dan Hepatoma
Pendahuluan
Sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Penderita sirosis hati lebih
banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita
sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59
tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun. 1,2
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerasi. Sirosis hati dibagi
menjadi sirosis hati kompensata yang belum ada gejala klinis nyata dan tanda
klinis yang jelas dan sirosis dekompensata yang ditandai gejala klinis dan tanda
klinis yang jelas.3
Pasien dengan sirosis dan ascites menunjukkan kerentanan lebih tinggi
terhadap infeksi bakteri, terutama karena mekanisme pertahanan yang tidak
memadai.4 Pada pasien ini, komplikasi infeksi yang paling sering yang terjadi
(25% kasus), dan pada saat yang sama bisa terjadi peritonitis bakterial spontan
(PBS), diikuti oleh infeksi kemih (sekitar 20%), pneumonia (sekitar 15%) dan
bakteremia (12%)5. Sejak PBS pertama kali dijelaskan dan hingga saat ini, angka
kematian telah menurun dari 80% menjadi 30%, karena diagnosis yang tepat dan
dengan inisiasi dini pengobatan yang memadai.7
Sirosis Hepatis
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoselular.
1
1. Sirosis hepatis kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang
nyata.
2. Sirosis hepatis dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik
yang jelas. Sirosis hepatis kompensata merupakan kelanjutan dari proses
hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaannya secara
klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati 2
Secara morfologi Sherlock membagi sirosis hepatis bedasarkan besar
kecilnya nodul, yaitu:
1. Makronoduler (ireguler, multilobuler)
2. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
3. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.2
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hepatis
atas:
1. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau
sirosis toksik atau subacute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk
karena banyak terjadi jaringan nekrosis.
2. Nutrisional cirrhosis, atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler,
sirosis alkoholik, Laennecs cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis terjadi
sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
3. Sirosis Post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah
menderita hepatitis2
Schiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:
1. Sirosis portal adalah sinonim dengan fatty, nutrional atau sirosis alkoholik
2. Sirosis postnekrotik
3. Sirosis biliaris 2
2
meragukan. Diagnosis kemungkinan sirosis dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemerikasaan fisik atau pemeriksaan laboratorium rutin. 1,8,10
A. Anamnesis
Pada tahap awal sirosis biasanya tidak menunjukan gejala yang
khas.Karena hal tersebut sebagian besar pasien datang dengan kondisi sirosis yang
sudah parah. Dari anamnesis ini perlu di gali keluhan atau gejala yang biasanya
muncul pada penderita sirosis hepatis seperti perasaan mudah lelah dan lemas,
selera makan berkurang, perut terasa kembung, mual, berat badan menurun, testis
mengecil, buah dada membesar serta hilangnya dorongan seksual.1
Selain itu jika sirosis hepatis sudah dalam kondisi lanjut akan muncul
komplikasi-komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal, meliputi hilangnya
rambut badan, gangguan tidur dan demam tak begitu tinggi. Beberapa pasien
ditemukan adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
ikterus dengan dengan urin berwarna seperti teh.1
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hepatoplenomegali, spider
telangiectasias, ikterus, asites, palmar eritema dll. 1,2,8,9
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan anjuran pada sirosis hepatis diantaranya adalah: enzim
transaminase (SGOT, SGPT), alkali fosfatase, gamma GT, bilirubin, albumin,
globulin, elektrolit, faal hemostasis dan hematologi.
Selain pemeriksaan laboratorium pemeriksaan penunjang yang dianjurkan
pada penderita sirosis hepatis adalah ultrasonografi, gastroskopi dan CT scan.1,2,8,9
3
peritoneum. Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada
penderita sirosis apalagi kalau terjadi infeksi pada cairan asites.10
4
Gejala klinis PBS adalah demam, nyeri perut dan perubahan perilaku.
Selain itu dapat ditemukan diare, ileus paralitik, hipotensi, hipotermia. Suhu
tubuh penderita sirosis lebih rendah dari pada orang normal, sehingga suhu
37,8oC harus diwaspadai telah terjadi infeksi pada penderita sirosis. Kelainan
laboratorium yang sering ditemukan adalah leukositosis, asidosis metabolik.
Bila ditemukan hal yang demikian pada penderita asites sebaiknya dilakukan
parasentesis.14,17,18
5
oliguria yang nyata dan retensi akut natrium tanpa adanya kelainan yang
dapat dikenali sebagai penyebab gagal ginjal.15
Secara sederhana mekanisme terjadinya SHR adalah akibat adanya
vasodilatasi pembuluh darah perifer dan vasokontriksi aliran darah ke ginjal.
SHR dibagi 2 yaitu SHR tipe I dan SHR tipe II. Pada SHR tipe I penurunan
fungsi ginjal terjadi secara cepat (dalam 2 minggu) sedangkan pada SHR tipe
II penurunan fungsi ginjal berlangsung lebih lambat.13
6
B. Pengobatan Komplikasi
Asites
Pada penderita sirosis hepatis dengan asites dilakukan tirah baring dan
diawali dengan diet rendah garam. Pengobatan diuretik spironolakton diberikan
dengan dosis 100-200 mg/hari dengan pemantauan penurunan berat badan 0,5
kg/hari pada penderita sirosis tanpa edema tungkai dan 1 kg/hari pada penderita
dengan edema tungkai. Apabila respon spironolakton tidak adekuat dapat
dikombinasi dengan furosemid 20-40 mg/hari.
Koma hepatikum
Pada penderita Koma hepatikum diberikan diet rendah protein, antibiotika
untuk mengurangi bakteri usus dan laktulosa.
Varises esofagus
Diberikan penyekat beta (propanolol). Waktu pendarahan akut dapat
diberikan somatostatin dan ocreotid, diteruskan dengan skleroterapi atau ligasi
endoskopi.
Sindroma hepatorenal
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, menghentikan penggunaan
obat yang bersifat nefrotoksik, dopamin, ornipresin, midodrin dan ocreotid.
7
Prognosis Sirosis Hepatis
Prognosis sirosis bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Oleh karena itu sangat sulit memberikan prognosis yang akurat dalam setiap
kasus. Selain itu, seperti prognosis hanya mencakup jangka waktu tertentu yang
relatif singkat.5
Berbagai indeks telah dikembangkan menggunakan parameter sebaik
mungkin untuk menghitung probabilitas kematian atau kelangsungan hidup dalam
setiap kasus. Klasifikasi sirosis menurut kriteria yang dibuat oleh Child dan
Turcotte (1964) dan modifikasi oleh Pugh (1973) telah diterima secara luas.
Berdasarkan klasifikasi child-pugh maka kelangsungan hidup 1 tahun untuk child-
plugh A, B, C secara berurutan adalah 100%, 80% dan 45 %.5
8
ILUSTRASI KASUS
Keluhan Utama :
Nyeri perut yang meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
9
namun sekarang pasien tidak mengeluh muntah darah dan BAB hitam dan
pasien sudah ditransfusi 4 kantong di Rumah Sakit Swasta.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CMC Tinggi badan : 160 cm
tekanan darah : 110/80 mmHg Berat badan : 55 kg
Nadi : 90 x/menit, reguler, BMI :21.48
pengisian cukup (normoweigth)
Suhu : 37,0 0C Edema : (+)
Pernafasan : 26x/menit Ikterik : (-)
Keadaan umum : Sedang Sianosis : (-)
Keadaan gizi : Sedang Anemis : (+)
10
Kulit : turgor kulit baik.
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening pada
leher, axila dan inguinal.
Kepala : Normocephali.
Rambut : hitam, tidak mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Deformitas (-).
Hidung : Deformitas tidak ada, radang (-).
Tenggorok : Faring tidak hiperemis (-), T1/T1 tidak hiperemis.
Gigi & Mulut : karies (+)
Leher : JVP 5 - 2 cm H2O.
Paru belakang
Inspeksi : tidak simetris, paru kanan tertinggal dibanding paru kiri
Palpasi : Fremitus paru kanan menurun dibanding paru kiri
Perkusi : Pekak setinggi RIC IV paru kanan
Pekak setinggi RIC V paru kiri
Batas peranjakan paru sukar dinilai
Auskultasi : Suara nafas menurun setinggi RIC IV paru kanan
Suara nafas menurun setinggi RIC V paru kiri
Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
11
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V, kanan :
LSD, atas : RIC II
Auskultasi : Irama teratur, M1 > M2, P2 < A2, Bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit (+), kolateral (+), venektasi (-)
Palpasi : Hepar teraba 4 jari BAC, 3 jari BPX, pinggir tumpul,
permukaan tidak rata, konsistensi keras, nyeri tekan (+),
defance muscular (-), lien S1, lingkar perut 105 cm
Perkusi : Shiftting dullness (+),
Auskultasi : Bising usus (+) Normal, bruit (-),
12
Laboratorium
Hb : 9,5 gr%
Leukosit : 10.100/mm3
Trombosit : 238.000/mm3
Hematokrit : 28%
Hit Jeni : 0/0/0/81/15/5
LED : 65 mm/jam
Urinalisa:
Protein :+
Glukosa :-
Leukosit : 35-40/LPB
Eritrosit : 1-2 /LPB
Silinder :-
Kristal :-
Epitel : gepeng +
Bilirubin :-
Urobilinogen : +
Kesan : proteinuria, leukosituria
13
Askaris. L : (-)
Ankilostoma : (-)
Oxiuris.V : (-)
Trikuris. T : (-)
EKG :
Irama : sinus
HR : 90 x/mnt
Axis : normal
Gel. P : 0,08 dtk
PR int : 0,16 dtk
Gel QRS: 0,08 dtk
St segmen: isoelektrik
Gel.T : inverted v1-v4
S V1 + R V5/6 < 35 mm
R/S di V1 : <1
Daftar Masalah
Nyeri perut
Gangguan tidur
Sesak nafas
Hepatosplenomegali
Asites
Anemia
Leukosituria
Proteinuria
Iskemik Anterior
Diagnosis Kerja :
- Hepatoma
- Sirrosis hepatis post nekrotik stadium dekompensata
14
- Prekoma hepatikum sherlock I.
- Anemia ringan normositik normokrom ec perdarahan akut
- Efusi pleura bilateral ec Hipoalbuminemia.
- Hepatorenal syndrome
- Infeksi saluran kemih
Diagnosis Banding:
Abses Hepar
Sirrosis kryptogenik
Efusi pleura bilateral ec malignancy
Terapi :
- Istirahat/ MC DH I via NGT
- IVFD comafusin : triofusin : NaCl 0,9% 1:1:1 8 jam kolf.
- Drip 4 amp L-Ornithine-L-Aspartate dalam 250 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam
- Madopar 3x1 mg tab
- Lactulac syr 3 x 1 C
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg tab.
- Sistenol 3 x 500 mg tab.
- Curcuma 3x1 tab
- Balance cairan - kateter.
Pemeriksaan anjuran
Faal hepar (SGOT, SGPT, bilirubin total, bilirubin indirek, bilirubin direk, protein
total, albumin, globulin, Alkali fosfatase, Gamma GT)
Hepatitis Marker (HbsAg, Anti HCV)
Faal ginjal (ureum dan kreatinin)
Profil lipid (kolesterol total, HDL,LDL, trigliserida)
Alpha Feto Protein (AFP)
Faal hemostatik (PT, aPTT)
Analisa cairan asites
Elektrolit (Na,K,Cl)
Gula darah sewaktu
15
Rontgen Thorak
USG abdomen
Esofagogastroduodenoscopy
Follow up
Tanggal 15 Maret 2016
S/ Nyeri perut kanan atas (+), sesak (+),pucat (+), bengkak tungkai (+), perdarahan dari NGT
(-), BAB hitam (-), demam (-)
Laboratorium
Protein total : 5,6 g/dl Alkali fosfatase : u/l (35-103 u/l)
Albumin : 2,7 g/dl Gamma GT : u/l (0-38 u/l)
Globulin : 2.9 g/dl AFP : 8.658 ng/ml (0-44 ng/ml)
Bilirubin total : 1,15 mg/dl Ureum : 34 mg/dl
Bilirubin direk: 0.68 mg/dl Kreatinin : 0,8 mg/dl
Bilirubin indirek: 0,47 mg/dl Kolesterol total : 162 mg/dl
16
SGOT : 220 uL Natrium : 137 mmol/L
SGPT : 157 uL Kalium : 4,1 mmol/L
HbsAg : reaktif Clorida : 109 mmol/L
Anti HCV : non reaktif
PT : 11,4 detik
aPTT : 42 detik
- Hepatoma
USG abdomen
17
Tanggal 17 Maret 2016
S/ Nyeri perut kanan atas (+), sesak (+) berkurang ,pucat (+), bengkak tungkai
(+), perdarahan dari NGT (-), BAB hitam (-), demam (-)
Laboratorium
Hb : 8,8 g/dl
Leukosit : 10.260 mm3
Trombosit : 376.000 mm3
Hematokrit : 28%
Retikulosit : 1,9 %
GDS : 110 mg/dl
Ureum : 18 mg/dl
kreatinin : 0,6 mg/dl
Total protein : 6,4 g/dl
Albumin/Globulin : 2,5/3,9
SGOT : 119 u/l
SPGT : 96 u/l
18
Keluar hasil analisa cairan asites:
Glukosa : 121mg/dl
LDH : 75 u/l
Rivalta : (-)
Kesan : transudat
Trakea ditengah
Jantung : CTR tidak valid dinilai
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Sinus costofrenicus dextra dan sinistra tumpul
Diafragma licin
Tulang intak
Kesimpulan : effusi pleura bilateral
19
Hasil USG
Hati
o Membesar.
o Permukaan tidak rata.
o Parenkhim heterogen.
o Parenkhim kasar.
o Pinggir tumpul.
o Vena tidak melebar.
o Duktus biliaris tidak melebar.
o SOL (+) : Multipel
o Ascites.
- Hepatoma
Anjuran : Esofagogastroduodenoscopy
20
Tanggal 30 Maret 2016
S/ : Perut membuncit (+), bengkak tungkai (+) berkurang, muntah darah (+),
BAB hitam (+)
O/ KU : Sedang
Kesadaran : CMC
TD : 100/60 mmHg
Nafas : 24 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,7 oC
Terapi:
Sandostatin bolus 0,1 mg, dilanjutkan drip 0,1 mg dalam 500 cc NaCl
habis dalam 10 jam
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Curcuma 3 x 1
Laktulosa sirup 3 x 1 C
Kateter-balans cairan
Klisma (pagi-sore)
21
Leukosit : 8.500 /mm3 aPTT : 38,1 detik
Hematokrit : 25 % Bilirubin total : 0,9 mg/dl
Trombosit : 491.000 /mm3
Albumin : 2,6 g/dl
Globulin : 3.4 g/dl
SGOT/SGPT : 120/65 u/l
O/ KU : Sedang
Kesadaran : CMC
TD : 100/70 mmHg
Nafas : 24 x/mnt
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 36,9 0C
22
Retikulosit :3%
Albumin : 2,4 g/dl
Globulin : 3.4 g/dl
SGOT/SGPT : 122/62 u/l
Bilirubin total : 0,8 mg/dl
23
Kesan : Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec non
autoimun
24
DISKUSI
25