Anda di halaman 1dari 13

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN

KETERAMPILAN BERBICARA DALAM BAHASA


INGGRIS SISWA KELAS X USAHA PERJALANAN
WISATA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2016/2017 MELALUI INSTATALK: ONE-MINUTE-
TALKING CAPTION
Nurul Mawaddah, S. Pd
SMK Negeri 4 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
A. Pengantar
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan best practice dengan judul
“Meningkatkan Kepercayaan Diri dan Keterampilan Berbicara dalam
Bahasa Inggris Siswa Kelas X Usaha Perjalanan Wisata Semester Genap
Tahun Pelajaran 2016/2017 Melalui InstaTalk: One-Minute-Talking
Caption” dengan baik dan lancar. Best practice ini disusun sebagai salah satu
syarat mengikuti Olimpiade Guru Nasional tahun 2017.
Penyusunan best practice ini juga dapat terwujud berkat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan
2. Kepala SMK Negeri 4 Banjarmasin
3. Seluruh rekan guru di SMK Negeri 4 Banjarmasin
4. Keluarga besar Usaha Perjalanan Wisata SMK Negeri 4 Banjarmasin
5. MGMP Bahasa Inggris SMK Kota Banjarmasin
6. Peserta Seleksi OGN 2017 Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Penulis juga berharap semoga karya ini dapat berguna bagi
dunia pendidikan.
B. Masalah
a. Latar Belakang Masalah
SMK Negeri 4 Banjarmasin merupakan SMK Pariwisata, dengan 7
program keahlian, salah satunya Usaha Perjalanan Wisata. Sejak awal tahun
pelajaran 2016/2017, saya memegang mata pelajaran Bahasa Inggris khusus
di Program Keahlian Usaha Perjalanan Wisata. Untuk Usaha Perjalanan
Wisata, ada beberapa kompetensi keahlian yang harus dikuasai siswa, dan
seluruh kompetensi tersebut tidak terlepas dari penguasaan Bahasa Inggris,
terlebih secara lisan. Untuk membekali lulusan dengan kompetensi yang
diinginkan, kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara lisan dalam
bahasa Inggris sangatlah penting. Namun yang menjadi permasalahan adalah
kemampuan tersebut masih sangat minim. Jauh dibandingkan dengan
kemampuan mereka saat mengerjakan soal tertulis. Hal ini dapat dilihat pada
nilai ujian semester pertama mereka. Dari hasil observasi, mereka masih
mengalami kesulitan untuk mengemukakan ide mereka dalam bahasa Inggris
secara lisan, walaupun secara teori sudah mereka kuasai. Hal ini memang
bukan hanya permasalahan di SMK, di mana sebagai jenjang pendidikan
tingkat atas, diharapkan siswa mampu berkomunikasi maupun berbicara
dalam bahasa Inggris dengan lancar. Pada kenyataannya berbicara dalam
bahasa Inggris bagi siswa masih menjadi mimpi buruk. Dengan jumlah siswa
yang mencapai 33 orang di kelas X UPW, dan hanya 3 jam pelajaran per
minggu, waktu yang tersedia untuk latihan speaking masih minim.
Kali ini penulis mencoba fokus ke satu hal, yaitu memberikan mereka
kesempatan meningkatkan rasa percaya diri, tanpa perlu takut dinilai atau
takut melakukan kesalahan. Penulis mencoba menerapkan proyek InstaTalk:
One-Minute-Talking Caption. Nama ini terinspirasi dari Instagram yang
tentunya sudah tidak asing lagi bagi siswa. Dengan harapan konsep InstaTalk
lebih mudah dipahami oleh mereka.
b. Permasalahan
Dari latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang dibahas
dalam Best Practice ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan proyek InstaTalk: One-Minute-Talking Caption
dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam speaking bagi siswa kelas X
Usaha Perjalanan Wisata pada tahun pelajaran 2016/2017 semester 2
(genap)?
2. Berapa besar peningkatan kepercayaan diri siswa setelah menerapkan
InstaTalk: One-Minute-Talking Caption memberikan pengaruh terhadap
kemampuan speaking mereka?
c. Strategi Pemecahan Masalah
InstaTalk: One-Minute-Talking Caption merupakan proyek per tatap
muka di kelas dengan konsep menyerupai Instagram. Apabila pada Instagram
caption ditambahkan dalam bentuk tulisan, maka pada InstaTalk, caption
dilakukan secara lisan. Di sinilah muncul istilah One-Minute-Talking
Caption. Proyek ini dilaksanakan di 10 -15 menit akhir jam pelajaran, dan
tidak ada pengambilan nilai untuk siswa, hanya untuk observasi saja.
Berikut adalah tahapan operasional InstaTalk:
- Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, per kelompok terdiri dari 5-6
orang siswa.
- Dilakukan pemilihan nomor urut kelompok secara acak.
- Guru kemudian menunjukkan dua buah “tombol” tanda yang berarti
“suka” dan tanda yang berarti “komentar”.
- Guru menjelaskan fungsi kedua buah “tombol” tersebut, yang fungsinya
sama seperti di Instagram.
- Aturan dari InstaTalk: be positive and supportive.
- Apabila mereka menyukai apa yang disampaikan, mereka bisa
mengangkat tombol “suka”. Dan apabila mereka ingin memberi komentar
atau bertanya, mereka bisa mengangkat tombol “komentar”. Setiap
komentar harus positive dan supportive. Dengan kata lain, mereka harus
belajar menghargai, mendukung dan memperhatikan temannya. Mereka
juga belajar untuk melihat hal – hal positif.
- Kelompok yang mendapat urutan pertama, setiap anggotanya diminta
mempersiapkan masing- masing sebuah photo dengan topik yang telah
ditentukan.
- Waktu yang diberikan adalah satu minggu. Tiap anggota kelompok
tersebut harus maju satu per satu di 10-15 menit akhir jam pelajaran
Bahasa Inggris pada pertemuan berikutnya.
- Waktu untuk berbicara adalah 1 (satu) menit, karena itu disebut One-
Minute -Talking Caption.
- Dalam jangka waktu satu minggu, siswa dapat berkonsultasi atau berlatih
dengan sesama anggota, atau dengan guru.
- Saat InstaTalk berlangsung, siswa menjelaskan caption photo (syarat
photo: hasil karya sendiri, bukan diambil dari Internet) dalam waktu satu
menit. Kemudian siswa-siswa lain, kecuali anggota dari kelompok yang
sama, mengangkat “tombol” mereka. Mereka bisa mengangkat “Like”
atau “Comment”.
- Guru menunjuk beberapa siswa yang telah mengangkat tanda “Comment”
untuk memberikan komentar atau bertanya.
- Prosedur yang sama berlaku untuk pertemuan berikutnya. Namun topik
diganti sesuai topik yang disiapkan oleh guru.
- Guru memberikan dukungan, ucapan terimakasih, dan komentar
membangun untuk siswa-siswa yang sudah menjalankan InstaTalk
mereka termasuk siswa-siswa lainnya yang sudah berpartisipasi.
C. Pembahasan dan Solusi
a. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Bueno, Madrid dan Mclaren (2006) mengemukakan bahwa keterampilan
berbahasa yang paling sulit bagi siswa adalah berbicara (speaking). Padahal
keterampilan inilah yang dipercayai sebagai keterampilan yang paling
penting di antara 4 keterampilan berbahasa. Ada beragam permasalahan yang
dihadapi saat berbicara. Menurut Tuan dan Mai (2015), beberapa
permasalahan dalam hal keterampilan berbicara yang seringkali ditemui oleh
para guru ketika membantu siswa untuk belajar berbicara di dalam kelas,
yaitu rasa malu, kurangnya pengetahuan akan topik yang dibicarakan,
rendahnya partisipasi, dan penggunaan bahasa ibu. eringkali siswa merasa
malu saat harus berbicara di depan kelas dengan alasan takut salah atau takut
dikritik dan dinilai. Saat tampil di depan kelas, seringkali juga siswa terdiam,
lupa apa yang ingin dibicarakan. Menurut Rivers (1968), siswa tidak tahu apa
yang harus dikatakan, kemungkinan karena guru memilih topik yang tidak
sesuai untuk mereka atau mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan
apapun tentang topik tersebut. Hal lain yang menjadi permasalahan dalam
kelas dengan jumlah besar adalah adanya dominasi siswa. Ada beberapa
siswa yang aktif, sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Hal ini
menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk mencoba. Dan yang
terakhir adalah penggunaan bahasa ibu. Bahasa ibu yang dimaksud di sini
adalah bahasa Indonesia maupun bahasa daerah siswa. Saat mereka tidak tahu
apa yang harus dikatakan, mereka cenderung merasa nyaman
mengungkapkannya dalam bahasa ibu. Hal serupa yang juga dialami oleh
siswa-siswi kelas X UPW SMK Negeri 4 Banjarmasin. Dilihat dari
permasalahan yang ada, guru berusaha untuk pertama membuat mereka
merasa nyaman saat berbicara dengan mencoba membantu mereka
menumbuhkan rasa percaya diri. Tuan dan Mai (2015) juga memaparkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara siswa, yaitu kondisi
penampilan, faktor afektif, keterampilan listening, pengetahuan tentang topik
dan umpan balik dari pendengar. Penampilan siswa dipengaruhi oleh kondisi
meliputi tekanan, kualitas penampilan, dan banyaknya dukungan (Nation &
Newton, 2009). Faktor yang kedua yaitu faktor afektif. Krashen (1982)
menyebutkan bahwa ada banyak variabel afektif, tiga di antaranya adalah
motivasi, kepercayaan diri, dan rasa khawatir atau gugup. Faktor ketiga
adalah keterampilan listening. Shumin (1997) menyebutkan bahwa ketika
siswa berbicara, siswa yang lain menjawab melalui proses mendengarkan.
Siswa tidak akan dapat menjawab apabila mereka tidak memahami apa yang
dibicarakan. Sehingga dapat disimpulkan berbicara dan mendengarkan saling
terkait satu sama lain. Faktor keempat, pengetahuan tentang topik, seperti
halnya dikemukakan oleh Bachman and Palmer (1996), topical knowledge
adalah pengetahuan siswa tentang informasi terkait topik tersebut. Dengan
adanya topical knowledge siswa dapat menerapkan informasi yang mereka
ketahui ke dalam pembicaraan.
Faktor kelima adalah umpan balik atau feedback. Baker and Westrup
(2003) menyebutkan jika siswa selalu dikoreksi, mereka akan merasa tidak
termotivasi dan takut berbicara. Sehingga disarankan agar guru memberikan
koreksi dengan cara positif dan memberikan mereka dukungan saat siswa
berbicara.
Melihat dari permasalahan dan faktor-faktor tersebut di atas, InstaTalk:
One-Minute-Talking Caption dirasa oleh penulis sebagai hal yang patut
dicoba dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Konsep serupa dengan Instagram, sehingga siswa dapat memahami
konsep tanpa perlu penjelasan terlalu lama.
2. Photo yang digunakan adalah photo mereka sendiri sehingga mereka
memiliki “background knowledge” akan topik photo tersebut, walaupun
topik ditentukan oleh guru sesuai topik yang dipelajari di kelas.
3. Waktu yang diberikan adalah satu menit, cukup singkat, yang penting
mereka terbiasa berbicara di depan kelas. Waktu dapat ditingkatkan
sesudah mereka semua terbiasa.
4. Semua punya kesempatan berbicara, dan belajar menjadi pendengar yang
baik. Dan komentar yang diberikan harus bernilai positif. Hal ini bukan
berarti siswa harus berbohong, tapi lebih kepada bagaimana melihat sisi
positif dari penampilan temannya.
5. Dapat menekan penggunaan bahasa ibu, karena apabila siswa
menggunakan bahasa ibu saat menerangkan photonya, photo dianggap
gagal diunggah. Sehingga mereka harus mengulang lagi pada pertemuan
berikutnya. Hal ini juga dapat dihindari dengan adanya konsultasi dengan
teman maupun guru pada kurun waktu seminggu sebelum pertemuan
berikutnya.
6. Konsep pemberian “like” dan “comment” oleh para “followers” dapat
menarik perhatian siswa.
b. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
InstaTalk mulai dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran
2016/2017 di kelas X UPW yang berjumlah 33 orang. Berikut adalah tahapan
pelaksanaan Instalk:
- Pertemuan pertama, guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang
terdiri dari 5-6 orang.
- Guru menjelaskan konsep InstaTalk. (lihat gambar 1)
- Pertemuan kedua sampai dengan ketujuh, di 10-15 menit akhir jam
pelajaran Bahasa Inggris, dilaksanakan InstaTalk. (lihat gambar 2)
- Guru membagikan reflection sheet kepada siswa (lihat gambar 3)
- Siklus kedua dilaksanakan pada pertemuan kedelapan sampai dengan
ketigabelas. Dengan urutan acak. Untuk siklus kedua telah dilaksanakan
perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, seperti
tata cara memberi komentar, pengumpulan gambar sebelum hari H,
konsultasi dijadwalkan, dan lain-lain.
c. Hasil yang Dicapai
Dari hasil observasi dan reflection sheet siswa, dapat dilihat:
1. Siswa merasa lebih nyaman dan percaya diri saat harus berbicara di
depan kelas setelah mereka melaksanakan InstaTalk.walaupun pada siklus
pertama dapat dilihat siswa masih berusaha beradaptasi dengan konsep
ini, namun nilai mereka cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari reflection
sheet yang mereka isi dan hasil observasi penampilan mereka.
2. Di siklus kedua, mereka sudah bisa mengatasi rasa takut dan rasa gugup
mereka, sehingga nilai mereka cenderung meningkat. Walaupun masih
ada beberapa yang hanya mengalami sedikit peningkatan.
Tabel tentang perbandingan siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada lampiran.
d. Kendala yang Dihadapi
Pelaksanaan proyek InstaTalk ini menghadapi beberapa kendala, yaitu:
1. Karena diletakkan di 10-15 menit terakhir jam pelajaran Bahasa Inggris,
siswa sering hilang konsentrasi. (jam pelajaran ke 6-8, berakhir pukul
13.50 WITA)
2. Hal tersebut di atas juga sering terkendala oleh lamanya persiapan siswa.
Sehingga disiasati untuk mengumpulkan photo satu hari sebelum hari H.
3. Para “followers” masih malu-malu untuk memberi komentar, sehingga
mereka lebih sering hanya mengangkat tanda “like”.
4. Di siklus pertama, mereka belum menyadari pentingnya mempersiapkan
diri selama tenggang waktu yang diberikan. Namun di siklus kedua
mereka memanfaatkan waktu yang ada untuk berlatih bersama dengan
teman-teman di grup mereka.
5. Jumlah pertemuan di semester kedua terbatas karena adanya beberapa
kegiatan seperti Ujian Kompetensi Keahlian sehingga mereka tidak ada
kegiatan pembelajaran di sekolah.
e. Faktor Pendukung
Beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan InstaTalk sehingga dapat
berjalan dengan baik, yaitu:
1. Adanya sarana dan prasarana dari sekolah seperti LCD dan proyektor.
2. Hampir semua siswa memiliki telpon genggam dengan kamera, sehingga
mereka dapat mengambil dan menyimpan photo dengan mudah.
3. Konsep InstaTalk yang menyerupai Instagram menarik perhatian mereka,
terutama pengunaan tanda “like” dan “comment”
4. Kelas X UPW sangat kooperatif dan saling mendukung, sehingga mudah
untuk diarahkan.
f. Alternatif Pengembangan

Ada beberapa alternatif pengembangan InstaTalk, antara lain:

1. InstaTalk: One-Minute-Talking Caption dapat dikembangkan lagi ke


dalam proyek yang sama dengan topik yang lebih beragam dan dengan
durasi waktu yang lebih lama. Namun akan lebih baik apabila dimulai
dengan satu menit, baru kemudian ditingkatkan lagi menjadi dua menit
atau lima menit. Dan tentu saja namanya bukan lagi One-Minute-Talking
Caption.
2. Dapat dibuat sejenis kompetisi dengan berbagai “award”, seperti photo
dan caption dengan jumlah “like” terbanyak, “comment” terbaik, dan
masih banyak lagi tergantung kreatifitas guru dan siswa.
3. InstaTalk dapat pula dimasukkan dalam proses pembelajaran, bukan
hanya sekedar tambahan di 10-15 menit akhir jam pelajaran. Dapat
diterapkan dengan konsep official account, di mana siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok, kemudian mereka berdiskusi tentang suatu
topik, sebagai contoh, topik tentang legenda. Siswa dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok legenda rakyat. Nama kelompok menjadi nama
official account mereka. Kemudian mereka diberi kesempatan untuk
berdiskusi, mencari bahan baik di buku maupun di internet, dalam hal ini
photo dapat diambil dari Internet dengan menyebutkan sumber, dan
terakhir mereka mempresentasikan hasil diskusi tersebut menggunakan
konsep InstaTalk.
D. Kesimpulan dan Harapan

Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan proyek InstaTalk: One-Minute-Talking Caption berjalan
dengan baik dengan nilai rata-rata di siklus pertama 9.85 dan di siklus
kedua 13.91. Sehingga apabila dilaksanakan secara berkesinambungan
dapat memberikan hasil yang lebih optimal.
2. Dari hasil refleksi tiap siswa, mereka lebih menyukai kegiatan seperti
InstaTalk dengan konsep yang mudah mereka pahami, dengan waktu
persiapan panjang, durasi penampilan yang tidak terlalu lama sebagai
awal mula, dan dukungan positif dari semua pihak.
Dari hasil observasi pelaksanaan InstaTalk: One-Minute-Talking
Caption, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. InstaTalk menekankan pada dukungan kepada siswa untuk menumbuhkan
dan meningkatkan rasa percaya diri mereka saat tampil berbicara dalam
Bahasa Inggris, jadi proyek ini sebaiknya dimulai di kelas X di semester
pertama.
2. Saat menjelaskan tata cara InstaTalk, guru sebaiknya menekankan dan
menjelaskan bagaimana cara memberi komentar yang positif, namun
bukan dibuat-buat.
3. Akan selalu ada siswa yang mendominasi saat pemberian komentar, hal
ini harus diantisipasi oleh guru dengan cara memberi ketentuan atau
membuat aturan bersama.
4. InstaTalk dapat terus dilaksanakan, namun harus memperhatikan rasa
jenuh siswa. Sehingga guru harus jeli kapan proyek bisa dilanjutkan atau
dihentikan sementara, atau diganti dengan konsep lain yang lebih
menantang tergantung kondisi siswa.
5. Untuk memastikan para “followers” benar-benar memahami isi InstaTalk
yang disampaikan oleh temannya, guru dapat memberikan pertanyaan
komprehensif mengenai isi caption yang disampaikan oleh siswa.
6. Konsep InstaTalk dapat juga diadaptasi untuk mengajarkan listening,
reading, dan writing.
7. Pembagian kelompok sebaiknya ditentukan oleh guru agar setiap
kelompok terdiri dari siswa yang beragam secara kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachman, L., & Palmer, A. S. (1996). Language Testing in Practice. Oxford:
Oxford University Press.
Baker, J., & Westrup, H. (2003). Essential Speaking Skills: A Handbook for
English Language Teachers. London: Continuum.
Bueno, A., Madrid, D., & McLaren, N. (2006). TEFL in
Secondary Education. Granada: Editorial Universidad de
Granada.
Krashen, S. D. (1982). Principles and Practice in Second
Language Acquisition. New York: Pergamon Press.
Nation, I. S. P., & Newton, J. (2009). Teaching ESL/EFL
Listening and Speaking. ESL & Applied Linguistics
Professional Series. Routledge Taylor & Francis Group.
Rivers, W. M. (1968). Teaching Foreign Language Skills.
Chicago: University of Chicago Press.
Shumin, K. (1997). Factors to Consider: Developing Adult EFL
Students' Speaking Abilities. English Teaching Forum,
35(3), 8. Diakses dari
http://eca.state.gov/forum/vols/vol35/no3/p8.htm
Tuan, N. H., & Mai, T. N. (2015). Factors Affecting Students’
Speaking Performance at LE Thanh Hien High School.
Asian Journal of Educational Research, 3(2), 8-23.

Anda mungkin juga menyukai