Anda di halaman 1dari 6

MEDAN Rektor Institut Teknologi Medan ITM, Prof Dr Ir Ilmi Abdullah MSc mengatakan, potensi

kimia sampah di Kota Medan dapat dikonversikan menjadikan energi termal sebanyak 9.29 kali 109
kl/jam dan jika dikonversikan lagi energi termal menjadi energi listrik, secara teori akan memperoleh
power sebesar lebih kurang 6 MW.

Perolehan ini dapat memberikan kontribusi langsung atas permintaan listrik Pemko Medan, kata
Ilmi Abdullah selaku pembicara pada kuliah umum bertemakan Pembangkit Energi Listrik
Menggunakan Tenaga Sampah yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Elektro Institut
Teknologi Medan (HME ITM), di ruang rapat kampus ITM, belum lama ini.

Dalam makalahnya pemanfaatan sampah Kota Medan sebagai cadangan energi alternatif Sumut,
Rektor mengungkapkan, produksi sampah Pemko Medan sebanyak 1.400 ton/perhari sampah
pemko medan berasal dari sisa rumah tangga di 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Dari hasil penelitian diperoleh berbagai temuan yaitu komposisi sampah terdiri-dari 70,69 persen
bahan organik dan 29,31 persen bahan anorganik. Dari komposisi sampah tersebut terdapat 30
persen plastik, ujarnya.

Rektor menyebutkan, berbicara kebijakan pengolahan sampah-sampah domestik haruslah dilihat


dari beberapa faktor pendukung yang terlibat antara lain, jumlah penduduk,kapasitas produksi
sampah, penanggulangan sampah dan kondisi tempat pembuangan akhir.

Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium, sebutnya, sampah diambil dari TPS Teladan Timur dan
dilakukan justifikasi secara manual dengan mengasingkan setiap jenis yang terdapat pada sampah
hasilnya berupa persentase seperti berikut, daun-daun 23,93 %, plastik 8,17 %, bahan logam 4,26%,
kaca 8,64%, kertas 8,25% dan sisa makanan 46,74 %.

Dari kapasitas yang dibuang ke TPA adalah sebanyak 1.400 ton/hari sedangkan bahan sampah yang
bisa dijadikan bahan bakar 752.900 kg/hari yaitu bahan yang bisa dibakar bahan yang bisa bisa
dibakar. Sifat kimia sampah menunjukkan dari kapasitas 752.900 kg/hari menghasilkan LHV 12.300
Kj/Kg dan HHV 15.540 Kj/kg, terangnya.

PEMBUANGAN SAMPAH : Setiap harinya puluhan ton sampah dibawa oleh truk-truk sampah untuk
dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Medan Marelan. Minimnya pengelolaan daur
ulang sampah oleh pemerintah menjadikan debit sampah kian lama kian meningkat. Analisa/ferdy
file : Mingguan/Foto/Lingkungan/Pembuangan Sampah
Medan.GIPNKRI Saya masih pesimis pemko Medan memiliki kemauan dan kesungguhan dalam
membenahi wajah kota tercinta ini. Bukan tanpa alasan di katakan demikian, bahwa daya dukung
TPA Terjun di Medan Marelan yang luasnya 137.563 M2, saat ini sudah penuh sesak akibat
peningkatan volume bahkan keaneka ragaman jenis dan karakteristik sampah yang dihasilkan.

Indra Buana Tanjung dalam keterangan persnya Sebagai kota metropolitan semestinya pemko
Medan sudah bisa menerapkan system sanitary landfill untuk TPA ( Tempat Pengelolaan Akhir
Sampah ), sebab ini amanah Undang undang nomor 18 tahun 2008. Lagi lagi mungkin alasan klasik
yang menjadi penghalang adalah masalah pembiayaan. Alasan ini tidak boleh dimaklumi apalagi
menjadi pembenaran untuk tidak berbuat, sejatinya bila pemerintah dan steakholder di dalamnya
memiliki komitmen yang jelas, niscaya akan ditemukan solusinya, untuk membenahi wajah kota ini
wajib kordinasi lintas instansi dan melibatkan komponen yang ada, bukan jalan sendiri sendiri
tegasnya. Saya nggak ngerti slogan Medan Rumah Kita, yang digadang gadang pemko Medan ini
seperti apa ?, ujar Indra Buana Tanjung.

Direktur KIRAB dalam keterangan pers nya kepada wartawan. Mencermati kinerja pemko Medan
dalam setahun terakhir ini dalam pengelolaan sampah saya justru melihat kota Medan dalam fase
darurat sampah. Beberapa pekan ini saya monitor di beberapa ruas jalan maupun pemukiman
masyarakat, di waktu pagi, siang bahkan malam hari, titik tumpukan sampah semakin
mengkhawatirkan. Coba cermati sepanjang Jln AR. Hakim terutama pasar sukaramai (tak terkecuali
pasar-pasar tradisional lainnya), sampai di kawasan rumah susun, Jln SM Raja, Jln Prof Yamin SH dan
jalan protokol lainnya, tumpukan sampah masih menjadi pemandangan abadi bagi masyarakat,
ujar Indra.

Lebih lanjut praktisi Tim penilai Adipura untuk kabupaten/ kota Sumatera Utara ini mengungkapkan
kegundahannya bahwa efesiensinya pemerintah menggabungkan dua instansi, yaitu Dinas
Kebersihan dan Dinas Pertamanan. Apakah merupakan prioritas kebutuhan dalam penataan kota,
saya justru melihat tanda tanda terurainya masalah sampah kota Medan. Saya pikir kopentensi
pejabat yang mengurusi sampah dan penataan taman di kota ini, harus terukur dan terencana,
sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat dan amanah Undang- undang yang
mengatur tentang hal tersebut.

Menurut Indra yang juga menjabat wakil ketua Paguyuban Bank Sampah Kota Medan, sepanjang
peraturan dan perundang undangan yang ada masih merupakan kitab sakti, yang pantang dijamah
(disosialisasikan kemasyarakat) dalam artian yang sesungguhnya. Maka jangan diharapan
masyarakat akan memiliki kesadaran dan tanggung jawab, bahwa kebersihan dan keindahan kota ini.
Apakah dalam transfer informasi, bimtek maupun penerapan hukum yang ada, sebagai tanggung
jawab bersama secara kolektif.

Sebut saja Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan
pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga, Peraturan menteri
lingkungan hidup nomor 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse dan recycle
melalui bank sampah. Bahkan Peraturan Daerah kota medan nomor 6 tahun 2015 tentang
pengelolaan sampah, di internal instansi terkait saja mungkin masih banyak yang belum membaca,
konon lagi memaknai kitab sakti tersebut, lalu bagaimana lagi masyarat luas.
Jadi tidak berlebihan bila saya katakan pemko Medan dengan slogannya Medan Rumah Kita, besar
pasak dari tiang, dalam menata dan management lingkungan. Tidak punya konsep yang jelas, ngga
tau mau dibawa kemana rumah kita ini.

Saya perhatikan hanya ketika event- event tertentu atau ketika program semacam sertfikasi dari
pemerintah pusat, sebut saja untuk program Adipura (penilaian kota bersih dan hijau) dllnya. Ujung
ujungnya perangkat pemko dari level tertinggi sampai level kepala lingkungan krasak krusuk, tak
beraturan apa yang harus dilakukan.

Biasanya yang menerima imbasnya masyarakat lapisan bawah, yakni PKL (pedagang kaki lima)
simpul-simpul masyarakat yang digusur dan gusar demi ajang sesaat tersebut, entahlah itu sebuah
prestise atau prestasi.

Hari ini tidak kurang dari 170 komunitas pegiat Bank Sampah dan pegiat 3R (reduce, reuse, recycle)
di kota Medan, yang kelangsungan aktifitas mereka lesu darah.

Jujur saja bersama teman-teman pegiat lingkungan berbagai upaya dan swadaya yang kita lakukan
sebagai fasilitator tidak berdampak signifikan untuk Medan Rumah Kita ini. Hal ini dilemahkan oleh
sarana, prasarana, pemasaran maupun program komunitas yang banyak mengalami hambatan.
(gipnkri/doc)

Medan,-Masalah kebersihan di kota Medan dinilai perlu penanganan serius. Untuk itu, Pemerintah
Kota (Pemko) Medan perlu membuat program khusus anti sampah untuk membebaskan daerah itu
dari tumpukan sampah yang berserakan di sejumlah kawasan di Medan.

Seperti diungkapkan Anggota DPRD Medan, Rajudin Sagala yang menyebutkan berdasarkan hasil
reses III diketahui bahwa masyarakat yang berdomisili di sejumlah kawasan di daerah pemilihan
(dapil) III mengeluhkan persoalan tumpukan sampah yang terjadi akibat minimnya Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) di kawasan tersebut.

"Selain itu, bak-bak sampah serta tong sampah pun minim di kawasan itu sehingga membuat
sampah bertumpuk dan berserakan sehingga akhirnya menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi itu
terjadi dikeluhkan masayarakat di Kelurahan Dwikora serta Kelurahan Helvetia Tengah, "katanya
kepada wartawan, Selasa (7/3/2017).

Politisi PKS Medan itu menilai penanganan sampah di Kota Medan masih buruk. Hal itu dibutkikan
masih banyaknya sampah yang tidak terangkut setiap hari dan berserakan di jalanan di Kota Medan.

"Masyarakat banyaknya yang mengeluh bahwa tumpukan sampah sehingga akhirnya berserakan di
jalanan akibat dari tidak terangkutnya sampah secara rutin. Hal ini harus menjadi perhatian dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Medan, "sebutnya.

Dikatakan Rajudin Sagala, menumpuknya sampah di Kota Medan diakibatkan ketidakmapuan Kota
Medan melibatkan masyarakat dalam menangani persampahan di Kota Medan. Sehingga Pemko
Medan hanya mengandalkan kekuatan angkutan sampah sebagai andalan utama dalam
menyelesaikan persoalan sampah.
Oleh karena itu, usul konkrit kami perlu terobosan revolusioner dalam menangani sampah di kota
medan diantaranya mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos, dan mengubah sampah
menjadi energi listrik. oleh karena itu, pemerintah kota medan harus mencari investor yang mampu
mengolah sampah menjadi energi listrik, pungkasnya.

Sementara, anggota DPRD Medan lainnya dari Dapil III, Dame Duma Hutagalung meminta Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Medan mempersiapkan solusi dalam penanganan sampah di Kota
Medan.

Politisi Gerindra itu sangat menyadari jika masalah sampah tidak dapat dianggap sepele karena
berkaitan dengan kebersihan, kesehatan, dan keindahan kota.

" Terkait soal sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan diminta untuk memikirkan berbagai
langkah untuk menangani sampah yang sering dikeluhkan masyarakat, "tegasnya.

Menurut dia, masalah sampah di Kota Medan perlu penanganan serius karena sudah sangat
mengganggu masyarakat.Selain karena ada yang berserak akibat tidak terangkut, kesadaran
masyarakat juga kurang.

Di Medan biasa melihat orang membuang sampah sembarangan, bahkan ada yang tanpa merasa
berdosa membuang sampah lewat jendela mobilnya. Kebiasaan buruk membuang sampah
sembarangan ini harusnya bisa diubah, katanya.

Dia mengakui, mengubah kebiasaan buruk masyarakat mengenai kesadaran untuk membuang
sampah pada tempatnya bukan perkara instan. Perlu waktu lama dan komitmen dari pemerintah
Kota untuk menegakkan peraturan.Kita akan coba untuk menghidupkan kembali budaya gotong
royong di tengah-tengah masyarakat, katanya.

Budaya luhur gotong royong, lanjutnya, sudah lama hilang dari kehidupan masyarakat
Medan.Padahal melalui kegiatan yang menonjolkan semangat kebersamaan ini, banyak persoalan
akan bisa diselesaikan.

Untuk lebih memotivasi masyarakat, pejabat Pemerintah Kota Medan, dari tingkatan camat, lurah
sampai kepala lingkungan harus terjun aktif bersama masyarakat.

"Pemerintah tidak mungkin membangun partisipasi masyarakat, tanpa dukungan dan kesadaran dari
para pejabat untuk terjun bersama-sama terutama menyangkut penanganan masalah sampah,
"katanya.(dna/mdn)

Luar biasa sampah di Kota Medan kali ini, jumlahnya meningkat dari 1300 ton dan kini mencapai
1700 ton per hari. Seluruh sampah yang dikutip dari 21 kecamatan di Kota Medan itu di buang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Sampah yang tidak
terangkut dibiarkan di pinggir jalan:

Sebenarnya ada sekitar 4 hektar lagi lahan yang masih kosong sehingga bisa menampung seluruh
sampah-sampah masyarakat Kota Medan, namun tidak bisa digunakan, karena ada permasalahan
dengan warga. Untuk penambahan lahan TPA sebenarnya sudah pernah dilakukan tapi realisasinya
masih sulit seperti dari masyarakat sekitar TPA. Direncanakan perluasan 6 hektar akan menambah
luas TPA Terjun sekarang yang berjumlah 14 hektar.

Rencananya sudah ada, tapi sulit untuk realisasinya, tergantung APBD Kota Medan, kalau mau
menambah lahan ya bisa saja dilakukan segera. Untuk unit truk sampah yang dimiliki Pemko Medan
yakni sekitar 157 unit dan 6 unit ambulance sampah yang dikerahkan oleh Dinas Kebersihan Kota
Medan dalam mengangkut sampah sebanyak tiga kali dalam sehari dengan waktu yang teratur.

Pengangkutannya dimulai dari pagi pukul 06.30 hingga 08.00 WIB dengan menggunakan 157 unit
truk sampah, kedua dimulai dari pukul 13.00 hingga 18.00 WIB menggunakan pickup yang disebut
ambulance sampah sebanyak 6 unit. Selanjutnya, untuk jadwal malam dimulai dari pukul 19.00
hingga selesai dengan menggunakan 8 unit truk sampah, yang dipakai secara rutin. Bila dibutuhkan
lebih banyak bisa bertambah jumlah truk sampahnya.

Untuk pengelolaan sampah di TPA, petugas Dinas Kebersihan langsung dibantu dengan pemulung
yang hampir seluruhnya warga sekitar untuk memilah-milah sampah jenis plastik, karton dan
sampah jenis logam. Selain itu juga melakukan pembakaran sampah yang dilakukan saat pagi hari.

Sementara untuk tarif sampah sendiri, masing-masing masyarakat berbeda seperti itu ruko tempat
usaha dan rumah tangga sesuai Peraturan Daerah (Perda) tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan.
Pengenaan tarif untuk jenis rumah tinggal bergantung dengan dengan kualitas bangunan mewah,
permanen, semi permanen. Selain itu juga ukuran luas rumah, dan posisi rumah apakah berada di
pusat kota, tengah kota atau pinggir kota berbeda pengenaan tarif retribusi kebersihannya.

Semoga permasalahan sampah Kota Medan bisa diatasi dengan segera agar tidak ada pembiaran
sampah yang tidak terangkut kemudian dibiarkan dipinggir jalan begitu saja.

Sistem ini sudah berhasil diterapkan di tempat kami. Kota kami juga akhirnya meraih predikat
sebagai kota terbersih dan menjadi salah satu proyek eco city, kata Ketua Delegasi Pemerintah
Kota Kitakyushu, Shinsuke Takeuchi saat melakukan pertemuan dengan Sekretarus Daerah (Sekda)
Kota Medan Syaiful Bahri Lubis di Balai Kota Medan, Selasa.

Kepada Sekda, Shinsuke mengatakan tujuan kerjasama itu untuk membangun sistem pengelolaan
sampah yang tepat di Kota Medan dan membangun sistem daur ulang sampah.

Ia mengatakan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Kota Kitakyushu melibatkan


pemerintah, perusahaan dan masyarakat yang saling bersinergi sehingga mampu mengatasi masalah
sampah.

Shinsuke berharap sinergi itu juga dapat diterapkan di Kota Medan dalam menangani pengelolaan
sampah.
Mengenai bentuk kerjasama yang ditawarkan, Shinsuke mengatakan pihaknya akan membangun
rumah kompos berukuran lebih kurang 100 x 30 meter. Rumah kompos itu akan digunakan untuk
menjadikan sampah rumah tangga yang akan melibatkan 500 kepala keluarga (KK), dan akan
menghasilkan 50 kg kompos setiap harinya.

Di samping rumah kompos, mereka juga akan membangun bank sampah dengan sistem daur ulang.
Hal itu dilakukan agar sampah-sampah yang telah dibuang masyarakat dapat didaur ulang sehingga
menghasilkan nilai ekonomi kembali.

Biaya pembangunan rumah kompos dan bank sampah untuk daur ulang mereka tanggung
seluruhnya, sementara Pemerintah Kota Medan diminta untuk menyediakan lahan dan mengelola
rumah kompos serta bank sampah untuk daur ulang.

Sekda Kota Medan Syaiful Bahri Lubis berharap seluruh instansi terkait mendukung kerjasama
proyek pengelolaan sampah tersebut.

Jika ini berhasil, ia optimistis mampu mengatasi persoalan sampah di Kota Medan, minimal
mengurangi 50 persen volume sampah yang dihasilkan setiap harinya. Apalagi sistem ini melibatkan
langsung peran serta masyarakat dalam prosesnya.

Sumber: Kantor Berita ANTARA

Anda mungkin juga menyukai