Anda di halaman 1dari 1

Sifilis adalah penyakit kronik sistemik yang ditandai dengan fase aktif secara klinis diikuti dengan fase

laten. Sifilis melanda umat manusia selama hampir 350 tahun setelah menyebar di Eropa pada abad
ke-16. Penyakit sifilis dahulunya dikenal sebagai Great Pox dibandingkan dengan Small Pox karena
sifat penyakitnya yang berbahaya [2]. Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum, golongan
Spirochaete. Sifilis secara umum dapat diklasifikasikan menjadi Sifilis kongenital dan didapat. Sifilis
yang didapat dapat diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam Fase Infeksius awal (dua tahun pertama
setelah terkena infeksi) dan Fase Non Infeksius Akhir. Fase infeksius awal selanjutnya dikelompokkan
menjadi tahap Primer, tahap sekunder, tahap rekuran dan tahap laten awal. Fase non infeksius akhir
dikelompokkan lebih lanjut ke tahap laten laten dan tahap tersier. Sifilis kardiovaskular dan
Neurosifilis digolongkan oleh beberapa ahli kedalam sifilis tersier, sementara oleh beberapa ahl lain
sebagai sifilis kuarterner. Sifilis yang diperkirakan hampir punah dari muka bumi, meningkat sekali
lagi karena pandemi Human Immunodeficiecy Virus [HIV] [3].

Meskipun masa inkubasi yang terdapat di literatur berada dlam rentang 3-90 hari, biasanya
variasinya jauh lebih sedikit dan biasanya bervariasi antara 3-4 minggu. Lesi yang awalnya berbentuk
makula berubah menjadi papul yang pecah menjadi ulkus. Ulkis ini kebanyakan bersifat soliter
dengan batas tegas dan tidak nyeri. Lantainya pucat dan dasarnya berindurasi. Kelenjar getah bening
regional akan membesar dalam 7-10 hari. Sebagian besar bilateral, tidak nyeri, diskrit, konsistensi
kenyal dan tidak bernanah[5].

Diagnosis diitegakkan berdasarkan klinis dan laboratorium, tidak pernah berdasarkan klinis saja.
Diagnosis sifilis primer terutama ditegakkan berdasaerkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan mikroskopik lapangan gelap dan uji serologis untuk sifilis. Uji serologis dapat berupa uji
non spesifik seperti uji Venereal Disease Research Laboratory ((VDRL) dan uji Rapid Plasma Reagin
(RPR) atau uji treponema spesifik, seperti uji Treponemal Pallidum Haem Agglutination (TPHA). Uji
kuantitatif non spesifik seperti VDRL / RPR tetap menjadi metode pilihan dalam follow up, karena
objek menunjukkan penurunan titer [7]. Untuk memantau keefektifan pengobatan, tes kuantitatif
non treponemal harus dilakukan pada sampel serum pasien yang diambil pada interval 3 bulan.
Setelah terapi yang memadai untuk sifilis primer, harus ada penurunan minimal 4 kali lipat pada titer
pada 3 sampai 4 bulan. Tes skrining non treponemal memiliki sensitivitas 70-90% pada sifilis primer
dengan nilai prediksi negatif yang tinggi [8].

Penisilin masih menjadi agen terapeutik pilihan dalam segala bentuk sifilis dengan alasan efektifitas,
biaya rendah dan keamanan [9]. Regimen yang direkomendasikan untuk pengobatan sifilis primer
adalah Benzathine penisilin G 2.4 juta uni intramuskuler dosis tunggal. Regimen lain yang digunakan
pad pasien yang sensitif penisilin adalah doksisklin 100 mg per oral dua kali sehari selama dua
minggu atau ertiromisin 500 mg empat kali sehari selama dua minggu[10].

Anda mungkin juga menyukai