Anda di halaman 1dari 110

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01


PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh :

RANI N.F NAINGGOLAN


NIM. 051000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RANI N.F NAINGGOLAN


NIM. 051000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP


DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

RANI N.F NAINGGOLAN


NIM. 051000098

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 05 Oktober 2009 dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes


NIP. 194508171973022001 NIP. 195908181985032002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs. Jemadi, M.Kes


NIP. 194904171979021001 NIP.196404041992031005

Medan, Oktober 2009


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


NIP.195310181982032001

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
ABSTRAK

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat


17 juta kasus demam tifoid dengan Case Fatality Rate (CFR) 3,5%. Pada tahun 2005
proporsi penderita demam tifoid rawat inap di rumah sakit di Indonesia 3,15%.
Proporsi penderita demam tifoid tahun 2008 rawat inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01. Pematangsiantar 4,6%.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan
untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.
Ditemukan proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu (bulan)
tertinggi adalah pada bulan Januari 11,7%. Kecenderungan kunjungan penderita
demam tifoid di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar berdasarkan data tahun
2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y =12,084-0,003x. Proporsi
tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada
kelompok umur 21-30 tahun 21,4%, dengan proporsi laki-laki 12,4% dan perempuan
9,0%. Umur termuda = 1 tahun 3,45%, tertua 75 tahun 0,68%, sex ratio 137,7%,
Batak 50,3%, Islam 61,4%, Pendidikan Menengah (SLTP/SLTA) 54,5%,
Pelajar/Mahasiswa 34,5%, tidak kawin 60,0%, tempat asal Kota Pematangsiantar
97,9%, gejala subjektif Demam 100%, uji Widal (+) 53,7%, tanpa komplikasi 91,5%,
jenis komplikasi Pneumonia 77,8%, lama rawatan rata-rata 4,33 hari, pulang berobat
jalan 48,3%, meninggal dunia 2 orang (CFR 1,4%).
Uji chi-square tidak ada perbedaan bermakna proporsi umur (p=1,000), lama
rawatan rata-rata (p=0,248), keadaan sewaktu pulang (p=0,445) berdasarkan status
komplikasi.
Bagi pihak rumah sakit agar meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
penderita demam tifoid untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi dan kematian
dan dengan tepat dalam menegakkan diagnosa demam tifoid dengan uji Widal dengan
mengikuti prosedur standar (SPO).

Kata Kunci: Demam Tifoid, Karakteristik Penderita, RS. Tentara TK-IV


01.07.01 Pematangsiantar

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
ABSTRACT

Based on the World Health Organization (WHO) report on 2003, there is 17


million typhoid fever cases with Case Fatality Rate (CFR) 3.5%. On 2005, there is
3.15% typhoid fever patients hospitalized in Indonesian hospital. The proportion of
typhoid fever patients hospitalized in Tentara TK-IV 01.07.01 Hospital
Pematangsiantar on 2008 is 4.6%.
This was a descriptive research with case series design that purposed to know
the characteristics of typhoid fever patients in Tentara TK-IV 01.07.01 Hospital
Pematangsiantar on 2008.
The proportion of people with typhoid fever patients by the time (month) was
highest in January, 11.7%. Tendency of typhoid fever patients visit in Tentara TK-IV
01.07.01 Hospital Pematangsiantar decrease with the equation mark with lines the y
=12.084-0.003x on 2008. The highest sociodemografi proportion are aged 21-30
year old 21.4%, male 12.4% and female 9.0%. The youngest at age 1 year 3.45%
and, the oldest at 75 year 0.68%, sex ratio of 137.7%, Batak ethnic 50.3%, Moeslem
61.4%, Elementary-Senior High School 54.5%, students/collager 34.5%, unmarried
60.0%, lived in Pematangsiantar 97.9%, subjective symptoms of fever 100%, Widal
test (+) 53.7%, without complications 91.5%, with complications pneumonia 77.8%,
average length of stay 4.33 days, out patient with clinical recovery 48.3%, died 2
persons (CFR 1.4%).
There is no significant difference in Chi-square test of age (p=1,000), average
length of stay (p=0,248) and the status of patient when getting home (p=0,445) and
complication status.
Tentara TK-IV 01.07.01 Hospital Pematangsiantar suggested to improve
health services for patients with typhoid fever to prevent complications and death,
and to do the right diagnosis typhoid fever by Widal test with Standard Prosedur
(SOP).

Keywords: Typhoid Fever, the characteristic of patients, Tentara TK-IV 01.07.01.


Hospital Pematangsiantar

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RANI. N.F NAINGGOLAN

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/29 Nopember 1986

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Saudara : 4 Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Balige II No.67/83 Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan : 1. 1992-1998 : SD Latihan YPHKBP Pematangsiantar

2. 1998-2001 : SLTP Negeri 3 Pematangsiantar

3. 2001-2004 : SMA Negeri 3 Pematangsiantar

4. 2005-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Pencipta Segala Yang

Ada, yang menjadikan segala sesuatunya indah pada waktunya. Atas kasih dan

penyertaanNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara

TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan pada program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril

maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis

dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof, Dr. Dra Ida Yustina, Msi selaku dosen Pembimbing Akademik

penulis di FKM USU.

3. Bapak Prof, dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen

Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof, dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5. Bapak Prof, dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes

selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk

penyempurnaan skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar dn pegawai staf akademik Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu

dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

7. Direktur Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar yang telah

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.

8. Kedua orangtuaku yang tersayang dan terkasih, Bapak dr. R.B. Nainggolan

(Alm) dan Mama M.br. Hutapea, terima kasih atas segala pengorbanan, doa

dan kasih sayangnya yang begitu berharga kepada penulis.

9. Kakakku Febriyanti Nainggolan dan abangku Binsar Nainggolan dan Erwin

Nainggolan dan seluruh keluarga besarku yang lainnya terima kasih atas doa,

motivasi yang diberikan.

10. Teman-teman peminatan Epidemiologi FKM-USU: Melfa Butar-butar, Eka,

Yanti, Siska, Melfa Htglg, Maria, Rolina, Ecy, Roinda, Merry K, Mery Purba,

Miranti, Tati, Wance, Vina, Nita, Citra, Yuni, Melinda, Dewi dan yang

lainnya, terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaannya.

11. Teman-teman terkasih, Nessy, Nana, Mitha, Vae, Emme, Erik, Sandro,

Desnal, Hendra, Yenthi, Decy, Margaret, Melda, KMelda, KEka, Fourgelina

dan yang lainnya terima kasih atas persahabatan, doa, bantuan dan

semangatnya kepada penulis.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak

yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

Doxa to Theo panton heneken

Medan, Oktober 2009

Penulis

Rani. N.F Nainggolan

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................i


ABSTRAK ...............................................................................................................iia
ABSTRACT .............................................................................................................iib
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...............................................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1.Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ...............................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................4
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................5
1.4.Manfaat Penelitian ..................................................................................6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................7


2.1. Definisi Demam Tifoid ..........................................................................7
2.2. Infectious Agent .....................................................................................7
2.3. Patogenesis .............................................................................................8
2.4. Masa Inkubasi ........................................................................................9
2.5. Epidemiologi Demam Tifoid ..................................................................9
2.5.1. Distribusi Frekuensi ....................................................................9
2.5.2. Determinan ..................................................................................11
2.6. Sumber Penularan ..................................................................................12
2.6.1. Penderita Demam Tifoid .............................................................12
2.6.2. Carrier Demam Tifoid .................................................................13
2.6.3. Makanan Dan Minuman Yang Terkontaminasi ..........................13
2.7. Komplikasi .............................................................................................15
2.7.1. Komplikasi Intestinal ..................................................................16
2.7.2. Komplikasi Ekstra-Intestinal .......................................................16
2.8. Pencegahan .............................................................................................17
2.8.1. Pencegahan Primer ......................................................................17
2.8.2. Pencegahan Sekunder .................................................................18
2.8.3. Pencegahan Tersier .....................................................................24

BAB 3. KERANGKA KONSEP ............................................................................25


3.1. Kerangka Konsep ...................................................................................25
3.2. Definisi Operasional ...............................................................................25

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 4. METODE PENELITIAN ..........................................................................30
4.1. Jenis Penelitian .......................................................................................30
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................30
4.2.1. Lokasi Penelitian .........................................................................30
4.2.2. Waktu Penelitian .........................................................................30
4.3. Populasi dan Sampel ..............................................................................30
4.3.1. Populasi .......................................................................................30
4.3.2. Sampel .........................................................................................31
4.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................................31
4.5. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................31

BAB 5. HASIL PENELITIAN ...............................................................................32


5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................32
5.1.1. Pelayanan Medis .......................................................................33
5.1.2. Penunjang Umum ......................................................................33
5.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Waktu (Bulan) Tahun 2008 ............................................34
5.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) ........................................35
5.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sosiodemografi .......36
5.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Gejala Subjektif (Symptom) ................................................................38
5.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Gejala Objektif (Sign) ....................................................39
5.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi ...41
5.8. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi .....44
5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid ...........................45
5.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang ....................................................................46
5.11. Analisa Statistik ..................................................................................49
5.11.1.Umur Berdasarkan Status Komplikasi .....................................49
5.11.2.Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi .....50
5.11.3.Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi .....51

BAB 6. PEMBAHASAN .........................................................................................52


6.1. Distribusi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Waktu (Bulan) Tahun 2008 ............................................52
6.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) ...................54
6.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku ........................55
6.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama .....................56
6.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan ..............57
6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan .................58
6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Perkawinan ...59
6.8. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal ............60

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.9. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Gejala Subjektif (Symptom) ..............................................................61
6.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Gejala Objektif (Sign) .........................................................................63
6.11. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Status Komplikasi ...............................................................................65
6.12. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Jenis Komplikasi .................................................................................66
6.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid ...........................67
6.14. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang ....................................................................68
6.15. Analisa Statistik ...................................................................................69
6.15.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ....................................69
6.15.2. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Status Komplikasi .............................................71
6.15.3. Keadaan Sewaktu Pulang
Berdasarkan Status Komplikasi ..............................................72

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................74

7.1. Kesimpulan ............................................................................................74


7.2. Saran .......................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Waktu


(Bulan) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Tahun 2008 .... .......... 34

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Tahun 2008 ........................................................................ 35

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Sosiodemografi (Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Perkawinan, Tempat Asal) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Tahun 2008 ................................................................................................... 37

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala


Subjektif (Symptom) di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008 ................................................................................................... 39

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Darah Tepi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ....................................................................... 39

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Darah Tepi Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ....................................................................... 40

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Hasil
Pemeriksaan Serologis di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................................................ 40

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Hasil
Pemeriksaan Serologis Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................................................ 41

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .............................................................................................................. 41

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Komplikasi Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008 .................................................................................................. 42

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................... 42

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 43

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis


Komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .............................................................................................................. 45

Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........................ 45

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan


Sewaktu Pulang Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ....................................................................... 46

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 47

Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Meninggal Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ............................................ 47

Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Pada


Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01.
Pematangsiantar Tahun 2008 ....................................................................... 49

Tabel 5.19. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Pada


Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01.
Pematangsiantar Tahun 2008 ....................................................................... 50

Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status


Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................... 51

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Waktu (Bulan)
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 52

Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 54

Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........ 55

Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........ 56

Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan


Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 57

Gambar 6.6. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan


Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 58

Gambar 6.7. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Perkawinan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 59

Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 60

Gambar 6.9. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif
(Symptom) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 61

Gambar 6.10. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif
Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008 .......................................................................................................... 63

Gambar 6.11. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 65

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis
Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 66

Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan


Sewaktu Pulang Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 68

Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita


Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008 ................................................................... 69

Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid
Berdasarkan Status Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................ 71

Gambar 6.16. Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status


Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 ........................................ 72

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan yang dirumuskan dalam Indonesia sehat 2010 adalah

masyarakat, bangsa dan negara yang memiliki derajat kesehatan yang optimal di

seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya pembangunan kesehatan yang

dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah melalui Program

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan, kematian dan kecacatan serta mengurangi akibat buruk dari penyakit

menular.1

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

di sebagian besar negara berkembang di dunia termasuk Indonesia.2 Demam tifoid

merupakan penyakit yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis

terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar

higiene dan sanitasi yang rendah.3 Demam tifoid endemis di Indonesia dan termasuk

kelompok penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang semua orang,

sehingga dapat menimbulkan wabah.4

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit demam

tifoid terus menjadi masalah yang disebabkan beberapa faktor yaitu, adanya strain

Salmonella typhi yang resisten terhadap antibiotik, masalah pada identifikasi dan

penatalaksanaan carrier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya

vaksin yang efektif, aman dan murah.3

Kasus demam tifoid di dunia pada tahun1995 sebanyak 16-21 juta kasus per

tahun, dengan angka kematian 600-700 ribu penderita per tahun.5 Dari laporan World

Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid

per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case

Fatality Rate (CFR = 3,5 %). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis

berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000

penduduk per tahun.6 Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000

per 100.000 penduduk per tahun.7 Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per

100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk, dan di Asia 274 per

100.000 penduduk.8

Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada

tahun 1995 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate demam

tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun.

Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan

810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun

600.000-1.500.000 penderita.5 Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih

tinggi dengan CFR sebesar 10%.9 Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di

negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan

sanitasi lingkungan di negara yang bersangkutan.10

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Nasional

(SURKESNAS), pada tahun 2000 demam tifoid menempati urutan kedelapan dari 10

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penyakit utama penyebab kematian umum di Indonesia dengan Proportional

Mortality Ratio (PMR) 4,3%. Menurut hasil Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah

Sakit (SP2RS), pada tahun 1999 demam tifoid menempati urutan ketujuh dengan

PMR 12,9% dari 10 penyakit penyebab kematian semua penderita rawat inap di

Rumah Sakit Umum di Indonesia, dan tahun 2000 menduduki urutan ketiga dengan

PMR 73,9%.11 Menurut Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2004, dari

29 jenis penyakit menular yang diamati, demam tifoid menempati urutan kesembilan

dengan insidens rate 460 per 100.000 penduduk pada tahun 2001, urutan ketujuh

dengan insidens rate 420 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan menempati

urutan kesembilan dengan insidens rate 940 per 100.000 penduduk pada tahun

2003.12

Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2005

demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap

di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%,

urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi

7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan

proporsi 3,01%13

Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak., di Paseh (Jawa Barat) tahun

1993, insidens rate demam tifoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah 357,6

per 100.000 penduduk per tahun.14 Menurut laporan Subdin Pelayanan Medik Dinas

Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006, demam tifoid menempati urutan

kedua dari seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pemerintah yaitu 587

kasus dengan proporsi 11,70%. Urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
kasus 1.874 dengan proporsi 37,35%, urutan ketiga ditempati oleh ISPA dengan

jumlah kasus 561 dengan proporsi 11,18%, urutan keempat ditempati oleh Tb. Paru

dengan jumlah kasus 407 dengan proporsi 8,11%.15

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan di RS. Tentara TK-

IV 01.07.01 Pematangsiantar, jumlah penderita demam tifoid yang dirawat inap pada

tahun 2005 adalah 35 penderita dari 2.365 pasien rawat inap (1,4%), pada tahun 2006

adalah 211 penderita dari 1.445 pasien rawat inap (14,6%), tahun 2007 adalah 172

penderita dari 2.505 pasien rawat inap (6,8%) dan pada tahun 2008 adalah 145

penderita dari 3.134 pasien rawat inap (4,6%). Berdasarkan latar belakang yang

diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita

demam tifoid rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

waktu (bulan) Tahun 2008.

b. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita demam tifoid berdasarkan data

per bulan (Januari-Desember) Tahun 2008.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut sosio

demografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, tempat asal).

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut gejala

subjektif (symptom) saat masuk rumah sakit.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut gejala

objektif ( hasil pemeriksaan darah tepi dan hasil pemeriksaan serologis) .

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut status

komplikasi.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut jenis

komplikasi.

h. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid menurut

keadaan sewaktu pulang.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan status komplikasi.

k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status

komplikasi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan

status komplikasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak RS. Tentara TK-IV 01.07.01

Pematangsiantar tentang karakteristik penderita demam tifoid.

1.4.2. Menambah wawasan penulis mengenai demam tifoid dan penerapan ilmu

yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU serta sebagai referensi

yang berguna untuk peneliti lain yang erat kaitannya dengan penyakit

demam tifoid.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Demam Tifoid

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,

pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus Peyer di distal ileum. Batasan serupa

dikemukakan oleh Butler (1991), yaitu suatu infeksi bakterial pada manusia yang

disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri

perut, diare, delirium, bercak rose, dan splenomegali serta kadang-kadang disertai

komplikasi perdarahan dan perforasi usus.3

Piere Louis (1829) memberikan nama demam tifoid ini dengan typhos, yang

berasal dari bahasa Yunani yang berarti asap/kabut, karena umumnya penderita sering

disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.7

2.2. Infectious Agent

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi yang berhasil

ditemukan pertama kali oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884.2 Kuman ini

merupakan basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman

ini dapat hidup dengan baik pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih

rendah.7

Salmonella typhi mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu

antigen O (somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagela)

dan antigen Vi yang merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
antigen terhadap fagositosis. Ketiga antigen tersebut dalam tubuh manusia akan

menimbulkan pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.7,16

Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara

anaerob fakultatif.. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang

rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu

dalam sampah, bahan makanan kering dan tinja. Namun dapat dibunuh dengan

pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15

menit 17

2.3. Patogenesis

Salmonella tpyhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersama

makanan/minuman yang tercemar oleh kuman Salmonella tpyhi. Sebagian kuman

dimusnahkan dalam lambung, sebagian lagi masuk ke dalam usus halus dan

selanjutnya berkembang biak dan kuman tersebut akan menembus sel-sel epitel dan

selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit

oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang

biak di dalam makrofag dan melalui duktus torasikus kuman akan masuk ke dalam

peredaran darah melalui aliran limfe dan menimbulkan bakteremia. Selanjutnya

kuman menyebar ke seluruh tubuh dalam sistem retikuloendotelial yaitu hati dan

limfa, kemudian kuman berkembang biak dan masuk ke peredaran darah kembali.

Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa usus dan

kandung empedu.18

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Kelainan yang terjadi pada demam tifoid, kumannya menyerang pada daerah

usus ileum bagian distal, di mana pada minggu pertama dapat terjadi hiperflasi plak

Peyer, kemudian pada minggu kedua dapat terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga

terjadi ulserasi plak Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang

dapat meninggalkan sikatrik yang memudahkan terjadi pendarahan hingga perforasi.

Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.19,20

2.4. Masa Inkubasi

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 10-14 hari. Masa inkubasi

bergantung pada jumlah masuknya kuman dan keadaan tubuh penderita. 21,22

2.5. Epidemiologi Demam Tifoid

2.5.1. Distribusi Frekuensi

a. Orang

Penyakit demam tifoid dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat dan

golongan umur. Menurut Juwono (1996), di daerah endemik insidens tertinggi

didapatkan pada anak-anak dan usia remaja.23 Sebanyak 77% dari penderita demam

tifiod di Indonesia terdapat pada usia 3-19 tahun, sedangkan di Amerika Selatan

insidensi demam tifoid tertinggi pada usia 5-19 tahun dan pada orang dewasa > 35

tahun.6 Penyakit demam tifoid ini ditemukan juga pada anak usia 3 tahun, kenyataan

ini merupakan informasi baru karena selama ini dianggap bahwa demam tifoid sering

terdapat pada anak yang berumur 5-9 tahun dan orang dewasa.14

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Tempat

Demam tifoid terdapat di seluruh dunia, tetapi lebih sering dijumpai di

negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,

sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang kurang baik.23 Kasus demam tifoid

di negara berkembang dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan

kasus rawat jalan sehingga insidens rate yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih

besar dari laporan rawat inap di rumah sakit.17 Di negara maju, dimana keadaan

sosio-ekonomi dan sanitasi lingkungan sudah baik, insidens penyakit demam tifoid

sangat rendah sekali. Sistem pencatatan laporan penyakit yang sudah teratur dan

sempurna, sangat memudahkan mengetahui besarnya insidens penyakit demam tifoid

pada negara yang bersangkutan.23

Berdasarkan hasil penelitian Crump, J.A., dkk (2000), Asia Selatan dan Asia

Tenggara menempati urutan pertama sebagai daerah dengan insidens rate demam

tifoid tertinggi (> 100 per 100.000 penduduk per tahun), diikuti oleh Afrika, Amerika

Latin, Karbia, Ocean di urutan kedua (10-100 per 100.000 penduduk per tahun).8

c. Waktu

Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Tidak ada

kesesuaian pendapat mengenai hubungan antara musim dan peningkatan jumlah

kasus demam tifoid. 23

Pada tahun 1990 penduduk kota Surabaya yang dirawat di rumah sakit karena

menderita demam tifoid rata-rata 90 110 penderita tiap bulan.2 Di RS Harapan

Pematangsiantar terdapat 66 penderita tahun 2003 dari 2.619 pasien rawat inap

(2,5%), terdapat 89 penderita tahun 2004 dari 2.753 pasien rawat inap (3,2%).24

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.5.2. Determinan

a. Host/Pejamu

a.1. Umur

Faktor umur merupakan determinan penting yang menentukan manifestasi

klinis demam tifoid. Pengaruh umur pada insiden berhubungan dengan mekanisme

imun seluler dan humoral, frekuensi kontaminasi fecal oral yang lebih sering.3

Demam tifoid dapat terjadi pada setiap kelompok umur, tetapi lebih sering terjadi

pada usia 3 19 tahun.25 Menurut penelitian Simanjuntak, C.H., dkk (1989) terdapat

77% penderita demam tifoid pada umur 3-19 tahun dan tertinggi pada umur 10-15

tahun dengan insidens rate 687,9 per 100.000 penduduk, insidens rate pada umur 0-3

tahun sebesar 263 per 100.000 penduduk.14

a.2. Jenis Kelamin

Resiko relatif morbiditas akibat penyakit demam tifoid pada laki-laki 2

sampai 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan.25 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Lili Musnelina, dkk., di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada tahun

2001-2002, dari 182 responden demam tifoid yang diperiksa, demam tifoid lebih

banyak diderita oleh laki-laki (55,49%) daripada perempuan (44,51%).26

a.3. Keasaman Lambung

Bila keasaman lambung meningkat misalnya karena penggunaan antasid

dalam waktu lama akan meningkatkan kepekaan seseorang terhadap infeksi dengan

strain Salmonella yang resisten.3

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Agen

Semakin besar Salmonella typhi yang tertelan semakin banyak pula orang

yang menunjukkan gejala klinis, semakin pendek masa inkubasi tetapi tidak merubah

sindroma klinik yang timbul. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa jumlah

organisme yang dapat menimbulkan gejala penyakit adalah sebanyak 105-106

organisme. Akan tetapi peneliti lain mengatakan bahwa bila yang tertelan sebesar 109

organisme dapat bersifat fatal.3

c. Lingkungan

Negara sedang berkembang dengan sumber air dan sistem pembuangan

limbah yang kurang memadai, dengan higiene dan sanitasi yang buruk, merupakan

daerah endemis demam tifoid. Kasus demam tifoid yang terjadi di daerah endemik

95% merupakan kasus yang dirawat secara poliklinis.3

Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R tahun 1998 dengan desain Kasus

Kontrol menyatakan bahwa faktor risiko penderita demam tifoid di RSUD Dr.

Soetomo, yaitu higiene perorangan yang kurang, mempunyai risiko 20,8 kali lebih

besar untuk terkena demam tifoid (OR=20,8; 95% CI:2,1-199,8) dan kualitas air

minum yang tercemar berisiko sebesar 6,4 kali untuk terjadinya penyakit demam

tifoid (OR=6,4; 95% CI:1,7-24,2).27

2.6. Sumber Penularan

2.6.1. Penderita Demam Tifoid

Sumber penularan yang utama adalah penderita demam tifoid, dimana

individu tersebut dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
fesesnya dan feses inilah yang merupakan sumber pencemar untuk makanan dan

minuman baik secara langsung melalui tangan penderita maupun melalui lalat sebagai

vektor mekanik.7

2.6.2. Carrier Demam Tifoid

Berbeda dengan penyakit infeksi lain, penderita demam tifoid walaupun sudah

dinyatakan sembuh, mereka masih dapat menularkan penyakitnya ke orang lain.

Bakteri Salmonella dapat bersembunyi di kantung empedu dan bakteri ini

diekskresikan melalui tinja atau air seni tanpa menunjukkan gejala klinis (carrier).

Carrier ini dapat berlangsung cukup lama, bahkan ada yang sampai satu tahun atau

bahkan bisa seumur hidup.5

Di antara demam tifoid yang sembuh klinis, pada 20% di antaranya masih

ditemukan kuman Salmonella typhi setelah 2 bulan dan 10% masih ditemukan pada

bulan ke-3 serta 3% masih ditemukan setelah 1 tahun.18 Dikenal ada 2 tipe carrier

demam tifoid yaitu :

a. Carrier Convalescent (baru sembuh klinis), yaitu penderita yang sedang

dalam masa penyembuhan masih mengeluarkan basil tifoid dalam tinjanya

sampai 6 bulan sejak terinfeksi.

b. Carrier chronis (menahun) yaitu penderita telah sembuh, tetapi masih

mengandung dan mengeluarkan organisme Salmonella typhi dalam tinjanya

sampai lebih dari satu tahun.28

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.6.3. Makanan dan Minuman Yang Terkontaminasi

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut

bersamaan dengan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja dan

urin dari penderita atau carrier.29 Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau

minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air

besar maupun setelah buang air kecil. Di beberapa negara penularan terjadi karena

mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan,

sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia. Lalat dapat juga

berperan sebagai perantara penularan memindahkan mikroorganisme dari tinja ke

makanan.30 Air susu dan bahan makanan lain yang tidak dimasak dengan baik, seperti

es krim, keju, pudding dapat menjadi sumber infeksi. Daging ikan yang hidup di air

yang tercemar kuman tifoid juga dapat sebagai sumber infeksi.2

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Bagan Penularan Demam Tifoid :30

Tinja/urin penderita atau carrier

Cuci tangan yang Vektor Air


kurang bersih

Makanan dan
minuman

Termakan/tertelan oleh manusia sehat

Kuman Salmonella typhi berkembang


biak dalam tubuh

Munculnya gejala

Sakit

Sembuh Carrier Meninggal

2.7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian

yaitu komplikasi pada usus halus (intestinal) dan komplikasi di luar usus halus

(ekstra-intestinal).23

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
2.7.1. Komplikasi Intestinal

Komplikasi intestinal atau komplikasi dalam usus halus terdiri dari :

perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis.

a. Perdarahan usus: Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila

berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda

renjatan.17

b. Perforasi usus: Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi

pada bagian distal ileum. Penderita demam tifoid dengan perforasi

mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran

kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan

disertai dengan tanda-tanda ileus. Tanda-tanda perforasi lainnya

adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat

syok.16,18

c. Peritonitis: Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.

Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding

abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri pada tekanan.16

2.7.2. Komplikasi Ekstra-Intestinal 23

Komplikasi ekstra - intestinal atau komplikasi di luar usus halus terdiri dari :

a. Komplikasi Kardiovaskular: Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis),

Miokarditis, Trombosis dan Tromboflebitis.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
b. Komplikasi Darah: Anemia hemolitik, Trombositopenia dan atau

Disseminated intravascular coagulation (DIC) dan Sindrom uremia

hemolitik.

c. Komplikasi Paru: Pneumonia, Bronkitis Empiema dan Pleuritis.

d. Komplikasi Hepar dan Kandung empedu: Hepatitis dan Kolesistitis.

e. Komplikasi Ginjal: Glomerulonefritis, Pielonefritis dan Perinefritis.

f. Komplikasi Tulang: Osteomielitis, Periostitis, Spondilitis dan Artritis.

g. Komplikasi Neuropsikiatrik: Delirium, Meningismus, Meningitis, Polineuritis

Perifer, Sindrom Guillain-Barre, Psikosis dan Sindrom Katatonia.

2.8. Pencegahan

2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan pada orang sehat untuk menekan faktor resiko

dengan usaha peningkatan dan pencegahan khusus terhadap penyakit demam tifoid,

berupa :

a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mencuci

tangan setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan

minuman. (Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

b. Melakukan pengawasan higiene makanan dan minuman dengan merebus air

dan memperpanjang waktu memasak agar Salmonella typhi mati.

c. Membuang kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau oleh

lalat.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
d. Memberantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka

dengan sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik.

e. Menerapkan standar kebersihan pada waktu menyiapkan dan menangani

makanan.

f. Melakukan pasteurisasi terhadap susu dan produk susu.30

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Ditujukan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju

suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan.31 Pencegahan

sekunder merupakan upaya mencegah demam tifoid yang diberikan kepada mereka

yang menderita atau dianggap menderita (suspek), yang meliputi diagnosis dini dan

pengobatan yang tepat untuk mencegah meluasnya penyakit.29

a. Diagnosis Dini

a.1. Gejala Klinis

Gejala-gejala demam tifoid yang muncul bervariasi, tergantung pada beratnya

penyakit, lamanya sakit, dan adekuatnya obat yang diminum. Gambaran penyakit

bervariasi dan penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit

khas dengan komplikasi dan kematian.2

Pada minggu pertama biasanya hanya memberikan gejala seperti pada

umumnya penyakit akut lainnya, seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, pusing,

pening, diare atau konstipasi, nyeri otot, nafsu makan kurang/anoreksia, serta

perasaan tidak enak di perut. Pada minggu pertama ini suhu tubuh mengalami

peningkatan yang nyata.2,22

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Pada minggu kedua, kuman dari peredaran darah masuk lagi kembali ke usus.

Membuat luka pada usus yang kalau melanjut nantinya akan menyebabkan perforasi

yang fatal akibatnya. Lidah penderita khas dimana bagian tengahnya kotor (coated

tongue), tepi dan ujungnya merah tetapi jarang disertai tremor.2,17 Pada pemeriksaan

lain akan dijumpai terjadinya pembesaran hati (hepatomegali), lien (splenomegali)

serta peristaltik usus yang meningkat (meteorismus). Jika tidak terawat secara baik

maka penderita dapat mengalami gangguan mental dan kesadarannya. Pada akhir

minggu kedua kuman-kuman akan masuk ke dalam organ-organ lainnya, yang

memungkinkan kuman dapat keluar bersama air kencing/urine.

Pada minggu ketiga adalah minggu penyembuhan/relapsi atau masa

convalescent. Jika terawat dengan baik maka panasnya akan turun, tetapi jika tidak

terawat maka disini dapat terjadi perforasi usus dan pasien dapat meninggal. Pada

minggu ketiga inilah yang sering membuat keluarga penderita terlena, karena berpikir

penderita demam tifoid telah sembuh, akan tetapi yang terjadi kemunduran kesehatan

pasien. Maka perawatan pada minggu ketiga ini harus lebih intensif.2

a.2. Pemeriksaan Laboratorium

a.2.1 Pemeriksaan Bakteriologis

Dapat dilakukan pembiakan dari berbagai bahan, yaitu darah, sumsum tulang

belakang, cairan empedu, feses, urine, dan rose spot. Pemeriksaan biakan dipengaruhi

oleh waktu saat pengambilan dan jenis bahan, pengobatan sebelumnya, serta teknik

pemeriksaan. Hasil biakan darah yang negatif belum menyingkirkan diagnosa demam

tifoid.23

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Biakan darah dilakukan pada masa 7-10 hari pertama akan memberikan hasil

positif 80%. Hasil biakan sumsum tulang memberikan hasil positif jauh lebih tinggi

dari biakan darah tepi, meskipun sudah mendapat antibiotik beberapa hari. Biakan

cairan empedu biasanya digunakan untuk mencari carrier.

Biakan feses akan lebih sering memberikan hasil positif pada minggu ketiga.

Biakan feses yang positif dengan gejala klinis yang khas demam tifoid, dapat

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa. Biakan urine dapat digunakan

sebagai deteksi carrier

a.2.2. Pemeriksaan Darah Tepi

Diagnosis demam tifoid melalui pemeriksaan darah tepi akan mendapatkan

gambaran leucopenia, limfositosis relative dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Di

samping itu, pada pemeriksaan ini kemungkinan terdapat anemia dan trombositopenia

ringan. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana, mudah dikerjakan di laboratorium yang

sederhana, akan tetapi berguna untuk membantu diagnosis.16

a.2.3. Pemeriksaan Widal

Uji Widal merupakan uji aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam

tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan para orang yang pernah

divaksinasi terhadap demam tifoid.23

Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi salmonella yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam

tifoid.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Akibat infeksi Salmonella typhi, pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:

Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman),

Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman), Aglutinin Vi,

karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Untuk membuat diagosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen

O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang

progresif digunakan untuk membuat diagnosis. Titer tersebut mencapai puncaknya

bersamaan dengan penyembuhan penderita. Titer terhadap antigen H tidak diperlukan

untuk diagnosis, karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila

penderita telah lama sembuh.17 Pemeriksaan Widal harus dilakukan minimal 2 kali

dan jika kenaikan titer lebih dari 4 kali dalam 1 minggu, maka demam tifoid dianggap

positif.32

Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal :23

i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita, yaitu:

Keadaan umum, saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, pengobatan

dini dengan antibiotik, penyakit-penyakit tertentu, obat-obat imunosupresif

atau kortikosteroid, vaksinasi dengan kotipa atau tipa, infeksi klinis atau

subklinis oleh salmonella sebelumnya, reaksi anamnestik.

ii. Faktor-faktor teknis, yaitu :

Aglutinasi silang, konsentrasi suspensi antigen, strain salmonella yang

digunakan untuk suspensi antigen.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
a.2.4. Pemeriksaan Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Metode ELISA yang digunakan untuk diagnosis penyakit demam tifoid

memakai fase padat yang dilapisi dengan sediaan Protein Membran Luar (PML)

Salmonella typhi sebagai antigen. Serum penderita yang diduga mengandung antibodi

Salmonell typhi dimasukkan ke dalam cekungan dan diinkubasikan sehingga terjadi

ikatan kompleks antigen antibodi. Pemeriksaan ini mendeteksi antibodi lebih cepat

daripada kultur darah. Penderita yang secara klinik didiagnosis sebagai demam tifoid

yang memberikan hasil positif palsu, dengan metode ini memberikan hasil positif.

Hal ini disebabkan karena penderita kemungkinan besar telah terinfeksi oleh

Salmonell typhi, tetapi organisme tidak dapat tumbuh pada spesimen darah. Oleh

karena itu, ELISA sebagai metode deteksi dengan menggunakan PML Salmonell

typhi tampaknya merupakan salah satu pemeriksaan yang berguna dalam menegakkan

diagnosis demam tifoid pada daerah endemis. ELISA dapat digunakan bersama-sama

kultur darah untuk mendapatkan diagnosis dini demam tifoid terutama pada penderita

yang mendapat pengobatan sebelum pengambilan spesimen darah, yang mungkin

memberikan hasil pemeriksaan kultur darah negatif.33

b. Pengobatan Penyakit Demam Tifoid

Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian, yaitu perawatan, diet dan obat.

b.1 Perawatan

Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi

dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas

demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
mencegah terjadinya komplikasi pedarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi

penderita dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Penderita dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-

ubah pada waktu-waktu tertentu untuk meghindari komplikasi pneumonia hipostatik

atau dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan. 23

b.2. Diet

Makanan yang diberi kepada penderita demam tifoid harus mengandung cukup

cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak

serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas

sehari perlu diberikan. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun

ialah makanan cair yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan

nafsu makan baik, maka dapat diberikan makanan lunak dengan lauk pauk yang

dicincang.16,34

Pemberian jenis makanan yang lembek seperti bubur saring, bubur kasar

bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus,

karena perlukaan pada usus memerlukan istirahat.2,23

b.3. Obat-obatan

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi

sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%), tetapi sejak adanya obat

antimikroba maka angka kematian menurun secara drastis (1-4%).2 Obat-obat

antimikroba yang sering digunakan antara lain ialah kloramfenikol, tiamfenikol,

kotrimoksazol, ampisilin dan amoksisilin, fluorokinolon.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Pengobatan pada penderita demam tifoid biasanya diberikan kloramfenikol atau

kotrimoksazol. Di Indonesia kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit

demam tifoid. Obat ini sangat efektif untuk segera menurunkan demam. Demam

berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.23

2.8.3. Pencegahan Tersier

Ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan

ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan dengan menyediakan rehabilitasi saat

penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.31

Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit tifoid, sebaiknya tetap

menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi dan lingkungan, memberikan kebutuhan

nutrisi yang memenuhi syarat kesehatan, tetap harus istirahat dan mendapatkan

perawatan yang intensif walaupun telah dinyatakan sembuh, sehingga daya tahan

tubuh pulih kembali dan dapat terhindar dari infeksi ulang tifoid.33

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang akan diteliti pada

penelitian ini adalah:

Karakteristik Penderita Demam Tifoid


1. Sosiodemografi
Umur
Jenis kelamin
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Tempat asal
2. Gejala subjektif (symptom)
3. Gejala objektif
4. Status komplikasi
5. Jenis komplikasi
6. Lama rawatan rata-rata
7. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional

a. Penderita demam tifoid adalah pasien yang dinyatakan menderita demam tifoid

berdasarkan diagnosa dokter RS. Tentara TK IV 01.07.01 Pematangsiantar

yang dicatat di kartu status.

b. Umur adalah usia penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis pada

kartu status.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Untuk analisis statistik, kategori umur yang digunakan adalah :

1. 20 tahun
2. > 20 tahun

c. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita demam tifoid

sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Laki-Laki
2. Perempuan

d. Suku adalah etnis yang melekat pada diri penderita demam tifoid sesuai dengan

yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Batak
2. Jawa
3. Tionghoa
4. Minang
5. Melayu
6. Suku lainnya

e. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita demam tifoid yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Hindu

f. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir penderita demam tifoid yang

tertulis pada kartu status dan dikategorikan atas :

1. Tidak sekolah
2. Pendidikan Dasar (SD)
3. Pendidikan Menengah (SLTP/SLTA)
4. Pendidikan Tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi)

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
g. Pekerjaan adalah aktivitas utama penderita demam tifoid sesuai dengan yang

tertulis pada kartu status yang dikategorikan atas :

1. PNS/TNI-POLRI
2. Karyawan/Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Pelajar/Mahasiswa
5. Ibu Rumah Tangga
6. Lain-lain (Belum sekolah, pengangguran)

h. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan

penderita demam sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang

dikategorikan menjadi :

1. Kawin
2. Tidak Kawin

i. Tempat asal adalah tempat tinggal penderita demam tifoid sesuai dengan yang

tertulis di kartu status yang dikategorikan atas :

1. Kota Pematangsiantar
2. Luar Kota Pematangsiantar

j. Gejala subjektif adalah jenis keluhan yang dirasakan oleh penderita demam

tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang dikategorikan menjadi :2

1. Demam
2. Mual
3. Muntah
4. Sakit kepala
5. Diare
6. Konstipasi
7. Lidah tifoid
8. Nyeri otot
9. Anoreksia

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
k. Gejala objektif adalah gejala yang tampak pada penderita demam tifoid

berdasarkan hasil pemeriksaan dokter dan laboratorium yang dikategorikan

menjadi :

1. Hasil pemeriksaan darah tepi : leukopenia, limfositosis, trombositopenia,


eosinofilia, anemia.
2. Hasil pemeriksaan serologis : Uji Widal (+), uji widal (-)

l. Status komplikasi adalah ada tidaknya penyulit yang timbul pada penderita

demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang dikategorikan

menjadi :

1. Ada komplilkasi
2. Tidak ada komplikasi

m. Jenis komplikasi adalah adanya penyakit lainnya yang bersifat memperberat

penyakit demam tifoid, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang

dikategorikan atas :16,23,27

1. Anemia
2. Pneumonia
3. Peritonitis

n. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita menjalani

perawatan di rumah sakit, dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai dengan

tanggal keluar seperti tercatat di kartu status.

o. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita demam tifoid sesuai

dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan menjadi :

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
1. Sembuh Klinis
2. Pulang berobat jalan (PBJ)
3. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
4. Meninggal dunia (MD)

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian bersifat deskriptif dengan

desain case series.

4.2. Lokasi dan waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar.

Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa di RS. Tentara TK-IV 01.07.01

Pematangsiantar tersedia data penderita demam tifoid yang dibutuhkan. Selain itu

belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Januari 2009 sampai dengan Oktober 2009.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita demam tifoid yang

rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008 yang dicatat

dalam kartu status dengan jumlah 145 data penderita.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
4.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah seluruh data penderita demam tifoid yang

rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008. Besar sampel

yang dibutuhkan adalah sama dengan populasi (total sampling) yaitu sebesar 145 data

penderita demam tifoid.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder yang diperoleh

dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita demam tifoid yang dirawat inap

di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008 kemudian dilakukan

pencatatan sesuai dengan variabel yang diperlukan.

4.5. Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan komputer.

Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan uji chi-

square dan t-test dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram

batang dan pie.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar terletak di Jalan

Gunung Simanuk manuk no. 6 Pematangsiantar dengan luas wilayah 24.000 m2.

Rumah Sakit ini merupakan milik TNI. AD yang didirikan pada tahun 1949. Pada

awalnya Rumah Sakit ini didirikan dengan nama Hospital Militer dan sebagai

Kepala Rumah Sakit Mayor CDM dr. Suroyo, kemudian pada tahun 1951 dirubah

menjadi Rumah Sakit Tentara dengan Kepala Rumah Sakit dr. Sajiman. Pada tahun

1952 sebutan Rumah Sakit Tentara dirubah menjadi Tempat Perawatan Tentara

(TPT) dengan Kepala Rumah Sakit Letnan Kolonel CDM dr. Imam. Pada tahun

1960 Rumah Sakit ini kembali dirubah namanya menjadi Rumah Sakit-II

Pematangsiantar dan sebagai Kepala Rumah Sakit dr. Pujiasari Harnopijati, pada

tahun 1986 Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Tentara TK-IV

01.07.03 Pematangsiantar dengan Kepala Rumah Sakit dr. T.J. Purba. Pada tahun

2007 Rumah Sakit ini kembali berganti nama menjadi Rumah Sakit Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar dengan Kepala Rumah Sakit dr. Mhd, Nasir Tarigan.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.1.1. Pelayanan Medis

Rumah sakit ini dilengkapi dengan berbagai prasarana yang terdiri dari

Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalansi Gawat Darurat,Instalansi

Bedah.

Poli spesialis penyakit dalam Rumah Sakit melayani penyakit yang berkaitan

dengan penyakit kardiologi, obstetri dan gynekologi, saraf, THT, jiwa, gigi dan

mulut, paru-paru, gizi, mata, kulit dan kelamin. Dokter di Rumah Sakit Tentara TK-

IV 01.07.02 Pematangsiantar ada sebanyak 11 orang, dimana dokter umum ada 8

orang dan dokter spesialis 3 orang (Bedah, Kandungan, Gigi). Pelayanan di RS

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar menerima pasien anggota (TNI-AD, PNS,

keluarga) dan partik (umum). Sumber biaya pasien untuk berobat berasal dari Askes

dan biaya sendiri.

5.1.2. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,

jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, laboratorium, taman dan

parkir, instalasi gizi, instalasi farmasi, dan fasilitas umum lainnya.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Waktu
(Bulan) Tahun 2008

Proporsi penderita demam tifiod yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar berdasarkan bulan pada Tahun 2008 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Waktu (Bulan) Tahun 2008 Rawat Inap di RS. Tentara TK-
IV 01.07.01 Tahun 2008

No. Bulan f %
1 Januari 17 11,7
2 Pebruari 8 5,6
3 Maret 9 6,2
4 April 12 8,3
5 Mei 16 11,0
6 Juni 16 11,0
7 Juli 5 3,4
8 Agustus 8 5,6
9 September 16 11,0
10 Oktober 13 9,0
11 Nopember 15 10,3
12 Desember 10 6,9
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita demam

tifoid rawat inap di RS.Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008

berdasarkan bulan adalah bulan Januari 11,7% dan terendah pada bulan Juli 3,4%.

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa frekuensi kasus tahun 2008 menurun

17
sebanyak 17 10 = 7 kasus, dengan simple ratio penurunan = 1,7 kali, serta
10

17 10
persentase penurunan sebesar 100% = 70%.
10

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Trend atau kecendrungan penderita demam tifoid berdasarkan data per bulan

tahun 2008 berada pada persamaan garis y =12,084-0,003x

5.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Sosiodemografi (Umur dan Jenis


Kelamin)

Umur termuda =1 tahun berjumlah 5 orang (3,45%), umur tertua = 75 tahun

berjumlah 1 orang (0,68%). Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) Rawat Inap di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Tahun 2008

Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 1-<5 10 6,8 7 4,8 17 11,7
2 5-10 17 11,7 11 7,6 28 19,3
3 11-20 11 7,6 15 10,4 26 17,9
4 21-30 18 12,4 13 9,0 31 21,4
5 31-40 13 9,0 6 4,1 19 13,1
6 41-50 13 9,0 7 4,8 20 13,8
7 51-60 2 1,4 1 0,7 3 2,1
8 61-70 0 0 0 0 0 0
9 71-75 0 0 1 0,7 1 0,7
Jumlah 84 57,9 61 42,1 145 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang

tertinggi berumur 21-30 tahun 21,4% dengan proporsi laki-laki 12,4% dan perempuan

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
84
9,0%. Sex ratio = x 1 = 1,4:1 (137,7%) artinya laki-laki penderita demam tifoid
61

lebih banyak daripada perempuan.

5.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sosiodemografi (Suku,


Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Asal)

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat

pada tabel 5.3 berikut:

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan
Sosiodemografi (Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Perkawinan, Tempat Asal) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Tahun 2008

Jumlah
Karakteristik
No
Sosiodemografi f %
1. Suku :
Batak 73 50,3
Jawa 65 44,8
Tionghoa 1 0,7
Minang 2 1,4
Melayu 1 0,7
Suku lainnya 3 2,1
Jumlah 145 100
2. Agama :
Islam 89 61,4
Kristen Protestan 47 32,4
Kristen Katolik 8 5,5
Hindu 1 0,7
Jumlah 145 100
3. Pendidikan :
Tidak Sekolah 20 13,8
Pendidikan Dasar 23 15,8
Pendidikan Menengah 79 54,5
Pendidikan Tinggi 11 7,6
Tidak tercatat 12 8,3
Jumlah 145 100
4. Pekerjaan :
PNS/ TNI - POLRI 43 29,7
Karyawan/Pegawai Swasta 4 2,8
Wiraswasta 12 8,3
Pelajar/Mahasiswa 50 34,5
Ibu Rumah Tangga 11 7,6
Lain-lain 25 17,1
Jumlah 145 100
5. Status Perkawinan :
Kawin 58 40,0
Tidak Kawin 87 60,0
Jumlah 145 100
6. Tempat Asal :
Kota Pematangsiantar 142 97,9
Luar Kota Pematangsiantar 3 2,1
Jumlah 145 100

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita demam

tifoid berdasarkan sosiodemografi (suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan dan tempat asal) adalah sebagai berikut :

Proporsi suku yang tertinggi Batak 50,3%, dan yang terendah Tionghoa dan

Melayu 0,7%.

Proporsi agama yang tertinggi Islam 61,4% dan yang terendah adalah Hindu

0,7%.

Proporsi pendidikan yang tertinggi adalah Pendidikan Menengah yaitu

54,5%, dan yang terendah adalah Pendidikan Tinggi yaitu 7,6%.

Proporsi pekerjaan yang tertinggi adalah Pelajar/Mahasiswa yaitu 34,5%, dan

yang terendah adalah Karyawan/Pegawai Swasta yaitu 2,8%.

Proporsi tempat tinggal yang tertinggi adalah dari Kota Pematangsiantar yaitu

97,9% dan dari Luar Kota Pematangsiantar 2,1%.

5.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif


(Symptom)

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Tahun 2008 berdasarkan gejala subjektif dapat dilihat pada tabel 5.4:

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala
Subjektif (Symptom) di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

No. Gejala Subjektif (n = 145) f %


1 Demam 145 100,0
2 Mual 57 39,3
3 Muntah 56 38,6
4 Diare 43 29,7
5 Sakit kepala 34 23,4
6 Nyeri otot 15 10,3
7 Konstipasi 11 7,6
8 Lidah tifoid 3 2,1
9 Anoreksia 1 0,7

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa gejala subjektif (symptom)

tertinggi adalah demam 100% dan terendah adalah anoreksia 0,7%.

5.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif (Hasil


Pemeriksaan Darah Tepi dan Hasil Pemeriksaan Serologis)

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan gejala objektif dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Darah Tepi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

No. Hasil Pemeriksaan Darah Tepi f %


1 Tercatat 129 89,0
2 Tidak Tercatat 16 11,0
Jumlah 145 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat hasil pemeriksaan darah tepi tercatat

89,0% dan tidak tercatat 11,0%.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksan darah tepi

tercatat yang dirawat inap di RS. Tentara TK- IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun

2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Darah Tepi Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

No. Hasil Pemeriksaan Darah Tepi Tercatat f %


(n=129)
1 Leukopenia 58 45,0
2 Trombositopenia 44 34,0
3 Limfositosis 33 25,6
4 Anemia 21 16,3
5 Eosinofilia 12 9,3

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi berdasarkan hasil

pemeriksaan darah tepi tercatat adalah leukopenia 45%.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Serologis di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

No. Hasil Pemeriksaan Serologis f %


1 Tercatat 123 84,8
2 Tidak Tercatat 22 15,2
Jumlah 145 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat hasil pemeriksaan serologis tercatat

84,8%.

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksaan serologis

tercatat yang dirawat inap di RS. Tentara TK IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun

2008 dapat dilihat pada tabel 5.8 :

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Serologis Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

No. Hasil Pemeriksaan Serologis Tercatat (n=123) f %


1 Uji Widal (+) 66 53,7
2 Uji Widal (-) 57 46,3

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi hasil pemeriksaan

serologis tercatat 53,7% dengan titer O 1/200 adalah uji widal (+).

5.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008

Jumlah
No Status Komplikasi
f %
1 Tercatat 106 73,1
2 Tidak Tercatat 39 26,9
Jumlah 145 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa jumlah status komplikasi tercatat

73,1% dan tidak tercatat 26,9%.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status
Komplikasi Tercatat di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Jumlah
No Status Komplikasi
f %
1 Ada komplikasi 9 8,5
2 Tanpa komplikasi 97 91,5
Jumlah 106 100

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2008

berdasarkan status komplikasi tertinggi adalah penderita tanpa komplikasi (91,5%).

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Yang
Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 1-<5 0 0 1 11,1 1 11,1
2 5-10 2 22,2 0 0 2 22,2
3 11-20 0 0 1 11,1 1 11,1
4 21-30 1 11,1 2 22,2 3 33,3
5 41-50 1 11,1 0 0 1 11,1
6 71-75 0 0 1 11,1 1 11,1
Jumlah 4 44,4 5 55,6 9 100

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Yang Mempunyai Komplikasi Berdasarkan Sosiodemografi di
RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jumlah
No Sosiodemografi
f %
1 Suku
1. Batak 4 44,4
2. Jawa 5 55,6
Jumlah 9 100
2 Agama
1. Islam 5 55,6
2. Kristen Protestan 3 33,3
3. Kristen Katolik 1 11,1
Jumlah 9 100
3 Pendidikan
1.Tidak sekolah 1 11,1
2. Pendidikan Dasar 2 22,2
3. Pendidikan Menengah 5 55,6
4. Pendidikan Tinggi 1 11,1
Jumlah 9 100
4 Pekerjaan
1. PNS/TNI-Polri 1 11,1
2. Ibu Rumah Tangga 2 22,2
3. Lain-lain (Belum sekolah, pengangguran) 6 66,7
Jumlah 9 100
5 Status Perkawinan
1. Kawin 4 44,4
2. Tidak Kawin 5 55,6
Jumlah 9 100
6 Tempat Asal
1. Kota Pematangsiantar 8 88,9
2. Luar Kota Pematangsiantar 1 11,1
Jumlah 9 100
7 Gejala Subjektif (n=9)
1. Demam 9 100
2. Mual 3 33,3
3. Muntah 3 33,3
4. Sakit Kepala 2 22,2
5. Diare 3 33,3
6. Nyeri Otot 1 11,1
8 Gejala Objektif (n=9)
1. Leukopenia 4 44,4
2. Limfotosis 3 33,3
3. Trombositopenia 3 33,3
4. Eosinofilia 1 11,1
5. Anemia 1 11,1
6. Uji Widal (+) 4 44,4

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
9 Keadaan Sewaktu Pulang
1. Sembuh klinis 2 22,2
2. PBJ 7 77,8
Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita yang

mempunyai komplikasi adalah usia 21-30 tahun 33,3%, laki-laki 11,1% dan

perempuan 22,2%.

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita yang

mempunyai komplikasi berdasarkan sosiodemografi adalah suku Jawa (55,6%),

agama Islam (55,6%), Pendidikan Menengah (55,6%), pekerjaan lain-lain (belum

sekolah, pengangguran) 66,7%, tidak kawin (55,6%), tempat asal kota

Pematangsiantar (88,9%), demam (100%), mual (33,3%), muntah (33,3%), sakit

kepala (22,2%), diare (33,3%), nyeri otot (11,1%), uji widal (+) 44,4%, leukopenia

(44,4%), limfositosis (33,3%), trombositopenia (33,3%), pulang berobat jalan

(77,8%).

5.8. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat

pada tabel 5.13 :

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis
Komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008

No Jenis Komplikasi (n = 9) f %
1 Anemia 1 11,1
2 Pneumonia 7 77,8
3 Peritonitis 1 11,1

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah penderita yang mengalami

pneumonia (77,8%) dan yang terendah anemia dan peritonitis masing-masing

(11,1%).

5.9. Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat


Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008

Lama Rawatan Rata-rata (hari)


X = 4,33
SD = 1,720
95 % CI = 4,05 4,61
Coefficient of Variation = 39,72 %
Minimum =1
Maksimum = 10

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata- rata penderita

demam tifoid adalah 4,33 hari (4 hari) , Standard Deviation (SD) 1,720, dan nilai

Coefficient of Variation sebesar 39,72% yang berarti lama rawatan rata-rata

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penderita demam tifoid bervariasi, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan

lama rawatan maksimum adalah 10 hari.

5.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita demam tifoid yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Tahun 2008 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Jumlah
No Keadaan Sewaktu Pulang
f %
1 Sembuh Klinis 67 46,2
2 Pulang Berobat Jalan 70 48,3
3 Pulang Atas Permintaan Sendiri 6 4,1
4 Meninggal Dunia 2 1,4
Jumlah 145 100

Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan (48,3%),

dan yang terendah adalah Meninggal Dunia (1,4%) dengan Case Fatality Rate (CFR)

1,4%.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS.
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
No Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f % f %
1 7 1 50 0 0 1 50
2 28 1 50 0 0 1 50
Jumlah 2 100 0 0 2 100

Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap


Yang Meninggal Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008
Jumlah
No Sosiodemografi
f %
1 Suku
1. Batak 1 50
2. Jawa 1 50
Jumlah 2 100
2 Agama
1. Islam 2 100
Jumlah 2 100
3 Pendidikan
1. Pendidikan Rendah (SD) 1 50
2. Pendidikan Tinggi (Akademi / PT) 1 50
Jumlah 2 100
4 Pekerjaan
1. PNS/TNI-Polri 1 50
2. Lain-lain (Belum sekolah, pengangguran) 1 50
Jumlah 2 100
5 Status Perkawinan
1. Kawin 1 50
2. Tidak Kawin 1 50
Jumlah 2 100
6 Tempat Asal
1. Kota Pematangsiantar 2 100
Jumlah 2 100
7 Gejala Subjektif (n=2)
1. Demam 2 100
2. Mual 1 50
3. Muntah 2 100

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
8 Gejala Objektif (n=2)
1. Leukopenia 2 100
2. Limfotosis 1 50
3. Trombositopenia 1 50
4. Uji Widal (+) 2 100
9 Status Komplikasi
Tidak Tercatat 2 100

Berdasarkan tabel 5.16 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang

meninggal dunia adalah usia 1-10 tahun 50% jenis kelamin laki-laki 50% dan usia

21-30 tahun 50% jenis kelamin laki-laki 50%.

Berdasarkan tabel 5.17 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang

meninggal dunia berdasarkan sosiodemografi adalah suku Batak (50%) dan suku

Jawa (50%), agama Islam (100%), SD (50%) dan PNS/TNI-POLRI (50%), kawin

(50%) dan tidak kawin (50%), tempat asal kota Pematangsiantar (100%), demam

(100%), mual (50%), muntah (100%), uji widal (+) 100%, leukopenia (100%),

limfositosis (50%), trombositopenia (50%), keadaan sewaktu pulangnya tidak tercatat

pada kartu status.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11. Analisa Statistik

5.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi


Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008

Umur (Tahun)
Status Jumlah
No 20 > 20
Komplikasi
f % f % f %
1 Ada komplikasi 4 44,4 5 55,6 9 100

2 Tanpa komplikasi 46 47,4 51 52,6 97 100

p = 1,000

Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat dilihat bahwa dari 9 penderita demam

tifoid yang mengalami komplikasi, sebanyak 4 orang (44,4%) berusia 20 tahun,

degan jenis kelamin laki-laki 2 orang dan perempuan 2 orang, sebanyak 5 orang

(55,6%) berusia > 20 tahun dengan jenis kelamin laki-laki 2 orang dan perempuan 3

orang. Dari 97 penderita demam tifoid tanpa komplikasi sebanyak 46 orang (47,4%)

berusia 20 tahun, sebanyak 51 orang (52,6%) berusia > 20 tahun.

Analisa statistik dengan uji Exact Fishers diperoleh p>0,05 yang berarti

secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan status

komplikasi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi penderita demam tifoid di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 5.19. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi


Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008

Lama Rawatan Rata-Rata


Status Komplikasi (Hari)
N X SD
Ada komplikasi 9 4,89 1,965
Tanpa komplikasi 97 4,19 1,716
t = 1,162 df = 104 p= 0,248

Berdasarkan tabel 5.19 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang

mengalami komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,89 hari dan

penderita tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,19

hari.

Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh p > 0,05 yang berarti tidak ada

perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status

komplikasi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
5.11.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita demam tifoid berdasarkan status

komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan


Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar
Tahun 2008

Keadaan Sewaktu Pulang


Status Sembuh Jumlah
No PBJ PAPS Meninggal
Komplikasi Klinis
f % f % f % f % f %
1 Ada 3 33,3 6 66,7 0 0 0 0 9 100
Komplikasi
2 Tanpa 50 51,5 44 45,4 3 3,1 0 0 97 100
Komplikasi

Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa dari 9 orang penderita demam

tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 3 orang (33,3%) Sembuh Klinis, 6 orang

(66,7%) Pulang Berobat Jalan, tidak ada yang pulang atas permintaan sendiri dan

meninggal. Penderita demam tifoid yang meninggal dunia 2 orang dengan lama

rawatan rata-rata 7 hari dan 4 hari. Dari 97 orang penderita demam tifoid tanpa

komplikasi sebanyak 50 orang (51,5%) Sembuh Klinis, 44 orang (45,4%) PBJ, 3

orang (3,1%) PAPS.

Analisa statistik dengan uji chi square tidak dapat dilakukan karena terdapat

4 sel (50,0%) expected count yang besarnya kurang dari 5.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Waktu


(Bulan) Tahun 2008

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu (bulan) yang dirawat inap

di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.1.

22 NBKW
20
18 y =12,084-0,003x
16 Waspada
14
Jumlah Kasus

12
10 Normal
8
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Oktr Nop Des

Bulan

Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Waktu


(Bulan) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan grafik 6.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus penderita

demam tifoid berdasarkan bulan tertinggi adalah pada bulan Januari yaitu 17 kasus

dan terendah pada bulan Juli yaitu 5 kasus. Trend atau kecendrungan penderita

demam tifoid menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y =12,084-0,003x.

Hal ini tidak dapat disimpulkan secara langsung bahwa terjadi penurunan penderita

demam tifoid di masyarakat, tetapi yang mengalami penurunan adalah penderita

demam tifoid yang berobat ke RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun

2008.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan rumus NBKW (Nilai Batas Keadaan Wabah) = x +2SD, dimana

x = jumlah penderita rata-rata per bulan = 145/12= 12,0834 12, SD =

( x x) 2

=
177
= 4, maka NBKW = x + 2SD = 12+ 2x4 = 20. Berdasarkan
n 1 11

gambar dapat dilihat bahwa kasus demam tifoid belum melewati NBKW yang berarti

kasus demam tifoid di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar belum

menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), melainkan dalam tahap waspada.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan
Jenis Kelamin)

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis kelamin yang

dirawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat

dilihat pada gambar 6.2.

71-75 0 0.7
61-70 0
51-60
1.4 0.7
Umur (Tahun)

9 41-50 4.8
9 31-40 4.1
12.4 21-30 9
7.6 11-20 10.3
11.7 5-'10 7.6
6.9 1-<5 4.8

Proporsi (%)
Laki-laki Perempuan

Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Umur


dan Jenis Kelamin Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat pada laki-laki proporsi tertinggi pada

kelompok umur 21-30 tahun 12,4%, pada perempuan tertinggi pada kelompok umur

11-20 tahun 10,3%. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis

kelamin tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun dengan laki-laki 12,4% dan

perempuan 9,0%. Demam tifoid dapat terjadi pada semua kelompok umur dan semua

jenis kelamin. Kelompok usia 21-30 tahun merupakan usia dewasa yang bebas

mengkonsumsi makanan dan sering makan tanpa memperhatikan higiene tempat

mengolah makan maupun higiene dirinya sendiri.25

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Sex ratio penderita demam tifoid sebesar 1,4 : 1 menunjukkan bahwa jumlah

penderita laki-laki lebih besar daripada perempuan, dan hal ini dipengaruhi karena

laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah sehingga memungkinkan

laki-laki mendapatkan resiko lebih besar terkena demam tifoid dibandingkan

perempuan.26

6.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan suku yang dirawat inap di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.3.

60
50.3
50 44.8
40
Proporsi (%)

30
20
10 2.1 1.4 0.7 0.7
0
Batak Jawa Suku M inang M elayu Tionghoa
Lainnya
Suku

Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku


Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid tertinggi adalah Suku Batak (50,3%) dan terendah Suku Melayu dan Tionghoa

(0,7%). Hal ini bukan merupakan indikasi keterkaitan suku dengan penderita demam

tifoid, namun hanya menunjukkan bahwa yang berobat ke RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar mayoritas bersuku Batak.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan hasil survei BPS Pematangsiantar tahun 2008 proporsi suku

batak di Pematangsiantar adalah tertinggi yaitu 56%. Jadi keadaan ini mempengaruhi

kunjungan pasien yang datang berobat yaitu mayoritas suku Batak. 35

6.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan agama yang rawat inap di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.4.

5.5% 0.7%

32.4%

61.4%

Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu

Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama


Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

demam tifoid berdasarkan agama adalah Islam (61,4%) dan terendah Hindu (0,7%).

Penyakit demam tifoid tidak dipengaruhi oleh agama tertentu. Dalam penelitian ini

jumlah penderita yang beragama Islam lebih besar daripada agama-agama lainnya

menunjukkan penderita demam tifoid yang datang berobat ke RS. Tentara TK-IV

01.07.01 mayoritas beragama Islam.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan pendidikan yang rawat inap di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar

6.5.

60 54.5
50
40
Proporsi (%)

30
20 15.8 13.8
8.3 7.6
10
0
Pendidikan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tercatat Pendidikan
M enengah Dasar Tinggi
Pendidikan

Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Pendidikan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan penderita

demam tifoid tertinggi adalah Pendidikan Menengah (54,5%), dan terendah

Pendidikan Tinggi (Akademi/PT) (7,6%). Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan

pendidikan dengan kejadian demam tifoid, hanya menunjukkan pengunjung yang

berobat ke Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar terbanyak adalah

Pendidikan Menengah (SLTP/SLTA).

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan pekerjaan yang rawat inap di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar

6.6.

Pelajar/Mhsiswa 34.5

PNS/TNI-POLRI 29.7
Pe k e rja a n

Lain-lain (Belum sekolah,pengangguran) 17.1

Wiraswasta 8.3

Ibu Rumah Tangga 7.6

Karyawan/Pegawai Swasta 2.8

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Proporsi (%)

Gambar 6.6. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Pekerjaan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan penderita

tertinggi adalah Pelajar/Mahasiswa (34,5%) dan terendah adalah Karyawan/Pegawai

Swasta (2,8%). Cyrus H. Simanjuntak (1993) dalam penelitiannya di Paseh Jawa

Barat menjelaskan bahwa Pelajar/Mahasiswa lebih banyak menderita demam tifoid,

karena sering jajan /makan di luar rumah, sehingga kemungkinan untuk terinfeksi

jauh lebih besar.14

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Perkawinan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status perkawinan yang rawat

inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.7.

40%

60%

Tidak Kaw in Kaw in

Gambar 6.7. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Perkawinan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan status perkawinan yang tertinggi adalah tidak kawin (60%) dan penderita

yang kawin (40%). Hal ini berkaitan dengan jumlah penderita demam tifoid di RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 lebih banyak pada usia 21-30

tahun yang sebagian besar merupakan pelajar/mahasiswa sehingga banyak yang

belum kawin.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ifera N. di RS. Harapan

Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi

penderita demam tifoid tidak kawin (68,4%).24

6.8. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan tempat asal yang rawat inap di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar

6.8.

2,1%

97,9 %
Kota Pematangsiantar Luar Kota Pematangsiantar

Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat


Asal Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan tempat asal tertinggi dari dalam Kota Pematangsiantar (97,9%) dan dari

luar kota Pematangsiantar (2,1%). Hal ini diasumsikan karena letak RS. Tentara TK-

IV 01.07.01 terletak di kota Pematangsiantar sehingga banyak penderita yang berasal

dari kota Pematangsiantar.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.9. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif (Symptom)

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala subjektif (symptom) yang

rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat

pada gambar 6.9.

Demam 100
Mual 39.3
Gejala Subjektif (symptom)

Munt ah 38.6
Diare 29.7
Sakit Kepala 23.4
Nyeri Ot ot 10.3
Konstipasi 7.6
Lidah T ifoid 2.1
Anoreksia 0.7
0 20 40 60 80 100 120
Propors i (%)

Gambar 6.9. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala


Subjektif (Symptom) Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan gejala subjektif tertinggi adalah Demam (100%) dan yang terendah

adalah Anoreksia (0,7%). Demam memiliki sensitivitas 100% yang berarti semua

penderita demam tifoid mengalami gejala demam. Sensitivitas mual 39,3%,

menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid terdapat 39 orang yang mengalami

mual, sensitivitas muntah 38,6%, menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid

terdapat 39 orang yang mengalami muntah.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Demam merupakan gejala utama demam tifoid yang terjadi karena Salmonella

typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit

pada jaringan yang meradang. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas gejala klinis

penderita demam tifoid adalah gejala demam.23 Pada minggu pertama biasanya

penderita demam tifoid memberikan gejala seperti pada umumnya penyakit akut

lainnya, seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, pusing, pening, diare atau

konstipasi, nyeri otot, nafsu makan kurang/anoreksia, serta perasaan tidak enak di

perut.2

Pada demam tifoid, demam biasanya berlangsung sampai dengan minggu

kedua (14 hari), dan pada minggu ketiga demam akan turun jika penderita demam

tifoid mendapatkan perawatan yang baik.2

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Santi S. Di RS. Sari Mutiara

Medan Tahun 2005 dengan desain case series bahwa semua penderita demam tifoid

mengalami demam (100%).36

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala objektif yang rawat inap

di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.10.

Uji Widal (+) 53.7


Gejala Objektif (sign)

Leukopenia 45

T rombositopenia 34

Limfosit osis 25.6

Eosinofilia 16.3

Anemia 9.3

0 10 20 30 40 50 60
Proporsi %)

Gambar 6.10. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Gejala Objektif Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV
01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid berdasarkan gejala objektif tertinggi yaitu uji widal(+) 53,7% dengan titer

O1/200. Yang berarti dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 54 orang uji

positif dengan uji widal. Sensitivitas leukopenia 45% menunjukkan dari 100 orang

penderita demam tifoid terdapat 45 orang yang mengalami leukopenia, sensitivitas

trombositopenia 34% menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat

34 orang yang mengalami trombositopenia, sensitivitas limfositosis 25,6%

menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 26 orang yang

mengalami limfositosis, sensitivitas eosinofilia 16,3% menunjukkan dari 100 orang

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
penderita demam tifoid terdapat 16 orang yang mengalami eosinofilia, sensitivitas

anemia 9,3% menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 9 orang

yang mengalami anemia.

Sampai saat ini uji widal merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk

membantu diagnosis demam tifoid. Uji widal mempunyai kelemahan baik sensitivitas

dan spesifitasnya yang rendah maupun interpretasi yang sulit dilakukan. Namun uji

widal (+) akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid. Uji widal (+) pada

penderita demam tifoid apabila hasil diagnosa ditemukan titer O 1/120, sedangkan

uji widal (-) pada penderita demam tifoid dapat terjadi karena faktor-faktor yang

berhubungan dengan penderita seperti pengambilan serum terlalu dini, pengobatan

antibiotik sebelumnya, adanya gangguan immunologi, serta sediaan antigen yang

bervariasi.23

Uji widal sebaiknya tidak hanya satu kali saja dilakukan, melainkan perlu

dilakukan pemeriksaan berikutnya 5-7 hari setelah pemeriksaan pertama untuk

melihat kenaikan titer 4 kali sehingga dapat memastikan diagnosa demam tifoid.32

Di Rumah Sakit ini tidak diketahui kapan dilakukan pemeriksaan penderita

demam tifoid dengan uji widal dan berapa kali dilakukan.

Pemeriksaan darah tepi pada penderita demam tifoid dapat ditemukan

leukopenia, limfositosis, trombositopenia, anemia, eosinofilia. Pada hasil

pemeriksaan darah tepi adanya leukopenia dan limfositosis menjadi dugaan kuat

diagnosis demam tifoid.3

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.11. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi yang rawat

inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.11.

8,5%

91,5%

Tanpa Komplikasi Ada Komplikasi

Gambar 6.11. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status


Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid berdasarkan status komplikasi tertinggi pada yang tidak mengalami komplikasi

(91.5%) dan yang mengalami komplikasi (8.5%).

Proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi 6,2% pada usia

12 tahun, 26 tahun, 2 tahun, 22 tahun, 75 tahun, 48 tahun, 23 tahun, 8 tahun dan 8

tahun. Komplikasi pada demam tifoid terjadi oleh karena tidak mendapatkan

pengobatan, perawatan yang adekuat dan menunjukkan gejala klinis setelah dua

minggu penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi masih demam.34

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ifera N. di RS. Harapan

Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi

penderita demam tifoid tanpa komplikasi (93,5%).24 Hasil penelitian Rumintan, E di

RS. Bhayangkara Medan pada tahun 2007 dengan desain case series bahwa proporsi

tertinggi penderita demam tifoid tanpa komplikasi (90,8%).37

6.12. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan jenis komplikasi yang rawat

inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.12.

100
77.8
80
Proporsi (%)

60

40

20 11.1 11.1

0
Pneumonia Anemia Peritonitis
Jenis Kom plikasi

Gambar 6.12. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis


Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01
Pematangsiantar Tahun 2008

Dari gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah Pneumonia (77,8%) dan terendah

Anemia dan Peritonitis masing-masing (11,1%).

Pada minggu kedua atau lebih sering timbul komplikasi demam tifoid mulai

dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Berat atau ringannya komplikasi

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
yang timbul tergantuang pada kuantitas, jenis, keganasan bakteri serta kekebalan

tubuh penderita. Komplikasi dapat terjadi di dalam usus (intestinal) dan di luar usus

(ekstra intestinal). Peritonitis terjadi di dalam usus karena adanya infeksi pada selaput

perut dengan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut, dinding abdomen tegang dan

nyeri pada tekanan. Anemia terjadi karena adanya penurunan hemoglobin secara tiba-

tiba tanpa adanya pendarahan. Pneumonia dapat timbul pada awal sakit dengan gejala

penderita demam tifoid mengalami sesak napas.3

Hal ini sesuai dengan penelitian Nasution, S.H., di Rumah sakit martha Friska

Medan (2005) dengan desain case series, dari 12 penderita demam tifoid dengan

komplikasi terdapat 66,7% (8 orang) yang mengalami komplikasi pneumonia.38

6.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid

Berdasarkan tabel 5.8. lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah

4,33 hari (4 hari) dengan SD= 1,720 hari, dimana lama rawatan minimum adalah 1

hari dan lama rawatan maksimum adalah 10 hari.

Minimum lama rawatan adalah 1 hari dan maksimum adalah 10 hari.

Penderita yang lama rawatannya 1 hari ada 1 orang (0,7%). Karakteristik penderita

yang lama rawatannya 1 hari adalah umur 16 tahun dengan jenis kelamin perempuan.

Sedangkan penderita yang memiliki lama rawatan 10 hari yaitu 1 orang, umur 28

tahun, perempuan.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.14. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang

rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat

pada gambar 6.13.

4.1% 1.4%

48.3%

46.2%

Pulang Berobat Jalan (PBJ) Sembuh Klinis


Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) M eninggal Dunia (M D)

Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi keadaan

sewaktu pulang penderita demam tifoid adalah pulang berobat jalan 48,3% dan yang

terendah adalah meninggal dunia (1,4%). Penderita demam tifoid yang pulang

meninggal dunia usia 7 tahun jenis kelamin laki-laki, usia 28 tahun jenis kelamin

laki-laki. Penderita demam tifoid yang baru sembuh masih mengekskresikan

Salmonella typhi dalam waktu 3 bulan ataupun lebih dari 1 tahun, karena itu

penderita demam tifoid yang dinyatakan sembuh harus tetap melakukan pemeriksaan

bakteriologis sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan Salmonella typhi dalam

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
tubuh. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri disebabkan karena biaya

perobatan yang mahal.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rumintan di RS.Bhayangkara Medan (2007)

bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang

tertinggi adalah pulang berobat jalan (91,4%).38 Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Pratiwi, R di RSU Permata Bunda Medan pada tahun 2007 dengan desain

case series bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat

jalan (99%).39

6.15. Analisa Statistik

6.15.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur berdasarkan status komplikasi rawat inap di RS. Tentara TK-

IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.14.

60 55.6 52.6
47.4
50 44.4

40
Proporsi (%)

30
20
10
0
Ada Komplikasi Tanpa Komplikasi

Status Komplikasi
20 tahun > 20 tahun

Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Berdasarkan Status Komplikasi


Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara
TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang

mempunyai komplikasi tertinggi berada pada usia > 20 tahun dengan proporsi 55,6%

dan penderita yang tanpa komplikasi tertinggi pada usia > 20 tahun dengan proporsi

52,6%. Hal ini berhubungan dengan penderita yang mengalami komplikasi rawat inap

inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 tertinggi berada

pada usia > 20 tahun yaitu pada kelompok umur 21-30 tahun 33,3%, 41-50 tahun dan

71-75 tahun masing-masing11,1%.

Risiko terjadinya komplikasi pada orang dewasa lebih tinggi daripada anak-

anak karena gejala klinis demam tifoid pada orang dewasa cenderung berat dan

perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan pada

anak-anak gejala klinis demam tifoid cenderung tidak khas dan perjalanan penyakit

berlangsung dalam jangka waktu yang pendek.25

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) expected count yang besarnya

kurang dari 5.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.15.2. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status
Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi

di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 6.15.

Ada Komplikasi 4.89


Status Komplikasi

Tanpa Komplikasi 4.19

1 2 3 4 5
Hari

Lama rawatan rata-rata (hari)

Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita


Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi Rawat
Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.15 dapat diketahui bahwa dari 145 penderita demam

tifoid, yang mempunyai komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata

4,89 hari, dan yang tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata-

rata 4,19 hari.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p = 0,399

(p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan

rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
6.15.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status komplikasi rawat inap di

RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar

6.16.

80
66.7
70
Proporsi (%)

60 51.5
50 45.4
40 33.3
30
20
10 0 0 3.1 0
0
Ada Komplikasi T anpa Komplikasi
Status Komplikasi
Sembuh Klinis PBJ PAPS Meninggal

Gambar 6.16. Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan


Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun
2008

Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang

mempunyai komplikasi tertingi keadaan sewaktu pulangnya adalah PBJ dengan

proporsi 66,7%, dan yang tanpa komplikasi tertinggi keadaan sewaktu pulangnya

adalah Sembuh Klinis dengan proporsi 51,5%. Hal ini berhubungan dengan penderita

demam tifoid yang baru sembuh dan yang mempunyai komplikasi harus tetap

mendapatkan pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih berat lagi yang dapat menimbulkan kematian.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) expected count yang besarnya kurang dari 5.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu (bulan) tahun 2008

tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 11,7%.

7.1.2. Kecenderungan kunjungan penderita demam tifoid di RS. Tentara TK-IV

01.07.01 Pematangsiantar berdasarkan data per bulan tahun 2008

menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y=12,084-0,003x dengan

simple ratio penurunan 1,7 kali serta persentase penurunan kasus sebesar

70%.

7.1.3. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi diperoleh umur

termuda 1 tahun (3,45%), umur tertua 75 tahun (0,68%), proporsi tertinggi

pada kelompok umur 21-30 tahun 21,4%, dengan proporsi laki-laki 12,4%

dan perempuan 9,0% dengan sex ratio = 137,7%, suku Batak 50,3%, agama

Islam 61,4%, Pendidikan Menengah SLTP/SLTA 54,5%, pekerjaan

Pelajar/Mahasiswa 34,5%, status perkawinan Tidak Kawin 60,0%, dan tempat

asal Kota Pematangsiantar 97,9%.

7.1.4. Sensitivitas gejala subjektif tertinggi adalah demam 100%.

7.1.5. Sensitivitas gejala objektif tertinggi adalah uji widal (+) 53,7% dengan titer

O1/120 dan diagnosa dokter RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar

tidak diketahui kapan dilakukan dengan uji widal dan berapa kali.

7.1.6. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi yang tertinggi

adalah tanpa komplikasi 91,5%.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
7.1.7. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan jenis komplikasi yang tertinggi

adalah Pneumonia 77,8%.

7.1.8. Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah 4,33 hari (4 hari).

7.1.9. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang

tertinggi adalah pulang berobat jalan 48,3%.

7.1.10. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan status

komplikasi (p=1,000).

7.1.11. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan

status komplikasi (p=0,248).

7.1.12. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang

berdasarkan status komplikasi (p=0,445).

7.2. Saran

7.2.1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar meningkatkan penanganan pada

pasien demam tifoid, sehingga tidak ada pasien penderita demam tifoid yang

meninggal dan untuk mengurangi terjadinya komplikasi dan agar pihak RS.

Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar dengan teliti dan tepat melakukan

penegakan diagnosa dengan mengikuti prosedur standar (SPO) dan

melakukan pemeriksaan uji widal lebih dari 1 kali sehingga dapat dilihat

peningkatan titer sebesar 4 kali pada penderita demam tifoid.

7.2.2. Kepada bagian Rekam Medik RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar

untuk lebih melengkapi pencatatan rekam medik terkhusus yang berkaitan

dengan penderita demam tifoid yaitu data penderita demam tifoid yang

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
meninggal, pendidikan, hasil pemeriksaan darah tepi, hasil pemeriksaan

serologis/uji widal, status komplikasi.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI., 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuhu Indonesia


Sehat 2010. Jakarta.
2. Ibrahim, Saskia., 2003. Klinik Keluarga Terapi Demam. Progres, Jakarta.
3. Soegijanto, Soegeng, dkk., 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa &
Penatalaksanaan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
4. Handojo, Indro., 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi.
Airlangga University Press, Surabaya.
5. Muchayat, Siti., 2006. Hubungan Dot Enzyme Immunoassay Terhadap Biakan
Empedu Dan Uji Widal Pada Penderita Tersangka Demam Tifoid.
Jurnal Kedokteran Yarsi, Vol. 14 No. 1.
6. World Health Organization., 2003. Background Document : The Diagnosis,
Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Geneva, Switzerland.

7. Rampengan, T.H.,Laurentz, I.R., 1999. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.


EGC, Jakarta.

8. Crump, J.A, dkk., 2004. The Global Burden of Typhoid Fever. Buletin WHO
Vol. 82, No. 5.

9. Depkes RI., 2004. P2M & Pl dan Litbangkes. http:// www.depkes.go.id


10. Widijanti, Anik., 2000. Pemeriksaan Laboratorium Pada Demam Tifoid. Majalah
Medika, April, No. 4

11. Depkes RI., 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2000.

12. Depkes RI., 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003,
Medan.

13. Ditjen YanMedik, Depkes RI., 2006. Health Statistics. Jakarta.


http://www.depkes.go.id.

14. Simanjuntak, C.H., 1993. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan


Penelitiannya. Cermin Dunia Kedokteran. No. 124

15. Dinkes Sulawesi Tengah., 2006. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006. Sulawesi Tengah..

16. Hassan, R., H Alatas., 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta.

17. Darmowandowo., 2004. Demam Tifoid. http://www.cdc.gov/travelfdiseases/


typhoid.htm.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
18. Sudoyo, W.A., 2007. Ilmu Penyakit Dalam , Jilid III, Buku Ajar Edisi
Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

19. Suriadi., Yuliani Rita., 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung
Seto, Jakarta.

20. Alimul, A.H., 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.

21. A, Mubin Halim., 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis
Dan Terapi. EGC, Jakarta.

22. Davey, Patrick., 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga, Jakarta.

23. Juwono, Rachmat., 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit FK UI, Jakarta.

24. Naibaho, Ifera., 2006. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di
Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar Tahun 2003-2004. Skripsi
FKM USU Medan.

25. Hadinegoro, Rezeki, S., .2008. Demam Tifoid Pada Anak.


http://www.medicastore.com.

26. Musnelina, L, dkk., 2004. Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam


Tifoid Anak Di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002.
Makara Kesehatan, Vol 8, No.1 Juni, hal 27-31.

27. Lubis, R., 2000. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita
Yang Dirawat di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Tesis Program Pasca
sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.

28. Sjoekoer, M, dkk., 2003. Bakteriologi Medik. Penerbit Bayumedia Publishing.


Malang.

29. Hartono, A., 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

30. Kandun., 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. CV Infomedika,


Jakarta.

31. Fauziah, M.,dkk,. 2005. Epidemiologi : Suatu Pengantar. Edisi Kedua, EGC.
Jakarta

32. Soedarto., 2002. Sinopsis Klinis. Airlangga University Press. Surabaya.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
33. Nelwan, R.H.H., 1999. Alternatif Baru Pengobatan Demam Tifoid Yang
Resisten. Cermin Dunia Kedokteran No. 124

34. Nursalam, dkk., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Salemba
Medika, Jakarta.

35. BPS Pematangsiantar., 2009. Data Kependudukan Pematangsiantar Tahun 2008.


www. bps pematangsiantar. go.id.

36. Sitohang, Santy Riana., 2005. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat
Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003. Skripsi
FKM-USU Medan.

37. Rumintan, E., 2007. Karakteristik Penderita Penyakit Demam Tifoid Rawat
Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2005. Skripsi FKM
USU Medan.

38. Nasution, S.H., 2005. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2004. Skripsi FKM USU
Medan.

39. Pratiwi, R., 2007. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di
RSU. Permata Bunda Medan Tahun 2004-2005. Skripsi FKM-USU
Medan.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Lampiran 1. Master Data
Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008

stkplksi
Wdl (+)
anrksia
knstpsi
ldhtfd
umrk
umra

mnth
skpla
t.asal
dmm

diare
didik

mual

Trm
umr

Lmf
nyri

Lkp

Ane
Eos
sku

ksp
krj

jns
no

ag

sk
jk

lr
1 16 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 . 2 . 5 1
2 11 3 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 . . 4 1
3 29 4 2 1 1 2 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 . 8 1
4 28 4 2 2 2 1 4 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 . . 5 2
5 42 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 . 4 2
6 3 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 2 . 5 1
7 12 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 6 2
8 34 5 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 1
9 53 7 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 . . 7 2
10 5 2 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 3 1
11 6 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . . 6 1
12 8 2 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
13 26 4 2 2 1 3 3 4 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 7 2
14 4 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 5 2
15 1 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 1
16 1 1 1 1 1 3 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . . 4 1
17 41 6 2 2 2 1 3 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 3 1
18 39 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 4 1
19 1 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 . . 3 2
20 8 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 5 2
21 1 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . . . 7 1
22 24 4 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 . 4 1
23 29 4 2 2 2 1 3 6 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 . 4 1
24 13 3 1 1 1 2 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 2 1
25 3 1 1 1 1 2 1 6 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 1
26 2 1 1 2 1 2 1 6 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 1 2 2 2
27 5 2 1 1 1 2 1 6 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 2 . 5 1
28 37 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
29 19 3 1 2 1 2 4 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 4 2
30 16 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 . 7 2
31 37 5 2 2 1 1 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 1
32 9 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 7 1
33 7 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 . . 7 4

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
34 2 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 4 1
35 17 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 5 1
36 36 5 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 4 2
37 48 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 1
38 32 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 2 . 2 2
39 28 4 2 1 2 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 . . 3 4
40 22 4 2 2 1 2 4 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 6 1
41 22 4 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 5 1
42 38 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 6 1
43 30 4 2 1 2 1 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . 2 . 2 2
44 9 2 1 2 2 1 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 4 3
45 20 3 1 2 1 2 4 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 2
1
46 28 4 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 . 0 1
47 32 5 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 7 1
48 36 5 2 1 6 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 . . 3 1
49 3 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 1
50 10 2 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
51 43 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 . . 2 3
52 23 4 2 1 1 2 4 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 2 1
53 6 2 1 2 3 3 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 . . . . . . 2 . 2 1
54 75 9 2 2 2 1 3 5 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 5 1
55 30 4 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 2
56 17 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 2
57 38 5 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 . . . . . . 2 . 2 1
58 31 5 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 . . . . . . 2 . 3 1
59 24 4 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 3 2
60 18 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 3 2
61 21 4 2 1 1 2 3 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . 2 . 4 1
62 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 2
63 29 4 2 2 2 1 3 5 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 5 1
64 13 3 1 1 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 5 1
65 23 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 3 2
66 9 2 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 4 1
67 41 6 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 1
68 51 7 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 2 2
69 39 5 2 1 1 1 3 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 2 . 7 1
70 1 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 2
71 39 5 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 7 1
72 5 2 1 2 1 2 1 6 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . . 3 1

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
73 34 5 2 1 4 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 1
74 43 6 2 2 1 1 4 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 4 1
75 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 2 1
76 8 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 . 2 . 4 1
77 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
78 8 2 1 1 2 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 3 1
79 43 6 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 3 1
80 24 4 2 1 1 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 3 1
81 8 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 . . . . . 2 2 . 3 1
82 8 2 1 1 2 1 5 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 2
83 46 6 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 4 2
84 44 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 . 8 2
85 4 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
86 13 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 2 2
87 23 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 . . . . . . 2 . 4 2
88 7 2 1 1 6 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 2 . 7 1
89 29 4 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 . . . . . . 2 . 6 2
90 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 7 2
91 39 5 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 2 . 4 2
92 7 2 1 2 1 3 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 6 2
93 29 4 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
94 17 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 2
95 12 3 1 1 1 2 3 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 2
96 7 2 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 5 2
97 26 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 3
98 3 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 1
99 23 4 2 2 6 4 3 5 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 2
100 32 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 7 2
101 36 5 2 2 1 1 3 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 . 6 1
102 48 6 2 1 2 1 3 3 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 4 3
103 48 6 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . 2 2
104 8 2 1 1 2 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 . 3 1
105 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 3 2
106 46 6 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 4 2
107 44 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 8 2
108 4 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 4 2
109 13 3 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
110 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 . . . . . 2 1 2 7 2
111 16 3 1 2 4 1 3 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 1 2
112 12 3 1 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 4 1

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
113 25 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . . 4 2
114 8 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 3 1
115 4 1 1 2 1 1 1 6 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 4 2
116 46 6 2 2 1 2 3 5 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 . . 9 1
117 26 4 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 . 4 1
118 4 1 1 1 2 1 1 6 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . . 4 1
119 17 3 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 . . . . . 1 . . 4 2
120 41 6 2 2 2 1 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 5 2
121 7 2 1 2 1 3 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 7 2
122 40 5 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 5 1
123 20 3 1 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 4 2
124 25 4 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 3 3
125 42 6 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 . . 4 2
126 23 4 2 1 5 1 3 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 . 6 1
127 15 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 . . 6 2
128 14 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 . 4 2
129 12 3 1 1 2 1 5 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 . 2 . 2 1
130 27 4 2 2 2 1 4 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 5 2
131 25 4 2 2 1 3 4 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 . 2 2
132 40 5 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 . 4 2
133 9 2 1 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 7 1
134 16 3 1 2 1 2 3 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 . . 6 2
135 4 1 1 2 2 1 1 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 . 4 2
136 12 3 1 2 2 1 5 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 . 4 2
137 52 7 2 1 1 1 5 6 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . . 3 3
138 22 4 2 1 2 1 5 6 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 5 2
139 25 4 2 2 2 1 5 5 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . 6 1
140 47 6 2 2 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . . . . . 2 2 . 4 2
141 19 3 1 1 2 1 5 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 . 6 2
142 20 3 1 1 2 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 . 3 2
143 9 2 1 2 1 2 5 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 . . 4 2
144 25 4 2 1 2 2 5 6 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 . 8 1
145 7 2 1 1 2 1 5 4 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 . . 5 2

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
LAMPIRAN 2.
Tabel Distribusi Frekuensi
Frequency Tabel
Crosstabs
Umur * Jenis Kelamin Penderita Crosstabulation

Jenis Kelamin Penderita


Laki-laki Perempuan Total
Umur 1-<5 Count 10 7 17
Expected Count 9.8 7.2 17.0
% within Umur 58.8% 41.2% 100.0%
% within Jenis
11.9% 11.5% 11.7%
Kelamin Penderita
% of Total 6.9% 4.8% 11.7%
5-10 Count 17 11 28
Expected Count 16.2 11.8 28.0
% within Umur 60.7% 39.3% 100.0%
% within Jenis
20.2% 18.0% 19.3%
Kelamin Penderita
% of Total 11.7% 7.6% 19.3%
11-20 Count 11 15 26
Expected Count 15.1 10.9 26.0
% within Umur 42.3% 57.7% 100.0%
% within Jenis
13.1% 24.6% 17.9%
Kelamin Penderita
% of Total 7.6% 10.3% 17.9%
21-30 Count 18 13 31
Expected Count 18.0 13.0 31.0
% within Umur 58.1% 41.9% 100.0%
% within Jenis
21.4% 21.3% 21.4%
Kelamin Penderita
% of Total 12.4% 9.0% 21.4%
31-40 Count 13 6 19
Expected Count 11.0 8.0 19.0
% within Umur 68.4% 31.6% 100.0%
% within Jenis
15.5% 9.8% 13.1%
Kelamin Penderita
% of Total 9.0% 4.1% 13.1%
41-50 Count 13 7 20
Expected Count 11.6 8.4 20.0
% within Umur 65.0% 35.0% 100.0%
% within Jenis
15.5% 11.5% 13.8%
Kelamin Penderita
% of Total 9.0% 4.8% 13.8%
51-60 Count 2 1 3
Expected Count 1.7 1.3 3.0
% within Umur 66.7% 33.3% 100.0%
% within Jenis
2.4% 1.6% 2.1%
Kelamin Penderita
% of Total 1.4% .7% 2.1%
71-75 Count 0 1 1
Expected Count .6 .4 1.0
% within Umur .0% 100.0% 100.0%
% within Jenis
.0% 1.6% .7%
Kelamin Penderita
% of Total .0% .7% .7%
Total Count 84 61 145
Expected Count 84.0 61.0 145.0
% within Umur 57.9% 42.1% 100.0%
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kelamin Penderita
% of Total 57.9% 42.1% 100.0%

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Suku Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batak 73 50.3 50.3 50.3
Jawa 65 44.8 44.8 95.2
Cina 1 .7 .7 95.9
Minang 2 1.4 1.4 97.2
Melayu 1 .7 .7 97.9
Suku lainnya 3 2.1 2.1 100.0
Total 145 100.0 100.0

Agama Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 89 61.4 61.4 61.4
Kristen Protestan 47 32.4 32.4 93.8
Kristen Katolik 8 5.5 5.5 99.3
Hindu 1 .7 .7 100.0
Total 145 100.0 100.0

Pendidikan Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 20 13.8 13.8 13.8
SD 23 15.9 15.9 29.7
SLTP\SLTA 79 54.5 54.5 84.1
Akademi/
11 7.6 7.6 91.7
Perguruan Tinggi
Tidak tercatat 12 8.3 8.3 100.0
Total 145 100.0 100.0

Pekerjaan Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS/TNI-POLRI 43 29.7 29.7 29.7
Karyawan/Pegawai
4 2.8 2.8 32.4
swasta
Wiraswasta 12 8.3 8.3 40.7
Pelajar/Mahasiswa 50 34.5 34.5 75.2
Ibu Rumah Tangga 11 7.6 7.6 82.8
Lain-lain (Belum
25 17.2 17.2 100.0
sekolah,pengangguran)
Total 145 100.0 100.0

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Status Perkawinan Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kawin 58 40,0 40,0 40,0
Tidak Kawin 87 60,0 60,0 100,0
Total 145 100,0 100,0

Tempat Asal Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kota Pematangsiantar 142 97.9 97.9 97.9
Luar Kota
3 2.1 2.1 100.0
Pematangsiantar
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Demam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 145 100.0 100.0 100.0

Keluhan Mual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 57 39.3 39.3 39.3
Tidak 88 60.7 60.7 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Muntah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 56 38.6 38.6 38.6
Tidak 89 61.4 61.4 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Sakit Kepala

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 34 23.4 23.4 23.4
Tidak 111 76.6 76.6 100.0
Total 145 100.0 100.0

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Keluhan Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 43 29.7 29.7 29.7
Tidak 102 70.3 70.3 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Konstipasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 11 7.6 7.6 7.6
Tidak 134 92.4 92.4 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Lidah Tifoid

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 3 2.1 2.1 2.1
Tidak 142 97.9 97.9 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Nyeri Otot

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 15 10.3 10.3 10.3
Tidak 130 89.7 89.7 100.0
Total 145 100.0 100.0

Keluhan Anoreksia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 1 .7 .7 .7
Tidak 144 99.3 99.3 100.0
Total 145 100.0 100.0

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil pemeriksaan darah tepi (Leukopenia)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 58 40.0 45.0 45.0
Tidak 71 49.0 55.0 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0

Hasil pemeriksaan darah tepi (Limfositosis)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 33 22.8 25.6 25.6
Tidak 96 66.2 74.4 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0

Hasil pemeriksaan darah tepi (Trombositopenia)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 44 30.3 34.1 34.1
Tidak 85 58.6 65.9 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0

Hasil pemeriksaan darah tepi (Eosinofilia)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 12 8.3 9.3 9.3
Tidak 117 80.7 90.7 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Hasil pemeriksaan darah tepi (Anemia)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 21 14.5 16.3 16.3
Tidak 108 74.5 83.7 100.0
Total 129 89.0 100.0
Missing System 16 11.0
Total 145 100.0

Hasil Pemeriksaan Darah Serologis (Uji Widal)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 66 45.5 53.7 53.7
Tidak 57 39.3 46.3 100.0
Total 123 84.8 100.0
Missing System 22 15.2
Total 145 100.0

Status Komplikasi Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada komplikasi 9 6.2 8.5 8.5
Tidak ada komplikasi 97 66.9 91.5 100.0
Total 106 73.1 100.0
Missing System 39 26.9
Total 145 100.0

Jenis komplikasi Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anemia 1 ,7 11,1 11,1
Pneumonia 7 4,8 77,8 88,9
Peritonitis 1 ,7 11,1 100,0
Total 9 6,2 100,0
Missing System 136 93,8
Total 145 100,0

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Explore
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama rawatan Penderita 145 100.0% 0 .0% 145 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Lama rawatan Penderita Mean 4.33 .143
95% Confidence Lower Bound 4.05
Interval for Mean Upper Bound
4.61

5% Trimmed Mean 4.25


Median 4.00
Variance 2.959
Std. Deviation 1.720
Minimum 1
Maximum 10
Range 9
Interquartile Range 2
Skewness .702 .201
Kurtosis .105 .400

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sembuh klinis 67 46.2 46.2 46.2
Pulang Berobat Jalan
70 48.3 48.3 94.5
(PBJ)
Pulang Atas Permintaan
6 4.1 4.1 98.6
Sendiri (PAPS)
Meninggal Dunia (MD) 2 1.4 1.4 100.0
Total 145 100.0 100.0

Crosstabs
Status Komplikasi Penderita * Umur Crosstabulation

Umur
<=20 >20 Total
Status Komplikasi Ada komplikasi Count 4 5 9
Penderita Expected Count 4.2 4.8 9.0
% within Status
44.4% 55.6% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 8.0% 8.9% 8.5%
% of Total 3.8% 4.7% 8.5%
Tidak ada komplikasi Count 46 51 97
Expected Count 45.8 51.2 97.0
% within Status
47.4% 52.6% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 92.0% 91.1% 91.5%
% of Total 43.4% 48.1% 91.5%
Total Count 50 56 106
Expected Count 50.0 56.0 106.0
% within Status
47.2% 52.8% 100.0%
Komplikasi Penderita
% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 47.2% 52.8% 100.0%

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .029b 1 .864
Continuity Correction a .000 1 1.000
Likelihood Ratio .029 1 .864
Fisher's Exact Test 1.000 .572
Linear-by-Linear
.029 1 .865
Association
N of Valid Cases 106
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.
25.

T-Test
Group Statistics

Status Komplikasi Std. Error


Penderita N Mean Std. Deviation Mean
Lama rawatan Pender Ada komplikasi 9 4.89 1.965 .655
Tidak ada komplika 97 4.19 1.716 .174

Independent Samples Test

Levene's Test for


uality of Varianc t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df ig. (2-tailed
Difference
DifferenceLower Upper
Lama rawatan P Equal varian
.924 .339 1.162 104 .248 .703 .605 -.496 1.903
assumed
Equal varian
1.038 9.168 .326 .703 .678 -.826 2.232
not assume

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Crosstabs

Status Komplikasi Penderita * Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Crosstabulation

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita


Pulang Atas
Pulang Permintaan
Sembuh Berobat Sendiri
klinis Jalan (PBJ) (PAPS) Total
Status Komplikas Ada komplikasi Count 3 6 0 9
Penderita Expected Count 4.5 4.2 .3 9.0
% within Status
33.3% 66.7% .0% 100.0%
Komplikasi Penderit
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 5.7% 12.0% .0% 8.5%
Penderita
% of Total 2.8% 5.7% .0% 8.5%
Tidak ada komplikas Count 50 44 3 97
Expected Count 48.5 45.8 2.7 97.0
% within Status
51.5% 45.4% 3.1% 100.0%
Komplikasi Penderit
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 94.3% 88.0% 100.0% 91.5%
Penderita
% of Total 47.2% 41.5% 2.8% 91.5%
Total Count 53 50 3 106
Expected Count 53.0 50.0 3.0 106.0
% within Status
50.0% 47.2% 2.8% 100.0%
Komplikasi Penderit
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Penderita
% of Total 50.0% 47.2% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.617a 2 .445
Likelihood Ratio 1.856 2 .395
Linear-by-Linear
.610 1 .435
Association
N of Valid Cases 106
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .25.

Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.
Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar
Tahun 2008, 2010.

Anda mungkin juga menyukai