atau 12 sandapan yang merekam aktivitas listrik jantung dari tempat, arah dan sudut yang berbeda.
Dan sudah pasti bentuk gelombang atau morfologi gelombang EKG akan berbeda antara lead yang
satu dengan lead lainnya. Sedangkan EKG strip merupakan bagian dari salah satu lead sebuah EKG 12
lead, bisa dari bipolar lead atau unipolar lead.
Saya sarankan untuk membaca lagi blog kursus ekg yang telah saya publiskan lebih awal dengan
sabar dan jangan tergesah-gesah sebelum anda mengikuti diskusi ini.
Seperti halnya dengan ekg strip, untuk membaca EKG 12 lead harus mempunyai langkah dasar yang
menuntun kita saat membaca atau menginterpretasi sebuah EKG 12 lead sehingga kita tidak hanyut
dalam kebingungan dan anda akan yakin dengan hasil analisa EKG 12 lead anda.
1. Pastikan kalau EKG 12 lead yang kita baca direkam dengan kecepatan 25mm/detik dan
voltase 1mV.
Silahkan anda cari di lead mana saja, yang penting anda sudah menemukan gel P.
Pada EKG normal biasanya gel P akan jelas terlihat di lead II, dan harus
mempunyai bentuk yang sama, jarak antara PP interval harus sama, dan selalu
berbanding 1 : 1 dengan komplek QRS atau dengan kata lain gel P harus selalu diikuti
komplek QRS.
Jadi anda tidak perlu pusing memikirkan bentuk gel P di lead yang lain.
Dengan mengetahui lebih awal aksis jantung, kita bisa mengidentifikasi dan
memperkirakan arah depolarisasi yang meyebabkan bentuk atau morfologi komplek
QRS yang berbeda disetiap lead.
Q = anda amati ada atau tidaknya gel Q pada lead (I,II,III,aVL, aVF,V1,V6,
karena akan mempunyai nilai diagnosa.
R = adakah gel R yang tingginya melebihi 15 mm, karena akan mempunyai nilai
diagnosa.
PR & QT interval = dilangkah nomor dua, anda sudah menemukan gel P yang jelas.
Disitulah anda mengitung panjang PR interval juga QT interval
9. Kesimpulan
Dibawah ini contoh EKG 12 lead yang akan saya diskusikan dan semuanya direkam dengan
standarisasi internasional yaitu kecepatan 25 mm/detik dan voltase 1mV.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P di lead I, II, aVR. Gel P di II defleksi positip, defleksi negatif di aVR, dan setiap 1
gel P diikuti 1 komplek QRS. Adanya gel P menandakan pacemaker berasal dari SA node ----> normal
3. Tentukan irama
Irama teratur----> normal
5. Morfologi Gelombang
Lihat gel T di lead III negatif, di lead aVF pendek/kecil ----> normal
Setiap lead yang mempunyai tinggi gel R kurang dari 5 mm biasanya akan memiliki gel T negatif,
datar, atau pendek.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali adanya gel P dan selalu diikuti komplek QRS ----normal
Dominan pacemaker berasal dari SA node----> normal pacemaker
3. Tentukan irama
Anda perhatikan dengan jeli kalau panjang antara RR interval tidaklah sama ---tidak teratur
4. Karena tidak ada lead panjang, anda boleh menggunakan RR intervaal atau cara lain.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 65 x/menit ----normal
5. Morfologi Gelombang
Anda bisa lihat T negatif di lead V1, V2, V3 dan Gel R yang tinggi V5, V6, II, III
7. Disinilah pengalaman yang akan menentukan kasus ini. Secara teori data yang kita dapat
menandakan adanya Hipertropi ventrikel kiri dengan penjumlahan (gel R di V5/V6 + gel S di V1/V2 >
35 mm) dan besar kemungkinan juga adanya iskemia di anterior lead (v1,v2,v3). Saya tidak
menyalahkan anda jika hasil analisa anda seperti itu. Tapi perlu anda tahu bahwa untuk hipertropi,
BBB biasanya akan selalu di ikuti dengan adanya "strain pattern" yaitu repolarisasi yang abnormal.
Dan hipertropi ventrikel kiri akan menghasilkan aksis ke kiri atau LAD (left aksis deviation). Untuk T
inverted di lead V1,2,3 tergantung klinis pasien, tapi kalau secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda
iskemia berarti keadaan ini adalah masih dalam batas normal.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P dengan defleksi positip di lead II dan negatif di lead aVR, satu gel P diikuti 1
komplek QRS ----> normal
Adanya normal gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node -----> normal pacemaker
3. Tentukan irama
Jarak RR interval tampak sama, tapi kalau anda hitung dengan teliti RR interval tidaklah sama ---->
irama tidak teratur
4. Frekfensi jantung
Frekfensi jantung kurang lebih 60 x/menit
5. Morfologi gelombang
Pada ekg ini tampak sekali ST segmen elevasi di lead I, II, aVF, V2 s/d V6 dan gelombang R yang
melebihi 15 mm di lead V5/V6. Gel S juga yang dalam di lead V2
7. Anda hanya menemukan irama yang tidak teratur, bila kita jumlahkan gel R di V5/6 + gel S di
V1/V2 > 35 mm dan gel R yang tingginya > 25mm tapi tidak adanya strain pattern sehingga tidak
kuat untuk mengatakan adanya LVH. Adanya ST segmen yang tampak seperti elevasi di lead yang
saya sebutkan di atas sebenarnya masih dalam normal variant yang sering kita temukan pada anak
muda.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P di semua lead dengan bentuk yang runcing. Setiap gel P diikutidengan
komplek QRS. Biarpun gambaran gel P hampir di semua lead berbentuk runcing, tetap kita katakan
kalau gel P pada EKG ini berasal dari SA node.
3. Tentukan irama
Saya rasa jelas sekali pada EKG ini iramanya teratur.
4. Frekfensi Jantung
Frekfensi jantungnya 100 x/menit
5. Morfologi gelombang
Gel R di lead V1 lebih besar dari gel S, ST strain pattern di V1-V3, ST segmen deperesi di
II,III,aVF,V4,V5,V6.
7. Gel P yang runcing, frekfensi jantung 100x/mnt, RAD, gel R yang lebih tinggi dari gel S, ST strain
pattern di V1,2,3 dan ST segmen depresi di II, III, aVF,V4, V5, V6
1. Identifikasi gel P
Tidak ditemukan adanya gel P yang meyakinkan tapi komplek QRS tidak melebar atau masih dalam
batas normal. Ini menunjukan irama masih berasal dari atas ventrikel.
5. Morfologi gelombang
Adanya gel S yang dalam di lead II, III, aVF dkarenakan aksis jantung menjauhi ketiga lead tersebut.
Gel R yang tinggi di lead V4,5,6, dan adanya ST strain pattern di lead I, aVL, V4,5,6.
7. Tidak adanya gel P, komplek QRS normal, irama tidak teratur, Gel R yang tinggi di lead V4,5,6
dengan ST strain pattern, LAD
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P bisa
anda lihat selalu diikuti komplek QRS. Adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node
-----> Normal
2. Tentukan aksis jantung.
Dominan defleksi positip di lead I dan lead aVF memastikan kalau aksis jantungnya dalam batas
normal.
3. Tentukan irama
Anda bisa lihat jarak PP atau RR interval antara beat yang satu dengan lainnya sama, ini menandakan
iramanya teratur.
7. Adanya gel R yang tingginya lebih dari normal di lead I, V4, V5, V6 yang diikuti ST pattern dan
penjumlahan gel R di lead V5/V6 + gel S di lead V1/V2 melebihi 35 mm mengarahkan ke pembesaran
otot ventrikel kiri, yang walaupun aksis jantungnya masih dalam batas normal.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II, I,III, aVF dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gel P selalu diikuti komplek QRS, adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node.
3. Tentukan iramanya.
Saya rasa jelas sekali EKG ini iramanya teratur
4. Hitung frekfensi jantungnya
Anda bisa menghitungnya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80x/menit
6. Konfigurasi komplek QRS yang abnormal di mana gel R yang tinggi di V1 yang di ikuti ST strain
pattern menandakan adanya pembesaran ventrikel kanan atau RVH
7. Ditemukan RAD (aksis jantung 120 derajat), pola rS komplek QRS di lead I &aVL, pola qR komplek
QRS di lead II, III, aVF. Adanya juga gel R yang melebihi voltase gel S di V1.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan RVH dan LPHB (left posterior hemiblok)
1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P defleksi positip di lead I, II, III dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gelombang P masih diikuti komplek QRS. Adanya gel P manandakan pacemaker masih berasal dari SA
node.
3. Tentukan iramanya
Biarpun gambar EKGnya agak mengerikan, tapi jarak RR interval antara tiap beat adalah sama. Hal ini
manandakan iramanya teratur.
6. Konfigurasi komlek QRS abnormal. Tidak adanya gel r kecil V1 menandakan adanya gangguan
konduksi.
7. Komplek QRS lebar di semua lead dengan perubahan gel T, aksis jantung ke kiri atau LAD, tidak
ada gel r kecil di V1, tidak ada juga gel q kecil di lead lateral (I, aVL, V5,V6).
Kesimpulan : SINUS ARITMIA Dengan LBBB terjadi pada peningkatan frekfensi jantung.
A. Kesadaran.
Relasi (hubungan) dan limitasi dengan sekitar/lingkungan
Dikatakan baik dpt mengenal, mengerti & mengetahui keadaan tentang
dirinya/sektrnya
Gangguan berhub dgn kerusakan otak
1. Gangguan Kesadaran
a. Disorientasi : gang orientasi waktu, tempat/orang.
b. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan tidak lengkap dalam kaitan dengan
gangguan persepsi dan sikap.
c. Stupor : tidak adanya reaksi dari stimulus yang muncul dari luar lingkungan,
hanya diam.
d. Delirium : seperti pikun, tjdnya tergantg kondisi fisik disorientasi, halusinasi,
takut
e. Koma : derajat kesadaran paling berat.
f. Koma Vigil : koma dimana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat
dibangunkan.
2. Gangguan Perhatian.
a. Distrakbilitas : tidak mampu memusatkan perhatian.
b. Inatensi Selektif : perhatian/kewaspadaan berlebih yang menimbulkan kecemasan
c. Autisme : perhatian (-).
d. hipervigilitas : perhatian berlebihan pada stimuli eksternal dan internal.
e. Trance : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah/keadaan tak sadarkan
diri.
14 November 2008
G. Gangguan Daya Ingat.
Adalah besarnya penilaian asosiasi dengan peristiwa yang dihubungkan dengan
kuatnya emosi tergantung pada penerimaan dan pencatatan serta penyimpanan
reproduksi.
Orang yang mengalami gangguan daya ingat bisa mengarah ke depresi.
1. Daya ingat jangka panjang
Ingatan tentang kejadian-kejadian penting di masa lampau missal : tempat lahir,
pekerjaan.
2. Daya ingat jangka pendek
Kemampuan mengingat kembali kata-kata yang tidak berhubungan satu dengan
yang lainnya, sesudah perhatiannya dialihkan selama 5-15 menit.
3. Daya ingat segera
Kemampuan mengulang 6 angka secara berurutan sesudah diucapkan pemeriksa
(perlu perhatian dan konsentrasi).
4. Hemisfer otak kiri daya ingat verbal logika matematika.
5. Hemisfer otak kanan daya ingat visual (seni).
6. Gangguan/hendaya daya ingat (Dysmnesia) :
a. Amnesia : tidak mampu mengingat pengalaman masa lampau (sifatnya organic
(misal : skecelakaan lalu gagar otak).
Amnesia Retrograd : hal ikhwal sebelum trauma
Amnesia Anterograd : hal ikhwal sesudah trauma
b. Hipersnesia : proses ingatan yang berlebih (biasanya dlm lingkungan sosial kaku
& cuek, orgnya pintar sekali).
c. Eidetic image : ingatan visual ttg kejelasan halusinasi.
d. Screen memory : ingatan utk menutupi ingatan yg menyakitkan.
e. Represi : mekanisme pertahanan yg ditandai oleh pelupaan scr tdk disadari thd
gagasan yg tdk dapat diterima.
f. Letologika : ketidakmampuan sementara utk mengingat suatu nama/kata benda
dgn cepat.
g. Paramnesia : pemalsuan daya ingat karena distorsi proses mengingat, dapat
terjadi pada orang normal meliputi :
Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman
yang dibayangkan atau tidak nyata yang berupa fantasi tetapi orang lain percaya
sering muncul pd alkoholik.
De Ja Vu : belum pernah mengalami tapi mengaku pernah mengalami.
Jamais Vu : pasien tidak mengenali suatu situasi nyata yang pernah dialami.
De Ja Entendu : ilusi pengenalan auditoris.
De Ja Pense : ilusi bahwa pikiran baru dikenali sebagai pikiran yg pernah
dirasakan.
H. Intelegensia
Merupakan kemampuan utnuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan
menyatukan secara konstruktif terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
1. Demensia (karena kerusakan otak)
Deteriorisasi/kemunduran intelektual disertai gangguan ingat yg berat tnp
kesadaran berkabut
disebabkan factor organ obiologik
kehilangan efisiensi intelektual yang sifatnya permanent dan ilfersible.
Interaksi sosialnya aneh.
Awalnya normal krn faktor usia/penyakit abnormal (co : stroke penyakit,
alzeimer usia).
Macamnya :
- Diskalkulia : hilangnya kemampuan dlm berhitung
- Disgrafia : hilangnya kemampuan menulis dlm gaya yg kursif/hilang struktur kata
- Aleksia : hilangnya kemampuan membaca bkn krn gangguan penglihatan
2. Retardasi Mental (terjadi sjk masa kanak2)
Berkurangnya taraf kecerdasan sampai derajat dimana terdapat gangguan fungsi
atau kinerja, social, kejuruan pada individu di bawah 18 Hz.
Idiot (usia <3tahun), Imbesil (usia 3-7tahun), Moron (usia 8 tahun)
3. Pseudodemensia
Sama seperti demensia tetapi penyebabnya karena gangguan depresi.
4. Berpikir Konkret : penggunaan kiasan yg terbatas tanpa pengertian arti
5. Berpikir abstrak : kemampuan menggunakan kiasan & hipotesis dgn tepat
I. Tilikan (Insight)
Adalah kemampuan pasien untuk mengerti arti dan sebab yang benar dari suatu
situasi biasa terjadi pada penderita gangguan jiwa berat schizophrenia.
Derajat tilikan :
Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
Sadar sakit dan butuh bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal
Sadar sakit tetapi menyalahkan orang lain atau factor lain
Sadar sakit disebabkan sesuatu yang tidak diketahui di dalam dirinya.
Tilikan Intelektual : mengetahui bahwa penyakit disebabkan oleh perasaan yg
tidak rasional
Tilikan Emosional : kesadaran emosional ttg penyebab sakit. Kesadaran itu
menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian shg membuka diri utk pendpt yg
baru, konsep diri & org2 penting dlm hidupnya.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki umur 27 tahun, wajah sesuai umur, menggunakan pakaian
berwarna ungu gelap dan celana panjang hitam. Rambut botak, kulit sawo matang, penampilan
pasien cukup rapi.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Cukup tenang.
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi dan volume suara biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Cukup kooperratif.
B. Keadaan Afektif, Perasaan, dan Empati:
1. Afek : Terbatas.
2. Keserasian : Kurang serasi
3. Empati : Tidak dapat diraba-rasakan.
C. Fungsi Intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Cukup.
3. Orientasi :
o Waktu : Baik
o Tempat : Baik
o Orang : Baik
4. Daya ingat:
o Segera : Baik
o Jangka pendek : Baik
o Jangka panjang : Baik.
5. Pikiran abstrak : Masih di observasi.
6. Bakat kreatif : Tidak ditelusuri.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik berupa suara bisikan
Halusinasi visual berupa melihat bayangan naga dan macan.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Ada (merasakan bayangan naga masuk kedalam
badannya dan setelah itu pasien menjadi pingsan)
4. Derealisasi : Tidak ada.
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran:
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontiniuitas : Relevan dan koheren
c. Hendaya berbahasa : tidak ada.
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada.
b. Gangguan isi pikiran: Waham kejaran (Selalu merasa dikejar oleh
seekor naga sampai mau didorong jatuh dari motor)
F. Pengendalian Impuls: Cukup (riwayat pengendalian impuls terganggu
sebelum masuk RS)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Cukup.
2. Uji daya nilai : Terganggu.
3. Penilaian realitas : Terganggu.
H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (Pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.