Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari
perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan
akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan
itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan, oleh karena itu untuk mengetahui
kinerja laporan keuangan tersebut kita memerlukan suatu analisis, analisis-analisis inilah yang
harus dipahami oleh kita baik sebagai manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan ataupun sebagai investor jika kita ingin menginvestasikan harta kita terhadap suatu
perusahaan.

Laba atau keuntungan merupakan ukuran bagi keberhasilan dari suatu operasi perusahaan.
Perusahaan dikatakan sehat apabila mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam
menghasilkan laba sepanjang hidupnya, serta hal yang tidak boleh diabaikan yakni
kemampuan yang cukup besar pula dalam memenuhi semua kewajiban kuangannya. Jika
faktor tersebut mampu dilaksanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan selama
berlangsungnya kegiatan operasi, maka perjalanan hidup perusahaan itu dapat dipertahankan
dan dikembangkan secara optimal sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Laporan keuangan adalah sumber informasi yang dijadikan landasan pengambilan keputusan
oleh para pemegang saham, kreditur, pengamat ekonomi dan pemerintah ditinjau dari
kepentingan masing-masing, serta merupakan landasan bagi Analisa Rasio Keuangan untuk
merinci prestasi operasional perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan diperoleh
gambaran tentang perkembangan perusahaan, sehingga mereka yang berkepentingan terhadap
perkembangan perusahaan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data-data keuangan
yang tercermin pada laporan keuangan.

1
BAB II
PEMAHASAN

2.1. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk membuat suatu
keputusan antara lain mengenai rencana-rencanan perusahaan, penanaman modal/investasi,
pencarian sumber-sumber dana oprasi perusahaan lainnya (Amin Wijaya Tunggal, 1995).
Melalui analisis laporan keuangan ini maka para pemakai informasi akuntansi dapat
mengambil keputusan. Pengelola/manajer dalam suatu perusahaan dapat menilai apakah
kinerjanya dalam suatu periode yang lalu mendatangkan keuntungan atau tidak.

2.2. Tinjauan Tentang Rasio Keuangan


Rasio keuangan adalah suatu hal yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, atau perbandingan antara berbagai gejala
yang dinyatakan dengan angka/persentase. (Amin Wijaya Tunggal, 1995). Beberapa jenis
analisis rasio keuangan yang digunakan Macam-Macam Rasio Keuangan - Rasio keuangan
menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam
suatu laporan keuangan. Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan-
perbandingan yang dilakukan terhadap pos-pos dalam laporan keuangan merupakan suatu
perbandingan yang logis, dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang memang telah
diakui mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai sebagai
pedoman pengambilan keputusan.

(Pahami pula: Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan)

Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan
penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data
dalam neraca.
2. Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun
dari data dalam laporan rugi laba.
3. Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari
data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi laba.
Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat dijelaskan berikut ini:

2
A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk
melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya).
Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek
disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum
dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan
informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar
meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar
meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti
bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya
berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang
lancar (Harahap, 2002:301)

2. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar
dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam
perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling
kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang
lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar
atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana
current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar
pada persediaan.

3
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang
lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat
(Harahap, 2002:302).

3. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas
dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor
dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta
lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung
cash ratio adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar.
Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%
(Harahap, 2002:302).

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable.
Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable
belum tentu ilikuid.Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang
biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya
dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh
perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih
menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik
(Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

4
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya
semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang
tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil
rasio ini semakin baik. Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin
aman. Rumusnya:

C. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam mendapatkan laba (Baca pula: pengertiandan analisis rasio
profitabilitas). Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common size untuk
laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu
(Hanafi dan Halim, 2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap, 2002:304). antara lain :

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap, 2002:304).

5
Rasio Profitabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu
perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Berikut merupakan rasio-rasio yang tergolong dalam rasio profitabilitas adalah sebagai
berikut:

1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan
dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari
jumlah penjualan.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Gross Profit Margin = Laba kotor


Penjualan Bersih

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan.

Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak


Penjualan Bersih

3. Earning Power of Total Investment

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Earning Power of Total Investment = Laba Sebelum Pajak


Total aktiva

6
4. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham
preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Return on Equity = Laba Setelah Pajak


Ekuitas Pemegang Saham
2.3. Rasio Aktivitas (Rasio Perputaran)
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan
semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai
unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik
bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

2.3.1. Jenis-jenis Rasio Aktivitas

Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:

1. Total Assets Turn Over (Perputaran Aktiva)

Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu
perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu
periode tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin,
2009).

Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan
keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama
dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau
diperbesar.

7
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih
penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya
penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.

Total assets turn over dihitung sebagai berikut:


Total assets turn over = Penjualan
Total Aktiva

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)

Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih.
Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.

Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva
lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009).

Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu
periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008).

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan
yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn
over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal
kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode
perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing
komponen dari modal kerja tersebut.

Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:


Perputaran modal kerja = Penjualan = Penjualan
Modal Kerja Bersih (Aktiva Lancar Utang Lancar)

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn
over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan
peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang

8
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003).

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara
efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan
terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan
dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:


Perputaran aktiva tetap = Penjualan
Aktiva Tetap

4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)

Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar
dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya
overstock (Riyanto, 2008).

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio
ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan.
Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut
harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost)
digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung
dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas
(Sawir, 2003).

Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran
persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran
persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun
sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik
menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi
dua.

Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:


Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata persediaan

9
5. Rata-rata umur piutang

Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama
waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata
umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari.
Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari.

Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


Days Sales Outstanding = Piutang
Penjualan / 360 hari

6. Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang erat dengan volume
penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit
(neto) dengan piutang rata-rata.

Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang
sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan
bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit.

2.5. Manfaat Laporan Keuangan

2.5.1. Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari

laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu

laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).


10
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan

suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya

dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-

teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan

perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis

laporan keuangan juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan.

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan.

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu

tertentu:

1) Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas).

2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban).

3) Likuiditas.

4) Solvabilitas.

5) Aktivitas.

6) Rentabilitas atau Profitabilitas.

7) Indikator Pasar Modal.

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.

e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

2.5.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2011), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset,

kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

11
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan

berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau

tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang

mereka capai.

Menurut Munawir (2010), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat

penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang

telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi

pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode

atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat

mendukung keputusan yang akan diambil.

12
Analisis Kasus First Investments, inc
Analysis of Financial Statement

Pada bulan maret 1995, fred aldrich, seseorang pelatih musim panas bersama first investment
dipanggil ke kantor kepala bagaian analisis investasi dari departemen kepercayaan.

Terjadi percakapan seperti berikut :


Tahun 1994,1993, dan 1985 ada laporan keuangan industri dasar perusahaan (exhibit 1 )
ringkasan laporan keuangan 10 tahun (exhbit 2 ).
Departeman kepercayaan kita telah memiliki saham ini sejak awal 1980an. Seperti yang anda
ketahui portofolio orang kami menempatka n banyak penekanan pada kualitas dalam produksi
perusahaan dan laba kembalian atas ekuitas pemilik dalam membuat pemilihan saham. Nah
mereka khawatir, pada tahun 1994 laporan tahunan industri dasar menunjukkan penurunan
dalam pengembalian /laba ekuitas pemilik. Sekarang, mereka ingin kita untuk mengomentari
cara bahwa perusahaan telah mencapai kembaliannya/labanya dalam ekuitas selama 10 tahu
terakhir dimulai 1985. Saya ingin anda untuk mempersiapkan analisis ini. Saya menyarankan
anda untuk melupakan pemogokan pada tahun 1989 dan 1990. Juga berkonsentrasi pada apa
saja yangbterjadi pada periode 1993-1994.
Saya berharap analisis ini akan mencakup sebuah pperbandigan langsung dalam kualitas
pengembalian ekuitas/laba pemegang saham tahun 1985 dan 1994 dan rsio keuangan utama
lainnya selama 2 tahun ini. Akhirnya anda harus tahu bahwa perusahaan belum mengubah
kebijakan akuntansi dan praktik praktik material selama dekade trakhir. Satu satunya yang
berubah karena untuk standar baru yang dikeluarkan FASB. Tapi ini belum secara material
terdistorsi data komparatif.

13
RASIO METODE HITUNG ANALISIS
Rasio Likuiditas Kemampuan untuk
Current ratio membayar utang yang
segera harus dipenuhi
denga aktiva lancar
yang terjadi pada tiap
periode tahun

Rasio Leverage Bagian setiap modal


Total Debt To yang dijadikan jaminan
Equity Rasio untuk keseluruhan
hutan

Total Debt to Total


Capital Asset

Long term Debt to


equity rasio

Earning power of
total investment rate of
return of total asset

14
Net Eearning
Power / ROI

Laba Bersih
terhadap penjualan
margin laba atas
penjualan

Rasio Aktivitas
Receivable Turn
Over

15
BAB III
KESIMPULAN

Laporan keuangan adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk membuat suatu
keputusan antara lain mengenai rencana-rencanan perusahaan, penanaman modal/investasi,
pencarian sumber-sumber dana oprasi perusahaan lainnya (Amin Wijaya Tunggal, 1995).
Melalui analisis laporan keuangan ini maka para pemakai informasi akuntansi dapat
mengambil keputusan. Pengelola/manajer dalam suatu perusahaan dapat menilai apakah
kinerjanya dalam suatu periode yang lalu mendatangkan keuntungan atau tidak.

Rasio profitabilitas disebut juga sebagai rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas
suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan
semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai
unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.

Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan
dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung
keputusan yang akan diambil.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munawir. 1993. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke Empat. Yogyakarta: Liberty.

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta:


BPFE.

Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan


Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
http://shelmi.wordpress.com/2009/03/04/rasio-%E2%80%93-rasio-keuangan-perusahaan/

17

Anda mungkin juga menyukai