Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi Keluarga Berencana Nasional yaitu mewujudkan keluarga

berkualitas 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang

sejahtera, sehat,maju,mandiri,memiliki jumlah anak ideal,berwawasan

kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa (Saifuddin AB,2003,hal.23)


Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai konstribusi

penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Sering dengan

pelaksanaan program yang dicanangkan oleh Making Pregnancy

Safer (MPS). Dimana salah satu pesan kunci dalam rencana strategik

nasional di Indonesia 2001-2010, bahwa setiap kehamilan harus

merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan

kunci merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan

pesan kunci tersebut, keluarga berencana merupakan upaya

pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.

(Saifuddin AB,2003,hal.23)
Populasi dunia diperkirakan akan stabil antara 10-11 milyar

pertahun 2010. Diperkirakan 95% pertumbuhan akan terjadi dinegara-

negara sedang berkembang, sehingga pada tahun 2010, 13%

populasi akan bertempat tingga di negara maju. Suatu penurunan dari

jumlah sebesar 25% saat ini. Diseluruh dunia 45% wanita usia subur

yang menikah mempraktekkan kontrasepsi. Meskipun demikian,

1
terdapat variasi yang bermakna dari Negara ke Negara, misalnya 69%

di Asia Timur, tetapi hanya 11% di afrika. Dari 400 juta jiwa wanita usia

subur kurang dari 60 juta jiwa (15%) menggunakan kontrasepsi

hormonal (oral, suntikan) dan lebih dari setengah tinggal di Amerika

Serikat, Brazil, Prancis dan jerman.(Leon Speroff,dkk,2003).


Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). Peserta KB baru itu mencapai pada tahun 2009, BKKBN

mendapatkan peserta KB baru itu mencapai 7,6 juta jiwa. Pada tahun

2008 BKKBN juga mendapatkan peserta KB baru sebanyak 6,9 juta.

Tahun ini sampai bulan November 2010 sudah mencapai 7,5 juta.

Sementara target semula pada 2010 kita menargetkan sebesar 7,1

peserta dan target 2011 sebanyak 7,2 peserta. Jadi diperkirakan

sampai akhir tahun 2010 bisa mencapai 7,6 peserta. Target 2011 lebih

rendah dari hasil yang didapatkan karena pihaknya sudah melakukan

hitung-hitungan secara demografi. Jika sampai tahun 2014 trennya

masih seperti ini maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJM)bisa tercapai.(BKKBN,2010).
Melihat kondisi tersebut Sugiri memgetahui akseptor KB sangat

membantu dalam mengurangi pekerjaan negara dalam mengatasi

ledakan penduduk. Maka BKKBN memberikan penghargaan kepada

83 pasangan KB Lestari tahun 2010 karena dinilai berjasa

menyukseskan program KB Nasional, yang secara resmi

penghargaan Kepala BKKBN Sugiri Syarief.(BKKBN,2010)


Menurut data yang diperoleh dari Badan Koordinasi dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Sulawesi Selatan

2
mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2010 tercatat jumlah

akseptor KB baru sebanyak 132.145 atau 91,52% terhadap perkiraan

minat peserta KB baru sebanyak 144.702 atau rata-rata tiap bulannya

diperoleh peserta KB baru sejumlah 11.036. Jika dilihat persentase

pencapaian premix kontrasepsi tertinggi adalah pemakai alat

kontrasepsi suntikan sebanyak 69.862 peserta atau 52,75% kemudian

disusul pemakai pil sejumlah 47.804 peserta atau 36,09% terhadap

keseluruhan pencapaian peserta KB baru sebanyak 132,435.(BKKBN,

2010).
Selain itu untuk kontrasepsi jangka panjang (MJP) sebanyak

11.690 peserta atau 101,77% terhadap pencapaian presentase premix

(PPM), Implant 8.579 atau 6,48%, Kondom 3.075 atau 2,32%, Intra

Uterine Devices (IUD) 2.492 atau 1,88%, Medis Operatif Wanita

(MOW) 575 atau 0,43% dan yang terendah adalah Medis Operatif Pria

(MOP) 44 atau 0,03%.(BKKBN Propinsi Sulsel,2010)


.Berdasarkan pencatatan dan pelaporan data yang diperoleh dari

Puskesmas Plus Bara-baraya Makassar Tahun 2010 yaitu tercatat

sebanyak 245 akseptor pil mini dari 1.130 akseptor.


Salah satu aspek utama dalam pencapaian program keluarga

berencana adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Dalam situasi

tertentu klien membutuhkan pelayanan kontrasepsi yang sesuai dan

dapat segera menyelesaikan kebutuhan atau masalah reproduksinya

saat itu. Kondisi emosional medik dan kesesuaian jenis kontrasepsi

membuat petugas kesehatan segera mempertimbangkan berbagai

faktor dan rasional untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

3
Metode partisipatif berupa aksi lapangan untuk aplikasi dan praktek

materi yang didapat dalam pelatihan dan memberikan kesempatan

bagi mereka yang saling belajar dan berbagi pengalaman. (RB

Trijatmo, PPKMI 2005)


Salah satu upaya yang penting ialah melalui pengikatan

keterampilan petugas klinik dengan pelatihan teknis yang

berkesinambungan yang sesuai pedoman pelayanan dan Standar

Operational Prosedur (SOP) faktor yang membutuhkan dalam

pelayanan keluarga berencana yang berkualitas adalah aspek sumber

daya manusia, baik pengelolaan, pelaksanaan maupun pemberi

pelayanan keluarga berencana. Secara umum pengetahuan sumber

daya manusia tersebut masih bervariasi. Dalam upaya peningkatan

kualitas ini, telah dilakukan berbagai upaya berkelanjutan oleh

pemerintah berkoordinasi dengan masyarakat (RB Trijatmo,PPKMI

2005)
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba faktor resiko kehamilan,

persalinan dan nifas adalah umur <19 tahun dan >35 tahun, paritas >3

orang degan jarak kehamilan , 2 tahun sehingga membutuhkan

kontrasepsi yang efektif dan jangka panjang sehingga resiko

kesakitan dan kematiao ibu dan bayi bisa dimimalkan, sehingga perlu

kiranya dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui distribusi pil mini.


Berdasarkan dengan tingginya penggunaan kontrasepsi pil mini,

sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Karakteristik Akseptor Kontrasepsi Pil Mini menurut umur

dan paritas akseptor.

4
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka

dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana Gambaran Karakteristik Akseptor Kontrasepsi Pil Mini

menurut Umur Ibu di Puskesmas Plus Bara-baraya Makassar

Tahun 2010?
2. Bagaimana Gambaran Karakteristik Akseptor Kontrasepsi Pil Mini

menurut Paritas Ibu di Puskesmas Plus Bara-baraya Makassar

Tahun 2010?
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Karakteristik Akseptor

Kontrasepsi Pil Mini dalam mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera diwilayah kerja Puskesmas Plus Bara-

baraya Makassar Tahun 2010.


2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya Gambaran Karakteristik Akseptor Kontasepsi Pil

Mini menurut Umur Ibu di Puskesmas kassi-kassi Tahun 2012.


b. Diperolehnya Gambaran Karakteristik Akseptor Kontasepsi Pil

Mini menurut Paritas Ibu di Puskesmas kassi-kassi Tahun

2012.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Program
Sebagai masukan dan informasi tambahan kepada pihak

BKKBN dalam upaya menentukan dan mensukseskan program

Keluarga Berencana Nasional.


2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan dapat menjadi bahan dan sumber informasi dalam

rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan keluarga berencana.


3. Manfaat Bagi Institusi

5
Diharapkan dapat berguna sebagai salah satu hasil penemuan

dan kajian serta bahan acuan atau pedoman bagi institusi

jurusan kebidanan untuk penulisan karya tulis ilmiah lainnya.


4. Manfaat Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

upaya memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

rangka penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di

masyarakat.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Akseptor

Akseptor adalah orang yang menjalani kontrasepsi

(Maimuna S 2005,hal 6)

2. Pengertian Kontrasepsi

a. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan baik bersifat permanen atau menetap yang dapat di

lakukan secara mekanis,menggunakan alat,tanpa alat atau

dengan operasi (Wiknjosastro H, 2007, hal. 905).

b. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan (Suseno T, 2009, hal. 109).

c. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya itu bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu

7
variabel yang mempengaruhi fertilitas (Winkjosastro H,2002,hal

905)

3. Tujuan Alat Kontrasepsi


a. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagagsan

KB yaitu di hayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahterah (NKKBS).

b. Tujuan Pokok

Penurunan angka kelahiran yang bermakna,guna mencapai

tujuan tersebut maka di tempuh kebijaksanaan

mengkategorikan pelayanan KBke dalam tiga fase yaitu:

1. Fase menunda perkawinan/kesuburan

2. Fase menyarankan kehamilan

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

(Pinem S, 2009, hal. 202)

4. Macam-macam Metode Kontrasepsi


a. Metode Sederhana
1. Tanpa Alat
a. Metode kalender (metode ritmik)
Berdasarkan temuan bahwa ovulasi terjadi pada suatu

hari tertentu, kurang lebih 14 hari sebelum periode

menstruasi.
b. Metode ovulasi (metode lendir serviks)

8
Didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan

lender serviks selama siklus menstruasi, yang

menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu

fertilisasi maksimal dalam masa subur.


c. Metode suhu basal
Didasarkan pada perubahan suhu yang terjadi karena

progesterone, yang dihasilkan oleh korpus luteum,

menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh. Suhu

tubuh harus sedikitnya 0.40F di atas enam kali

perubahan suhu sebelumnya diukur.


d. Metode Amenore Laktasi
Berdasarkan penelitian bahwa kehamilan jarang terjadi

selama enam bulan pertama setelah melahirkan pada

wanita menyusui dan wanita yang member bayinya ASI

ditambah susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar

prolaktin yang tinggi.


e. Koitus Interuptus
Metode ini bergantung pada penarikan penis dari vagina

pada saat yang tepat dan melakukan ejakulasi di luar

vagina (Varney, 2006, hal. 424).


2. Dengan Alat
a. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan seperti latex (karet), plastic

(vinil) atau bahan alami (produksi hewan) di pasang

pada penis pada saat hubungan seksual. Cara kerjanya

menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur

dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet

9
dan mencengah penularan mikroorganisme (Saifuddin

A.B,2006,hal.MK-16).
Gambar 1. Kondom

Sumber : Saifuddin A.B,2006,

b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cebung,terbentuk

dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina

sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.

Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat

akses ,mencapai saluran alat reproduksi bagian atas

(uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat

spermisida. (Saifuddin A.B,2006,hal.MK-21).

Gambar 2. Diafragma

Sumber : Saifuddin A.B,2006


c. Spermisida Vaginal

10
Spermisida vaginal adalah bahan kimia yang digunakan

untuk menonaktifkan atau membunuh sperma di dalam

vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus

genitalia internal. (Pinem S, 2009, hal 251).


b. Metode Modern
1. Hormonal
a. Pil KB
1. Pil kombinasi adalah pil yang mengandung estrogen

maupun progesterone. Dosis estrogen ada yang 0,05

mg, 0,08 mg dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis

dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing

masing pabrik pembuatannya. (Saifuddin A. B,2006,hal.

MK-47 ).
2. Pil mini
Memiliki kandungan dosis progestin tunggal yang

rendah yang harus diminum setiap hari pada waktu

yang sama. Dosis progestinnya kecil yaitu o,5 mg atau

kurang (Varney, 2006, hal. 477).


b. Suntikan KB
1. Depo provera yang mengandung Medroxy

progesteron asetat sebanyak 150 mg.


2. Cyclofem yang mengandung Medroxy progesterone

asetat 50 mg dan komponen estrogen.


3. Norigest 200 mg yang merupakan derivate

testosterone ( Manuaba I. B. G, 2010, hal. 601).


c. Implant
1. Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm

11
yang diisi dengan 36 mg Levenorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun.

Gambar 3. Norplan

Sumber : Saifuddin A. B, 2006,

Implanon, terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm, yang diisi dengan 68 mg 3

Ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.


2. Jedena dan Indoplan, terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg Levenorgestrel, yang berdaya kerja 3

tahun. (Saifuddin A. B, 2006, hal. MK-53 ).


Gambar 4. Jedena

Sumber : Saifuddin A. B, 2006


2. Nonhormonal/Mekanis ( AKDR/IUD)
AKDR merupakan alat kontrasepsi dalam rahim yang

cara kerjanya menghambat kemampuan sperma untuk

masuk ke dalam tuba fallopi dan mempengaruhi fertilitas

12
sebelum ovum mencapai kavum uteri. (Saifuddin A. B, 2006,

hal. MK-74).

Gambar 5. AKDR

Saifuddin A. B, 2006

c. Metode Mantap

1. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk

menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan

secara permanen dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat

dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum.(Saifuddin A. B, 2006, hal.

MK-81).
2. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi

vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma

terhambat dan proses fertilitas (penyatuan dengan ovum)

tidak terjadi.( Saifuddin A. B, 2006, hal. MK-85).


B. Tinjuan Tentang Kontrasepsi Pil
1. Pengertian Pil KB
a. Kontrasepsi Pil adalah cara kerja yang efektif kalau dimakan

menurut aturan pakai. (Hartanto H,2004)

13
2. Macam-macam Kontrasepsi Pil KB (Saifuddin

A.B,2003,hal.MK,27)
b. Pil kombinasi adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun

progesteron (progesteron, estrogen). Dosis estrogen ada

yang 0,05 mg, 0,08 mg dan 0,01 mg per tablet. Sedangkan

dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-

masing pabrik pembuataanya. Pil kombinasi terdiri dari:


a) Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin

dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif.
b) Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/prpgesteron dengan

2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif.
c) Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin

dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa

hormonal aktif.
c. Pil Mini (Low dose continuous progesteron) adalah pil

kontrasepsi yang hanya terdiri dari progesteron saja dalam

dosis yang rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan

secara terus menerus setiap hari tanpa berhenti.


3. Cara Kerja Pil Mini (Saifuddin AB,2003 hal 47)
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di

ovarium (tidak begitu kuat)

14
2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit


3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma.
4. Mengubah motilitastuba sehingga sperma terganggu
4. Kontra Indikasi Pil (Winkjosatro H,2002,Hal,917)
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus
c. Perdarahan abnormal pervaginam yang tidak jelas
d. Penyakit jantung
5. Keuntungan dan kerugian Kontrasepsi Pil (Saifuddin AB,2003,hal

48-49)
a. Keuntungan
1. Sangat efektif bila digunakan secara benar
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali
5. Nyaman dan mudah digunakan
6. Sedikit efek samping
7. Dapat dihentikan setiap saat
8. Tidak mengandung estrogen
b. Kerugian
1. Peningkatan/penurunan berat badan
2. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
3. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
4. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau

jerawat
5. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100

kehamilan),tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan

dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil


6. Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan

dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi


6. Yang Boleh menggunakan Pil Mini dan yang tidak boleh

menggunakan pil mini (Saifuddin AB,2003, hal 49)


1. Yang Boleh Menggunakan Pil Mini
a. Usia reproduktif
b. Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak

15
c. Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif

selam periode menyusui


d. Pascapersalinan dan tidak menyusui
e. Pascakeguguran
f. Perokok segala usia
g. Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <180/110 mmHg)

atau dengan masalah pembekuan darah.


h. Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak

menggunakan estrogen
2. Yang tidak boleh menggunakan pil mini
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebarannya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d. Menggunakan obat tuberkulosis (rifamsia), atau obat untuk

epilepsi
e. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
f. Sering lupa menggunakan pil
g. Mioma uterus progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
3. Waktu Mulai Menggunakan Pil Mini (Saifuddin AB,2003, hal 50)
a. Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak

diperlukan pencegahan dengan kontrasasepsi lain


b. Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan
c. Bila klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap

saat asal saja diyakini tidak hamil.


d. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan

dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid;minipil dapat setiap

saat.
e. Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah

mendapat haid , minipil dapat dimulaipada hari 1 5 siklus

haid.
f. Minipil dapat ddiberikan segera pasca keguguran.
4. Efek Samping dan Penanganan Kontrasepsi Pil mini (Saifuddin

AB,2003, hal 51)

16
1. Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang sering

ditemukan selama menggunakan mini pil, terutama pada 2 atau

3 bulan pertama.
2. Timbul efek samping berupa peningkatan berat badan, sakit

kepala ringan,dan nyeri payudara.


C. Tinjauan Tentang Variabel Penelitian
1. Umur
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990), Umur

adalah lama waktu hidup atau ada (mulai sejak dilahirkan atau

diadakan sampai sekarang)


Menurut WHO dalam kesehatan reproduksi usia yang aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun dimana

dalam usia ini wanita untuk hamil dan melahirkan dan pada masa

inilah wanita sangat dianjurkan untuk menjarangkan

kehamilannya.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada

usia <20 tahun dan kembali meningkat sesudah usia >30 tahun,

ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang

terjadi pada usia 20-30 tahun.


Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat

dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19

tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) dan kurun reproduksi

tua (36-45 tahun) Pembagian ini didasarkan atas data

epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu

maupun bagi anak lebih tinggi pada umur <20 tahun, paling

rendah pada umur 20-35 tahun dan meningkat bagi secara tajam

17
setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya

dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut.


Pil Mini (Low dose continuous progesteron) adalah pil

kontrasepsi yang hanya terdiri dari progesterone saja dalam dosis

yang rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan secara terus-

menerus setiap hari tanpa berhenti Kontrasepsi pil memiliki

kelebihan dan kekurangan Kontrasepsi pil merupakan obat

pencegah kehamilan yang cara pemakainnya dengan Cara

diminum.Kontrasepsi ini baik untuk wanita menyusui dan dipakai

segera setelah melahirkan.


2. Paritas Ibu
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia 1998, Paritas

adalah banyaknya kelahiran hidup yang dialami oleh seseorang

wanita. Masalah ini yang terjadi karena banyaknya kelahiran hidup

yang dialami oleh seorang wanita. Masalah ini yang terjadi karena

banyaknya jumlah paritas yang terjadi yang disebabkan karena

banyaknya kelamilan yang tidak diinginkan.


Menurut Helen Varney dalam buku saku bidan (2001) paritas

adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin

yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau

pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin

mencapai lebih dari 1000 gram. Frekuensi melahirkan yang sering

dialami oleh ibu merupakan suatu keadaan yang dapat

mengakibatkan emdometrium menjadi cacat sebagai akibatnya

dapat terjadi komplikasi dalam kehamilan.

18
Paritas 2 sampai 3 kali merupakan paritas yang paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal lebih tingga. Resiko pada

paritas 1 sampai 3 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang

lebih baik, sedangkan resiko tinggi (lebih dari 4 kali) dapat

dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian

kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.


Menurut Mantra (2006) kemungkinan seorang ibu untuk

menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah

dilahirkannya. Seorang ibu mungkin menggunakan alat

kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga

umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang ibu

melahirkan seorang anak, maka akan semakin memilki resiko

kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan

sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan

taraf hidup keluarga secara maksimal.


Penelitian Mutiara (1998), dengan menggunakan desain

cross sectional menunjukkan bahwa ibu dengan paritas 3 orang

menggunakan kontrasepsi 0,91 kali dibandiing ibu yang memiliki

anak < 3 orang.

3. Konseling
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang

telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan

konseling. Jenis dan bobot konseling yang diberikan sudah tentu

tergantung pada tingkatan KIE yang diterimanya.

19
Konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu

masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Tujuan konseling

adalah :
a. Memahami diri secara lebih baik
b. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya.
c. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi

sehingga :
1. Mampu memecahkan masalah secara secara kreatif dan

produkitif.
2. Memiliki taraf aktualitas diri sesuai dengan potensi yang

dimiliki.
3. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah

penyesuaian diri.
4. Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
5. Memperoleh dan merasakan kebahagiaan.
Dalam konseling diadakan percakapan dua arah untuk:
a. Membahas dengan calon akseptor berbagai pilihan kontrasepsi

yang tersedia.
b. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konseling

pilihan, baik ditinjau dari segi medis teknis maupun hal-hal lain

yang non-medis agar tidak menyesal kemudian.


c. Membantu calon akseptor KB memutuskan pilihannya atas

metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan

khusus pribadi dan keluarganya.


d. Membantu peserta KB dalam menyesuaikan diri terhadap

kondisi barunya, terutama bila mengalami berbagai

permasalahan (nyata atau tidak nyata/semu).


Informasi yang diberikan meliputi :
1. Arti keluarga berencana
2. Mamfaat keluarga berencana
3. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
4. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya

20
5. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi

yang rasional.
Hal-hal perlu diperhatikan supaya konseling berhasil dengan

baik adalah bahwa konseling merupakan suatu kegiatan dalam

hubungan antar-manusia, dimana kita melakukan serangkaian

tindakan yang akhirnya akan membantu calon peserta akseptor

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, antara lain

masalah pemilihan penggunaan kontrasepsi yang paling cocok

dengan keadaan dan kebutuhan yang dirasakannya.


Bila setiap calon peserta KB, sebelum memakai kontrasepsi

melalui proses konseling yang baik, maka kelangsungan

pemakaian alat lebih tinggi.

Teknik-teknik konseling yang biasa dipergunakan:

a. Cara supportif ; Untuk memberikan dukungan kepada

peserta/calon akseptor, karena mereka dalam keadaan bingung

dan ragu-ragu yaitu dengan menenangkan/menentramkan dan

menumbuhkan kepercayaannya bahwa ia mempunyai

kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.


b. Katarsis ; Dengan memberikan kesempatan kepeda mereka

untuk mengungkapkan dan menyalurkan semua perasaan yang

dipunyainya untuk menimbulkan perasaan legah.


c. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta

perasaan-perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapan.


d. Memberi semua informasi yang diperlukannya untuk membantu

peserta/calon akseptor membuat keputusan.


4. Pelayanan Kesehatan Dalam Kontrasepsi

21
Dalam pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu:
a. Tujuan Umum
Yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan

gagasan.
b. Tujuan pokok
Ialah adanya penurunan angka kematian yang bermakna.

Guna mencapai tujuan ditempuh beberapa kebijakan,antara

lain :
1. Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara

menyediakan sarana yang bermutu, dalam jumlah yang

mencukupi dan merata.


2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman

medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh

masyarakat dan pelembagaan keluarga kecil sejahtera.


Dalam pelayanan kontrasepsi dikategorikan dalam tiga fase

untuk mencapai sasaran, yaitu:


a. Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase

menunda ini ditujukan pada pasangan pus dengan usia istri

kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda

kehamilannya.
b. Fase menghentikan kehamilan/ mengakhiri kehamilan/

keseburan, dimana periode ini umur istri diatas 30 tahun

terutama 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah

mempunyai 2 orang anak.

22
B.KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Diteliti


Pil Mini (Low dose continuous progesteron) adalah pil

kontrasepsi yang hanya terdiri dari progesteron saja dalam dosis yang

rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan secara terus menerus

setiap hari tanpa berhenti.


1. Umur ibu
Menurut WHO dalam kesehatan reproduksi usia yang aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun dimana

dalam usia ini wanita aman untuk hamil dan melahirkan dan pada

masa inilah wanita sangat dianjurkan untuk menjarangkan

kehamilannya.
2. Paritas
Paritas merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita

mengalami kelahiran hidup yang banyak. Hal ini disebabkan karena

banyaknya jumlah paritas yang terjadi disebabkan oleh kehamilan

yang terjadi disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan.

Keadaan ini akan semakin parah jika ditunjang dengan jarak

kelahiran yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun sampai 3 tahun

dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik,

sedangkan resiko tinggi (lebih dari 4 kali) dapat dikurangi atau


Umur Ibu
dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Paritas Pil Mini

Konseling

23
Pelayanan Kesehatan
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

--------- : Variabel yang tidak diteliti

: Variabel independent

: Variabel dependent

C. Defenisi Operasional Variabel Yang Diteliti


1. Akseptor Pil Mini
Pil Mini (Low dose continuous progesteron) adalah pil

kontrasepsi yang hanya terdiri dari progesterone saja dalam dosis

yang rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan secara terus-

menerus setiap hari tanpa berhenti untuk mencegah terjadinya

kehamilan baik akseptor lama maupun akseptor baru di

Puskesmas kassi-kassi Tahun 2012.


Kriteria obyektif :
a. Ya : Akseptor yang menggunakan kontrasepsi Pil Mini
b. Tidak : Akseptor yang tidak menggunakan kontrasepsi
Pil Mini
2. Umur ibu

24
Umur ibu dalam penelitian ini adalah waktu lamanya ibu

hidup yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan

tanggal pada saat penelitian ini dilakukan atau sebagaimana

tercatat dalam buku pencatatan dan pelaporan kassi-kassi Tahun

2012 dengan kriteria sebagai berikut :


a. Resiko tinggi : Bila umur akseptor < 20 tahun dan >35 tahun
b. Resiko Rendah : Bila umur akseptor antara 20 sampai 35

tahun.
3. Paritas ibu
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik

yang lahir hidup maupun yang lahir mati sebagaimana tercatat

dalam buku pencatatan dan pelaporan puskesmas kassi-kassi

Tahun 2012 Dengan kriteria objektifnya :


a. Resiko Tinggi : Apabila paritas > 3
b. Resiko Rendah : Apabila paritas 1 3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi dengan

pendekatan deskriptif, bermaksud mendapatkan Gambaran

Karakteristik Akseptor Kontrasepsi Pil Mini di Puskesmas kassi-kassi

Tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan register KIA


B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian

25
Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kassi Kassi dengan

pertimbangan bahwa Puskesmas tersebut merupakan Puskesmas

pendidikan yang memilki kelengkapan status yang diperlukan

dalam pengumpulan data, selain itu Puskesmas tersebut adalah

Puskesmas yang melayani masalah kebidanan yang menjangkau

seluruh masyarakat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu 3 hari yaitu pada bulan Juli

yang dimulai pada tanggal 28 sampai dengan 30 Juli 2011.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah semua pasangan usia subur yang

dinyatakan sebagai pengguna alat kontrasepsi / akseptor KB yang

sesuai laporan di Puskesmas Kassi-kassi Tahun 2012 sebanyak

1.130 akseptor.

2. Sampel
Semua akseptor keluarga berencana yang menggunakan

kontrasepsi Pil Mini yang sesuai laporan di Puskesmas kassi-kassi

Tahun 2012 sebanyak 245 akseptor.


D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan Sampel secara purpossive sampling yakni

semua wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi Pil Mini di

Puskesmas kassi-kassi Tahun 2012 sebagaimana telah dinyatakan

dalam kriteria sampel dengan menggunakan format pengumpulan

data dalam bentuk cross check.

26
E. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari catatan pelaporan KB di Puskesmas kassi-kassi

Tahun 2012.

F. Pengolahan Dan Penyajian Data


Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual

dan elektronik dengan menggunakan serta disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi penjelasan-penjelasan berdasarkan tujuan

penelitian.
G. Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi

frekuensi sebagai berikut.

P: f x 100 %

Keterangan

P : Presentase data yang dicari

f : Jumlah pengamatan (observasi)

N : Jumlah sampel (Popoulasi)

27
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali, 2008, Kontrasepsi Hormonal, PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

BKKBN,2010,Cakupan Pelayanan Kontrasepsi, Sul-Sel

Everett, Suzanne, 2008, Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual


Reproduktif, EGC, Jakarta.

Glasier, Anna, dkk, 2005, Kelurga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Maimunah S,2005. Kamus Istilah Kebidanan. Penerbit Buku EGC


Jakarta

Noor Hasnah, M, 2010, Metodologi Penelitian Dalam Kebidanan,


Universitas Indonesia Timur Program DIII Kebidanan, Makassar.

Saifuddin, A. B, dkk, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Saifuddin A.B.Dkk,2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,Jakarta.

Pinem,, Saroha, 2009, Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Tim,


Jakarta.

Suseno. T. A, dkk, 2009, Kamus Kebidanan, Citra Pustaka,


Yogyakarta.

Varney, Helen, dkk, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC,


Jakarta.

Varney, Helen, 2010, Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.

Wiknjosastro H, 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai