkan untuk
konsumsi bersama sayuran itu sendiri.

5|Kimia Farmasi
2.6 Hasil Pengamatan

NH 2
OH
N
N

S
N OH 4-methyl-5-thiazoleethanol
(4-amino-2-methyl-5-hydroxymethylpyrimidine) Boiling Point: 558,82 [K]
Boiling Point: 660,24 [K] Melting Point: 414,39 [K]
Melting Point: 495,5 [K] Critical Temp: 739,19 [K]
Critical Temp: 780,2 [K] Critical Pres: 47,43 [Bar]
Critical Pres: 55,53 [Bar] Critical Vol: 399,5 [cm3/mol]
Critical Vol: 409,5 [cm3/mol] Gibbs Energy: 64,65 [kJ/mol]
Gibbs Energy: 176,52 [kJ/mol] Log P: 1,06
Log P: 0,35 MR: 39,08 [cm3/mol]
Henry's Law: 11,73 Henry's Law: 8,03
Heat of Form: -6,44 [kJ/mol] Heat of Form: -67,91 [kJ/mol]
CLogP: -0.913 CLogP: 0.126
CMR: 3.7158 CMR: 3.8311

Tabel dari hasil pengamatan pirimidin dan thiazol

No. Parameter Obat 1 (Pirimidine) Obat 2 (Thiazole )


1. Boiling point 660,24 [K] 558,82 [K]
2. Melting point 495,5 [K] 414,39 [K]
3. Critical temp 780,2 [K] 739,19 [K]
4. Critical press 55,53[Bar] 47,43 [Bar]
5. Critical vol 409,5 [cm3/mol] 354,5 [cm3/mol]
6. Gibbs energy 176,52[kJ/mol] 64,65 [kJ/mol]
7. Log P 0,35 1,06
8. MR - 39,08[cm3/mol]
9. Henrys law 11,73 8,03
10. Heat of form -6,44 [kJ/mol] -67,91[kJ/mol]
11. tPSA - -
12. CLogP -0.913 0.126
13. CMR 3,7158 3,8311

6|Kimia Farmasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Pembahasan
Thiamin terdiri atas cincin pirimidin dan cincin thiazol (mengandung sulfur dan
nitrogen) yang dihubungkan dengan jembatan metileen. Thiamin merupakan vitamin larut air
yang stabil pada kondisi asam dan tidak stabil dalam kondisi netral atau basa. pH
optimumnya adalah pada 2-3. Pada kondisi alkali, pemecahan thiamin terjadi sangat cepat
dan menghasilkan produk yang reaktif. Thiamin juga stabil dengan cahaya, namun tidak
stabil oleh oksigen atau udara. Thiamin mudah tereduksi akibat panas, agen pereduksi dan
ion logam. Pirimidin merupakan salah satu diazina yang paling penting. Diazina adalah
cincin heterosiklik beranggota enam yang mengandung dua atom N. Pada pirimidina, atom N
terdapat pada posisi cincin 1 dan 3. Dari hasil pengamatan diatas dapat diperoleh data yaitu
didih Pirimidine yaitu 660,24 [K] dan titik thiazol yaitu 558,82 [K]. Selanjutnya untuk titik
leleh pirimidine sebesar 495,5 [K] dan untuk thiazole titik lelehnya sebesar 414,39 [K]. Titik
kritis (critical temperature), Tc, dari sebuah bahan adalah sebuah titik suhu di mana fase
cairan dan uap tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas
dan cairan menjadi sama, fase ini disebut Fluida super kritikal. Di atas titik kritis cairan tidak
dapat terbentuk dengan menambah tekanan, tetapi dengan menambah tekanan yang cukup
bahan padat bisa terbentuk. Tekanan kritis adalah tekanan uap pada titik kritis. Untuk Critical
temp. pirimidine sebesar 780,2 [K] dan untuk thiazol yaitu sebesar 739,19 [K].

Dalam mendefinisikan critical temperature harus sejalan dengan definisi critical


pressure. Critical pressure (tekanan kritis) adalah tekanan minimal yang diperlukan untuk
mencairkan gas pada temperatur kritisnya. Untuk nilai critical pressure dari pirimidin sebesar
739,19 dan untuk thiazol nilai critical pressure sebesar 47,43 [Bar]. Artinya untuk
mencairkan pirimidine dengan crical temperature sebesar 780,2 [K] dan membutuhkan
critical pressure sebesar 47,43 [Bar].
Untuk critical volume pirimidin sebesar 409,5 [cm3/mol] , sedangkan untuk critical
caprolactam yaitu sebesar 354,5 [cm3/mol]. Gibbs energy pada pirimidin sebesar
176,52[kJ/mol] , akan tetapi Gibbs energy terdapat di thiazol sebesar 64,65 [kJ/mol]. Fraksi
Mol (MR) yaitu untukk mengukur volume senyawa dan potensinya untuk terpolarisasi. MR
yang didapat oleh pirimidin tidak terdapat dan untuk MR thiazol sebesar 39,08 [cm3/mol].
Log P. Nilai log P berkaitan dengan distribusi senyawa asetazolamid turunanannya
dalam tubuh. Semakin besar nilai log P senyawa akan cenderung berada pada fase non polar
daripada fase polar, yang berarti senyawa tersebut hanya semakin mudah untuk menembus
membran biologis sehingga dapat berikatan dengan reseptor, sedangkan bila nilai log P
semakin kecil senyawa akan cenderung berada pada fase polar daripada fase non polar, yang
berarti senyawa tersebut hanya larut dalam cairan tubuh saja dan sulit untuk menembus
membran biologis sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor. Dari hasil yang
didapatkan nilai Log P pirimidin yaitu 0,35, sedangkan nilai Log P thiazol sebesar 1,06.
Maka yang sesuai semakin besar nilai Log P dan bersifat non polar yaitu thiazol.

7|Kimia Farmasi
Semakin tinggi nilai PSA (Polar Surface Area) maka tingkat kepolarannya juga
semkin tinggi, sehingga kelarutannya dalam cairan tubuh semaik besar, hal ini berbanding
terbalik dengan nilai Log P. Data tabel hasil pengamatan di atas dapat di ketahui bahwa nilai
PSA tertinggi senyawa pembentukkan thiamin (vitamin b1) tersebut menunjukkan tingkat
kepolaran yang tinggi di dukung dengan data nilai log P dari thiazol seharga 1,06 dimana
semakin kecil nilai log P maka semakin mudah larut pada cairan tubuh. pinocembrin yang
bersifat polar, tersusun oleh atom atom polar, terutama oksigen, termasuk juga hidrogen
yang terikat padanya. Ketika Polar Surface Area senyawa turunan asetazolamid semakin
besar, maka semakin besar kepolarannya, dan semakin mudah larut dalam cairan tubuh
selama proses transportasi menuju membran sel.

Polarisabilitas molekuler () merupakan ukuran kemudahan suatu molekul untuk


membentuk dipol sesaat sehingga dapat mengimbas dipol lainnya membentuk ikatan
intermolekuler. Refraktifitas molar (MR) merupakan ukuran penyebaran molekul turunan
asetazolamid dalam satu mol senyawa. Besarnya nilai refraktivitas molar berbanding terbalik
dengan besarnya nilai polarisabilitas molekul.

Parameter Henrys law yang didapat oleh pirimidin sebesar 11,73 dan untuk thiazol
sebesar 8,03. Untuk selanjutnya yaitu parameter Heat of form dari pirimidin sebesar 6,44
[kJ/mol], sedangkan Heat of form dari thiazol sebesar -67,91[kJ/mol]. Untuk parameter tPSA
pada pirimidin dan thiazol tida ada. Untuk ClogP yang didapat oleh pirimidin sebesar -0.913,
sedangkan ClogP yang didapat oleh thiazol sebesar 0.126. CMR yang didapat oleh pirimidin
sebesar 3,7158 dan untuk CMR thiazol sebesar 3,8311.

3.2 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa yang lebih efektif dari asetazolamid dan turunannya
(caprolactam) yaitu asetazolamid. Karena Polar Surface Area senyawa turunan
asetazolamid semakin besar, maka semakin besar kepolarannya, dan semakin mudah larut
dalam cairan tubuh selama proses transportasi menuju membran sel. Asetazolamid termasuk
senyawa yang bersifat polar dilihat dari nilai logP.

Data asetazolamid terdiri dari Log P = -0,25, M = 48,88 [cm3/mol], tPSA= 113.98, CLogP
= 0.980864, CMR = 4.6487

8|Kimia Farmasi
DAFTAR PUSTAKA

Bravi, G.,E. Garcia, D.V.S. Green, M.M. Hann. 2000. Modelling Structure Activity
Relationship; Virtual Screening for Bioactive Molecules, vol. 10., Wiley-VCH, Basel:
Germany.
Kubinyi, H.1993.QSAR: Hansch Analysis and Related Approaches.VCH: New York,
USA.
Prammer, K.V., M. Winter, T. Kieber Emmons. 1995. Biocomputational Approaches in
Protein-Based Drug Design; Chemical and Structural Approaches to Rational Drug
Design. CRC Press: USA.
Pranowo, H.D.2000. Metoda Kimia Kuantum dalam Kimia Komputasi, Pusat Kimia
Komputasi Indonesia Austria. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Sardjoko. 1993. Rancangan Obat. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Siswandono dan Bambang Sukarjo. 1998. Prinsip-prinsip Rancangan Obat. Airlangga
University Press: Surabaya.

9|Kimia Farmasi

Anda mungkin juga menyukai