Anda di halaman 1dari 5

KLASIFIKASI

I. Berdasarkan fluktuasi harian dari gejala:


a. Tipe 1 : ditandai dengan progressive pain, ketika bangun tidur pasien tidak
merasakan nyeri, kemudian rasa nyeri akan bertambah seiring berjalannya hari (pagi-
malam). Terjadi pada 35% pasien. Tipe ini mungkin berhubungan dengan penyakit
sistemik, misalnya defisiensi nutrisi.
b. Tipe 2 : gejala konstan sepanjang hari dan pasien sulit tidur. Terjadi pada 55%
pasien. Biasanya berhubungan dengan kelainan psikologis.
c. Tipe 3 : gejalanya intermittent, dengan interval bebas nyeri dan lokasi atipikal (dasar
mulut, posterior oropharynx). Terjadi pada 10% pasien. Dicurigai akibat kontak
dengan allergen oral. (1)

II. Berdasarkan etiologi:


a. BMS primer atau idiopatik/essential : penyebab tidak dapat diidentifikasi.
b. BMS sekunder : akibat faktor lokal atau penyakit sistemik.
(1)

ETIOLOGI
Penyebab BMS untuk saat ini belum diketahui. Penyebabnya diperkikaran multifaktorial
meliputi interaksi antara faktor biologis (mekanisme neurofisiologis) dan faktor psikologis.
Beberapa faktor lokal, sistemik dan psikogenik diperkirakan terkait dengan BMS.
I. Faktor lokal
a. Dental
Prosthesis (Gigi tiruan)
Gigi tiruan yang tidak pas di rongga mulut akan menyebabkan mikrotrauma
dan eritema lokal, menyebabkan sensasi terbakar.
Anomali dental
Maloklusi atau posisi gigi yang abnormal, dapat menyebabkan tergigitnya
mukosa mulut pasien berulang kali, sehingga terjadi trauma mekanik yang
menyebabkan nyeri local.
Parafunctional habit
Tongue thrust atau tics, menggesekkan lidah berulang-ulang terhadap gigi
atau gigi tiruan, menggigit mukosa bukal atau labial atau lingual.
b. Reaksi alergi lokal
65% pasien yang menderita BMS tipe 3 diidentifikasi memiliki alergi terhadap
zat pewarna dan pengawet makanan. Beberapa zat yang diidentifikasi dapat
menyebabkan nyeri rongga mulut adalah asam askorbat, cinnamon aldehyde,
nilon, mentol,dll.
c. Infeksi oral
Tersering akibat infeksi Candida. Dapat disebabkan mikroorganisme lain seperti
Enterobacter, Klebsiella, S.aureus.

II. Kelainan sistemik


a. Medikasi
Obat-obat seperti antikolinergik, antihistamin, antihipertensi, antiretroviral,
antidepresan trisiklik, serotonin uptake inhibitor, omeprazol dapat mengubah
kerja kelenjar liur menyebabkan xerostomia yang akan mempengaruhi eating
dan kemampuan menghalangi kolonisasi bakteri di rongga mulut serta dapat
mengubah persepsi rasa.
b. Kelainan jaringan penyambung
Sjgrens syndrome adalah penyakit autoimun yang terutama mempengaruhi
wanita berusia 40-60 tahun, ditandai dengan keratokonjungtivitis, xerostomia,
dan perubahan jaringan penyambung.
Fibromyalgia (FM) adalah chronic pain syndrome, BMS dapat dijumpai pada
32,8% penderita FM ini, dimana gejala oral yang ditemukan berupa xerostomia
(70,9%), nyeri orofacial (32,8%), disfungsi TMJ (67,6%), disfagia (37,3%) dan
disgeusia (34,2%).
c. Endokrin
BMS dapat menandakan adanya diabetes mellitus yang belum terdiagnosa,
karena itu DM haru mendapat perhatian khusus terutama pada usia 50 tahun ke
atas dimana terjadi peningkatan insidensi DM tipe 2. Mekanisme nyeri lain di
rongga mulut seperti infeksi Candida dan neuropati diabetikum juga harus
dicurigai pada pasien DM.
Terdapat kontroversi mengenai fungsi estrogen sebagai faktor pelindung mukosa
mulut. Ada peningkatan insidensi BMS pada wanita menopause, namun pada
beberapa penelitian tidak ditemukan peringanan gejala setelah pemberian
estrogen replacement therapy.
d. Neurologis
Neuralgia trigeminal ditandai dengan episode singkat dari intense pain yang tiba-
tiba, biasanya pada usia di atas 50 tahun. Terutama melibatkan cabang
mandibular (N.V3), terkadang menyebabkan hipoestesia atau parestesia lidah.
Neuralgia trigeminal dapat disebabkan oleh kompresi saraf akibat neoplasma,
malformasi vascular, trauma, infeksi herpes zoster.
Neuralgia glosofaringeal adalah kelainan yang jarang ditemui. Terutama
dijumpai pada wanita usia 40-60 tahun. Nyeri biasanya menyebabkan
inkapasitasi, unilateral dan mengenai orofaring posterior, fossa tonsilar, pangkal
lidah, dapat menjalar ke telinga. Muncul ketika menelan, batuk atau berbicara.
e. Defisiensi nutrisi
Sensasi terbakar di lidah dapat muncul pada defisiensi vitamin B kompleks,
vitamin C, dan anemia. Nyeri biasa timbul di ujung lidah dan dapat ditemukan
atrofi papil. Pasien yang menjalani hemodialisis, membatasi dietnya (vegetarian,
diet bebas laktosa), alkoholik dan lansia lebih rentan terkena defisiensi vitamin
B. Defisiensi zinc dapat menyebabkan atrofi papil lidah yang menimbulkan
disgeusia dan glossodynia.

III. Faktor psikogenik


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita BMS memiliki riwayat
kelainan psikiatris termasuk depresi, anxiety, obesesi, sindroma panik dan
cancerphobia.

IV. Idiopathic
Tidak ditemukan adanya penyebab lokal, sistemik maupun emosional pada penderita
BMS. (1,2,3)

Anda mungkin juga menyukai