BAB IV
PROYEK EPC
(ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION)
Proyek EPC seringkali ditemukan pada proyek skala besar atau biasa
dikenal dengan istilah special proyek,seperti pembangunan industri atau
pabrik seperti kilang minyak, pabrik pupuk, yang membutuhkan dana
besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek tersebut membutuhkan
teknologi amat tinggi dalam pengerjaannya sedemikian sehingga untuk
tahap pengadaannya (Procurement) pun membutuhkan dana dan teknologi
tinggi yang sangat berpengaruh pada tahap berikutnya yaitu pelaksanaan
konstruksi (Construction).
a. Waktu penyelesaian
c. Standar mutu
Proyek EPC tidak pernah diterapkan pada proyek bangunan gedung, tetapi
seringkali ditemukan pada pembangunan pabrik yang membutuhkan dana
besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek semacam ini biasanya
pembangunan ditujukan untuk menghasilkan suatu produk dengan
spesifikasi tertentu misalnya gas dengan tekanan tertentu, listrik dengan
daya tertentu dan minyak dengan jumlah tertentu, berbeda dengan
bangunan gedung yang dibangun untuk digunakan misalnya untuk dihuni,
dijadikan perkantoran, atau pusat pembelanjaan dan sebagainya.
Ditinjau dari hasil akhir kegiatan proyek konstruksi, jenis proyek EPC
merupakan jenis bangunan industri. Beberapa bidang yang telah ada pada
proyek semacam ini misalnya proses pengolahan suatu zat liquid (refinery)
seperti proyek kilang minyak, pembangkit tenaga (power generation) dan
produksi manufaktur. Karena biasanya bangunan proyek semacam ini
berbentuk pabrik yang melakukan proses dan memproduksi zat tertentu,
proyek semacam ini disebut juga pabrik proses (process plant) atau pabrik
industri (industrial plant).
Pemilik proyek merupakan seseorang atau badan usaha milik swasta atau
pemerintah yang memiliki gagasan dan dana serta menginginkan suatu
pekerjaan dilaksanakan oleh suatu pihak sehubungan dengan
kepentingannya atas hasil pekerjaan. Dalam proyek ini pemiliknya yaitu PT
Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN).
Supplier/ vendor/pemasok
Pada proyek ini, Perusahaan EPC sebagai kontraktor utama yaitu PT.
Wijaya Karya mempunyai peranan penting dalam proses peran
perancangan, pengadaan serta pelaksanaan konstruksi, disamping pihak-
pihak yang lain seperti vendor (penjual barang atau peralatan keperluan
pembangunan proyek), fabricator (perusahaan pembuat peralatan
equipment), dan subkontraktor lainnya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu
pengaturan yang baik agar semua tahapan proyek dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Untuk menunjang hal tersebut, PT. Wijaya
Karya mempunyai sruktur organisasi tersendiri.
Divisi Procurement
Bagian Tugas
a. Procurement bertanggung jawab atas kegiatan
pengadaan material dan peralatan yang
dilakukan bagian purchasing, expediting
dan traffic.
b. Purchasing bertanggung jawab atas kegiatan
pembelian material, pemesanan dan
kontrak pembelian/PO (purchasing
order).
c. Expediting bertanggung jawab atas pemantauan
produksi. Pemantauan produksi
terutama terhadap mutu dan kinerja
peralatan termasuk inspeksi dan testing
ke lokasi pabrik pembuatan.
Proses pengadaan pada proyek PLTU 2 SULUT dimulai dari detail design
yang diterima oleh bagian procurement. Kemudian dilakukan proses
pengadaan vendor sebagai pihak yang menyuplai material dan peralatan.
Proses selanjutnya dari pengadaan material dan peralatan menjadi
tanggung jawab bagian purchasing, expediting dan traffic. Dimana bagian
purchasing melakukan kontrak pembelian atau purchasing order (PO)
dengan vendor terpilih. Bagian expediting melakukan pemantauan terhadap
proses produksi material dan peralatan. Terakhir, bagian traffic
bertanggung jawab terhadap proses pengiriman material dan peralatan dari
tempat fabrikasi menuju lokasi proyek pembangunan. Alur proses
pengadaan selengkapnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Divisi Construction
Bagian Tugas
a. Site Manager bertanggung jawab atas pelaksanaan
konstruksi di lapangan.
Selain divisi utama diatas, ada beberapa divisi lain yang juga penting yaitu
project control yang mempunyai tugas mengontrol jalannya proyek. Tugas
utamanya adalah dalam hal penjadwalan dan dari sisi keuangan, agar
sesuai dengan kontrak dan budget yang sudah ditanda tangani dan
disetujui oleh Client atau pemilik proyek. Dalam divisi Project Control ini
terdapat dua grup, yaitu Schedulling dan Cost Control. Ada juga divisi
quality control yang berfungsi untuk menjaga agar proses disain, kalkulasi,
dan pembelian barang serta termasuk juga proses konstruksinya sesuai
dengan kaidah mutu dan standar yang berlaku serta telah disetujui
penggunaannya oleh client. Divisi quality assurance berfungsi untuk
meyakinkan bahwa segenap anggota tim proyek telah bekerja dengan benar
dengan menggunakan standard quality yang telah ditetapkan dan diakui
dunia internasional.
4. PT Rekayasa Industri.
Bertanggung jawab dalam porsi pekerjaan lokal dalam kelangsungan
proyek termasuk pekerjaan sipil, koordinasi dengan pihak lokal yang
berwenang untuk perizinan dan lisensi serta keperluan lokal yang
terkait dengan pelaksanaan konstruksi proyek.
Proyek EPC mempunyai kegiatan yang sama dengan kegiatan pada proyek
konstruksi yaitu kegiatan perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan
konstruksi. Namun pada proyek EPC kegiatan-kegiatan tersebut ditangani
oleh satu pihak yaitu kontraktor EPC sedangkan pada proyek konstruksi
tradisional kegiatan tersebut ditangani beberapa pihak. Kegiatan pada
proyek EPC pada PLTU 1 Banten akan dijelaskan di bawah ini.
Proses Perancangan
Gambar 4.12 Bagan Alir proses MTO dan Requisition pada proyek EPC
2. Approved as Noted
Gambar telah disetujui untuk diimplementasikan di konstruksi namun
disertai catatan yang melengkapi atau menjelaskan gambar untuk
konstruksi.
3. Not Approved
Gambar yang diajukan tidak diterima oleh PLN atau Konsorsium
sehingga tidak boleh diimplementasikan di konstruksi. Gambar ini harus
direvisi hingga mendapat persetujuan PLN atau konsorsium.
4. For Approval
Gambar hasil desain diajukan pada PLN atau Konsorsium untuk
disetujui.
5. Information
Gambar belum disetujui dan hanya berfungsi sebagai informasi bagi
pihak terkait.
6. Final
Disebut juga As Built Drawing. Gambar ini merupakan gambar akhir
sesuai pelaksanaan konstruksi. Artinya segala penyesuaian yang terjadi
di lapangan digabungkan dengan gambar approved menjadi gambar ini.
Proses Pengadaan
Dari segi teknis akan dievaluasi kualitas bahan atau pekerjaan yang
ditawarkan oleh bidder. Segi komersial akan mengevaluasi proposal dari
segi penawaran finansial dan ekonomis harga yang ditawarkan bidder.
Bidder yang lolos harus memenuhi technical bid evaluation (TBE) dan
commercial bid evaluation (CBE). Sesuai dengan kontrak untuk bidder yang
memiliki poin tertinggi harus memperoleh persetujuan dari pihak owner
sebelum memperoleh award. Apabila owner tidak memberikan persetujuan
maka dapat dilakukan pelelangan ulang terkait pendapat dari owner. Jika
memperoleh approval selanjutnya akan diberikan award. Bidder yang
memperoleh award mulai bekerja setelah Surat Perintah Kerja (SPK) keluar.
Gambar 4.13 Bagan Alir proses pengadaan vendor pada proyek EPC