Pendahuluan
Pendahuluan
Perkerasan beton semen (rigid pavement) biasanya dibuat untuk dilewati lalu lintas berat
dengan volume yang tinggi, karena menjajikan kekuatan lebih baik dan pemeliharaan jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan perkerasan lentur. Namun, berdasarkan pengamatan
terhadap jalan-jalan dengan perkerasan beton semen di Indonesia, telah terjadi banyak
kerusakan dengan pumping (pemompaan) sebagai penyebab utamanya, di samping penyebab-
penyebab lain yang berhubungan dengan kesalahan/ketidaktelitian dalam pelaksanaan
konstruksi.
Pumping ini dapat mengakibatkan kerusakan hebat perkerasan beton semen yang berupa
keretakan kepatahan yang disertai penurunan slab beton yang sangat membahayakan lalu
lintas. Hal ini tentu saja mengakibatkan lonjakan kenaikan biaya pemeliharaan yang sangat
besar, di samping terjadinya hambatan terhadap kelancaran lalu lintas.
Berdasarkan definisi yang umum, yang dimaksud dengan pumping adalah proses yang
didalmnya akibat beban kendaraan berat yang menimbulkan lendutan slab betn perkerasan
kaku dan mengakibatkan terdesaknya air beserta butiran-butiran halus subgrade (tanah dasar)
yang berada di bawah slab beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan retakan-
retakan atau celah pada pinggir slab beton.
Dengan demikian kondisi yang dapat menimbulkan pumping adalah sebagai berikut :
Hal-hal lain yang mendorong terjadinya pumping adalah kurang berfungsinya transfer
devices sehingga terjadi faulting (gerakan vertikal antar slab beton), kekakuan subbase
material yang ada tidak memadai, dan kekuatan tanah yang tidak merata.
1. LATAR BELAKANG
a) Pada dasarnya, sesuai standart-standart yang ada, a.l. AASHTO Guide for design of
Pavement Structure, pumping dicegah melalui pemasangan lapisan Subbase, yaitu lapisan di
bawah slab beton yang menggunakan berbagai jenis material, termasuk agregat yang
bergradasi (dengan Void besar) untuk mengalirkan air, dan material yang distabilisasi dengan
bahan tertentu.
Lapisan Subbase ini disarankan 30-60 cm lebih lebar dari pada lebar perkerasannya, dengan
kemiringan melintang yang cukup untuk keperluan drainase.
Sebagaimana diketahui, selain mencegah terjadinya pumping, fungsi subbase yang lainnya
antara lain adalah meningkatkan daya dukung subgrade (dinyatakan dalam nilai k = Modulus
Reaksi Tanah Dasar dan menyediakan lantai kerja untuk konstruksi).
b) Upaya mengatasi masalah erosi terhadap material subbase ini dilakukan dengan
penggunaan material tahan erosi, misalnya lean concrete, atau material filter (porous
material) sebagai subbase.
c) Desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia termasuk jalan tol,
menggunakan lean concrete setebal 10 cm sebagai subbase, dengan maksud agar air yang
masuk dari celah sambungan atau retakan slab beton akan terhalang (blocked) oleh lean
concrete dan tidak dapat mencapai subgrade. Sedangkan masuknya air dari pemukaan ke
dalam perkerasan di cegah dengan joint sealer yang dipasang menutup celah sambungan.
Struktur perkerasan tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah :
d) Tidak disediakan fasilitas drainase untuk mengeluarkan air yang terjebak di bawah
permukaan perkerasan.Berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan beton di Indonesia
dengan konstruksi seperti di atas, pumping terjadi karena lean concrete ikut retak/ pecah
bersama-sama dengan slab betonnya. Hal ini diperkirakan karena,
Mutu beton lean concrete terlalu rendah (menurut spesifikasi kuat tekan = 10 MPA)
sehingga mudah pecah.
Permukaan lean concrete biasanya dikerjakan secara manual sehingga permukannya
tidak rata dan terjadi gigitan dengan slab beton yang di cor di atasnya.
Lean concrete retak karena mengalami tegangan tarik pada waktu plat beton
mengalami penyusutan setelah pengecoran.
Di bawah Slab beton digunakan Subbase yang tahan erosi (non-erodible) dari material tanah
dasar yang distabilisasi dengan semen atau aspal. Kalau distabilisasi dengan aspal, disarankan
yang digunakan adalah aspal emulsi sebanyak 4 8%.
Di atas permukaan subbase tersebut dipasang asphalt prime coat sebanyak 1,5 L/m2 ,yang
berfungsi sebagai bond breaker dan lapis kedap air sehingga air dari permukaan yang masuk
celah sambungan (joint) atau retakan slab beton tidak dapat mencapai lapisan subbase.Kalu
tembus, subbase yang sudah distabilisasi tidak dapat tererosi sehingga tidak akan terjadi
pumping.
Di bawah subbase dipasang lapisan filter material, yang dimaksudkan untuk menahan masuk
butiran-butiran tanah dasar (subgrade) ke lapisan subbase.
Kedua alternatif desain di atas tidak menggunakan lean concrete. Sedangkan dalam
pelaksanaan subgrade, tetap harus dipastikan tidak terjadinya ketidakseragaman
(irregularities) daya dukung untuk mencegah terjadinya cantilevereffect atau bridging effect
terhadap slab beton ; dan mutu beton yang baik sesuai Spesifikasi.