LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu, diperoleh dengan
membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir,
koral atau agregat lainnya dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi
keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang
diinginkan.Semen bereaksi secara kimiawi untuk mengikat partikel agregat
tersebut menjadi suatu masa yang padat. Salah satu masalah yang sangat
berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas.
Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil, sebaliknya
semakin kecil porositas kuat tekannya semakin besar. Besar dan kecilnya
porositas dipengaruhi besar dan kecilnya fas yang digunakan. Semakin besar
fasnya porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil fasnya porositas
semakin kecil. Untuk mendapatkan beton bermutu tinggi (kuat tekan tinggi) maka
harus dipergunakan fas rendah, namun jika fas-nya terlalu kecil pengerjaan beton
akan menjadi sangat sulit, sehingga pemadatannya tidak bisa maksimal dan akan
mengakibatkan beton menjadi keropos, hal tersebut berakibat menurunnya kuat
tekan beton.
Menurut SNI 03-2834-2000, beton adalah campuran antara semen
portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat. Beton sebagai
bahan kontruksimemiliki beberapa kelebihan, diantaranya kuat menahan gaya
tekan, tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu tinggi,
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dan mudah dikerjakan dengan cara
mencampur semen, agregat, air, serta bahan tambahan lain bila diperlukan.
Namun, selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa
kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan
keseragaman mutu yang bervariatif.
Beton terdiri dari tiga kelas, yaitu beton kelas I, kelas II, dan kelas III. Beton
kelas Iadalah beton untuk pekerjaan nonstruktural yang pelaksanaannya tidak
3
diperlukan keahlian khusus. Beton kelas I terdiri dari Bo, B -0, K-100, K-125, K-
150, K-175, K-200. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktural secara
umum dan pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
dibawah pengawasan tenaga ahli, misalnya lantai dan kolom. Beton kelas II
dibagi dalam mutu-mutu standar B1, aK-125, K-175, K-225, K-250, K-275, K-
300. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaanpekerjaan struktural dengan
menggunakan mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari K-125.
Pelaksanaan beton ini memerlukan keahlian khusus dan memerlukan laboratorium
dengan peralatan yang lengkap yang dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu, misalnya balok dan jembatan.
Beton kelas III dibagi dalam mutu-mutu standar K-350, K-325, K-375, K-
400, K-450, K-500 (Brook 2003). Dalam membuat beton yang berkualitas baik,
tidak hanya dengan mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk
suatu benda padat. Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk
memperoleh adukan beton yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan.
4
berat beban (gaya normal, gaya lintang, momen) yang akan dipikul oleh suatu
beton bertulang, maka sebaiknya menggunakan mutu beton yang semakin tinggi.
2.3.1 Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa
memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membantu pada
pencampuran dengan air.Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat
adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), Aluminium
Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh,
sebagian untuk membentuk klinkernya yang kemudian dihancurkan dan ditambah
dengan gibs (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Semen jika dicampur dengan air
akan membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat
halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika
ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa
disebut beton. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai kelompok
aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang
berfungsi sebagai pengisi.
2.3.2 Air
Air harus memenuhi ketentuan SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Bahan
Bangunan bukan Logam
2.3.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
5
alami. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.
Komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat campuran beton.
Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya tertinggal di atas ayakan 4,8
mm (ASTM C33, 1982). Agregat kasar yang baik dan memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus mempunyai sifat-sifat
yaitu:
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan
batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregta
dengan besar butir lebih dari 5 mm.
2. Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-
15 mm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuanalam
(natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial sand),
tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya. Berdasarkan (ASTM C-33)
agregat halus batas bawah ukuran pasir = 0,075 mm (no.200) batas atas
ukuran pasir = 4,75 mm (no.4)
Ketentuan gradasi agregat :
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel berikut :
6
Tabel 2.2 Ketentuan Mutu Agregat
7
2.4 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan
luas. Kekuatan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Biasanya
kekuatan tekan rencana beton hitungan pada umur 28 hari. Secara umum diketahui
bahwa semakin tinggi nilai faktor air semen, maka semakin rendah mutu beton.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kekuatan dan kualitas
agregat, kekuatan semen dan kekuatan lekatan antara semen dengan agregat. Kuat
tekan beton dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = Beban Maksimum (N)
A = Luas Penampang Benda Uji (mm2)
8
tekan sesuai dengan aturan-aturan dalam tata cara dan tidak boleh kurang daripada
17,5 Mpa. Beton struktural merupakan beton yang didesain untuk dijadikan
sebagai bagian dari struktur bangunan agar dapat memikul beban yang bekerja
pada bangunan itu sendiri. Selain itu, beton dapat dikategorikan memenuhi syarat
evaluasi dan penerimaan beton yang disyaratkan oleh SNI 032847-2002 tentang,
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung jika setiap nilai rata rata
dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih
besar dari fc dan tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata
rata dari dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai di bawah fc melebihi 3,5
Mpa.
Beton baik dalam menahan tegangan tekan daripada jenis tegangan lainnya
dan umumnya pada perencanaan struktur beton memanfaatkan sifat ini, karena itu
kekuatan tekan dari beton dianggap merupakan sifat paling penting dalam banyak
kasus. Dengan demikian, pada dasarnya kualitas beton ditentukan oleh kuat tekan
maupun kuat tarik belah beton.
9
2.4.3 Kuat Tarik Belah Beton
Pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan geser
dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang menggunakan agrerat ringan.
Menurut SNI 03-2491-2002 tentang Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
Nilai tarik bahan belah beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan
bahan beton. Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekannya hanya disertai
peningkatan kecil nilai kuat tariknya. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai, bahwa
nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar 915 persen dari kuat
tekannya.
Perhitungan kuat tarik belah beton dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
2P
Fct = ............................................................................................................
LD
(2.3)
Keterangan : fct = kuat tarik belah beton(kg/cm2)
P = beban uji maksimum (beban belah/hancur) (kg)
L = panjang benda uji silinder (cm)
D = diameter benda uji silinder (cm)
10
(sekitar 0,30) kekuatan beton menjadi lebih rendah, karena betonnya kurang
padat akibat kesulitan pemadatan. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan dapat
digunakan alat getar (vibrator) atau dengan bahan kimia tambahan (chemical
admixture) yang bersifat menambah kemudahan pengerjaan. Untuk membuat
beton bermutu tinggi faktor air semen yang dipergunakan antara 0,28 sampai
dengan 0,38. Untuk beton bermutu sangat tinggi faktor air semen yang
dipergunakan lebih kecil dari 0,2.
2. Kualitas Agregat Halus (Pasir)
Kualitas agregat halus yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah:
a. Berbentuk bulat,
b. Tekstur halus (smooth texture),
c. Bersih,
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama),
e. Modulus kehalusan (fineness modulus).
Pasir dengan modulus kehalusan 2,5 sampai dengan 3,0 pada umumnya akan
menghasilkan beton mutu tinggi (dengan fas rendah) yang mempunyai kuat
tekan dan workability yang optimal.
3. Kualitas Agregat Kasar
Kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah :
a. Porositas rendah.
Porositas yang rendah akan menghasilkan adukan yang seragam (uniform),
dalam arti mempunyai keteraturan atau keseragaman yang baik pada mutu
(kuat tekan) maupun nilai slumpnya. Akan sangat baik bila bisa digunakan
agregat kasar dengan tingkat penyerapan air (waterabsorption) yang
kurang dari 1%. Bila tidak, hal ini bisa menimbulkankesulitan dalam
mengontrol kadar air total pada beton segar, dan bisa mengakibatkan
kekurang teraturan (irregularity) dan deviasi yang besar pada mutu dan
dan nilai slump beton yang dihasilkan.
b. Bentuk fisik agregat.
Batu pecah dengan bentuk kubikal dan tajam akan menghasilkan mutu
beton yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kerikil bulat,
11
karena bentuk kubikal dan tajam bisa memberikan daya lekat mekanik
yang lebih baik antara batuan dengan mortar.
c. Ukuran maksimum agregat.
Pemakaian agregat yang lebih kecil (< 15 mm) bisa menghasilkan mutu
beton yang lebih tinggi. Namun pemakaian agregat kasar dengan ukuran
maksimum 25 mm masih menunjukkan tingkat keberhasilan yang baik
dalam produksi beton mutu tinggi.
d. Bersih,
e. Kuat tekan hancur yang tinggi,
f. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)
12
yang lebih efektif pada kinerja beton, terutama untuk beton bermutu
sangat tinggi.
h. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton
Untuk menghasilkan beton bermutu tinggi maka dibutuhkan prosedur yang
benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton yang meliputi:
Uji material (material testing)
Sensor dan pengelompokan material (material sensor and grouping)
Penakaran dan pencampuran (batching)
Pengadukan (mixing)
Pangangkutan (transportating)
Pengecoran (placing)
Perawatan (curing).
Disamping itu perlu pengawasan dan pengendalian yang ketat pada
keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh
koordinasi operasional yang optimal.
13
3. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air semen yang
konstan tetapi meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga
menghasilkan beton dengan kekuatan yang sama tetapi menggunakan
semen lebih sedikit.
4. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara kedalam beton dapat
menyebabkan pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk memperoleh
kekuatan yang tinggi, diharapkan dapat menjaga air content didalam
beton serendah mungkin. Penggunaan superplasticizer menyebabkan
sedikit bahkan tidak ada udara masuk kedalam beton.
5. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan Secara umum, partikel
semen dalam air cenderung untuk berkohesi satu sama lainnya dan
partikel semen akan menggumpal.
Dengan menambahkan superplasticizer, partikel semen ini akan saling
melepaskan diri dan terdispersi. Dengan kata lain superplasticizer mempunyai dua
fungsi yaitu, mendispersikan partikel semen dari gumpalan partikel dan mencegah
kohesi antar semen. Fenomena dispersi partikel semen dengan penambahan
Superplasticizer dapat menurunkan viskositas pasta semen, sehingga pasta semen
lebih fluid/alir. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan air dapat diturunkan
dengan penambahan superplasticizer.
2.6 Metode Desain Campuran Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete)
Metode yang digunakan dalam merencanakan campuran high strength
concrete ada beberapa cara, antara lain :
1. Minimum Voids Method,
2. Maximum Density Method,
3. Fineness Modulus Method,
4. British Mix Design (DOE) Method,
5. American Concrete Institute Method (ACI Method), dan
6. Indian Standard Method.
Namun secara umum, desain campuran beton yang optimum dihasilkan dari
pemilihan bahan-bahan lokal yang tersedia yang menyebabkan beton segar
mampu untuk ditempatkan dan mampu untuk diselesaikan dan dapat memastikan
14
pengembangan kekuatan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari beton yang telah
mengeras sebagaimana dinyatakan oleh desainer.
Beberapa konsep dasar yang perlu untuk dipahami untuk beton mutu
tinggiantara lain :
b. Agregat semestinya kuat dan durable. Agregat tidak perlu keras dan
kekuatannya tinggi namun perlu kompatibel, dalam arti cukup kaku dan kuat,
dengan pasta semen. Umumnya ukuran maksimum agregat kasar yang lebih
kecil digunakan untuk kuat tekan beton yang lebih tinggi. Agregat halus yang
digunakan bisa jadi lebih kasar daripada yang diperbolehkan oleh ASTM C.33
(modulus kehalusan butir lebih besar dari 3,2) karena tingginya agregat halus
telah digantikan oleh bahan-bahan perekat (semen).
c. Campuran beton mutu tinggiakan memiliki isi bahan-bahan perekat yang
tinggi yang meningkatkan panas hidrasi dan kemungkinan susut yang tinggi
mengawali potensi retak. Kebanyakan campuran berisi satu atau lebih bahan-
bahan perekat tambahan seperti fly ash (tipe C atau F), ground granulated
blast furnace slag, silica fume, metakaolin atau bahan-bahan pozolanik alami.
d. Campuran beton mutu tinggi umumnya membutuhkan rasio faktor air semen
yang rendah, dimana rasio factor air semen berada pada rentangan 0,23
sampai dengan 0,35. Faktor air semen yang rendah ini hanya dapat dicapai
dengan admixture (superplasticizer) dalam jumlah dan dosis yang besar,
menyesuaikan antara tipe F atau G berdasarkan ASTM C.494. Admixture
pengurang air tipe A juga dapat digunakan sebagai kombinasinya.
e. Isi total dari bahan-bahan perekat umumnya sekitar 415 kg/m 3 namun tidak
boleh lebih dari 650 kg/m3.
15
Tabel 2.4 Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan Factor air semen, dan
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
16
Gambar. Grafik. Hubungan antara kuat tekan dan daktor air semen (benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
17