Anda di halaman 1dari 20

Membaca EKG 12 lead tidaklah semudah seperti membaca EKG strip, karena kita menghadapi 12 lead

atau 12 sandapan yang merekam aktivitas listrik jantung dari tempat, arah dan sudut yang berbeda.
Dan sudah pasti bentuk gelombang atau morfologi gelombang EKG akan berbeda antara lead yang
satu dengan lead lainnya. Sedangkan EKG strip merupakan bagian dari salah satu lead sebuah EKG 12
lead, bisa dari bipolar lead atau unipolar lead.

Saya sarankan untuk membaca lagi blog kursus ekg yang telah saya publiskan lebih awal dengan
sabar dan jangan tergesah-gesah sebelum anda mengikuti diskusi ini.

Seperti halnya dengan ekg strip, untuk membaca EKG 12 lead harus mempunyai langkah dasar yang
menuntun kita saat membaca atau menginterpretasi sebuah EKG 12 lead sehingga kita tidak hanyut
dalam kebingungan dan anda akan yakin dengan hasil analisa EKG 12 lead anda.

Dibawah ini adalah langkah-langkah dasar yang harus anda lakukan


secara berurutan dan secara umum langkah-langkah ini sudah saya
jelaskan dikursus ekg bagian 5.

1. Pastikan kalau EKG 12 lead yang kita baca direkam dengan kecepatan 25mm/detik dan
voltase 1mV.

2. Identifikasi gel P & dominan pacemaker berasal

Silahkan anda cari di lead mana saja, yang penting anda sudah menemukan gel P.
Pada EKG normal biasanya gel P akan jelas terlihat di lead II, dan harus
mempunyai bentuk yang sama, jarak antara PP interval harus sama, dan selalu
berbanding 1 : 1 dengan komplek QRS atau dengan kata lain gel P harus selalu diikuti
komplek QRS.
Jadi anda tidak perlu pusing memikirkan bentuk gel P di lead yang lain.

3. Tentukan aksis jantung.

Dengan mengetahui lebih awal aksis jantung, kita bisa mengidentifikasi dan
memperkirakan arah depolarisasi yang meyebabkan bentuk atau morfologi komplek
QRS yang berbeda disetiap lead.

4. Identifikasi iramanya (teratur atau tidak).

5. Hitung frekfensi jantungnya


6. Identifikasi semua morfologi gelombang EKG.
Bagi pemula sebaiknya lakukan dengan mengamati dan menghitung semua gel.
Atau cukup anda perhatikan dan amati bentuk gelombang yang tampak abnormal

Gel P = anda sudah lakukan di langkah kedua

Q = anda amati ada atau tidaknya gel Q pada lead (I,II,III,aVL, aVF,V1,V6,
karena akan mempunyai nilai diagnosa.

R = adakah gel R yang tingginya melebihi 15 mm, karena akan mempunyai nilai
diagnosa.

S = gel S akan mempunyai nilai diagnosa V1,V6,dan lateral lead (I,aVL)

T = Amati di setiap lead kecuali aVR

PR & QT interval = dilangkah nomor dua, anda sudah menemukan gel P yang jelas.
Disitulah anda mengitung panjang PR interval juga QT interval

ST segmen = anda harus amati di setiap lead.

QRS komplek = anda cukup tentukan lebarnya normal atau tidak.

7. Amati konfigurasi komplek QRS di precordial lead.

Tinggi gel R dari V1 menuju V6 akan bertambah secara progressive.


Dalamnya gel S dari V1 menuju V6 akan berkurang secara progresive.

8. Cocokan temuan anda dengan kriteria pembesaran jantung, kriteria gangguan


keseimbangan elektrolit, kriteria heart blok dan lain-lain.

9. Kesimpulan

Saya ingatkan kembali untuk terus berlatih menginterpretasi EKG,


sehingga anda akan terbiasa dan sensitip terhadap berbagai macam
perubahan morfologi gelombang EKG yang secara teori menurut anda
mungkin abnormal, akan tetapi sebenarnya itu adalah perubahan-
perubahan atau variasi-variasi bentuk normal dalam ilmu ekg yang
nanti anda temukan. Inilah yang mungkin membingungkan anda untuk
menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, jangan patah semangat
dan terus berlatih......

Dibawah ini contoh EKG 12 lead yang akan saya diskusikan dan semuanya direkam dengan
standarisasi internasional yaitu kecepatan 25 mm/detik dan voltase 1mV.

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.1

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P di lead I, II, aVR. Gel P di II defleksi positip, defleksi negatif di aVR, dan setiap 1
gel P diikuti 1 komplek QRS. Adanya gel P menandakan pacemaker berasal dari SA node ----> normal

2. Tentukan aksis jantung.


Dari semua bipolar lead, hanya lead I yang mempunyai voltase paling tinggi. Jadi aksis jantung
mengarah ke lead I yang kurang lebih O derajat, setiap lead yang dijauhi arah aksis jantung akan
menghasilkan arah defleksi berlawanan dengan lead yang dituju aksis jantung. Seperti lead III & aVF
akan menghasilkan arah defleksi dominan negatif----->normal

3. Tentukan irama
Irama teratur----> normal

4. Frekfensi jantung kurang lebih 70x/menit ----> normal

5. Morfologi Gelombang
Lihat gel T di lead III negatif, di lead aVF pendek/kecil ----> normal
Setiap lead yang mempunyai tinggi gel R kurang dari 5 mm biasanya akan memiliki gel T negatif,
datar, atau pendek.

6. Konfigurasi komplek QRS ----> normal


7. Tidak ditemukan adanya kelainan atau abnormal dalam ekg ini.
8. Kesimpulan : NORMAL SINUS RHYTM

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead N0.2

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali adanya gel P dan selalu diikuti komplek QRS ----normal
Dominan pacemaker berasal dari SA node----> normal pacemaker

2. Tentukan aksis jantung


Lead II, III, aVF mempunyai voltase yang paling tinggi , menunjukan aksis antara 60-90 derajat. Lead
aVL lebih banyak dijauhi oleh aksis jantung dari pada lead I, sehingga defleksi negatif di lead aVL
akan dominan.----> normal

3. Tentukan irama
Anda perhatikan dengan jeli kalau panjang antara RR interval tidaklah sama ---tidak teratur

4. Karena tidak ada lead panjang, anda boleh menggunakan RR intervaal atau cara lain.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 65 x/menit ----normal

5. Morfologi Gelombang
Anda bisa lihat T negatif di lead V1, V2, V3 dan Gel R yang tinggi V5, V6, II, III

6. Konfigurasi komplek QRS masih normal

7. Disinilah pengalaman yang akan menentukan kasus ini. Secara teori data yang kita dapat
menandakan adanya Hipertropi ventrikel kiri dengan penjumlahan (gel R di V5/V6 + gel S di V1/V2 >
35 mm) dan besar kemungkinan juga adanya iskemia di anterior lead (v1,v2,v3). Saya tidak
menyalahkan anda jika hasil analisa anda seperti itu. Tapi perlu anda tahu bahwa untuk hipertropi,
BBB biasanya akan selalu di ikuti dengan adanya "strain pattern" yaitu repolarisasi yang abnormal.
Dan hipertropi ventrikel kiri akan menghasilkan aksis ke kiri atau LAD (left aksis deviation). Untuk T
inverted di lead V1,2,3 tergantung klinis pasien, tapi kalau secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda
iskemia berarti keadaan ini adalah masih dalam batas normal.

8. Kesimpulan : SINUS ARHYTMIA dengan voltase yang tinggi di ventrikel kiri + T


inverted merupakan masih dalam batas normal.

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No. 3

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P dengan defleksi positip di lead II dan negatif di lead aVR, satu gel P diikuti 1
komplek QRS ----> normal
Adanya normal gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node -----> normal pacemaker

2. Tentukan aksis jantung


Aksis jantung mengarah ke arah lead II, III, aVF kurang lebih 60 derajat ---> normal aksis

3. Tentukan irama
Jarak RR interval tampak sama, tapi kalau anda hitung dengan teliti RR interval tidaklah sama ---->
irama tidak teratur

4. Frekfensi jantung
Frekfensi jantung kurang lebih 60 x/menit

5. Morfologi gelombang
Pada ekg ini tampak sekali ST segmen elevasi di lead I, II, aVF, V2 s/d V6 dan gelombang R yang
melebihi 15 mm di lead V5/V6. Gel S juga yang dalam di lead V2

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead


Adanya gel R kecil di V1 yang tingginya semakin bertambah, begitupun gel S yang dalamnya semakin
memendek -----> normal

7. Anda hanya menemukan irama yang tidak teratur, bila kita jumlahkan gel R di V5/6 + gel S di
V1/V2 > 35 mm dan gel R yang tingginya > 25mm tapi tidak adanya strain pattern sehingga tidak
kuat untuk mengatakan adanya LVH. Adanya ST segmen yang tampak seperti elevasi di lead yang
saya sebutkan di atas sebenarnya masih dalam normal variant yang sering kita temukan pada anak
muda.

8. Kesimpulan : SINUS ARRHYTMIA DENGAN ADANYA EARLY REPOLARIZATION

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.4

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P di semua lead dengan bentuk yang runcing. Setiap gel P diikutidengan
komplek QRS. Biarpun gambaran gel P hampir di semua lead berbentuk runcing, tetap kita katakan
kalau gel P pada EKG ini berasal dari SA node.

2. Tentukan aksis jantung


Banyak cara untuk menentukan aksis jantung, anda lihat di lead I & aVR dengan morfologi komplek
QRS bifasik (setengah positip dan setengah negatif). Aksis jantungnya tegak lurus dengan kedua lead
tersebut, yaitu lead aVF & III. Jadi aksis jantungnya antara 90 sampai 120 derajat ---> Normal tapi
cenderung ke kanan atau RAD

3. Tentukan irama
Saya rasa jelas sekali pada EKG ini iramanya teratur.

4. Frekfensi Jantung
Frekfensi jantungnya 100 x/menit

5. Morfologi gelombang
Gel R di lead V1 lebih besar dari gel S, ST strain pattern di V1-V3, ST segmen deperesi di
II,III,aVF,V4,V5,V6.

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead


Diawali dengan gel R yang lebih tinggi dari gel S di V1 menandakan adanya pembesaran otot
ventrikel.

7. Gel P yang runcing, frekfensi jantung 100x/mnt, RAD, gel R yang lebih tinggi dari gel S, ST strain
pattern di V1,2,3 dan ST segmen depresi di II, III, aVF,V4, V5, V6

8. Kesimpulan : SINUS TAKIKARDI Dengan Adanya P Pulmonal dan Pembesaran Ventrikel


kanan/RVH dan Iskemia di Inferior lateral wall

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.5

1. Identifikasi gel P
Tidak ditemukan adanya gel P yang meyakinkan tapi komplek QRS tidak melebar atau masih dalam
batas normal. Ini menunjukan irama masih berasal dari atas ventrikel.

2. Tentukan aksis jantung.


Anda lihat di lead II mempunyai morfologi kompek QRS yang bifasik, jadi aksis jantungnya tegak lurus
dengan lead II adalah lead aVL atau negatif 30 atau LAD.

3. Tentukan irama jantung


Jarak yang berbeda antara RR interval menandakan irama tidak teratur.

4. Hitung frekfensi jantung


Karena tidak ada lead yang dibuat panjang, silahkan anda hitung dengan menggunakan RR interval.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 90 x/menit.

5. Morfologi gelombang
Adanya gel S yang dalam di lead II, III, aVF dkarenakan aksis jantung menjauhi ketiga lead tersebut.
Gel R yang tinggi di lead V4,5,6, dan adanya ST strain pattern di lead I, aVL, V4,5,6.

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead masih normal

7. Tidak adanya gel P, komplek QRS normal, irama tidak teratur, Gel R yang tinggi di lead V4,5,6
dengan ST strain pattern, LAD

8. Kesimpulan : ATRIAL FIBRILATION Dengan Normal Ventrikel Respon, Pembesan Otot


Jantung kiri

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.6

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P bisa
anda lihat selalu diikuti komplek QRS. Adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node
-----> Normal
2. Tentukan aksis jantung.
Dominan defleksi positip di lead I dan lead aVF memastikan kalau aksis jantungnya dalam batas
normal.

3. Tentukan irama
Anda bisa lihat jarak PP atau RR interval antara beat yang satu dengan lainnya sama, ini menandakan
iramanya teratur.

4. Hitung Frekfensi jantung.


Saya percaya anda sudah tahu bagaimana cara menghitung frekfensi jantung. Pada ekg ini frekfensi
jantungnya kurang lebih 80 x/menit.

5. Identifikasi morfologi gelombang


Saya hanya manandai morfologi gelombang yang patut diperhatikan, tapi anda boleh melakukan step
step dasar yang telah saya sebutkan di atas.
Tampak gel R di lead I yang tingginya lebih dari 15 mm, gel R di V4,5,6 yang tingginya lebih dari 25
mm, gel S yang dalam di V1,2 yang melebihi 20 mm, ST strain pattern di lead I, aVL, V4, V5, V6.
Tampak gel T inverted atau datar atau kecil di lead II, III, aVF adalah variant normal. Perlu anda
ketahui bahwa variant normal adalah yang tampak abnormal tapi sebenarnya masih normal.

6. Konfigurasi komplek QRS di prekordial lead masih normal

7. Adanya gel R yang tingginya lebih dari normal di lead I, V4, V5, V6 yang diikuti ST pattern dan
penjumlahan gel R di lead V5/V6 + gel S di lead V1/V2 melebihi 35 mm mengarahkan ke pembesaran
otot ventrikel kiri, yang walaupun aksis jantungnya masih dalam batas normal.

8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LVH (left ventrikel hypertropi)

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.7

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II, I,III, aVF dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gel P selalu diikuti komplek QRS, adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node.

2. Tentukan aksis jantung


Anda lihat di lead I tampak komplek QRS dominan berdefleksi negatif dan komplek QRS di lead aVF
dominan berdefleksi positip, ini menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kanan atau RAD.
Atau anda bisa lihat lead bifasik ada di lead aVR, aksi jantung akan mengarah tegak lurus dengan lead
befasik. Jadi aksis jantungnya mengarah ke lead III 120 derajat, karena lead III tegak lurus dengan
lead aVR.

3. Tentukan iramanya.
Saya rasa jelas sekali EKG ini iramanya teratur
4. Hitung frekfensi jantungnya
Anda bisa menghitungnya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80x/menit

5. Identifikasi morfologi gelombang


Anda lihat lead I dan aVL ditemukan morfologi komplek QRS dengan pola r kecil dan S besar.
Sedangkan di lead II, III, aVF dengan pola q kecil dan R besar. Di lead v1 tampak gel R yang tinggi
yang melebihi gel S, tampak juga ST strain pattern di lead V1 & V3.

6. Konfigurasi komplek QRS yang abnormal di mana gel R yang tinggi di V1 yang di ikuti ST strain
pattern menandakan adanya pembesaran ventrikel kanan atau RVH

7. Ditemukan RAD (aksis jantung 120 derajat), pola rS komplek QRS di lead I &aVL, pola qR komplek
QRS di lead II, III, aVF. Adanya juga gel R yang melebihi voltase gel S di V1.

8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan RVH dan LPHB (left posterior hemiblok)

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.8

1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P defleksi positip di lead I, II, III dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gelombang P masih diikuti komplek QRS. Adanya gel P manandakan pacemaker masih berasal dari SA
node.

2. Tentukan aksis jantung


Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan defleksi negatif di lead aVF menunjukan
kalau aksi jantung mengarah ke kiri atau LAD.

3. Tentukan iramanya
Biarpun gambar EKGnya agak mengerikan, tapi jarak RR interval antara tiap beat adalah sama. Hal ini
manandakan iramanya teratur.

4. Hitung frekfensi jantung


Saya percaya anda bisa cara menghitungnya. Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 75
x/menit.

5. Identifikasi morfologi gelombang


Sekilas gambaran EKG ini tampak mengerikan, jangan panik.....ikuti langkah-langkah yang sudah
saya jelaskan diatas...
Tampak dengan jelas komplek QRS yang melebar hampir di semua lead yang diikuti dengan
perubahan gel T. Amati dengan jeli di lateral lead (I,aVL, V5/V6) tidak ada gel q kecil. Lihat juga tidak
ada gel r kecil di V1. Gel Q di lead V1 dan V2 bukan karena infark, tapi dikarenakan adanya blok
bundle branch sebelah kiri.

6. Konfigurasi komlek QRS abnormal. Tidak adanya gel r kecil V1 menandakan adanya gangguan
konduksi.

7. Komplek QRS lebar di semua lead dengan perubahan gel T, aksis jantung ke kiri atau LAD, tidak
ada gel r kecil di V1, tidak ada juga gel q kecil di lead lateral (I, aVL, V5,V6).

8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan adanya LBBB

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.9

Pada kasus EKG ini sama dengan EKG 12 lead no.8


Yang membedakannya adalah komplek QRS pada kasus ini masih dalam batas normal tapi terdapat
morfologi/bentuk M shave atau kuping kelinci.

Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LBBB Incomplete

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.10

Maaf ada kesalahan upload pada no.10


Biarbagaimanapun akan saya jelaskan gambar ekg ini.
Di lead V1 gel P diikuti komplek QRS yang lebar dengan frekfensi jantung kurang lebih 80x/menit,
kemudian terjadi perubahan dimana masih tampak gel P yang diikuti normal komplek QRS dan T
inverted, frekfensi jantung kurang lebih 70 x/menit.
Di lead II dan V5 juga tampak gel P yang diikuti komplek QRS yang lebar, frekfensi jantung kurang
lebih 75x/menit, juga ditemukan PVC. Kemudian terjadi perubahan dimana gel P diikuti oleh normal
komplek QRS.

Kesimpulan : SINUS ARITMIA Dengan LBBB terjadi pada peningkatan frekfensi jantung.
A. Kesadaran.
Relasi (hubungan) dan limitasi dengan sekitar/lingkungan
Dikatakan baik dpt mengenal, mengerti & mengetahui keadaan tentang
dirinya/sektrnya
Gangguan berhub dgn kerusakan otak
1. Gangguan Kesadaran
a. Disorientasi : gang orientasi waktu, tempat/orang.
b. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan tidak lengkap dalam kaitan dengan
gangguan persepsi dan sikap.
c. Stupor : tidak adanya reaksi dari stimulus yang muncul dari luar lingkungan,
hanya diam.
d. Delirium : seperti pikun, tjdnya tergantg kondisi fisik disorientasi, halusinasi,
takut
e. Koma : derajat kesadaran paling berat.
f. Koma Vigil : koma dimana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat
dibangunkan.
2. Gangguan Perhatian.
a. Distrakbilitas : tidak mampu memusatkan perhatian.
b. Inatensi Selektif : perhatian/kewaspadaan berlebih yang menimbulkan kecemasan
c. Autisme : perhatian (-).
d. hipervigilitas : perhatian berlebihan pada stimuli eksternal dan internal.
e. Trance : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah/keadaan tak sadarkan
diri.

B. Keadaan Afektif dan Reaksi Emosionil.


1. Keadaan Afektif.
Adalah merupakan corak perasaan yang sifatnya menetap atau konstan, lama,
sifatnya subyektif.
a. Eutimik : corak perasaan yang normal.
b. Distorik : corak perasaan yang tidak menyenangkan.
c. Hipertim : suasana perasaan yang meninggi tanpa sebab yang jelas atau obyektif.
Misalnya : - ekspansive (ekspresi perasaan tanpa hambatan, sering disertai dengan
penilaian diri yang berlebih seperti merasa diri orang penting)
- elevasi (suasana gembira dan percaya diri lebih dari biasa).
d. Eufori : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
e. Eksaltase : keyakinan diri berlebihan dan sering terpusat pada pikiran kebesaran.
f. Ekstase : gembira yang mendalam sekali disertai perasaan kepuasan.
g. Irritabel : rasa gampang tersinggung.
h. Depresi atau hipotim : suasana dan perasaan menjadi menurun atau sedih
i. Anhedonia : hilang minat, menarik diri dari semua aktivitas biasa dan
menyenangkan.
j. Paratimi : keadaan afektif yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
k. Aleksitimia : ketdkmampuan merasakan emosi.
2. Reaksi Emosionil.
Adalah perasaan yang tidak stabil, dapat berkembang dan surut dalam waktu
relative singkat, mengandung komponen fisik (kenaikan tekanan darah,
berkeringat).
a. Stabilitas : stabil >< labil b. Pengendalian : kuat >< lemah c. Echt Unecht :
sungguh-sungguh >< tak sungguh-sungguh. d. Dalam dangkal : dalam >< dangkal.
e. Empati : kemampuan pemeriksa untuk dapat menghayati dan meraba rasakan
perasaan pasien, baik dalam keadaan normal atau patologik. f. Skala Diferensiasi :
sempit (pengurangan intensitas irama perasaan; hanya pada peristiwa emosionil,
perasaan yang konkret saja) >< luas (termasuk yang abstrak, bersifat simbolik,
kiasan). g. Reaksi emosionil/afek : - Afek Datar : tidak adanya ekspresi afek spt suara
monoton & wajah tdk bergerak - Afek sesuai/tdk : kondisi harmonis/tdk harmonis
antara perasaan emosional dgn gagasan, pikiran/pembcran yang menyertai - Afek
Tumpul : penurunan dalam intensitas irama perasaan yang diungkap keluar - Afek
Labil : perubahan irama perasaan yang cepat & tiba2 - Afek Terbatas : penurunan
intensitas irama perasaan yang kurang parah daripd afek yg tumpul tapi menurun 3.
Emosi yang lain. a. Kecemasan : perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
(dugaan) bahaya yang berasal dari dalam atau luar individu. b. Panik : serangan
anxietas yang akut, episodic, dan kuat disertai rasa takut yang hebat dan pelepasan
otonomik. c. Ambivalensi : adanya dua dorongan perasaan yang bertentangan
tehadap hal yang sama pada satu orang yang sama serta saat yang sama. d. Apati :
irama emosi yang tumpul disertai ketidakacuhan e. Abreaksional :
pelepasan/pelimpahan emosi setlh mengingat pengalmn yg menakutkan f. Anoreksia
: hilang/menurunnya nafsu makan g. Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan h.
Insomnia : hilangnya kemampuan untuk tidur i. Hipersomnia : tidur yang
berlebihan j. Konstipasi : ketidakmampuan defekasi k. Agitasi : kecemasan berat yg
disertai dgn kegelisahan motorik C. Perilaku Motorik. 1. Sikap. Statis, gerakan badan
terbatas, gangguannya : a. Indifferent-netral : mampu menyesuaikan situasi. b.
Apatik : masa bodoh c. Kooperatif : mau bekerja sama d. Negative pasif : manolak
petunjuk tanpa alasan obyektif e. Infantil : kekanak-kanakan f. Rigid : kaku, tidak
fleksibel g. Curiga : tidak percaya dengan orang lain h. Berubah-ubah : menunjukkan
kegelisahan i. Tegang : tidak tenang j. Pasif : tidak ada inisiatif k. Aktif : inisiatif
berlebihan l. Dependen : bergantung pada orang lain berlebihan m. Bermusuhan :
matang, menyerang n. Katalepsi : suatu sikap yang aneh, tidak bergerak yang
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama, yang biasa ditemukan pada pasien
pengidap schizophrenia. 2. Tingkah Laku Lebih aktif, gangguannya : a. Ekopraksi :
menirukan gerakan yang patologis pd orang lain b. Katatonia : kelainan motorik dlm
gangguan non organic (sbg lawan dari gang kesadaran & aktivitas motorik
sekunder), a.l : Katalepsi : posisi tidak bergerak yg dipertahankan terus. Impulsif
: tiba-tiba perilakunya berlebihan. Stupor : si pasien mematung sehingga seluruh
aktivitas normalnya hilang semua. Posturing : penerimaan yg tdk sesuai/kaku yg
disadari yg dipertahankan dlm waktu lama Rigiditas : sikap yang kaku, tidak
fleksibel, menahan, dan melawan. Fleksibel cerea : sikap yang bisa dibentuk
apapun oleh pemeriksa dan jika telah dibentuk biasanya pasien akan bertahan dalam
waktu yang lama pula (seperti lilin). c. Negativisme aktif : mrpk sikap menolak dg
cara aktif (contoh : jika ditanya langsung pergi). d. Katapleksi : tiba-tiba lemas,
seolah-olah tidak memiliki tenaga, merasa tulang-tulang tubuhnya hilang. e.
Stereotipik : gerakan yang sama dan diulang-ulang dalam waktu yang cukup lama
(contoh : tangannya digoyang-goyangkan terus) f. Mannerisme : gerakan-gerakan
aneh pada kelompok tangan dan kaki, dan gerakan tersebut tidak disadari, tidak
dikontrol dan menjadi kebiasaan pasien (contoh gerakan pencak silat). g.
Grimasseren : gerakan otot-otot wajah, seringkali merupakan symptom dari
schizophrenia (contoh meringis). h. Gerakan otomatis : melakukan gerakan tanpa
bisa dilakukan. i. Overaktivitas : tingkah laku yang terdapat pada pasien semuanya
akan berlebihan. Agitasi Psikomotor : kognitifnya berlebihan tetapi tidak
produktif, karena yang dilakukannya tidak sempurna (akan beraktivitas berlebihan).
Hiperaktivitas : tidak bisa diam seakan-akan tidak mengenal lelah. Tik : suatu
kejangan syaraf dari kelompok otot-otot di wajah, biasanya terdapat pada orang yang
mengalami ketegangan (contoh matanya berkedip-kedip sendiri). Somnabulisme :
berjalan pada saat tidur. Akathisia : Orang yang mengalami ini biasanya tidak bisa
duduk diam, gelisah, mondar-mandir terus, rasa subyektif akibat adanya ketegangan
motorik sehingga munculnya rasa kegelisahan. Kompulsi : adanya suatu dorongan
atau impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan gerakan atau aktivitas yang
berulang-ulang dan jika dia tidak melakukannya akan menimulkan ketegangan. -
Dipsomania : dorongan untuk minum alcohol. - Kleptomania : dorongan untuk
impuls untuk mengambil barang berulang-ulang - Nimfomani : dorongan melakukan
hubungan seksual pada wanita. - Satriasis : dorongan untuk melakukan hubungan
seksual pada laki-laki. - Trikotilomani : dorongan untuk mencabut rambut. - Ritual :
aktivitas menurunkan kecemasan yg orisinil Ataksi : gagalnya koordinasi pada otot
atau irregularitas gerakan otot (contoh : tidak bisa berjalan dengan gerakan teratur).
Polifagi : dorongan untuk makan makanan secara berlebihan. Hipoaktivitas :
penurunan aktivitas motorik dan kognitif Agresi : tindakan yg kuat dan berlebihan
scr verbal & fisik. Ambivalensi : 2 kemauan bertentangan, pd 1 individu, pd 1
waktu Abulia : penurunan impuls untuk bertindak atau berpikir. Mimikri :
aktivitas motorik tiruan & sederhana pd anak2. D. Berfikir Emosi. Merupakan
proses intrapsisik berupa pikiran dan paham baru seperti membayangkan,
menghayalkan, memahami, membandingkan, dan mengambil kesimpulan. 1.
Gangguan bentuk pikiran. a. Dereisme tidak realistik Adalah bentuk pikiran yang
tidak realistic & tidak sesuai pengalaman dan logika biasa terjadi pada pasien
gangguan psikosis. Contoh : Tembak nyamuk dari Kalimantan takut ibunya
terganggu. b. Autisme Adalah berfikir secara fantasi di dalam alam pikirannya
sendiri. Preokupasi adalah terpaku dalam satu hal dalam pikirannya (berfantasi
sendiri). c. Psikosis Adalah keadaan tidak mampu membedakan kenyataan dari
fantasi dimana apa yang dialami sebenarnya tidak nyata. Dapat dites menggunakan
tes realita (hasil +). d. Neurosis Adalah gangguan mental dimana tes realitanya
masih utuh, perilakunya tidak melanggar norma social. Kondisi ini relative bertahan
lama/terulang jika tanpa pengobatan/pengobatannya berhenti. 2. Gangguan
Progresi/Kelancaran/Arus Pikiran a. Flight of Ideas : Bicaranya cepat, terus
menerus, tidak bisa disela, disertai dengan asosiasi bunyi/asosiasi pikiran, bergeser
dari satu ide ke ide lain biasa terjadi pada pasien gangguan manic. b. Retardasi :
Bicaranya pelan, lambat, arus tidak cepat biasa terjadi pada pasien depresi. c.
Circumstantial : Jika ditanya jawabannya berputar-putar, bicaranya tidak langsung,
menjelaskan rincian-rincian yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan meskipun
akhirnya sampai pada tujuan yang diharapkan biasa terjadi pada pasien gangguan
schizophrenia awal. d. Blocking penghambatan dalam bicara : Terputusnya aliran
berpikir secara tiba-tiba sebelum suatu pikiran atau gagasan diselesaikan (pada saat
bicara tiba-tiba berhenti, meskipun belum selesai) biasanya setelah blocking
terjadi, orang itu bisa mengingat apa yang dikatakan. e. Neologisme : Membentuk
kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh pasien. f. Inkoherensi : Bicaranya
kacau, antara kata satu dengan kata yang lain tidak nyambung hubungan antar
kata tidak ada dan tidak bisa dipahami. g. Tangensiality : Ketidakmampuan untuk
mempunyai asosiasi pikiran yang bertujuan. Contoh : Dari Sumatera naik layar,
terus naik roda. h. Preseverasi : Kalimat yang sama diulang-ulang. i. Verbigerasi :
Kata-kata yang sama diulang-ulang. j. Ekolali : Menirukan pembicaraan orang lain.
k. Jawaban yang tidak relevan : Jawaban yang tidak harmonis dengan
pertanyaannya. l. Asosiasi Longgar : Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan
bergeser dari satu subjek ke subjek lain dengan cara yang sama sekali tidak
berhubungan. m. Asosiasi Bunyi : Bunyi sama namun artinya tidak sama (ada bunyi
yang mirip). Contoh : kapal terbang, kapal laut, laut Jawa Tengah. n. Word salad
(gado2 kata) : campuran kata& frase yg membingungkan. o. Kondensasi :
penggabungan berbagai konsep mjd 1 konsep. p. Derailment (keluar jalur) :
penyimpangan yg mendadak dlm urutan pikiran tnp penghambtn. q. Glossolalia :
ekspresi pesan2 yg relevan mell kata2 yg tdk dapat dipahami. 3. Gangguan Isi
Pikiran. a. Kemiskinan Isi Pikiran Pikiran yang hanya memberikan sedikit informasi
jika ditanya jawabannya hanya ya/tidak/tidak tahu,dll. b. Gangguan Berlebihan
Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan. c. Waham Keyakinan
palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah terhadap kenyataan eksternal,
tidak sejalan dengan inteligensi pasien maupun latar belakang kultural. Contoh latar
belakang kultural ada yang menyantet saya. Contoh tidak sesuai inteligensi
merasa punya dana yang akan diberikan ke sekolah. Ciri-ciri waham : - sifatnya
egosentris (mengenai dirinya sendiri) - tidak bisa dibantah - diyakini 100% - tidak
rasional dan tidak logis Jenis Waham : Waham Nihilistik perasaan seperti
pernah meninggal dan hidup lagi sehingga bisa menceritakan pengalaman matinya.
Waham Berdosa suatu keyakinan palsu tentang penyesalan yang dalam dan
bersalah. Waham Paranoid : - Waham Kejar/persekutorik merasa bahwa ada
yang mau mengganggu, membunuh, mencelakakan dia. - Waham Kebesaran
gambaran mengenai kepentingan, kekuatan, identitas seseorang yang berlebihan.
Contoh : merasa dirinya seorang ilmuwan padahal hanya lulusan SD. - Waham
Rujukan/referensi keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada
dirinya. Contoh : merasa ada orang yang mau merampok ketika di lampu merah dan
langsung pergi karena ia membawa banyak uang. Waham Aneh (merupakan tanda
khas gangguan Schizophrenia) : - Waham Penyisipan pasien merasa pikirannya
disisipi pikiran orang lain, sehingga merasa kalau dalam pikirannya ada pikiran
orang lain juga. - Waham Pengendalian pikirannya dikendalikan orang lain/tenaga
lain. - Waham Penyedotan pikirannya disedot keluar/dihilangkan oleh orang
lain/tenaga lain. - Waham Penyiaran keyakinan bahwa pikirannya bisa
dibaca/diketahui orang lain seperti pemancar radio. - Waham Cemburu keyakinan
palsu yang didapat karena kecemburuan patologis. Waham Kacau keyakinan
palsu yg aneh & tidak masuk akal. Contoh : orang luar angkasa menanamkan suatu
elektroda pada otak pasien. Waham Tersistematisasi keyakinan palsu yg
digabungkan oleh peristiwa tunggal. Contoh : pasien dimata2i oleh agen rahasia.
Waham yg sejalan dgn mood co : pasien mers bertanggung jwb utk penghancuran
dunia. Waham Kemiskinan pasien merasa kehilangan semua hartanya.
Waham Somatik merasakan palsu ttg fungsi tubuhnya. Contoh : merasa otak
pasien berakar/mencair. Erotomania keyakinan bahwa ada seseorang yang
mencintai dirinya. Hipokondriasis merasa bahwa ada satu kelainan/interpretasi
yang berlebihan terhadap kelainan fisik yang terjadi. Contoh : pusing tumor.
Obsesi pikiran dan perasaan yang tidak dapat ditentang dan tidak dapat
dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika. Contoh : pintu sudah dikunci belum ?
biasa diikuti oleh Kompulsif (perilaku yang berulang terjadi sebagai respon
terhadap suatu obsesi). Koprolalia pengungkapan scr kompulsif dr kata2 yang
cabul. Preokupasi pikiran pemusatan isi pikiran pd ide tertentu, disertai irama
person yg kuat. Egomania preokupasi pd diri sendiri yg patologis. Monomania
preokupasi pd suatu objek tunggal. Noesis su person bhw pasien telah dipilih utk
memimpin setelah mendpt wahyu. Fobia rasa takut patologis yang irasional,
persisten, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis/stimuli tertentu : -
Fobia sederhana : takut pada objek/situasi yg jelas (co : takut pd laba2/ular) - Fobia
sosial : takut thd keramaian masyarakat (co : takut bicara dgn masyarakat) -
Akrofobia : takut pd tempat yg tinggi - Agoraphobia : takut pd tempat yg terbuka -
Algofobia : takut thd rasa nyeri - Ailurofobia : takut thd kucing - Eritrofobia : takut
thd warna merah - Panfobia : takut thd segala sesuatu - Klaustrofobia : takut thd
tempat yg tertutup - Xenofobia : takut thd orang asing - Zoophobia : takut thd
binatang E. Gangguan Bicara. Adalah bentuk dari gagasan, pikiran, perasaan yang
diekspresikan melalui bahasa. 1. Logorrhea : Bicaranya banyak sekali,
pembicaraannya masih logis, masih bisa dipahami tapi sulit disela biasa terjadi
pada pasien gangguan manic. 2. Gagap/Stuttering : Pengulangan/perpanjangan
suara/suku kata yang sering, sehingga menyebabkan gangguan kefasihan bicara
yang jelas. 3. Disartri : Kesulitan di dalam artikulasi bukan dalam pengulangan kata
(artikulasi tidak jelas). 4. Tekanan Bicara : bicara cepat (peningkatan jml & kesulitan
utk memutuskan pembcran). 5. Kemiskinan bicara : pembatasan jumlah bicara yg
digunakan. 6. Bicara yg tidak spontan : tidak ada bicara yg dimulai dr diri sendiri. 7.
Disprosodi : hilangnya irama bicara yg normal. 8. Kekacauan : bicara yg aneh &
distrimik. 9. Afasia. a. Afasia Motorik tidak bisa mengucapkan tetapi memahami
pembicaraan. Jika bicara sering terhenti-henti, susah, dan tidak akurat (area broca).
b. Afasia Sensorik bicara lancer, spontan, tetapi tidak mampu memahami
pembicaraan orang lain sehingga membingungkan dan bicaranya yang bukan-bukan
terjadi karena kelainan organic (area wernicke). c. Afasia Nominal kesulitan
untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda (sering disebut afasia
anomia/amnestik) gagar otak. d. Afasia Sintatikal tidak mampu menyusun kata-
kata baru dalam urutan yang tepat. e. Afasia Logat Khusus kata2 yg dihasilkan
seluruhnya neologistik/diulang dgn bbgi intonasi. f. Afasia Global kombinasi afasia
yg sangat tidak fasih & afasia fasih yg berat. F. Gangguan Persepsi. Suatu proses
memindahkan informasi fisik menjadi informasi psikologi melihat, mendengar,
merasakan sesuatu yang ada objeknya. Macamnya : 1. Halusinasi. Merupakan
persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimuli eksternal yang
nyata Sering terjadi pada orang yang mengalami gangguan berat (psikosis).
Macamnya : a. Hypnagogik muncul menjelang tidur normal. b. Hypnopompik
terjadi saat bangun tidur normal dengan seseorang dan jenisnya sesuai panca
indera. c. Kinestetik merasa anggota tubuhnya bisa lepas sendiri. d. Autoskpik
merasa dirinya bisa melihat dirinya sendiri. e. Auditoris/dengar bunyi yg palsu &
bunyi2 yg lain. f. Sinestesia disebabkan oleh sensasi lain (co : suatu bunyi dirasa
dialami sbg hal yg dilihat). g. Halusinasi Liliput benda2 seperti tampak lebih kecil.
h. Halusinosis berhubungan dgnpenyalahgunaan alcohol. i. Halusinasi panca
indera : Akustik : merasa ada suara di telinga yang menyuruh dia melakukan
sesuatu sehingga merasa harus menuruti suara itu. Visual : merasa bisa melihat
malaikat, jin, arwah, dan meramal sesuatu. Gustatorik : tidak makan apa-apa tapi
merasakan sesuatu di mulutnya. Taktil : merasa tubuhnya menyentuh sesuatu.
Olfaktorius : merasa ada bau wangi tapi sumbernya tidak ada. 2. Ilusi. Merupakan
persepsi yang salah ada stimuli eksternal tapi dipersepsikan salah. Perbedaan
Halusinasi Stimuli eksternal (objek) (-) Persepsi (+) Ilusi Stimuli eksternal (+)
Persepsi (+) tapi salah, tidak sesuai dgn stimuli eksternal 3. Hubungan dengan
fenomena konversi dan disosiasi. a. Anestesi Histerikal hilangnya modalitas
sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional. Contoh : saya dicubit tetapi tidak
merasakan apa-apa. b. Makropsia merasa bahwa keadaan disekelilingnya menjadi
besar. c. Mikropsia merasa bahwa keadaan disekelilingnya menjadi kecil
berhubungan dengan keadaan organic (pada orang yang mengalami epilepsy) tidak
menggangu pertumbuhan. d. Depersonalisasi perasaan subyektif yang merasa
sekitarnya tidak nyata, aneh atau tidak mengenali diri sendiri. Contoh : ini bukan
tangan saya, ini tangan adik saya. e. Derealisasi perasaan subyektif bahwa
lingkungan tidak nyata atau aneh suatu perasaan mengenai perubahan realitas. f.
Fuga/fugue mengambil identitas baru pd amnesia identitas lama. g. Kepribadian
ganda 1 orang yg tampak pada waktu yg berbeda mjd 2/lebih karakter yg berbeda.
4. Gangguan Kognitif : a. Anosognosia : ketidakmampuan ttg penyakit b.
Somatopagnosia : ketidakmampuan utk tahu ttg tubuh c. Agnosia visual :
ketidakmampuan utk mengenali benda2/orang. d. Astereognosis : ketidakmampuan
utk mengenali benda mell sentuhan e. Prosopagnosia : ketidakmampuan utk
mengenali wajah f. Apraksia : ketidakmampuan utk melakukan tugas tertentu g.
Simultagnosia : ketidakmampuan utk mengerti >1 elemen visual
h. Adiadokokinesia : ketidakmampuan utk melakukan gerakan yg berubah dgn cepat

14 November 2008
G. Gangguan Daya Ingat.
Adalah besarnya penilaian asosiasi dengan peristiwa yang dihubungkan dengan
kuatnya emosi tergantung pada penerimaan dan pencatatan serta penyimpanan
reproduksi.
Orang yang mengalami gangguan daya ingat bisa mengarah ke depresi.
1. Daya ingat jangka panjang
Ingatan tentang kejadian-kejadian penting di masa lampau missal : tempat lahir,
pekerjaan.
2. Daya ingat jangka pendek
Kemampuan mengingat kembali kata-kata yang tidak berhubungan satu dengan
yang lainnya, sesudah perhatiannya dialihkan selama 5-15 menit.
3. Daya ingat segera
Kemampuan mengulang 6 angka secara berurutan sesudah diucapkan pemeriksa
(perlu perhatian dan konsentrasi).
4. Hemisfer otak kiri daya ingat verbal logika matematika.
5. Hemisfer otak kanan daya ingat visual (seni).
6. Gangguan/hendaya daya ingat (Dysmnesia) :
a. Amnesia : tidak mampu mengingat pengalaman masa lampau (sifatnya organic
(misal : skecelakaan lalu gagar otak).
Amnesia Retrograd : hal ikhwal sebelum trauma
Amnesia Anterograd : hal ikhwal sesudah trauma
b. Hipersnesia : proses ingatan yang berlebih (biasanya dlm lingkungan sosial kaku
& cuek, orgnya pintar sekali).
c. Eidetic image : ingatan visual ttg kejelasan halusinasi.
d. Screen memory : ingatan utk menutupi ingatan yg menyakitkan.
e. Represi : mekanisme pertahanan yg ditandai oleh pelupaan scr tdk disadari thd
gagasan yg tdk dapat diterima.
f. Letologika : ketidakmampuan sementara utk mengingat suatu nama/kata benda
dgn cepat.
g. Paramnesia : pemalsuan daya ingat karena distorsi proses mengingat, dapat
terjadi pada orang normal meliputi :
Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman
yang dibayangkan atau tidak nyata yang berupa fantasi tetapi orang lain percaya
sering muncul pd alkoholik.
De Ja Vu : belum pernah mengalami tapi mengaku pernah mengalami.
Jamais Vu : pasien tidak mengenali suatu situasi nyata yang pernah dialami.
De Ja Entendu : ilusi pengenalan auditoris.
De Ja Pense : ilusi bahwa pikiran baru dikenali sebagai pikiran yg pernah
dirasakan.

H. Intelegensia
Merupakan kemampuan utnuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan
menyatukan secara konstruktif terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
1. Demensia (karena kerusakan otak)
Deteriorisasi/kemunduran intelektual disertai gangguan ingat yg berat tnp
kesadaran berkabut
disebabkan factor organ obiologik
kehilangan efisiensi intelektual yang sifatnya permanent dan ilfersible.
Interaksi sosialnya aneh.
Awalnya normal krn faktor usia/penyakit abnormal (co : stroke penyakit,
alzeimer usia).
Macamnya :
- Diskalkulia : hilangnya kemampuan dlm berhitung
- Disgrafia : hilangnya kemampuan menulis dlm gaya yg kursif/hilang struktur kata
- Aleksia : hilangnya kemampuan membaca bkn krn gangguan penglihatan
2. Retardasi Mental (terjadi sjk masa kanak2)
Berkurangnya taraf kecerdasan sampai derajat dimana terdapat gangguan fungsi
atau kinerja, social, kejuruan pada individu di bawah 18 Hz.
Idiot (usia <3tahun), Imbesil (usia 3-7tahun), Moron (usia 8 tahun)
3. Pseudodemensia
Sama seperti demensia tetapi penyebabnya karena gangguan depresi.
4. Berpikir Konkret : penggunaan kiasan yg terbatas tanpa pengertian arti
5. Berpikir abstrak : kemampuan menggunakan kiasan & hipotesis dgn tepat

I. Tilikan (Insight)
Adalah kemampuan pasien untuk mengerti arti dan sebab yang benar dari suatu
situasi biasa terjadi pada penderita gangguan jiwa berat schizophrenia.
Derajat tilikan :
Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
Sadar sakit dan butuh bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal
Sadar sakit tetapi menyalahkan orang lain atau factor lain
Sadar sakit disebabkan sesuatu yang tidak diketahui di dalam dirinya.
Tilikan Intelektual : mengetahui bahwa penyakit disebabkan oleh perasaan yg
tidak rasional
Tilikan Emosional : kesadaran emosional ttg penyebab sakit. Kesadaran itu
menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian shg membuka diri utk pendpt yg
baru, konsep diri & org2 penting dlm hidupnya.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki umur 27 tahun, wajah sesuai umur, menggunakan pakaian
berwarna ungu gelap dan celana panjang hitam. Rambut botak, kulit sawo matang, penampilan
pasien cukup rapi.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Cukup tenang.
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi dan volume suara biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Cukup kooperratif.
B. Keadaan Afektif, Perasaan, dan Empati:
1. Afek : Terbatas.
2. Keserasian : Kurang serasi
3. Empati : Tidak dapat diraba-rasakan.
C. Fungsi Intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Cukup.
3. Orientasi :
o Waktu : Baik
o Tempat : Baik
o Orang : Baik

4. Daya ingat:
o Segera : Baik
o Jangka pendek : Baik
o Jangka panjang : Baik.
5. Pikiran abstrak : Masih di observasi.
6. Bakat kreatif : Tidak ditelusuri.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik berupa suara bisikan
Halusinasi visual berupa melihat bayangan naga dan macan.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Ada (merasakan bayangan naga masuk kedalam
badannya dan setelah itu pasien menjadi pingsan)
4. Derealisasi : Tidak ada.
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran:
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontiniuitas : Relevan dan koheren
c. Hendaya berbahasa : tidak ada.
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada.
b. Gangguan isi pikiran: Waham kejaran (Selalu merasa dikejar oleh
seekor naga sampai mau didorong jatuh dari motor)
F. Pengendalian Impuls: Cukup (riwayat pengendalian impuls terganggu
sebelum masuk RS)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Cukup.
2. Uji daya nilai : Terganggu.
3. Penilaian realitas : Terganggu.
H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (Pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.

Anda mungkin juga menyukai