SKRIPSI
Oleh :
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh :
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji :
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
ABSTRAK
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
ABSTRACT
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Pencipta Segala Yang
Ada, yang menjadikan segala sesuatunya indah pada waktunya. Atas kasih dan
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
2. Ibu Prof, Dr. Dra Ida Yustina, Msi selaku dosen Pembimbing Akademik
4. Ibu Prof, dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5. Bapak Prof, dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk
penyempurnaan skripsi.
8. Kedua orangtuaku yang tersayang dan terkasih, Bapak dr. R.B. Nainggolan
(Alm) dan Mama M.br. Hutapea, terima kasih atas segala pengorbanan, doa
Nainggolan dan seluruh keluarga besarku yang lainnya terima kasih atas doa,
Yanti, Siska, Melfa Htglg, Maria, Rolina, Ecy, Roinda, Merry K, Mery Purba,
Miranti, Tati, Wance, Vina, Nita, Citra, Yuni, Melinda, Dewi dan yang
11. Teman-teman terkasih, Nessy, Nana, Mitha, Vae, Emme, Erik, Sandro,
dan yang lainnya terima kasih atas persahabatan, doa, bantuan dan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Penulis
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR ISI
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 4. METODE PENELITIAN ..........................................................................30
4.1. Jenis Penelitian .......................................................................................30
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................30
4.2.1. Lokasi Penelitian .........................................................................30
4.2.2. Waktu Penelitian .........................................................................30
4.3. Populasi dan Sampel ..............................................................................30
4.3.1. Populasi .......................................................................................30
4.3.2. Sampel .........................................................................................31
4.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................................31
4.5. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................31
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.9. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Gejala Subjektif (Symptom) ..............................................................61
6.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Gejala Objektif (Sign) .........................................................................63
6.11. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Status Komplikasi ...............................................................................65
6.12. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Jenis Komplikasi .................................................................................66
6.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid ...........................67
6.14. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang ....................................................................68
6.15. Analisa Statistik ...................................................................................69
6.15.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ....................................69
6.15.2. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Status Komplikasi .............................................71
6.15.3. Keadaan Sewaktu Pulang
Berdasarkan Status Komplikasi ..............................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Hasil
Pemeriksaan Serologis di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................................................ 40
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Hasil
Pemeriksaan Serologis Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................................................ 41
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................... 42
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 43
Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........................ 45
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 47
Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Meninggal Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 47
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Waktu (Bulan)
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 52
Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 54
Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........ 55
Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........ 56
Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 60
Gambar 6.9. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif
(Symptom) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 61
Gambar 6.10. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 63
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis
Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 66
Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Status Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................ 71
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
masyarakat, bangsa dan negara yang memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya pembangunan kesehatan yang
kesakitan, kematian dan kecacatan serta mengurangi akibat buruk dari penyakit
menular.1
merupakan penyakit yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis
terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
higiene dan sanitasi yang rendah.3 Demam tifoid endemis di Indonesia dan termasuk
kelompok penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang semua orang,
tifoid terus menjadi masalah yang disebabkan beberapa faktor yaitu, adanya strain
Salmonella typhi yang resisten terhadap antibiotik, masalah pada identifikasi dan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya
Kasus demam tifoid di dunia pada tahun1995 sebanyak 16-21 juta kasus per
tahun, dengan angka kematian 600-700 ribu penderita per tahun.5 Dari laporan World
Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid
per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case
Fatality Rate (CFR = 3,5 %). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis
berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000
penduduk per tahun.6 Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000
per 100.000 penduduk per tahun.7 Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per
100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk, dan di Asia 274 per
100.000 penduduk.8
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada
tahun 1995 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate demam
tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan
810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun
tinggi dengan CFR sebesar 10%.9 Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di
negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan
(SURKESNAS), pada tahun 2000 demam tifoid menempati urutan kedelapan dari 10
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penyakit utama penyebab kematian umum di Indonesia dengan Proportional
Mortality Ratio (PMR) 4,3%. Menurut hasil Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah
Sakit (SP2RS), pada tahun 1999 demam tifoid menempati urutan ketujuh dengan
PMR 12,9% dari 10 penyakit penyebab kematian semua penderita rawat inap di
Rumah Sakit Umum di Indonesia, dan tahun 2000 menduduki urutan ketiga dengan
PMR 73,9%.11 Menurut Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2004, dari
29 jenis penyakit menular yang diamati, demam tifoid menempati urutan kesembilan
dengan insidens rate 460 per 100.000 penduduk pada tahun 2001, urutan ketujuh
dengan insidens rate 420 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan menempati
urutan kesembilan dengan insidens rate 940 per 100.000 penduduk pada tahun
2003.12
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2005
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap
di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%,
urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi
7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan
proporsi 3,01%13
1993, insidens rate demam tifoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah 357,6
per 100.000 penduduk per tahun.14 Menurut laporan Subdin Pelayanan Medik Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006, demam tifoid menempati urutan
kedua dari seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pemerintah yaitu 587
kasus dengan proporsi 11,70%. Urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
kasus 1.874 dengan proporsi 37,35%, urutan ketiga ditempati oleh ISPA dengan
jumlah kasus 561 dengan proporsi 11,18%, urutan keempat ditempati oleh Tb. Paru
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan di RS. Tentara TK-
IV 01.07.01 Pematangsiantar, jumlah penderita demam tifoid yang dirawat inap pada
tahun 2005 adalah 35 penderita dari 2.365 pasien rawat inap (1,4%), pada tahun 2006
adalah 211 penderita dari 1.445 pasien rawat inap (14,6%), tahun 2007 adalah 172
penderita dari 2.505 pasien rawat inap (6,8%) dan pada tahun 2008 adalah 145
penderita dari 3.134 pasien rawat inap (4,6%). Berdasarkan latar belakang yang
demam tifoid rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
komplikasi.
komplikasi.
komplikasi.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
status komplikasi.
1.4.1. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak RS. Tentara TK-IV 01.07.01
1.4.2. Menambah wawasan penulis mengenai demam tifoid dan penerapan ilmu
yang berguna untuk peneliti lain yang erat kaitannya dengan penyakit
demam tifoid.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus Peyer di distal ileum. Batasan serupa
dikemukakan oleh Butler (1991), yaitu suatu infeksi bakterial pada manusia yang
perut, diare, delirium, bercak rose, dan splenomegali serta kadang-kadang disertai
Piere Louis (1829) memberikan nama demam tifoid ini dengan typhos, yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti asap/kabut, karena umumnya penderita sering
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi yang berhasil
ditemukan pertama kali oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884.2 Kuman ini
merupakan basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman
ini dapat hidup dengan baik pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih
rendah.7
dan antigen Vi yang merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
antigen terhadap fagositosis. Ketiga antigen tersebut dalam tubuh manusia akan
anaerob fakultatif.. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang
rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu
dalam sampah, bahan makanan kering dan tinja. Namun dapat dibunuh dengan
menit 17
2.3. Patogenesis
dimusnahkan dalam lambung, sebagian lagi masuk ke dalam usus halus dan
selanjutnya berkembang biak dan kuman tersebut akan menembus sel-sel epitel dan
selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang
biak di dalam makrofag dan melalui duktus torasikus kuman akan masuk ke dalam
kuman menyebar ke seluruh tubuh dalam sistem retikuloendotelial yaitu hati dan
limfa, kemudian kuman berkembang biak dan masuk ke peredaran darah kembali.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa usus dan
kandung empedu.18
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Kelainan yang terjadi pada demam tifoid, kumannya menyerang pada daerah
usus ileum bagian distal, di mana pada minggu pertama dapat terjadi hiperflasi plak
Peyer, kemudian pada minggu kedua dapat terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga
terjadi ulserasi plak Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 10-14 hari. Masa inkubasi
bergantung pada jumlah masuknya kuman dan keadaan tubuh penderita. 21,22
a. Orang
Penyakit demam tifoid dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat dan
didapatkan pada anak-anak dan usia remaja.23 Sebanyak 77% dari penderita demam
tifiod di Indonesia terdapat pada usia 3-19 tahun, sedangkan di Amerika Selatan
insidensi demam tifoid tertinggi pada usia 5-19 tahun dan pada orang dewasa > 35
tahun.6 Penyakit demam tifoid ini ditemukan juga pada anak usia 3 tahun, kenyataan
ini merupakan informasi baru karena selama ini dianggap bahwa demam tifoid sering
terdapat pada anak yang berumur 5-9 tahun dan orang dewasa.14
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Tempat
negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,
sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang kurang baik.23 Kasus demam tifoid
kasus rawat jalan sehingga insidens rate yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih
besar dari laporan rawat inap di rumah sakit.17 Di negara maju, dimana keadaan
sosio-ekonomi dan sanitasi lingkungan sudah baik, insidens penyakit demam tifoid
sangat rendah sekali. Sistem pencatatan laporan penyakit yang sudah teratur dan
Berdasarkan hasil penelitian Crump, J.A., dkk (2000), Asia Selatan dan Asia
Tenggara menempati urutan pertama sebagai daerah dengan insidens rate demam
tifoid tertinggi (> 100 per 100.000 penduduk per tahun), diikuti oleh Afrika, Amerika
Latin, Karbia, Ocean di urutan kedua (10-100 per 100.000 penduduk per tahun).8
c. Waktu
Pada tahun 1990 penduduk kota Surabaya yang dirawat di rumah sakit karena
Pematangsiantar terdapat 66 penderita tahun 2003 dari 2.619 pasien rawat inap
(2,5%), terdapat 89 penderita tahun 2004 dari 2.753 pasien rawat inap (3,2%).24
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.5.2. Determinan
a. Host/Pejamu
a.1. Umur
klinis demam tifoid. Pengaruh umur pada insiden berhubungan dengan mekanisme
imun seluler dan humoral, frekuensi kontaminasi fecal oral yang lebih sering.3
Demam tifoid dapat terjadi pada setiap kelompok umur, tetapi lebih sering terjadi
pada usia 3 19 tahun.25 Menurut penelitian Simanjuntak, C.H., dkk (1989) terdapat
77% penderita demam tifoid pada umur 3-19 tahun dan tertinggi pada umur 10-15
tahun dengan insidens rate 687,9 per 100.000 penduduk, insidens rate pada umur 0-3
dilakukan oleh Lili Musnelina, dkk., di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada tahun
2001-2002, dari 182 responden demam tifoid yang diperiksa, demam tifoid lebih
dalam waktu lama akan meningkatkan kepekaan seseorang terhadap infeksi dengan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Agen
Semakin besar Salmonella typhi yang tertelan semakin banyak pula orang
yang menunjukkan gejala klinis, semakin pendek masa inkubasi tetapi tidak merubah
sindroma klinik yang timbul. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa jumlah
organisme. Akan tetapi peneliti lain mengatakan bahwa bila yang tertelan sebesar 109
c. Lingkungan
limbah yang kurang memadai, dengan higiene dan sanitasi yang buruk, merupakan
daerah endemis demam tifoid. Kasus demam tifoid yang terjadi di daerah endemik
Kontrol menyatakan bahwa faktor risiko penderita demam tifoid di RSUD Dr.
Soetomo, yaitu higiene perorangan yang kurang, mempunyai risiko 20,8 kali lebih
besar untuk terkena demam tifoid (OR=20,8; 95% CI:2,1-199,8) dan kualitas air
minum yang tercemar berisiko sebesar 6,4 kali untuk terjadinya penyakit demam
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
fesesnya dan feses inilah yang merupakan sumber pencemar untuk makanan dan
minuman baik secara langsung melalui tangan penderita maupun melalui lalat sebagai
vektor mekanik.7
Berbeda dengan penyakit infeksi lain, penderita demam tifoid walaupun sudah
diekskresikan melalui tinja atau air seni tanpa menunjukkan gejala klinis (carrier).
Carrier ini dapat berlangsung cukup lama, bahkan ada yang sampai satu tahun atau
Di antara demam tifoid yang sembuh klinis, pada 20% di antaranya masih
ditemukan kuman Salmonella typhi setelah 2 bulan dan 10% masih ditemukan pada
bulan ke-3 serta 3% masih ditemukan setelah 1 tahun.18 Dikenal ada 2 tipe carrier
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.6.3. Makanan dan Minuman Yang Terkontaminasi
bersamaan dengan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja dan
urin dari penderita atau carrier.29 Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau
minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air
besar maupun setelah buang air kecil. Di beberapa negara penularan terjadi karena
sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia. Lalat dapat juga
makanan.30 Air susu dan bahan makanan lain yang tidak dimasak dengan baik, seperti
es krim, keju, pudding dapat menjadi sumber infeksi. Daging ikan yang hidup di air
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Bagan Penularan Demam Tifoid :30
Makanan dan
minuman
Munculnya gejala
Sakit
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian
yaitu komplikasi pada usus halus (intestinal) dan komplikasi di luar usus halus
(ekstra-intestinal).23
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.7.1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan usus: Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
renjatan.17
b. Perforasi usus: Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi
syok.16,18
c. Peritonitis: Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
Komplikasi ekstra - intestinal atau komplikasi di luar usus halus terdiri dari :
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Komplikasi Darah: Anemia hemolitik, Trombositopenia dan atau
hemolitik.
2.8. Pencegahan
Pencegahan primer ditujukan pada orang sehat untuk menekan faktor resiko
dengan usaha peningkatan dan pencegahan khusus terhadap penyakit demam tifoid,
berupa :
tangan setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan
c. Membuang kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau oleh
lalat.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
d. Memberantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka
makanan.
sekunder merupakan upaya mencegah demam tifoid yang diberikan kepada mereka
yang menderita atau dianggap menderita (suspek), yang meliputi diagnosis dini dan
a. Diagnosis Dini
penyakit, lamanya sakit, dan adekuatnya obat yang diminum. Gambaran penyakit
bervariasi dan penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit
umumnya penyakit akut lainnya, seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, pusing,
pening, diare atau konstipasi, nyeri otot, nafsu makan kurang/anoreksia, serta
perasaan tidak enak di perut. Pada minggu pertama ini suhu tubuh mengalami
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Pada minggu kedua, kuman dari peredaran darah masuk lagi kembali ke usus.
Membuat luka pada usus yang kalau melanjut nantinya akan menyebabkan perforasi
yang fatal akibatnya. Lidah penderita khas dimana bagian tengahnya kotor (coated
tongue), tepi dan ujungnya merah tetapi jarang disertai tremor.2,17 Pada pemeriksaan
serta peristaltik usus yang meningkat (meteorismus). Jika tidak terawat secara baik
maka penderita dapat mengalami gangguan mental dan kesadarannya. Pada akhir
convalescent. Jika terawat dengan baik maka panasnya akan turun, tetapi jika tidak
terawat maka disini dapat terjadi perforasi usus dan pasien dapat meninggal. Pada
minggu ketiga inilah yang sering membuat keluarga penderita terlena, karena berpikir
penderita demam tifoid telah sembuh, akan tetapi yang terjadi kemunduran kesehatan
pasien. Maka perawatan pada minggu ketiga ini harus lebih intensif.2
Dapat dilakukan pembiakan dari berbagai bahan, yaitu darah, sumsum tulang
belakang, cairan empedu, feses, urine, dan rose spot. Pemeriksaan biakan dipengaruhi
oleh waktu saat pengambilan dan jenis bahan, pengobatan sebelumnya, serta teknik
pemeriksaan. Hasil biakan darah yang negatif belum menyingkirkan diagnosa demam
tifoid.23
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Biakan darah dilakukan pada masa 7-10 hari pertama akan memberikan hasil
positif 80%. Hasil biakan sumsum tulang memberikan hasil positif jauh lebih tinggi
dari biakan darah tepi, meskipun sudah mendapat antibiotik beberapa hari. Biakan
Biakan feses akan lebih sering memberikan hasil positif pada minggu ketiga.
Biakan feses yang positif dengan gejala klinis yang khas demam tifoid, dapat
samping itu, pada pemeriksaan ini kemungkinan terdapat anemia dan trombositopenia
ringan. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana, mudah dikerjakan di laboratorium yang
Uji Widal merupakan uji aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam
tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan para orang yang pernah
Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam
tifoid.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Akibat infeksi Salmonella typhi, pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman),
Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman), Aglutinin Vi,
Untuk membuat diagosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen
O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang
untuk diagnosis, karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila
penderita telah lama sembuh.17 Pemeriksaan Widal harus dilakukan minimal 2 kali
dan jika kenaikan titer lebih dari 4 kali dalam 1 minggu, maka demam tifoid dianggap
positif.32
atau kortikosteroid, vaksinasi dengan kotipa atau tipa, infeksi klinis atau
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
a.2.4. Pemeriksaan Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
memakai fase padat yang dilapisi dengan sediaan Protein Membran Luar (PML)
Salmonella typhi sebagai antigen. Serum penderita yang diduga mengandung antibodi
ikatan kompleks antigen antibodi. Pemeriksaan ini mendeteksi antibodi lebih cepat
daripada kultur darah. Penderita yang secara klinik didiagnosis sebagai demam tifoid
yang memberikan hasil positif palsu, dengan metode ini memberikan hasil positif.
Hal ini disebabkan karena penderita kemungkinan besar telah terinfeksi oleh
Salmonell typhi, tetapi organisme tidak dapat tumbuh pada spesimen darah. Oleh
karena itu, ELISA sebagai metode deteksi dengan menggunakan PML Salmonell
typhi tampaknya merupakan salah satu pemeriksaan yang berguna dalam menegakkan
diagnosis demam tifoid pada daerah endemis. ELISA dapat digunakan bersama-sama
kultur darah untuk mendapatkan diagnosis dini demam tifoid terutama pada penderita
Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian, yaitu perawatan, diet dan obat.
b.1 Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
mencegah terjadinya komplikasi pedarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi
b.2. Diet
Makanan yang diberi kepada penderita demam tifoid harus mengandung cukup
cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak
serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas
sehari perlu diberikan. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun
ialah makanan cair yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan
nafsu makan baik, maka dapat diberikan makanan lunak dengan lauk pauk yang
dicincang.16,34
Pemberian jenis makanan yang lembek seperti bubur saring, bubur kasar
bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus,
b.3. Obat-obatan
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Pengobatan pada penderita demam tifoid biasanya diberikan kloramfenikol atau
demam tifoid. Obat ini sangat efektif untuk segera menurunkan demam. Demam
nutrisi yang memenuhi syarat kesehatan, tetap harus istirahat dan mendapatkan
perawatan yang intensif walaupun telah dinyatakan sembuh, sehingga daya tahan
tubuh pulih kembali dan dapat terhindar dari infeksi ulang tifoid.33
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
a. Penderita demam tifoid adalah pasien yang dinyatakan menderita demam tifoid
b. Umur adalah usia penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis pada
kartu status.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Untuk analisis statistik, kategori umur yang digunakan adalah :
1. 20 tahun
2. > 20 tahun
c. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita demam tifoid
1. Laki-Laki
2. Perempuan
d. Suku adalah etnis yang melekat pada diri penderita demam tifoid sesuai dengan
1. Batak
2. Jawa
3. Tionghoa
4. Minang
5. Melayu
6. Suku lainnya
e. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita demam tifoid yang
1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Hindu
1. Tidak sekolah
2. Pendidikan Dasar (SD)
3. Pendidikan Menengah (SLTP/SLTA)
4. Pendidikan Tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi)
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
g. Pekerjaan adalah aktivitas utama penderita demam tifoid sesuai dengan yang
1. PNS/TNI-POLRI
2. Karyawan/Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Pelajar/Mahasiswa
5. Ibu Rumah Tangga
6. Lain-lain (Belum sekolah, pengangguran)
dikategorikan menjadi :
1. Kawin
2. Tidak Kawin
i. Tempat asal adalah tempat tinggal penderita demam tifoid sesuai dengan yang
1. Kota Pematangsiantar
2. Luar Kota Pematangsiantar
j. Gejala subjektif adalah jenis keluhan yang dirasakan oleh penderita demam
tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang dikategorikan menjadi :2
1. Demam
2. Mual
3. Muntah
4. Sakit kepala
5. Diare
6. Konstipasi
7. Lidah tifoid
8. Nyeri otot
9. Anoreksia
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
k. Gejala objektif adalah gejala yang tampak pada penderita demam tifoid
menjadi :
l. Status komplikasi adalah ada tidaknya penyulit yang timbul pada penderita
demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang dikategorikan
menjadi :
1. Ada komplilkasi
2. Tidak ada komplikasi
penyakit demam tifoid, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang
1. Anemia
2. Pneumonia
3. Peritonitis
perawatan di rumah sakit, dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai dengan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
1. Sembuh Klinis
2. Pulang berobat jalan (PBJ)
3. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
4. Meninggal dunia (MD)
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar tersedia data penderita demam tifoid yang dibutuhkan. Selain itu
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita demam tifoid yang
rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008 yang dicatat
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
4.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah seluruh data penderita demam tifoid yang
rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008. Besar sampel
yang dibutuhkan adalah sama dengan populasi (total sampling) yaitu sebesar 145 data
dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita demam tifoid yang dirawat inap
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan komputer.
Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan uji chi-
square dan t-test dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Gunung Simanuk manuk no. 6 Pematangsiantar dengan luas wilayah 24.000 m2.
Rumah Sakit ini merupakan milik TNI. AD yang didirikan pada tahun 1949. Pada
awalnya Rumah Sakit ini didirikan dengan nama Hospital Militer dan sebagai
Kepala Rumah Sakit Mayor CDM dr. Suroyo, kemudian pada tahun 1951 dirubah
menjadi Rumah Sakit Tentara dengan Kepala Rumah Sakit dr. Sajiman. Pada tahun
1952 sebutan Rumah Sakit Tentara dirubah menjadi Tempat Perawatan Tentara
(TPT) dengan Kepala Rumah Sakit Letnan Kolonel CDM dr. Imam. Pada tahun
1960 Rumah Sakit ini kembali dirubah namanya menjadi Rumah Sakit-II
Pematangsiantar dan sebagai Kepala Rumah Sakit dr. Pujiasari Harnopijati, pada
tahun 1986 Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Tentara TK-IV
01.07.03 Pematangsiantar dengan Kepala Rumah Sakit dr. T.J. Purba. Pada tahun
2007 Rumah Sakit ini kembali berganti nama menjadi Rumah Sakit Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar dengan Kepala Rumah Sakit dr. Mhd, Nasir Tarigan.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.1.1. Pelayanan Medis
Rumah sakit ini dilengkapi dengan berbagai prasarana yang terdiri dari
Bedah.
Poli spesialis penyakit dalam Rumah Sakit melayani penyakit yang berkaitan
dengan penyakit kardiologi, obstetri dan gynekologi, saraf, THT, jiwa, gigi dan
mulut, paru-paru, gizi, mata, kulit dan kelamin. Dokter di Rumah Sakit Tentara TK-
keluarga) dan partik (umum). Sumber biaya pasien untuk berobat berasal dari Askes
Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,
jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, laboratorium, taman dan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Waktu
(Bulan) Tahun 2008
Proporsi penderita demam tifiod yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar berdasarkan bulan pada Tahun 2008 dapat dilihat pada
No. Bulan f %
1 Januari 17 11,7
2 Pebruari 8 5,6
3 Maret 9 6,2
4 April 12 8,3
5 Mei 16 11,0
6 Juni 16 11,0
7 Juli 5 3,4
8 Agustus 8 5,6
9 September 16 11,0
10 Oktober 13 9,0
11 Nopember 15 10,3
12 Desember 10 6,9
Total 145 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita demam
berdasarkan bulan adalah bulan Januari 11,7% dan terendah pada bulan Juli 3,4%.
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa frekuensi kasus tahun 2008 menurun
17
sebanyak 17 10 = 7 kasus, dengan simple ratio penurunan = 1,7 kali, serta
10
17 10
persentase penurunan sebesar 100% = 70%.
10
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Trend atau kecendrungan penderita demam tifoid berdasarkan data per bulan
berjumlah 1 orang (0,68%). Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan umur dan
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 1-<5 10 6,8 7 4,8 17 11,7
2 5-10 17 11,7 11 7,6 28 19,3
3 11-20 11 7,6 15 10,4 26 17,9
4 21-30 18 12,4 13 9,0 31 21,4
5 31-40 13 9,0 6 4,1 19 13,1
6 41-50 13 9,0 7 4,8 20 13,8
7 51-60 2 1,4 1 0,7 3 2,1
8 61-70 0 0 0 0 0 0
9 71-75 0 0 1 0,7 1 0,7
Jumlah 84 57,9 61 42,1 145 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang
tertinggi berumur 21-30 tahun 21,4% dengan proporsi laki-laki 12,4% dan perempuan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
84
9,0%. Sex ratio = x 1 = 1,4:1 (137,7%) artinya laki-laki penderita demam tifoid
61
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Sosiodemografi (Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Perkawinan, Tempat Asal) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Tahun 2008
Jumlah
Karakteristik
No
Sosiodemografi f %
1. Suku :
Batak 73 50,3
Jawa 65 44,8
Tionghoa 1 0,7
Minang 2 1,4
Melayu 1 0,7
Suku lainnya 3 2,1
Jumlah 145 100
2. Agama :
Islam 89 61,4
Kristen Protestan 47 32,4
Kristen Katolik 8 5,5
Hindu 1 0,7
Jumlah 145 100
3. Pendidikan :
Tidak Sekolah 20 13,8
Pendidikan Dasar 23 15,8
Pendidikan Menengah 79 54,5
Pendidikan Tinggi 11 7,6
Tidak tercatat 12 8,3
Jumlah 145 100
4. Pekerjaan :
PNS/ TNI - POLRI 43 29,7
Karyawan/Pegawai Swasta 4 2,8
Wiraswasta 12 8,3
Pelajar/Mahasiswa 50 34,5
Ibu Rumah Tangga 11 7,6
Lain-lain 25 17,1
Jumlah 145 100
5. Status Perkawinan :
Kawin 58 40,0
Tidak Kawin 87 60,0
Jumlah 145 100
6. Tempat Asal :
Kota Pematangsiantar 142 97,9
Luar Kota Pematangsiantar 3 2,1
Jumlah 145 100
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita demam
Proporsi suku yang tertinggi Batak 50,3%, dan yang terendah Tionghoa dan
Melayu 0,7%.
Proporsi agama yang tertinggi Islam 61,4% dan yang terendah adalah Hindu
0,7%.
Proporsi tempat tinggal yang tertinggi adalah dari Kota Pematangsiantar yaitu
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Tahun 2008 berdasarkan gejala subjektif dapat dilihat pada tabel 5.4:
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala
Subjektif (Symptom) di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa gejala subjektif (symptom)
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan gejala objektif dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat hasil pemeriksaan darah tepi tercatat
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksan darah tepi
tercatat yang dirawat inap di RS. Tentara TK- IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi berdasarkan hasil
84,8%.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Serologis Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi hasil pemeriksaan
serologis tercatat 53,7% dengan titer O 1/200 adalah uji widal (+).
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
Jumlah
No Status Komplikasi
f %
1 Tercatat 106 73,1
2 Tidak Tercatat 39 26,9
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa jumlah status komplikasi tercatat
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status
Komplikasi Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008
Jumlah
No Status Komplikasi
f %
1 Ada komplikasi 9 8,5
2 Tanpa komplikasi 97 91,5
Jumlah 106 100
Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam
tifoid rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 1-<5 0 0 1 11,1 1 11,1
2 5-10 2 22,2 0 0 2 22,2
3 11-20 0 0 1 11,1 1 11,1
4 21-30 1 11,1 2 22,2 3 33,3
5 41-50 1 11,1 0 0 1 11,1
6 71-75 0 0 1 11,1 1 11,1
Jumlah 4 44,4 5 55,6 9 100
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Yang Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Sosiodemografi di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jumlah
No Sosiodemografi
f %
1 Suku
1. Batak 4 44,4
2. Jawa 5 55,6
Jumlah 9 100
2 Agama
1. Islam 5 55,6
2. Kristen Protestan 3 33,3
3. Kristen Katolik 1 11,1
Jumlah 9 100
3 Pendidikan
1.Tidak sekolah 1 11,1
2. Pendidikan Dasar 2 22,2
3. Pendidikan Menengah 5 55,6
4. Pendidikan Tinggi 1 11,1
Jumlah 9 100
4 Pekerjaan
1. PNS/TNI-Polri 1 11,1
2. Ibu Rumah Tangga 2 22,2
3. Lain-lain (Belum sekolah, pengangguran) 6 66,7
Jumlah 9 100
5 Status Perkawinan
1. Kawin 4 44,4
2. Tidak Kawin 5 55,6
Jumlah 9 100
6 Tempat Asal
1. Kota Pematangsiantar 8 88,9
2. Luar Kota Pematangsiantar 1 11,1
Jumlah 9 100
7 Gejala Subjektif (n=9)
1. Demam 9 100
2. Mual 3 33,3
3. Muntah 3 33,3
4. Sakit Kepala 2 22,2
5. Diare 3 33,3
6. Nyeri Otot 1 11,1
8 Gejala Objektif (n=9)
1. Leukopenia 4 44,4
2. Limfotosis 3 33,3
3. Trombositopenia 3 33,3
4. Eosinofilia 1 11,1
5. Anemia 1 11,1
6. Uji Widal (+) 4 44,4
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
9 Keadaan Sewaktu Pulang
1. Sembuh klinis 2 22,2
2. PBJ 7 77,8
Jumlah 9 100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita yang
mempunyai komplikasi adalah usia 21-30 tahun 33,3%, laki-laki 11,1% dan
perempuan 22,2%.
Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita yang
kepala (22,2%), diare (33,3%), nyeri otot (11,1%), uji widal (+) 44,4%, leukopenia
(77,8%).
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis
Komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008
No Jenis Komplikasi (n = 9) f %
1 Anemia 1 11,1
2 Pneumonia 7 77,8
3 Peritonitis 1 11,1
Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam
(11,1%).
Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata- rata penderita
demam tifoid adalah 4,33 hari (4 hari) , Standard Deviation (SD) 1,720, dan nilai
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penderita demam tifoid bervariasi, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan
Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Tahun 2008 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Jumlah
No Keadaan Sewaktu Pulang
f %
1 Sembuh Klinis 67 46,2
2 Pulang Berobat Jalan 70 48,3
3 Pulang Atas Permintaan Sendiri 6 4,1
4 Meninggal Dunia 2 1,4
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid
berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan (48,3%),
dan yang terendah adalah Meninggal Dunia (1,4%) dengan Case Fatality Rate (CFR)
1,4%.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 7 1 50 0 0 1 50
2 28 1 50 0 0 1 50
Jumlah 2 100 0 0 2 100
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
8 Gejala Objektif (n=2)
1. Leukopenia 2 100
2. Limfotosis 1 50
3. Trombositopenia 1 50
4. Uji Widal (+) 2 100
9 Status Komplikasi
Tidak Tercatat 2 100
meninggal dunia adalah usia 1-10 tahun 50% jenis kelamin laki-laki 50% dan usia
meninggal dunia berdasarkan sosiodemografi adalah suku Batak (50%) dan suku
Jawa (50%), agama Islam (100%), SD (50%) dan PNS/TNI-POLRI (50%), kawin
(50%) dan tidak kawin (50%), tempat asal kota Pematangsiantar (100%), demam
(100%), mual (50%), muntah (100%), uji widal (+) 100%, leukopenia (100%),
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11. Analisa Statistik
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Umur (Tahun)
Status Jumlah
No 20 > 20
Komplikasi
f % f % f %
1 Ada komplikasi 4 44,4 5 55,6 9 100
p = 1,000
Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat dilihat bahwa dari 9 penderita demam
degan jenis kelamin laki-laki 2 orang dan perempuan 2 orang, sebanyak 5 orang
(55,6%) berusia > 20 tahun dengan jenis kelamin laki-laki 2 orang dan perempuan 3
orang. Dari 97 penderita demam tifoid tanpa komplikasi sebanyak 46 orang (47,4%)
Analisa statistik dengan uji Exact Fishers diperoleh p>0,05 yang berarti
secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan status
komplikasi.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Berdasarkan tabel 5.19 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang
mengalami komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,89 hari dan
penderita tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,19
hari.
Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh p > 0,05 yang berarti tidak ada
komplikasi.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi
komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat
Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa dari 9 orang penderita demam
tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 3 orang (33,3%) Sembuh Klinis, 6 orang
(66,7%) Pulang Berobat Jalan, tidak ada yang pulang atas permintaan sendiri dan
meninggal. Penderita demam tifoid yang meninggal dunia 2 orang dengan lama
rawatan rata-rata 7 hari dan 4 hari. Dari 97 orang penderita demam tifoid tanpa
Analisa statistik dengan uji chi square tidak dapat dilakukan karena terdapat
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 6
PEMBAHASAN
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu (bulan) yang dirawat inap
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.1.
22 NBKW
20
18 y =12,084-0,003x
16 Waspada
14
Jumlah Kasus
12
10 Normal
8
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Oktr Nop Des
Bulan
Berdasarkan grafik 6.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus penderita
demam tifoid berdasarkan bulan tertinggi adalah pada bulan Januari yaitu 17 kasus
dan terendah pada bulan Juli yaitu 5 kasus. Trend atau kecendrungan penderita
Hal ini tidak dapat disimpulkan secara langsung bahwa terjadi penurunan penderita
demam tifoid yang berobat ke RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan rumus NBKW (Nilai Batas Keadaan Wabah) = x +2SD, dimana
( x x) 2
=
177
= 4, maka NBKW = x + 2SD = 12+ 2x4 = 20. Berdasarkan
n 1 11
gambar dapat dilihat bahwa kasus demam tifoid belum melewati NBKW yang berarti
kasus demam tifoid di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar belum
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan
Jenis Kelamin)
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis kelamin yang
dirawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat
71-75 0 0.7
61-70 0
51-60
1.4 0.7
Umur (Tahun)
9 41-50 4.8
9 31-40 4.1
12.4 21-30 9
7.6 11-20 10.3
11.7 5-'10 7.6
6.9 1-<5 4.8
Proporsi (%)
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat pada laki-laki proporsi tertinggi pada
kelompok umur 21-30 tahun 12,4%, pada perempuan tertinggi pada kelompok umur
11-20 tahun 10,3%. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis
kelamin tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun dengan laki-laki 12,4% dan
perempuan 9,0%. Demam tifoid dapat terjadi pada semua kelompok umur dan semua
jenis kelamin. Kelompok usia 21-30 tahun merupakan usia dewasa yang bebas
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Sex ratio penderita demam tifoid sebesar 1,4 : 1 menunjukkan bahwa jumlah
penderita laki-laki lebih besar daripada perempuan, dan hal ini dipengaruhi karena
perempuan.26
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan suku yang dirawat inap di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.3.
60
50.3
50 44.8
40
Proporsi (%)
30
20
10 2.1 1.4 0.7 0.7
0
Batak Jawa Suku M inang M elayu Tionghoa
Lainnya
Suku
Berdasarkan gambar 6.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam
tifoid tertinggi adalah Suku Batak (50,3%) dan terendah Suku Melayu dan Tionghoa
(0,7%). Hal ini bukan merupakan indikasi keterkaitan suku dengan penderita demam
tifoid, namun hanya menunjukkan bahwa yang berobat ke RS. Tentara TK-IV
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan hasil survei BPS Pematangsiantar tahun 2008 proporsi suku
batak di Pematangsiantar adalah tertinggi yaitu 56%. Jadi keadaan ini mempengaruhi
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan agama yang rawat inap di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.4.
5.5% 0.7%
32.4%
61.4%
demam tifoid berdasarkan agama adalah Islam (61,4%) dan terendah Hindu (0,7%).
Penyakit demam tifoid tidak dipengaruhi oleh agama tertentu. Dalam penelitian ini
jumlah penderita yang beragama Islam lebih besar daripada agama-agama lainnya
menunjukkan penderita demam tifoid yang datang berobat ke RS. Tentara TK-IV
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar
6.5.
60 54.5
50
40
Proporsi (%)
30
20 15.8 13.8
8.3 7.6
10
0
Pendidikan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tercatat Pendidikan
M enengah Dasar Tinggi
Pendidikan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar
6.6.
Pelajar/Mhsiswa 34.5
PNS/TNI-POLRI 29.7
Pe k e rja a n
Wiraswasta 8.3
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Proporsi (%)
karena sering jajan /makan di luar rumah, sehingga kemungkinan untuk terinfeksi
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Perkawinan
inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.7.
40%
60%
Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid
berdasarkan status perkawinan yang tertinggi adalah tidak kawin (60%) dan penderita
yang kawin (40%). Hal ini berkaitan dengan jumlah penderita demam tifoid di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 lebih banyak pada usia 21-30
belum kawin.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ifera N. di RS. Harapan
Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan tempat asal yang rawat inap di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar
6.8.
2,1%
97,9 %
Kota Pematangsiantar Luar Kota Pematangsiantar
Berdasarkan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid
berdasarkan tempat asal tertinggi dari dalam Kota Pematangsiantar (97,9%) dan dari
luar kota Pematangsiantar (2,1%). Hal ini diasumsikan karena letak RS. Tentara TK-
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.9. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif (Symptom)
rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat
Demam 100
Mual 39.3
Gejala Subjektif (symptom)
Munt ah 38.6
Diare 29.7
Sakit Kepala 23.4
Nyeri Ot ot 10.3
Konstipasi 7.6
Lidah T ifoid 2.1
Anoreksia 0.7
0 20 40 60 80 100 120
Propors i (%)
Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid
berdasarkan gejala subjektif tertinggi adalah Demam (100%) dan yang terendah
adalah Anoreksia (0,7%). Demam memiliki sensitivitas 100% yang berarti semua
menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid terdapat 39 orang yang mengalami
mual, sensitivitas muntah 38,6%, menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Demam merupakan gejala utama demam tifoid yang terjadi karena Salmonella
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas gejala klinis
penderita demam tifoid adalah gejala demam.23 Pada minggu pertama biasanya
penderita demam tifoid memberikan gejala seperti pada umumnya penyakit akut
lainnya, seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, pusing, pening, diare atau
konstipasi, nyeri otot, nafsu makan kurang/anoreksia, serta perasaan tidak enak di
perut.2
kedua (14 hari), dan pada minggu ketiga demam akan turun jika penderita demam
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Santi S. Di RS. Sari Mutiara
Medan Tahun 2005 dengan desain case series bahwa semua penderita demam tifoid
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala objektif yang rawat inap
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.10.
Leukopenia 45
T rombositopenia 34
Eosinofilia 16.3
Anemia 9.3
0 10 20 30 40 50 60
Proporsi %)
tifoid berdasarkan gejala objektif tertinggi yaitu uji widal(+) 53,7% dengan titer
O1/200. Yang berarti dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 54 orang uji
positif dengan uji widal. Sensitivitas leukopenia 45% menunjukkan dari 100 orang
trombositopenia 34% menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat
menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 26 orang yang
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penderita demam tifoid terdapat 16 orang yang mengalami eosinofilia, sensitivitas
anemia 9,3% menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 9 orang
Sampai saat ini uji widal merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk
membantu diagnosis demam tifoid. Uji widal mempunyai kelemahan baik sensitivitas
dan spesifitasnya yang rendah maupun interpretasi yang sulit dilakukan. Namun uji
widal (+) akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid. Uji widal (+) pada
penderita demam tifoid apabila hasil diagnosa ditemukan titer O 1/120, sedangkan
uji widal (-) pada penderita demam tifoid dapat terjadi karena faktor-faktor yang
bervariasi.23
Uji widal sebaiknya tidak hanya satu kali saja dilakukan, melainkan perlu
melihat kenaikan titer 4 kali sehingga dapat memastikan diagnosa demam tifoid.32
pemeriksaan darah tepi adanya leukopenia dan limfositosis menjadi dugaan kuat
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.11. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi
inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.11.
8,5%
91,5%
tifoid berdasarkan status komplikasi tertinggi pada yang tidak mengalami komplikasi
Proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi 6,2% pada usia
tahun. Komplikasi pada demam tifoid terjadi oleh karena tidak mendapatkan
pengobatan, perawatan yang adekuat dan menunjukkan gejala klinis setelah dua
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ifera N. di RS. Harapan
Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi
RS. Bhayangkara Medan pada tahun 2007 dengan desain case series bahwa proporsi
inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.12.
100
77.8
80
Proporsi (%)
60
40
20 11.1 11.1
0
Pneumonia Anemia Peritonitis
Jenis Kom plikasi
Dari gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid
Pada minggu kedua atau lebih sering timbul komplikasi demam tifoid mulai
dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Berat atau ringannya komplikasi
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
yang timbul tergantuang pada kuantitas, jenis, keganasan bakteri serta kekebalan
tubuh penderita. Komplikasi dapat terjadi di dalam usus (intestinal) dan di luar usus
(ekstra intestinal). Peritonitis terjadi di dalam usus karena adanya infeksi pada selaput
perut dengan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut, dinding abdomen tegang dan
nyeri pada tekanan. Anemia terjadi karena adanya penurunan hemoglobin secara tiba-
tiba tanpa adanya pendarahan. Pneumonia dapat timbul pada awal sakit dengan gejala
Hal ini sesuai dengan penelitian Nasution, S.H., di Rumah sakit martha Friska
Medan (2005) dengan desain case series, dari 12 penderita demam tifoid dengan
Berdasarkan tabel 5.8. lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah
4,33 hari (4 hari) dengan SD= 1,720 hari, dimana lama rawatan minimum adalah 1
Penderita yang lama rawatannya 1 hari ada 1 orang (0,7%). Karakteristik penderita
yang lama rawatannya 1 hari adalah umur 16 tahun dengan jenis kelamin perempuan.
Sedangkan penderita yang memiliki lama rawatan 10 hari yaitu 1 orang, umur 28
tahun, perempuan.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.14. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat
4.1% 1.4%
48.3%
46.2%
sewaktu pulang penderita demam tifoid adalah pulang berobat jalan 48,3% dan yang
terendah adalah meninggal dunia (1,4%). Penderita demam tifoid yang pulang
meninggal dunia usia 7 tahun jenis kelamin laki-laki, usia 28 tahun jenis kelamin
Salmonella typhi dalam waktu 3 bulan ataupun lebih dari 1 tahun, karena itu
penderita demam tifoid yang dinyatakan sembuh harus tetap melakukan pemeriksaan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
tubuh. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri disebabkan karena biaya
bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang
tertinggi adalah pulang berobat jalan (91,4%).38 Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Pratiwi, R di RSU Permata Bunda Medan pada tahun 2007 dengan desain
case series bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat
jalan (99%).39
Proporsi umur berdasarkan status komplikasi rawat inap di RS. Tentara TK-
60 55.6 52.6
47.4
50 44.4
40
Proporsi (%)
30
20
10
0
Ada Komplikasi Tanpa Komplikasi
Status Komplikasi
20 tahun > 20 tahun
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang
mempunyai komplikasi tertinggi berada pada usia > 20 tahun dengan proporsi 55,6%
dan penderita yang tanpa komplikasi tertinggi pada usia > 20 tahun dengan proporsi
52,6%. Hal ini berhubungan dengan penderita yang mengalami komplikasi rawat inap
inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 tertinggi berada
pada usia > 20 tahun yaitu pada kelompok umur 21-30 tahun 33,3%, 41-50 tahun dan
Risiko terjadinya komplikasi pada orang dewasa lebih tinggi daripada anak-
anak karena gejala klinis demam tifoid pada orang dewasa cenderung berat dan
perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan pada
anak-anak gejala klinis demam tifoid cenderung tidak khas dan perjalanan penyakit
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) expected count yang besarnya
kurang dari 5.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.15.2. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status
Komplikasi
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada
gambar 6.15.
1 2 3 4 5
Hari
Berdasarkan gambar 6.15 dapat diketahui bahwa dari 145 penderita demam
tifoid, yang mempunyai komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata
4,89 hari, dan yang tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata-
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p = 0,399
(p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.15.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi
RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar
6.16.
80
66.7
70
Proporsi (%)
60 51.5
50 45.4
40 33.3
30
20
10 0 0 3.1 0
0
Ada Komplikasi T anpa Komplikasi
Status Komplikasi
Sembuh Klinis PBJ PAPS Meninggal
Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang
proporsi 66,7%, dan yang tanpa komplikasi tertinggi keadaan sewaktu pulangnya
adalah Sembuh Klinis dengan proporsi 51,5%. Hal ini berhubungan dengan penderita
demam tifoid yang baru sembuh dan yang mempunyai komplikasi harus tetap
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) expected count yang besarnya kurang dari 5.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu (bulan) tahun 2008
simple ratio penurunan 1,7 kali serta persentase penurunan kasus sebesar
70%.
pada kelompok umur 21-30 tahun 21,4%, dengan proporsi laki-laki 12,4%
dan perempuan 9,0% dengan sex ratio = 137,7%, suku Batak 50,3%, agama
7.1.5. Sensitivitas gejala objektif tertinggi adalah uji widal (+) 53,7% dengan titer
tidak diketahui kapan dilakukan dengan uji widal dan berapa kali.
7.1.6. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi yang tertinggi
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
7.1.7. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan jenis komplikasi yang tertinggi
7.1.8. Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah 4,33 hari (4 hari).
7.1.10. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan status
komplikasi (p=1,000).
7.1.11. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan
7.1.12. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang
7.2. Saran
7.2.1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar meningkatkan penanganan pada
pasien demam tifoid, sehingga tidak ada pasien penderita demam tifoid yang
meninggal dan untuk mengurangi terjadinya komplikasi dan agar pihak RS.
melakukan pemeriksaan uji widal lebih dari 1 kali sehingga dapat dilihat
7.2.2. Kepada bagian Rekam Medik RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
dengan penderita demam tifoid yaitu data penderita demam tifoid yang
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
meninggal, pendidikan, hasil pemeriksaan darah tepi, hasil pemeriksaan
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
8. Crump, J.A, dkk., 2004. The Global Burden of Typhoid Fever. Buletin WHO
Vol. 82, No. 5.
12. Depkes RI., 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003,
Medan.
15. Dinkes Sulawesi Tengah., 2006. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006. Sulawesi Tengah..
16. Hassan, R., H Alatas., 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
18. Sudoyo, W.A., 2007. Ilmu Penyakit Dalam , Jilid III, Buku Ajar Edisi
Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
19. Suriadi., Yuliani Rita., 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung
Seto, Jakarta.
20. Alimul, A.H., 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
21. A, Mubin Halim., 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis
Dan Terapi. EGC, Jakarta.
23. Juwono, Rachmat., 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit FK UI, Jakarta.
24. Naibaho, Ifera., 2006. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di
Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar Tahun 2003-2004. Skripsi
FKM USU Medan.
27. Lubis, R., 2000. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita
Yang Dirawat di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Tesis Program Pasca
sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.
29. Hartono, A., 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
31. Fauziah, M.,dkk,. 2005. Epidemiologi : Suatu Pengantar. Edisi Kedua, EGC.
Jakarta
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
33. Nelwan, R.H.H., 1999. Alternatif Baru Pengobatan Demam Tifoid Yang
Resisten. Cermin Dunia Kedokteran No. 124
34. Nursalam, dkk., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Salemba
Medika, Jakarta.
36. Sitohang, Santy Riana., 2005. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat
Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003. Skripsi
FKM-USU Medan.
37. Rumintan, E., 2007. Karakteristik Penderita Penyakit Demam Tifoid Rawat
Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2005. Skripsi FKM
USU Medan.
38. Nasution, S.H., 2005. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2004. Skripsi FKM USU
Medan.
39. Pratiwi, R., 2007. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
RSU. Permata Bunda Medan Tahun 2004-2005. Skripsi FKM-USU
Medan.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Lampiran 1. Master Data
Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008
stkplksi
Wdl (+)
anrksia
knstpsi
ldhtfd
umrk
umra
mnth
skpla
t.asal
dmm
diare
didik
mual
Trm
umr
Lmf
nyri
Lkp
Ane
Eos
sku
ksp
krj
jns
no
ag
sk
jk
lr
1 16 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 . 2 . 5 1
2 11 3 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 . . 4 1
3 29 4 2 1 1 2 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 . 8 1
4 28 4 2 2 2 1 4 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 . . 5 2
5 42 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 . 4 2
6 3 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 2 . 5 1
7 12 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 6 2
8 34 5 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 1
9 53 7 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 . . 7 2
10 5 2 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 3 1
11 6 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . . 6 1
12 8 2 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
13 26 4 2 2 1 3 3 4 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 7 2
14 4 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 5 2
15 1 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 1
16 1 1 1 1 1 3 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . . 4 1
17 41 6 2 2 2 1 3 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 3 1
18 39 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 4 1
19 1 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 . . 3 2
20 8 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 5 2
21 1 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . . . 7 1
22 24 4 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 . 4 1
23 29 4 2 2 2 1 3 6 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 . 4 1
24 13 3 1 1 1 2 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 2 1
25 3 1 1 1 1 2 1 6 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 1
26 2 1 1 2 1 2 1 6 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 1 2 2 2
27 5 2 1 1 1 2 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 2 . 5 1
28 37 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
29 19 3 1 2 1 2 4 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 4 2
30 16 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 . 7 2
31 37 5 2 2 1 1 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 1
32 9 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 7 1
33 7 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 . . 7 4
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
34 2 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 4 1
35 17 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 5 1
36 36 5 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 4 2
37 48 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 1
38 32 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 2 . 2 2
39 28 4 2 1 2 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 . . 3 4
40 22 4 2 2 1 2 4 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 6 1
41 22 4 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 5 1
42 38 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 6 1
43 30 4 2 1 2 1 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . 2 . 2 2
44 9 2 1 2 2 1 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 4 3
45 20 3 1 2 1 2 4 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 2
1
46 28 4 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 . 0 1
47 32 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 7 1
48 36 5 2 1 6 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 3 1
49 3 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 1
50 10 2 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
51 43 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 . . 2 3
52 23 4 2 1 1 2 4 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 2 1
53 6 2 1 2 3 3 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 . . . . . . 2 . 2 1
54 75 9 2 2 2 1 3 5 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 5 1
55 30 4 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 2
56 17 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 2
57 38 5 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 . . . . . . 2 . 2 1
58 31 5 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 . . . . . . 2 . 3 1
59 24 4 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 3 2
60 18 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 3 2
61 21 4 2 1 1 2 3 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . 2 . 4 1
62 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 2
63 29 4 2 2 2 1 3 5 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 5 1
64 13 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 5 1
65 23 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 3 2
66 9 2 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 4 1
67 41 6 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 1
68 51 7 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 2 2
69 39 5 2 1 1 1 3 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 2 . 7 1
70 1 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 2
71 39 5 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 7 1
72 5 2 1 2 1 2 1 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 1
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
73 34 5 2 1 4 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 1
74 43 6 2 2 1 1 4 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 4 1
75 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 2 1
76 8 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 . 2 . 4 1
77 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
78 8 2 1 1 2 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 3 1
79 43 6 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 3 1
80 24 4 2 1 1 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 3 1
81 8 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . 2 2 . 3 1
82 8 2 1 1 2 1 5 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 2
83 46 6 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 4 2
84 44 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . 8 2
85 4 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
86 13 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 2 2
87 23 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 4 2
88 7 2 1 1 6 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 7 1
89 29 4 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 6 2
90 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 7 2
91 39 5 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 . 4 2
92 7 2 1 2 1 3 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 6 2
93 29 4 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
94 17 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 2
95 12 3 1 1 1 2 3 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 2
96 7 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 5 2
97 26 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 3
98 3 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 1
99 23 4 2 2 6 4 3 5 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 2
100 32 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 7 2
101 36 5 2 2 1 1 3 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 6 1
102 48 6 2 1 2 1 3 3 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 3
103 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . 2 2
104 8 2 1 1 2 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 3 1
105 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 2
106 46 6 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 4 2
107 44 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 8 2
108 4 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 4 2
109 13 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
110 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 . . . . . 2 1 2 7 2
111 16 3 1 2 4 1 3 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 1 2
112 12 3 1 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 4 1
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
113 25 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 4 2
114 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
115 4 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 4 2
116 46 6 2 2 1 2 3 5 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 . . 9 1
117 26 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 . 4 1
118 4 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 4 1
119 17 3 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 . . 4 2
120 41 6 2 2 2 1 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 5 2
121 7 2 1 2 1 3 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 7 2
122 40 5 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 5 1
123 20 3 1 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 4 2
124 25 4 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 3
125 42 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 . . 4 2
126 23 4 2 1 5 1 3 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 1
127 15 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 . . 6 2
128 14 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 4 2
129 12 3 1 1 2 1 5 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . 2 . 2 1
130 27 4 2 2 2 1 4 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 5 2
131 25 4 2 2 1 3 4 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
132 40 5 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 . 4 2
133 9 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 7 1
134 16 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 6 2
135 4 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 2
136 12 3 1 2 2 1 5 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
137 52 7 2 1 1 1 5 6 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 3 3
138 22 4 2 1 2 1 5 6 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 5 2
139 25 4 2 2 2 1 5 5 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 6 1
140 47 6 2 2 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . . . . . 2 2 . 4 2
141 19 3 1 1 2 1 5 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 . 6 2
142 20 3 1 1 2 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . 3 2
143 9 2 1 2 1 2 5 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . . 4 2
144 25 4 2 1 2 2 5 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 8 1
145 7 2 1 1 2 1 5 4 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 5 2
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
LAMPIRAN 2.
Tabel Distribusi Frekuensi
Frequency Tabel
Crosstabs
Umur * Jenis Kelamin Penderita Crosstabulation
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Suku Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batak 73 50.3 50.3 50.3
Jawa 65 44.8 44.8 95.2
Cina 1 .7 .7 95.9
Minang 2 1.4 1.4 97.2
Melayu 1 .7 .7 97.9
Suku lainnya 3 2.1 2.1 100.0
Total 145 100.0 100.0
Agama Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 89 61.4 61.4 61.4
Kristen Protestan 47 32.4 32.4 93.8
Kristen Katolik 8 5.5 5.5 99.3
Hindu 1 .7 .7 100.0
Total 145 100.0 100.0
Pendidikan Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 20 13.8 13.8 13.8
SD 23 15.9 15.9 29.7
SLTP\SLTA 79 54.5 54.5 84.1
Akademi/
11 7.6 7.6 91.7
Perguruan Tinggi
Tidak tercatat 12 8.3 8.3 100.0
Total 145 100.0 100.0
Pekerjaan Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS/TNI-POLRI 43 29.7 29.7 29.7
Karyawan/Pegawai
4 2.8 2.8 32.4
swasta
Wiraswasta 12 8.3 8.3 40.7
Pelajar/Mahasiswa 50 34.5 34.5 75.2
Ibu Rumah Tangga 11 7.6 7.6 82.8
Lain-lain (Belum
25 17.2 17.2 100.0
sekolah,pengangguran)
Total 145 100.0 100.0
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Status Perkawinan Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kawin 58 40,0 40,0 40,0
Tidak Kawin 87 60,0 60,0 100,0
Total 145 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kota Pematangsiantar 142 97.9 97.9 97.9
Luar Kota
3 2.1 2.1 100.0
Pematangsiantar
Total 145 100.0 100.0
Keluhan Demam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 145 100.0 100.0 100.0
Keluhan Mual
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 57 39.3 39.3 39.3
Tidak 88 60.7 60.7 100.0
Total 145 100.0 100.0
Keluhan Muntah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 56 38.6 38.6 38.6
Tidak 89 61.4 61.4 100.0
Total 145 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 34 23.4 23.4 23.4
Tidak 111 76.6 76.6 100.0
Total 145 100.0 100.0
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Keluhan Diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 43 29.7 29.7 29.7
Tidak 102 70.3 70.3 100.0
Total 145 100.0 100.0
Keluhan Konstipasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 11 7.6 7.6 7.6
Tidak 134 92.4 92.4 100.0
Total 145 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 3 2.1 2.1 2.1
Tidak 142 97.9 97.9 100.0
Total 145 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 15 10.3 10.3 10.3
Tidak 130 89.7 89.7 100.0
Total 145 100.0 100.0
Keluhan Anoreksia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 1 .7 .7 .7
Tidak 144 99.3 99.3 100.0
Total 145 100.0 100.0
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil pemeriksaan darah tepi (Leukopenia)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 58 40.0 45.0 45.0
Tidak 71 49.0 55.0 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 33 22.8 25.6 25.6
Tidak 96 66.2 74.4 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 44 30.3 34.1 34.1
Tidak 85 58.6 65.9 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 12 8.3 9.3 9.3
Tidak 117 80.7 90.7 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil pemeriksaan darah tepi (Anemia)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 21 14.5 16.3 16.3
Tidak 108 74.5 83.7 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 66 45.5 53.7 53.7
Tidak 57 39.3 46.3 100.0
Total 123 84.8 100.0
Missing System 22 15.2
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada komplikasi 9 6.2 8.5 8.5
Tidak ada komplikasi 97 66.9 91.5 100.0
Total 106 73.1 100.0
Missing System 39 26.9
Total 145 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anemia 1 ,7 11,1 11,1
Pneumonia 7 4,8 77,8 88,9
Peritonitis 1 ,7 11,1 100,0
Total 9 6,2 100,0
Missing System 136 93,8
Total 145 100,0
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama rawatan Penderita 145 100.0% 0 .0% 145 100.0%
Descriptives
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Keadaan Sewaktu Pulang Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sembuh klinis 67 46.2 46.2 46.2
Pulang Berobat Jalan
70 48.3 48.3 94.5
(PBJ)
Pulang Atas Permintaan
6 4.1 4.1 98.6
Sendiri (PAPS)
Meninggal Dunia (MD) 2 1.4 1.4 100.0
Total 145 100.0 100.0
Crosstabs
Status Komplikasi Penderita * Umur Crosstabulation
Umur
<=20 >20 Total
Status Komplikasi Ada komplikasi Count 4 5 9
Penderita Expected Count 4.2 4.8 9.0
% within Status
44.4% 55.6% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 8.0% 8.9% 8.5%
% of Total 3.8% 4.7% 8.5%
Tidak ada komplikasi Count 46 51 97
Expected Count 45.8 51.2 97.0
% within Status
47.4% 52.6% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 92.0% 91.1% 91.5%
% of Total 43.4% 48.1% 91.5%
Total Count 50 56 106
Expected Count 50.0 56.0 106.0
% within Status
47.2% 52.8% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 47.2% 52.8% 100.0%
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Chi-Square Tests
T-Test
Group Statistics
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.617a 2 .445
Likelihood Ratio 1.856 2 .395
Linear-by-Linear
.610 1 .435
Association
N of Valid Cases 106
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .25.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.