Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata. Palpebra sangat mudah
digerakkan karena lapisan kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian
tubuh lain. Penutupan palpebra atau kelopak mata berguna untuk menyalurkan
air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum
lakrimalis. Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya, seperti kelenjar sebasea,
kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan
kelenjar Meibom pada tarsus. Salah satu gangguan pada kelopak mata ini
adalah kalazion, yang merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar
Meibom yang tersumbat. Penyebabnya tidak diketahui dan mengakibatkan
pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak mata. Kalazion dapat mengenai
semua umur. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi
dan jaringan parut lainnya. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar
Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis
tersebut. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk
terkena kalazion, serta umumnya lebih banyak terjadi pada dewasa daripada
anak-anak. Hal ini dihubungkan dengan perubahan hormonal di sebum.
Resiko berkembangnya chalazion meningkat pada usia 30-50 tahun.1,2,3

1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. S.J
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Hos Cokroaminoto RT.37 Kel. Simpang III Sipin

II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Benjolan dikelopak mata kiri yang semakin membesar sejak 1 tahun
yang lalu.
2.2 Anamnesis Khusus
Pasien datang ke RSUD HAM dengan keluhan timbul benjolan
dikelopak mata kiri yang semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu,
benjolan ini awalnya terasa kecil, seperti butiran beras yang semakin lama
semakin besar. Benjolan berbentuk bulat, berbatas tegas dan
permukaannya rata, teraba keras, tidak disertai nyeri dan kotoran mata,
mudah digerakkan, warna sama dengan kulit sekitar dan tidak membuat
mata merah. Menurut pasien benjolan ini tidak menganggu daya
penglihatannya dan tidak membuat pandangan kabur.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat benjolan dengan nyeri dan merah (+) 4 tahun yang lalu hilang
dengan sendirinya, namun tidak menghilang sepenuhnya.
b. Riwayat trauma pada mata (-)
c. Riwayat alergi (-)
d. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya (-)
2.4 Riwayat Penyakit dalam Keluarga

2
Anak pasien sering mengalami hordeolum berulang
2.5 Riwayat Gizi
Baik
2.6 Keadaan Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai PNS. Pembiayaan pengobatan pasien
ditanggung BPJS.
Kesan : Sosial ekonomi cukup

III. PEMERIKSAAN FISIK


3.1 Status Generalis
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
TB / BB : 155 cm / 53 kg
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respiratory rate : 24 x/menit
Suhu : afebris
3.2 Penyakit Sistemik
Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan

3
3.3 Status Oftalmologikus
Pemeriksaan eksternal
I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi
OD OS
Visus: 6/6 6/6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmometer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II. Muscle Balance

Kedudukan bola mata orthotrofia orthotrofia

Pergerakan bola mata

Duksi : Baik Duksi : Baik


Versi : Baik Versi : Baik
III. Pemeriksaan Eksternal

Silia Trichiasis (-), madarosis (-) Trichiasis (-), madarosis (-)


Palpebra Superior Edema (-), hiperemis (-), massa (-) Edema (-) hiperemis (-),
Palpebra Inferior Massa (+) 15x15x10 mm, keras,
mobile, nyeri (-), berbatas tegas,
permukaan rata, hiperemis (-).

Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), lytiasis (-). Papil (-), folikel (-), lythiasis (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-), jar. Injeksi (-), hiperemis (-), jar.
Fibrovaskuler (-) Fibrovaskuler (-)
Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Sedang Sedang


Iris Kripta iris normal, warna coklat Kripta iris normal, warna coklat
Pupil Bulat, Isokor, Reflek cahaya (+) Bulat, Isokor, Reflek cahaya (+)
Diameter 3 mm 3 mm
Lensa Jernih Jernih
IV. Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomikroskopi

Tidak dilakukan Tidak dilakukan


V. Tonometri
Palpasi : N Palpasi : N
Schiotz : Tidak dilakukan Shiotz : Tidak dilakukan
Tonometer machine : Tidak dilakukan Tonometer machine : Tidak dilakukan
VI. Visual Field

Baik Baik
VII. Funduskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4
IV. DIAGNOSIS BANDING
Kalazion
Hordeolum
Karsinoma sel basal
V. DIAGNOSIS KERJA
Kalazion Palpebra Superior OS
VI. PENATALAKSANAAN
Kompres air hangat 15 menit (4 kali sehari).
Pro Ekstirpasi Kalazion
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam

5
VIII. FOLLOW UP

6
Tgl 10-08-2017 11-08-2017
S Post ekstripasi kalazion, nyeri bekas jahitan (+) Post ekstripasi kalazion, nyeri bekas jahitan (+) berkurang
O Vital sign/ Vital sign/
Kes : compos mentis Kes : compos mentis
TD : 110/70 mmHg TD : 110/80 mmHg
N : 80 kali/menit N : 77 kali/menit
RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit
S : 36.C S : 36.4C
PF/
VOD : 3/3
VOS : 3/3
RC : (+) 2 mm
Lapang pandang : Baik
TIO : N

A Post Ekstirpasi Kalazion Post Ekstirpasi Kalazion


P Th/ Th/
- Amoxicilin 3x500 mg - Amoxicilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg - Asam mefenamat 3x500 mg
- Chloramphenicol salf 1% - Chloramphenicol salf 1%
- Pasien boleh pulang

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata


Palpebra atau kelopak mata merupakan alat pelindung mata.
Kelopak mata melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat
rangsangan dari luar, selain itu juga membasahi mata agar tidak kering.
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra mempunyai lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae)2.

Gambar 1. Anatomi Palpebra Potongan Sagital


1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;

8
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak
atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae

Gambar 2. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,


konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa
yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

9
Kelenjar Meibom
Merupakan kelenjar sebaseus yang besar. Tidak berkontak langsung
dengan folikel rambut. Terletak pada lempeng tarsal kelopak mata atas-
bawah (jumlah di kelopak atas > kelopak bawah).
Fungsi: menghasilkan sekret minyak/oily yang mencegah perlekatan
antara kedua kelopak mata dan berfungsi untuk membentuk lapisan tear
film yang mencegah air mata untuk berevaporasi.
Kelenjar Zeiss
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Kelenjar Moll
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Glandula moll dan zeiss mensekresi
lipid yang ditambahkan ke lapisan superfisial dari tear film, mencegah
evaporasi.

Gambar 3. Glandula Meibom

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior


palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu

10
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-
serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
3.2. Definisi Kalazion
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada
mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan
dengan hordeolum karena tidak adanya tanda- tanda radang akut2.

a b
Gambar 4. Kalazion palpebra superior (a) dan kalazion palpebra inferior (b)

11
3.3. Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak
mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous
dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan4.
3.4 Etiologi
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah
idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan
dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala
utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang
berjalan kronis atau menahun. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh
sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea2. Faktor
Resiko:
Belum diketahui dengan pasti faktor resiko apa yang menyebabkan
terjadinya kalazion.
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan
kalazion meskipun perannya masih perlu dibuktikan.
Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum
dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan
kalazion belum diketahui.
Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan.
3.5 Patofisiologi
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri yang berupa asam lemak bebas,
mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar sebasea (obstruksi),
kemungkinan karena enzim dari bakteri merangsang terbentuknya respon
inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang
ini membentuk kalazion. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat
menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul

12
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal4,5.

Gambar 5. Obstruksi Kelenjar Sebasea

3.6 Gejala Klinis2,6


Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan
pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya
merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan
yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana
jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.
Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan
disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan
pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti
pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak
lunak yang terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang
terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat
ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada
kelenjar yang berkaitan.

13
Gambar 6. Kalazion
Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum,
kelopak mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari
kemudian gejala tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan
bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan. Di
bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu.
Kebanyakan kalzion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin
sedikit memerah atau meninggi. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof.
Sidharta Ilyas (2010) adalah:
Benjolan pada kelopak mata
Tidak hiperemi
Tidak ada nyeri tekan
Pseudoptosis
Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler
Kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan
yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
Pada anak muda : diabsorbsi spontan
3.7 Diagnosa2,7,8
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa adanya benjolan
pada kelopak mata atas maupun bawah (lebih sering mengenai kelopak
mata atas) yang diriwayatkan mengalami pembesaran dari waktu ke waktu
namun perlahan. Benjolan tidak disertai dengan nyeri tekan, tidak gatal,
dan tidak hiperemi (pada sebagian kasus didapatkan hiperemi minimal).
Adanya keluhan mengganjal pada mata. Mungkin dapat ditemukan

14
adanya riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk
kalazion, tapi ini tidak selalu terjadi.
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-
masing mata dan inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri.
Pada palpebra yang terkena didapatkan benjolan dengan
konsistensi lunak, berwarna kemerahan (dapat tidak berwarna kemerahan),
tanpa disertai rasa nyeri. Umumnya ditemukan nodul tunggal (jarang
multiple). Biasanya pada pemeriksaan visus dengan kalazion murni,
didapatkan visus mata normal, walaupun dapat terjadi kelaianan refraksi
astigmatisme akibat perubahan bentuk bola mata yang tertekan kalazion.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium jarang diminta.
- Pemeriksaan histopatologis: Menunjukkan proliferasi endotel asinus dan
respons radang granulomatosa yang melibatkan sel-sel kelenjar jenis
Langerhans.
- Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma
kelenjar meibom dapat mirip tampilan kalazion.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi
di tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik
sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan
sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik karena adanya
kemungkinan benjolan tersebut merupakan suatu keganasan misalnya
karsinoma sel basal, karsinoma kelenjar sebasea, atau adenokarsinoma.
Karsinoma sel basal adalah keganasan pada palpebra yang paling
sering dijumpai. 90% keganasan dari karsinoma pada palpebra merupakan
karsinoma sel basal. Karsinoma sel basal mempunyai presileksi pada
palpebra inferior dan kantus medialis.
Karsinoma kelenjar sebasea merupakan bisa menunjukkan
gambaran klinis berspektrum luas biasanya berbentuk nodul yang kecil,
keras seperti kalazion. Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas

15
atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Karsinoma Kelenjar
sebasea adalah keganasan kedua terbanyak pada palpebra.
- Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus,
Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa
ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar.
- Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat nunjukkan
dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang
dieversi.
3.8 Diagnosa Banding
a. HORDEOLUM2,7
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diobati dengan
hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya
seperti abses.
1. Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
2. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.

Gambar 7. Hordeolum interna Gambar 8. Hordeolum eksterna


Penyebab hordeolum pada umumnya adalah infeksi dari
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum. Hordeolum/stye/bintitan terjadi karena adanya infeksi bakteri
pada satu atau lebih kelenjar kelopak mata, ditandai dengan terbentuknya
abscess focal. Apabila banyak kelenjar kelopak mata yang terinfeksi pada
waktu yang sama maka disebut hordeolosis. Jika mengenai kelenjar zeis
dan moll maka disebut external hordeolum dan jika mengenai kelenjar

16
meiboiman disebut internal hordeolum. Hordeolum merupakan suatu abses
di dalam kelenjar tersebut. Penyebab utamanya adalah bakteri
staphylococcus aureus. Gejala yang muncul adalah adanya benjolan
berwarna kemerahan pada kelopak mata, nyeri bila ditekan, hangat,
bengkak. Hordelum biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu
1-2 minggu.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya
kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar
preautikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk
abses dan pecah dengan sendirinya.
Untuk mempercepatkan peradangan kelenjar dapat diberikan
kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.
Pengangkat bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberikan antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau
terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik sistemik yang
diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari,
dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian
tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari
kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada hordeolum
internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi
pada daerah abses dengan fluaktuasi terbesar.
b. KARSINOMA
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel
nonkeratosis yang berasal dari lapisan basal epidermis. Karsinoma sel
basal merupakan bentuk tumor ganas tersering. Karsinoma sel basal
merupakan keganasan palpebra terbanyak yaitu 90% dari keganasan
palpebra. Paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan
dekat kantus medial (25-30%), serta jarang mengenai palpebra superior
(15%) dan kantus medial (5%). Karsinoma sel basal lebih sering mengenai
orang berkulit putih/ terang, dan lebih sering mengenai laki-laki daripada
perempuan (3:2). Berkembang lambat tidak sakit bisa membentuk nodul
yang berkembang menjadi uleratif. Jarang metastase.

17
Radiasi sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor utama penyebab
karsinoma sel basal. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya
karsinoma sel basal. Faktor genetik juga memegang peranan seperti defek
pada replikasi DNA repair yang diturnkan pada xeroderma pigmentosa.

Gambar 9. Adenocarsinoma
Pasien sering datang dengan keluhan ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan
mudah berdarah dengan trauma ringan dan sering tidak nyeri. Diagnosis dini
keganasan di kulit merupakan hal yang sangat penting, maka hendaknya
kecurigaan akan adanya keganasan sudah timbul bila dari anamnesis ditemukan
rasa gatal/nyeri, perubahan warna (gelap,pucat dan terang), ukurannya membesar,
pelebarannya tidak merata ke samping, permukaan tidak rata, trauma, perdarahan
(walaupun kerana trauma ringan), ulserasi/infeksi yang sukar sembuh).
3.9 Tata Laksana2,4,9
1. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15
menit (4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan
pengobatan konservatif.
2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya.
3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak
ada bukti infeksi (Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL
triamsinolon asetonid 5 mg/mL) dapat diberikan dan diulang dalam 2-7
hari.
4. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari
kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
Eksisi kalazion

18
1. Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi
pada kelopak mata.
3. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.
Eskokleasi/Ekstirpasi Kalazion
- Mata yang sakit ditetes dengan anesthesia topikal pantokain.
- Dilakukan anestesi infiltratif (dengan lidocain) disuntikkan di bawah kulit
di depat kalazion.
- Kalazion dijepit dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal
dan kalazion terlihat.
- Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra.
- Isi kalazion dikuret sampai bersih.
- Klem kalazion dilepas.
- Diberi salep mata.

19
Gambar 10. Eskokleasi Kalazion

3.10 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan
trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat
atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah
kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat
menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau
kulit10
3.11 Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil
yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada
lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak
memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering
terjadi peradangan akut intermiten. Kalazion rekuren atau berulang,

20
terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah dilakukan
drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu
keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan
potongan beku perlu dilakukan.
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula
dan jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan
hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian
kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.
Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan berulangnya
atau berkembangnya suatu granulomata.
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil
yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada
lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak
memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering
terjadi peradangan akut intermiten2,4.

21
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologis. Dari anamnesis pada pasien didapatkan adanya
benjolan pada kelopak atas mata kiri, benjolan berbentuk bulat, berbatas
tegas, permukaan rata dan teraba keras, tidak nyeri pada penekanan, mata
mudah digerakkan, warna sama dengan kulit sekitar dan tidak membuat
mata merah. Benjolan sering hilang timbul sejak beberapa tahun lalu,
namun kali ini tidak hilang, yang semakin membesar. Dari pemeriksaan
fisik, pada palpebra superior OS juga didapatkan benjolan sebesar
15x15x10 mm, teraba keras, melekat pada tarsal, nyeri (-), hiperemis (-).
Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa kalazion
berupa benjolan yang tanpa keluhan, rabaan keras, tidak hiperemis, tida
ada nyeri tekan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit.
Terjadinya perlahan-lahan sampai beberapa minggu bahkan menahun.
Anjuran penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan kompres
hangat 4 kali sehari selama 15 menit, dan mengingat pasien sudah
menderita kalazion ini selama bertahun, jadi dipertimbangkan untuk
dilakukan ekskokleasi/ ekstirpasi massa. Terapi yang diberikan kepada
pasien ini sudah tepat, karena pengobatan terbaik kalazion sampai saat ini
adalah dengan melakukan ekskokleasi pada kalazion. Dengan
dilakukannya insisi dan kuretase kalazion sampai bersih akan mengurangi
angka rekurensi terjadinya kalazion dikemudian hari.
Prognosis pada pasien ini
Quo ad vitam : ad bonam
Karena kalazion tidak mengancam jiwa penderita.
Quo ad functionam : ad bonam

22
Karena kalazion tidak menyebabkan gangguan pada fungsi mata sebagai
indera pengelihatan.
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu
tertentu. Kalazion seringkali dihubung-hubungkan dengan disfungsi kelenjar
sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak), meskipun
belum ada penelitian pasti yang menyatakan hal tersebut. Dengan begitu pada
pasien ini, kalazion bisa saja kambuh kembali jika pasien tidak menjaga
kebersihan kulit wajah, mata, dan sekitarnya walaupun sudah dilakukan kuretase
kalazion sampai bersih.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalazion. Diunduh dari


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/, 20 Juli 2016.
2. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai
Penerbit : FKUI: 2010
3. Anonym.http://emedicine.medscape.com/article. diakses tanggal 12
Agustus 2017
4. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated :
23 September 2002. Diakses 11 Agustus 2017
5. Mitchell, Kumar, Abbas, Faousto. Buku Saku Patologis Penyakit Robbins
& Cotran. Edisi ke-7. Jakarta; Penerbit ECG: 2009
6. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-
Heinemann, Boston.
7. Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi
Umum. Edisi 14. Jakarta; Penerbit Widya Medika: 2003.
8. Lang G. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart New
York. 2000. American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical
Science Course, External Disease and Cornea, Section 8, 2006-2007.
9. Leonid SJ (2014). Hordeolum and Chalazion Treatment.

www.optometry.co.uk. Diakses tanggal 11 Agustus 2016.

10. Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses

11 Agustus 2017

24

Anda mungkin juga menyukai