Saat ini dunia dihadapkan pada tantangan besar yaitu ketahanan pangan, air dan energi.
Inti permasalahannya adalah akibat beban populasi yang terus meningkat yang
menyebabkan peningkatan kebutuhan (demand) yang memberikan tekanan terhadap
aspek ketersediaan (availability) dari sumber daya air dan pola pemanfaatan ruang.
Dengan beban populasi yang telah mencapai 7 milyar pada tahun 2011 dan akan terus
meningkat menjadi 9 milyar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2011), kebutuhan terhadap air,
pangan dan energi akan akan menjadi krusial terlebih lagi jika dibandingkan dengan kondisi
ketersediaan air dunia untuk menopang kehidupan 7 milyar penduduk bumi dan makhluk
hidup lainnya.
Terkait tiga tantangan tersebut serta untuk memanfaatkan potensi sumber daya air yang ada
dan penyelesaian masalah-masalah, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) mempunyai program
untuk RPJMN 2015-2019 berupa peningkatan ketahanan pangan, peningkatan ketahanan
air, pengendalian daya rusak, operasi dan pemeliharaan serta dukungan untuk ketahanan
energi yang didasarkan pada tiga aspek utama yaitu konservasi, pendayagunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air, didukung oleh partisipasi masyarakat dan
tersedianya data dan informasi yang akurat.
Air terkait dengan semua sektor yang terlibat. Untuk itu, pemerintah baik pusat dan
daerah bersama-sama dengan masyarakat, industry dan swasta harus turut
berpartisipasi dalam pengelolaan air. Partisipasi masyarakat dan industri agar
memelihara lingkungan dan sungai, tidak membangun permukiman dibantaran sungai
tidak membuang limbah dan sampah ke sungai. Pembuangan limbah industri memiliki
aturan agar tidak mencemari lingkungan. Masyarakat petani di hulu juga diminta
mengikuti kaidah konservasi. Untuk pemerintah daerah agar memperhatikan saat
pemberian ijin pembangunan agar tidak beralih fungsi.
Terlebih lagi dengan adanya perubahan iklim yang dialami beberapa tahun ini. Efek dari
el nino dan la nina yang membuat Indonesia mengalami tahun basah sehingga sering
banjir, intensitas hujan meningkat. Dampak lain juga beberapa negara mengalami tahun
kering, jarang terjadi hujan, suhu meningkat karena suhu di laut dingin, sehingga banyak
terjadi kebakaran hutan, imbas selanjutnya adalah kabut asap yang merusak kesehatan.
Ini rentan terjadi di hutan gambut yang merupakan 80-90% isinya air dan zat-zat organik.
Musim hujan dan kemarau sudah tidak teratur seperti dahulu lagi. Ini menuntut kita
sebagai manusia yang membutuhkan air untuk belajar dalam pengelolaan air yang
adaptif dan berkelanjutan.
Gambar 1 Bendungan Raknamo (Kiri) dan Pengolahan air baku di Kupang (Kanan)
Gambar 2 Bendungan Titab di Bali (Kiri) dan Irigasi Subak di Bali (Kanan)
V. PESERTA KEGIATAN
Peserta kegiatan kunjungan ini terdiri dari: