Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan, Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Pneumonia pada Anak

Vivian Chau
102014036
Email: vivianchow46@gmail.com
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

Pendahuluan

Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana alveolus yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga
disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya,
seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol, namun penyebab yang paling sering
ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Sebelum penemuan dari
antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah mengembangkan pneumonia
sesudah itu meninggal dari infeksi. Saat ini, lebih dari tiga juta orang-orang mengembangkan
pneumonia setiap tahun di Amerika. Lebih dari setengah juta dari orang-orang ini diopname
disebuah rumah sakit untuk perawatan. Meskipun kebanyakan dari orang-orang ini sembuh, kira-
kira 5% akan meninggal dari pneumonia. Pneumonia adalah pemimpin ke enam penyebab
kematian di Amerika. Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia dan
mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh akan tetapi
pneumonia juga bisa menyerang kaum muda yang bertubuh sehat. Saat ini di dunia penyakit
pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu
penyakit serius yang merenggut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. Diagnosis pneumonia
secara klinis umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan gejalanya sangat khas yakni bila ditemukan
demam, batuk berdahak (sputum yang produktif) atau nyeri dada. Diagnosis lebih meyakinkan bila
didapatkan infiltrat pada pemeriksaan foto rontgen paru dan penemuan mikroba penyebabnya.1

Anamnesis

Karena pada kasus ini adalah seorang pasien anak, maka dilakukan allo-anamnesis dimana
ditanyakan tentang keluhan pasien melalui ibunya. Pertama diawali dengan menanyakan identitas
pasien seperti nama lengkap, usia,dan alamat, riwayat imunisasi pasien, adakah bayi dilahirkan di
rumah sakit atau di bidan, riwayat persalinan apakah pervaginam atau secara operasi, berat badan
sewaktu lahir dan keadaan anaknya sewaktu lahir apakah sehat atau sakit, riwayat kehamilan si
ibu, apakah pernah sakit sewaktu hamil dan apa ada mengonsunsi obat-obatan pada saat kehamilan
dan jika ada ditanyakan jenis obat yang dikonsumsi. Kemudian dilanjutkan keluhan utama pasien
yang diketahui sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Lalu menanyakan apakah sesak nafas timbul
pada waktu tertentu atau pada sepanjang hari, apakah factor yang menyebabkan sesak nafas
tersebut dan bisa hilang atau berkurang, pakah sudah melakukan pengobatan sendiri dan
bagaimana hasilnya, apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama.2

Selanjutnya menanyakan keluhan penyerta, yaitu ada batuk disertai dahak berwarna
kuning. Kemudian tanyakan sejak kapan batuk dan sejak kapan berdahak, apakah dahak itu kental
atau encer, apakah dilakukan pengobatan untuk batuk dan bagaimana hasilnya, lalu bagaimana
pola makan yang normal anak tersebut dan pola makan setelah sakit, apakah ada penurunan nafsu
makan yang menyebabkan penurunan berat badan atau tidak. Kemudian tanyakan riwayat
perjalanan penyakit dan hasilnua didapatkan bahwa seminggu sebelum ke rumah sakit, si anak ini
telah mengalami demam yang turun naik dan batuk pilek. Lalu menanyakan pada ibunya,awal
terjadi demam sejak kapan, apakah demam timbul dahulu atau batuk pilek yang timbul dahulu.
Apakah sudah mengobati demam dan batuk pileknya dan apakah berhasil pengobatannya.2

Untuk riwayat penyakit menahun, ditanyakan kepada si ibu, apakah anak ini ada
mengalami masalah kesehatan semenjak lahir. Apakah pernah mengidap sakit congenital. Apakah
pada keluarga ada riwayat penyakit menahun seperti batuk kering, darah tinggi, kencing manis,
sakit jantung, asma dan seterusnya. Untuk riwayat sosial, ditanyakan kebiasaan mandi anak ini
bagaimana, apakah ibunya memberi mandi pake air yang dingin atau air yang hangat, bagaimana
kondisi lingkungan tempat tinggal, Apakah pernah keluar negeri baru-baru ini. Apakah ada
keluarga yang dari luar kontak dengan anak ini, apakah di kalangan keluarga ada yang merokok.2

Dari hasil anamnesa pada kasus didapatkan bahwa anak perempuan berusia 2 tahun dating
dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, disertai adanya demam dan yang naik turun dan
batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Dahak kuning, anak rewel, nafsu makan menurun dan berat
badan anak 12kg.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pada pneumonia umumnya dilakukan dengan cara TTV (tanda-tanda vital),
inspeksi,palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada TTV biasanya didapatkan suhu subfebril atau
tinggi, takikardi, dan peningkatan frekuensi nafas. Pada inspeksi harus diperhatikan bentuk thoraks
dan pergerakannya, keadaan sela iga (pada pneumonia sela iga akan tampak mencekeung/retraksi).

Selain itu juga yang bisa kita inspeksi adalah apakah pasien mengalami sesak napas, batuk-
batuk atau sianosis dan juga melihat apakah napas pasien cepat atau lambat. Pada palpasi thoraks
anterior dan posterior pasien, raba sela iga (normal, mencembung/mencekung) dan melakukan
pemeriksaan vokal fremitus pada thoraks anterior dan posterior. Pada perkusi pemeriksa mengetuk
dinding dada dan mendengar hasilnya apakah pekak (adanya massa tumor/cairan), hipersonor
(pada emfisema), redup (adanya infiltrate), dan timpani (pada penyakit pneumothorak). Pada
auskultasi pemeriksa mendengarkan suara paru-paru. Hilangnya suara nafas normal, adanya
suara retak, atau peningkatan suara bisikan (whispered pectoryloqui) dapat mengenali daerah
pada paru yang keras dan yang penuh cairan yang dinamakan konsolidasi.3

Hasil pemeriksaan fisik pada kasus didapatkan bahwa kesadaran compos mentis,
freekuensi nafas 55kali/menit, nadi 110kali/menit, suhu 38,5 derajat celcius, terdapat retraksi
intercostal, faring hiperemis, pernafasan cuping hidung , terdapat weezing dan ronki basah halus.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan lab darah hasil pemeriksaan yang bermakna adalah terdapatnya
leukositosis sebagai penanda adanya infeksi. Hitung jenis leukosit pada pneumonia viral seringkali
normal ataupun sedikit meningkat, dengan limfosit predominan, sedangkan pada pneumonia
bakterial hitung jenis leukosit mengalami peningkatan (>20.000/mm3) dengan predominan
netrofil.

Biakan darah harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan bakteri
penyebab pneumonia. Biakan darah positif ditemukan pada 10-20% pneumonia bakterial dan
merupakan konfirmasi sebagai penyebab pneumonia apabila hasilnya positif pada kuman yang
diketahui sebagai patogen respiratori.3
Pemeriksaan Radiologi

Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan


diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavitas. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi
pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.4

Pemeriksaan Serologi

Tes urin antigen detection adalah suatu cara untuk mendeteksi antigen Legionella
pneumophila serogrup 1. Deteksi ini dapat dilakukan pada hari ke 3 infeksi sampai 1 tahun. Oleh
karena itu tidak dapat digunakan untuk deteksi infeksi baru pada pasien dengan riwayat pernah
infeksi Legionella. Sensitivitas pada pemeriksaan ini adalah 90-94%, dan spesifitasnya adalah 97-
100%.

Indirect Fluorescent Antibody (IFA) dilakukan untuk melihat seseorang terinfeksi atau
tidak. Diagnosis ditegakan jika kenaikan titer 4x dari titer 1:128 pada faseakut dan fase konvalesen
(3-6 minggu kemudian). Sensitivitas 75-80% dan spesifitas 90-100%.

Direct Fluorescent Antibody Test dapat mendeteksi sekitar 104-105 bakteri/ml spesimen.
Menggunakan label fluorescein isothiocyanate (FITC). Prinsip pemeriksaan ini adalah
mengikat antigen pada sel membran bakteri yaitu kompleks antigen antibodi. Deteksi dengan
menggunakan mikroskop fluorensi. Sensitivitas 25-80% dan spesifitas 94-99%.3

Pemeriksaan Mikrobiologis

Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan kecuali pada kasus
pneumonia berat yang rawat inap. Specimen pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok, secret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Spesimen dari saluran napas
atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologi karena tingginya prevalens kolonisasi bakteri.
Kultur sputum umumnya memerlukan kurang lebih dua sampan dengan tiga hari, sehingga
sebagian besar dari sputum digunakan untuk konfirmasi antibiotika yang sudah diberikan dan
sensitif terhadap infeksi tersebut. Pada contoh darah dapat dikultus dengan cara yang sama untuk
mencari infeksi dalam darah. Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian diuji untuk melihat
antibiotic mana yang lebih efektif.5

Diagnosa Kerja

Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Cara penularan
pneumonia dapat melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung
melalui peralatan yang terkontaminasi dengan saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme
terjadi dari orang ke orang, namun penularan melalui kontak sesaat sering terjadi. Masa inkubasi
tidak diketahui pasti, mungkin 1-3 hari.6

Terdapat 3 klasifikasi pneumonia, berdasarkan rentang usia, klinis dan epidemiologis, agen
penyebab, dan predileksi infeksi.

Berdasarkan rentang usia, pneumonia dibagi menjadi pneumonia pada anak kurang dari 2
bulan dan anak 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak kurang dari 2 tahun pneumonia
dibagi menjadi pneumonia berat dan bukan pneumonia (batuk biasa). Pneumonia berat ditandai
dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih. Bukan
Pneumonia ditandai dengan batuk pilek biasa. Sedangkan pada anak usia 2 bulan hingga kurang
dari 5 tahun dibagi menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia. Pneumonia berat
ditandai dengan adanya sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah. Pneumonia disertai dengan
nafas cepat, bila usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun 50 kali per menit, dan untuk usia 1 hingga
kurang dari 5 tahun 40 kali per menit. Bukan pneumonia ditandai dengan batuk pilek biasa, tidak
ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti


(community-acquired pneumonia), pneumonia nosokomial (hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia), pneumonia aspirasi, dan pneumonia pada penderita
immunocompromised. Pneumonia nosokomial dibagi menjadi tiga jenis yaitu hospital acquired
pneumonia (HAP), ventilator associated pneumonia (VAP) dan health care associated pneumonia
(HCAP).

Berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi pneumonia bakteri/tipikal,


pneumonia akibat virus, pneumonia akibat jamur dan pneumonia atipikal. Pneumonia
bakteri/tipikal dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka
yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien
pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.

Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
bakteri tersebut. Pneumonia akibat virus biasanya disebabkan oleh virus influenza (bedakan
dengan bakteri Hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga). Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
Pneumonia akibat jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised), bias juga didapat pada individu yang terlalu
lama berada di ruangan yang terdapat aerosol dari air yang lama tergenang misalnya dari unit
pendingin ruangan atau alat pelembab yang kotor, bias mengidap pneumonia Legionella.
Pneumonia atipikal disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella, dan Chaamydia.

Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris dan


pneumonia bronkopneumonia. Pneumonia lobaris adalah pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) kanan maupun kiri. Pneumonia bronkopneumonia
ditandai bercak-bercakninfeksi pada berbagai tempat di paru, baik di kanan Maupin kiri yang
disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.1,3,6

Klasifikasi pneumonia menurut WHO:7


1. Bayi berusia dibawah 2 bulan:
Pneumonia
o nafas cepat (+) atau sesak (+)
o harus dirawat
Bukan pneumonia
o nafas cepat dan sesak (-)
o obat simptomatis saja
2. Usia 2 bulan 5 tahun:
Pneumonia sangat berat
o sesak napas dan napas cepat (+)
o harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia berat
o sesak napas (+)
o napas cepat (-)
o harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
o sesak napas(-)
o napas cepat (+)
o tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan umur
sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi
pelayanan kesehatan dasar. Napas cepat/ takipnea, bila frekuensi napas:

- umur < 2 bulan : 60 kali/menit

- umur 2-11 bulan : 50 kali/menit

- umur 1-5 tahun : 40 kali/menit

- umur 5 tahun : 30 kali/menit


Pada pemeriksaan fisik paru dapat ditemukan tanda klinis sebagai berikut, auskultasi
terdengar suara nafas menurun dan fine crackles (ronki basah halus) pada daerah yang terkena,
dull (redup) pada perkusi.

Diagnosa Banding

Bronkiolitis8
Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini terjadi pada
usia 2 tahun pertama. Penyakit ini paling sering mengakibatkan anak harus rawat inap. Bronkiolitis
ditandai dengan adanya obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mukus
serta kumpulan puing-puing seluler dan oleh invasi oleh bagian-bagian bronkus yang lebih kecil
oleh virus sehingga terjadi penebalan pada dinding bronkiolus. Penebalan sesedikit apapun pada
pronkiolus pada bayi dapat sangat mempengaruhi aliran udara. Anak mula-mula menderita infeksi
ringan saluran napas atas disertai dengan ingus dan bersin. Gejala ini biasanya berakhir beberapa
hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu makan serta demam 38,5-39oC. Perkembangan
kegawatan biasanya disertai dengan batuk proksimal, dispnea, dan iritabilitas.

Bronkitis Akut8

Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah, dan
trakea biasanya terlibat. Bronkitis akut biasanya didahukui oleh infeksi pernapasan atas. Infeksi
sekunder biasanya diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis,
Haemophilus influenzae dapat terjadi. Khasnya pada anak ialah datang dengan batuk sering, tidak
produktif dan timbulnya relatif bertahap, mulai 2-3 hari setelah rhinitis. Bronkitis lazim terjadi
pada bayi dan anak-anak, dan umumnya terjadi di musim dingin dan musim semi.

Tubercolosis Paru8

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penderita yang terinfeksi biasanya akan
mengalami demam subfebris yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu
(dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah. Gejala lain antara lain
dahak bercampur darah/batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri pada dada, demam/meriang lebih
dari sebulan, berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas, badan lemah dan lesu, nafsu
makan menurun dan terjadi penurunan berat badan.

Gejala umum TB pada anak adalah :

1. Demam tidak tinggi dan berulang-ulang dalam waktu yang lama tanpa sebab yang
jelas dan dapat disertai dengan keringat dingin
2. Anoreksia tanpa sebab yang jelas
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam masa 1 bulan
dengan penanganan gizi yang adekuat
4. Batuk lama > 3 minggu dan sebab lain telah disingkirkan
5. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
6. Tidak ada menifestasi respiratorik yang menonjol

Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi,dll). Secara klinis sulit membedakan pneumonia
bakterial dan pneumonia viral. Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium,
biasanya tidak dapat menentukan etiologi.
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan.
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri
Gram negatif seperti E.colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan
anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja,
selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping bakteri,
atau campuran bakteri dan virus. Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial
virus (RSV), Rhinovirus, dan virus parainfluenza. Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak
berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak
berusia di bawah 2 tahun.4

Epidemiologi

Menurut WHO (2006), pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia
di bawah 5 tahun (balita), yaitu sekitar 19% atau sekitar 1,8 juta balita tiap tahunnya meninggal
karena pneumonia. Angka ini melebihi jumlah akumulasi kematian akibat malaria, AIDS, dan
campak. Diperkirakan lebih dari 150 juta kasus pneumonia terjadi setiap tahunnya pada balita di
negara berkembang, yaitu sekitar 95% dari semua kasus baru pneumonia di dunia
(UNICEF/WHO, 2006). Kejadian pneumonia di negara maju jauh lebih kecil (0,026
episode/anak/tahun dibandingkan negara berkembang 0,28 episode/anak/tahun). Hal ini
diperkirakan karena peran antibiotik, vaksinasi, dan asuransi kesehatan anak yang berkembang di
negara maju (Sectish and Prober, 2007).
Antara 11 sampai 20 juta anak dengan pneumonia butuh rawat inap dan lebih dari 2 juta
meninggal. Perlu pula diingat bahwa insidensi pneumonia berkurang seiring dengan bertambahnya
usia anak (UNICEF/WHO, 2006). Tiga perempat kejadian pneumonia pada balita di dunia terjadi
di 15 negara dan Indonesia menduduki urutan keenam dengan insidensi per tahunnya sekitar 6 juta
(UNICEF/WHO, 2006). Pada tahun 2001, SKN menyebutkan 22,6% kematian bayi dan 22,8%
kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori terutama pneumonia (Said,
2008). Propinsi NTB, menurut Depkes RI tahun 2008, menduduki urutan pertama kejadian
pneumonia anak di Indonesia yaitu sekitar 56,6% (Depkes RI, 2009).9

Patofisiologi

Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan karena sistem
respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkali terpolusi serta mengandung
iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ respiratorik terdiri dari tiga unsur, yaitu
refleks batuk yang bergantung pada integritas saluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat
kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.

Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman
patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen mikroba yang menyebabkan
pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme
patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3)
penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius
adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen
lebih jarang terjadi.

Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme patogen akan menimbulkan respon khas
yang terdiri dari empat tahap berurutan: (1) Stadium Kongesti (4 12 jam pertama): eksudat serosa
masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. (2) Stadium
Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah
merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli. (3) Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari):
paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang. (4) Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.10,11

Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung dari kuman penyebab, usia pasien,
status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis biasanya berat yaitu sesak,
sianosis, tetapi dapat juga gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonatus. Gejala dan tanda
pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi (nonspesifik), gejala pulmonal, pleural,
atau ekstrapulmonal. Gejala nonspesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia, resah dan gelisah.
Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung,
diare, atau sakit perut. Gejala pada paru timbul setelah beberapa saat proses infeksi berlangsung.
Setelah gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala napas cuping hidung, takipnu, dispnu,
dan timbul apnu. Otot bantu napas interkostal dan abdominal mungkin digunakan. Batuk
umumnya dijumpai pada anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk. Frekuensi napas
merupakan indeks paling sensitive untuk mengetahui beratnya penyakit. Hal ini digunakan untuk
mendukung diagnosis dan memantau tatalaksana pneumonia. Pengukuran frekuensi napas
dilakukan dalam keadaan anak tenang atau tidur. Tim WHO telah merekomendasikan untuk
menghitung frekuensi napas pada setiap anak dengan batuk. Dengan adanya batuk, frekuensi napas
yang lebih dari normal serta adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest
indrawing), WHO menetapkan sebagai pneumonia (di lapangan), dan harus memerlukan
perawatan dengan pemberian antibiotik. Perkusi toraks pada anak tidak mempunyai nilai
diagnostic karena umumnya kelainan patologinya menyebar, suara redup pada perkusi biasanya
karena adanya efusi pleura. Suara napas yang melemah seringkali ditemukan pada auskultasi.
Ronkhi basah halus yang khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin tidak terdengar pada bayi.
Pada bayi dan balita kecil karena kecilnya volume toraks biasanya suara napas saling
berbaur, dan sulit untuk diidentifikasi. Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia
bakterial dengan pneumonia viral. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia
bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan
nyata pada pemeriksaan radiologis. Namun keadaan seperti ini kadang-kadang sulit dijumpai pada
seluruh kasus.12
Faktor Resiko Pneumonia
Beberapa keadaan seperti gangguan nutrisi (malnutrisi), usia muda, kelengkapan
imunisasi, kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zinc (Zn), dan faktor lingkungan
(polusi udara) merupakan faktor risiko untuk IRBA. Pada keadaan malnutrisi selain terjadinya
penurunan imunitas seluler, defisiensi Zn merupakan hal utama sebagai faktor risiko pneumonia.
Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa pemberian vitamin A pada anak dapat
menurunkan risiko kematian karena pneumonia. Kejadian IRBA meningkat pada anak dengan
riwayat merokok atau perokok pasif.12
Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak yang tersering meliputi empiema torasis,


perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta.Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri,
curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik, kemudian
dapat ditemukan juga tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan
pada satu atau kedua sisi dada.Dilaporkan juga mengenai komplikasi miokarditis (tekanan
sistolik kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada
seri pneumonia anak berusia 2 24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal,
maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi,
dan pemeriksaan enzim.13

Penatalaksanaan

Medika Mentosa
1. Antibiotik
Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik
diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan
H. influenza.Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur.Untuk umur dibawah 3 bulan diberikan
golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia> 3 bulan, pilihan utama adalah ampisilin
dipadu dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik adalah
golongan sefalosporin.Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 10 hari.Bila diduga penyebab pneumonia adalah
S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan.Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan
cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk Stafilokokus adalah 3 4
minggu.12
2. Tatalaksana rawat inap
Penatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya
pneumonia). Sebagian besar pneumonia pada anak usia 3 bulan-5 tahun disebabkan infeksi virus.
Oleh karena itu pada anak usia tersebut apabila anak tampak sakit ringan, tidak demam, dapat
diobati dengan rawat jalan. Namun apabila tidak perbaikan dalam 48 jam atau terdapat perburukan,
anak harus segera dibawa ke rumah sakit. Adapun indikasi rawat inap pada pneumonia adalah :
1. Pneumonia sedang atau pneumonia berat
2. Usia anak < 3 bulan
3. Dehidrasi
4. Muntah-muntah
5. Sianosis
6. Kejang, letargis atau tidak sadar
7. Tidak dapat minum obat
8. Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan
Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut:13
1. Pemberian oksigen (O2) bila saturasi oksigen <92% (terutama pneumonia berat/sangat
berat)
2. Antipiretik/ penurun panas. Penurun panas yang biasa diberikan adalah paracetamol dan
ibuprofen.
3. Pemberian antibiotik. Pada pneumonia sedang-berat antibiotik diberikan melalui
infus.Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman di setiap rumah sakit.
4. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Pada pneumonia ringan dan anak
bisa minum, cairan dapat diberikan melalui oral (minum) dan pada pneumonia sedang
sampai berat atau anak susah minum atau diperlukan antibiotik infus maka diperlukan
untuk pemasangan infus.13
Penatalaksanaan Nonmedika Mentosa
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah untuk mengatur diet pasien anak pneumonia yang
memberikan makanan yang memenuhi gizi seimbang.Selain itu diet juga berfungsi meningkatkan
berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi status gizi yang baik. Satu lagi tujuan
diet pasien pneumonia yakni meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkatkan
daya tahan tubuh, dengan kata lain penerapan diet pasien pneumonia memegang peranan penting
dalam mendukung proses penyembuhannya. Untuk itu, sebisa mungkin setiap pasien pneumonia
harus menjalankan terapi diet untuk mempercepat proses penyembuhannya.13
Terapi diet yang diterapkan untuk pasien pneumonia memiliki beberapa syarat.Beberapa
syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu pemenuhan energi yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI (berat badan ideal). Selain itu juga ditambah dengan
faktor stress 20 %. Kemudian syarat lain ada;ah pemenuhan protein 15% dari kebutuhan energi
total. Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok seperti energi, protein, lemak dan
karbohidrat.Pasien pneumonia juga harus memenuhi kebutuhan vitamin serta mineralnya.
1. Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan menangis karena
akan merangsang refleks batuk.
2. Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar udara yang
terkontaminasi seperti asap polusi.
3. Memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungan.
Prognosis

Sebagian besar anak-anak dengan pneumonia virus dapat sembuh sempurna dan tidak
mempunyai gejala sisa, walaupun mungkin lebih lama. Anak-anak yang tidak mempunyai
penyakit pokok mempunyai prognosis yang baik sekali untuk sembuh sempurna, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, fungsi paru yang normal, dan tidak meningkatnya
kerentanan pada infeksi paru.
Pencegahan4,9,11

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pneumonia terutama pada anak
adalah sebagai berikut
Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang
berpotensi penularan.
Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
Membiasakan pemberian ASI.
Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai
suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae, vaksin
Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi
influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan.
Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
a. Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai.
b. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
c. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran dan
tempat penampungan sampah sementara maupun akhir.
Kesimpulan

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan parenkim paru meliputi
alveolus dan jaringan interstisiil. Pneumonia sering menyerang anak pada usia 1-2tahun dengan
gejala berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Dengan
tatalaksana dan terapi yang tepat, penyakit ini dapat sembuh dengan sempurna dan mempunyai
tingkat mortalitas kurang dari 1%.
Daftar Pustaka
1. Arvin BK. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2012.h.1034-7.

2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-8.
Indonesia:Penerbitan Buku Kedokteran ; 2012. 15-76.

3. Sudoyo AW, Bambang S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4; jilid 3.
Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2207-10
4. Soeparman, Sarwono W. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2000
5. Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan FKUI.h. 1228-1243

6. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia;2010.h.21-4
7. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak V (Nelson textbook of pediatrics) Ed.15 Vol.2. Jakarta:
EGC; 2005.
8. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisis pada Anak. 2nd Ed. Jakarta
: Sagung Seto;2007.h.166-71
9. Barbara E. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta : Penerbit EGC:
2002
10. Sylvia A P, Lorraine M W. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jakarta :
Penerbit EGC ; 2004
11. Yunus F. Pulmonologi Klinik. Jakarta : Bagian Pulmonologi FKUI ; 2002
12. Supriyatno B. Infeksi respiratorik bawah akut pada anak. Sari Pediatri. 2006 sept;10(2):1-
7
13. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Diterjemahkan oleh: Nugroho AW, Rendy
L, Dwijayanthi L, Nirmala WK. jakarta: EGC. 2012.h.753-4.

Anda mungkin juga menyukai