Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip
Di Puskesmas Cakranegara Mataram NTB
Disusun oleh:
PUSKESMAS CAKRANEGARA
KOTA MATARAM
2017
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip
Pada tanggal :
Oleh :
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Berdasarkan patofisiologi infeksi dengue merupakan penyakit self limited.
Perdarahan merupakan salah satu dari komplikasi yang paling ditakutkan dan
berkaitan dengan tingginya angka mortalitas pada DBD ataupun Dengue dengan
syok. Mekanisme perdarahan pada dengue melibatkan multifaktor, tidak hanya
berkaitan dengan trombositopenia saja. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa derajat trombositopenia itu sendiri tidak berhubungan dengan
meningkatnya risiko perdarahan pada kasus dengue (RN Mikroo et al, 2007).
Melihat dari bukti empiris diatas, pendekatan diagnosa dan
penatalaksanaan terhadap Dengue, sangatlah penting. Pengetahuan yang tepat
dapat menghindarkan penderita dari keadaan yang lebih parah dan berpotensi
fatal. Pedoman tata laksana dengue juga terus mengalami perkembangan sesuai
dengan epidemiologi dan prognosis.
1.3 TujuanPenulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk memaparkan suatu kasus demam dengue
yang disertai manifestasi perdarahan dan pembahasan mengenai penangannya.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Subyektif
Keluhan Utama: Bintik bintik merah di tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muncul bintik-bintik kemerahan di seluruh
tubuh terutama di tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk
puskesmas cakranegara sakit. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 4 hari
sebelum masuk puskesmas cakranegara disertai batuk dan pilek. Demam disertai
dengan badan berkeringat dingin saat malam hari. Sejak 4 hari pasien tidak nafsu
makan. Pasien juga mengeluh mual namun pasien tidak muntah. Selain itu pasien
mengeluh pusing serta sedikit linu diseluruh sendi. Pasien tidak mengalami
perdarahan ditempat lain. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Adanya keluarga atau teman tempat
tinggal yang memiliki keluhan yang sama disangkal.
Pasien tiba di poli MTBS Puskesmas Cakranegara pada pukul 10.00
WITA dengan data:
BB : 8,9 Kg Nadi : 102x/menit
RR : 20x/menit Tax : 36,7 C
5
Terapi yang diberikan di UGD adalah
IVFD RL 20 tpm
Parasetamol Syr 3 x1 Cth PRN
Amoxsisilin Syr 3 x 1 Cth
2.3 Obyektif
(23 Februari 2017 Ruang Rawat Inap)
Keadaan Umum : Lemah, compos mentis, kesan gizi baik
BB : 8.9 kg
Tanda-Tanda Vital : Nadi 102x/menit
RR 20x/menit
Tax 36,7C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Nasal: epistaksis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
6
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 23 Februari 2017
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan
Hb 9,9 mg/dl L 13,3-17,7 P 11,7-
15,7
Hematokrit 32.0% L 40-54 P 35-47
Leukosit 6.700 cell/cmm 4.000-11.000
Eritrosit 4,09 L 4,5-6,5 P 3,0-6,0
Trombosit 99.000 cell/cmm 150.000-450.000
IMUNOSEROLOGI
THYPOID
Salmonella Paratyphy AH Negatif
Salmonella Paratyphy AO/BH Negatif
Salmonella typhy O Negatif
Salmonella typhy H Negatif
7
2.4. Assessment-Planning
Initial Planning Planning
Cue & Clue Problem List Planning Terapi
Diagnosa Diagnosa Monitoring
Perempuan 1 thn 1. Observasi Febris 1.Demam DL post - Bedrest - Subjektif
Mimisan sejak 1 hari SMRS (OF) hari ke 4 + berdarah terapi - IVFD Ringer Laktat 20 tpm - TTV
Demam sejak 4 hari SMRS trombositopenia + dengue cairan PO: Parasetamol Syr 3 x 1 Cth -trombosit dan
Nyeri ulu hati, mual (+), manifestasi 2. Demam Amoxcicilin Syr 3 x 1 Cth hematokrit
muntah (-) perdarahan dengue - Tanda tanda
anoreksia arboviral
8
Nasal: epistaksis (-)
Hasil Hb 9,9 mg/dl
Hematokrit 32.0%
Leukosit 6.700
Eritrosit 4,09
Trombosit 99.000 cell/cmm
9
2.5 Follow up Pasien
24 Februari 2017
Subyektif
Demam (+) Lemas (+) Makan minum () Mimisan (-)
mual (+) muntah (-) Nyeri kepala (+) Nyeri sendi (+)
Obyektif
KU : Sedang
Nadi : 105x/m reguler kuat
RR : 20x/m
Tax : 38,2 0C
Kepala/Leher : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+)
Extremitas : Petekie (+)
Assesment :
Demam Dengue
Planning Diagnosis :
DL serial
10
Planning Terapi
IVFD RL 20 tpm
PO: Paracetamol Syr 3 x 1 Cth
Amoxcicilin Syr 3 x 1 Cth
Pisidi 3 x 1 Cth
25 Februari 2017
Subyektif
Demam (+) Lemas (+) Makan minum () Mimisan (-)
mual (+) muntah (-) Nyeri kepala(+) Nyeri sendi (+)
Obyektif
KU: cukup
Nadi : 112x/m reguler kuat
RR : 20x/m
Tax : 37,6 C
K/L : dbn
Tho: dbn
Abd: nyeri tekan epigastric (+)
Ext : Petekie (+)
11
Assesment
Demam Dengue
Planning Diagnosis
-
Planning Terapi
IVFD RL 20 tpm
PO: Paracetamol Syr 3 x 1 Cth
Amoxcicilin Syr 3 x 1 Cth
Pisidi 3 x 1 Cth
26 Februari 2017
Subyektif
Demam (-) Lemas (-) Makan minum () Mimisan (-)
mual (+) muntah (-) Nyeri kepala(-) Nyeri sendi (-)
Obyektif
KU: baik
Nadi : 110x/m reguler kuat
RR : 20x/m
Tax : 36,,5 C
Assesment
Demam Dengue
Planning Diagnosis
-
Planning Terapi
IVFD RL 20 tpm
PO: Paracetamol Syr 3 x 1 Cth
12
Amoxcicilin Syr 3 x 1 Cth
Pisidi 3 x 1 Cth
27 Februari 2017
Subyektif
Tidak ada keluhan
Obyektif
KU: baik
Nadi : 102x/m reguler kuat
RR : 20x/m
Tax : 36,5 C
Assesment
Demam Dengue
Planning Diagnosis
-
Planning Terapi
KRS/ BLPL
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
gejala. Sedangkan pada dewasa, DEN 1 dan 3 merupakan infeksi berat sedangkan
DEN 2 dan 4 memberika gejala ringan sampai sedang. Infeksi sekunder dengan
serotip berbeda atau adanya infeksi ganda dapat menyebabkan klinis dengue yang
berat seperti DBD atau syok dengue (Scott, 2010).
15
kasus yang berat. Kebocorannya unik sehingga ada kebocoran selektif plasma
pada rongga pleura dan peritoneum dan periode kebocorannya singkat 24-48 jam.
Pemulihan yang cepat dari shock tanpa sequelae dan tidak adanya inflamasi pada
pleura dan peritoneum mengindikasi perubahan fungsional pada integritas
vascular daripada kerusakan struktur endothelium sebagai mekanisme yang
mendasari (WHO, 2011).
16
rentan mengalami syok hipovolemik (Dengue shock syndome) akibat
adanya kebocoran plasma.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai ialah muntah terus-menerus,
nyeri abdomen, gelisah, iritatif, dan oliguria. Patofisiologi DBD adalah
gangguan hemostasis dan kebocoran plasma. Temuan laboratorium seperti
trombositopenia dan peningkatan hematokrit biasa ditemukan sebelum
onset syok muncul. DBD umumnya terjadi pada anak-anak dengan infeksi
dengue sekunder dengan infeksi primer oleh DENV-1 dan DENV-3
seperti pada bayi.
4. Expanded dengue syndrome
Manifestasi yang jarang yang berkaitan dengan gangguan liver,
ginjal, otak, maupun jantung. Komplikasi ini terjadi akibat dari syok dan
komobid koinfeksi.
17
3.3 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
18
Diagnosis DHF ditegakkan bila semua dari kriteria ini terpenuhi:
- Demam akut 2-7 hari, biasanya bifasik.
- Terdapat minimal 1 dari Manifestasi perdarahan berikut:
o Rumpleed test atau tourniquet test (+)
o Petekie
o Ekimosis atau purpura
o Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi)
o hematemesis melena
- Trombositopenia (platelet count <100.000 cell/mm3)
- Adanya minimal 1 tanda kebocoran plasma akibat peningkatan
permeabilitas vaskular
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur
dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah pemberian terapi cairan
dibandingkan dengan hematokrit sebelumnya
o tanda kebocoran plasma: efusi pleura, ascites, hipoalbumin
(PAPDI, 2010; WHO, 2011).
Warning signs (tanda Bahaya):
- Tidak ada perbaikan klinis atau justru terjadi perburukan kondisi
selama perjalanan penyakit
- Muntah terus menerus tanpa intake yang baik
- Nyeri hebat abdomen
- Gelisah dan iritatif
- Perdarahan: epistaksis, melena, hematemesis, hematuria, dll.
- Hepatomegali
- Pucat, akral basah dan dingin
- Oliguria atau anuria dalam 4-6 jam (SEARO-WHO, 2011)
19
Kriteria MRS
Semua pasien dengan trombosit 100.000/mm3
Semua pasien dengan adanya tanda bahaya atau warning
signs
Pasien yang termasuk dalam kategori:
o Bayi (usia < 1thn)
o Pasien obesitas
o Pasien dengan penyakit lain sebagai komorbid
(diabetes, sindroma nefrotik, gagal ginjal kronis,
penyakit hemolitik, asma yang tidak terkontrol)
o Pasien dengan kondisi sosial buruk (hidup dirumah
sendirian, tempat tinggal jauh dari layahan kesehatan,
transportasi sulit)
20
3.4.2 Manajemen Pasien Rawat Inap tanpa syok (DHF grade I-II) atau
Pasien Dengue tanpa Warning Sign
1. Monitoring darah lengkap setiap 24 jam
2. Pemberian cairan isotonik seperti Ringer laktat atau NaCl 0,9%. Jumlah cairan
disesuaikan dengan jumlah cairan rumatan menggunakan rumus Holliday
Segar.
3. Jika pasien tidak mengalami syok namun terdapat tanda dehidrasi ringan,
maka ditambahkan 5% defisit cairan yaitu
4. Cairan diberikn dalam waktu 24 jam, cairan rumatan tidak boleh dari 3000ml
per hari.
3.4.3. Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Warning Sign Tanpa Syok
1. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sebelum terapi cairan dan
sesudah terapi cairan adekuat selesai diberikan. Sedangkan monitoring
selanjtunya dilakukan setiap 24 jam.
2. Berikan hanya larutan isotonis seperti Ringer Laktat atau NaCl 0,9%
dengan laju infus:
21
4. lanjutkan dengan terapi cairan rumatan bila hematokrit menurun, output
urin baik, intak oral baik. Terapi cairan pada pasien dengue hanya
dibuthkan dalam waktu 24-48 jam.
5. Monitoring pemeriksaan laboratorium lanjutan (DOH, 2012:WHO, 2011,
PAPDI, 2009).
22
3.4.4 Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Syok Terkompensasi (DHF
Grade III)
23
3.4.5 Manajemen Pasien Rawat Inap dengan Syok Berkepanjangan (DHF
Grade IV)
24
25
3.5 Tanda perbaikan klinis
- Nadi, tekanan darah, dan laju respirasi stabil
- Temperatur normal
- Tidak terdapat tanda perdarahan baik internal maupun eksternal
- Kembalinya nafsu makan
- Tidak ada munta dan nyeri abdomen
- Produksi urin baik
- Hematokrit dalam batas normal
- Mulai menghilangnya peteki terutama pada ekstrimitas (WHO, 2011)
Kriteria KRS:
- Tidak terdapat demam setidaknya 24 jam tanpa pemberian antipiretik
- Kembalinya nafsu makan
- Perbaikan klinis yang dapat terlihat
- Produksi urin baik
- Minimal 2-3 hari setelah perbaikan dari syok
- Tidak terdapat ascites ataupun tanda distres akibat efusi pleura
- Trombosit lebih dari 50.000/mm3. Jika belum tercapai, pasien diharap
menghindari aktivitas traumatik selama 1-2 minggu hingga jumlah
platelet normal. Pada kasus normal, platelet meningkat dalam 3-5 hari
(WHO, 2011)
3.6 Komplikasi
Syok yang berkepanjangan dapat mengakibatkan asidosis metabolik dan
perdarahan masif akibat terjadinya DIC (WHO, 2011). Syok yang tidak diatasi
lebih dari 4 jam akan menyebabkan kegagalan fungsi pada multiorgan seperti
kegagalan fungsi hepar (pognosis 50%) atau kegagalan fungsi hepar dan ginjal
(prognosis 10%). Apabila terdapat kegagalan fungsi dari minimal tiga organ dan
salah satunya adalah fungsi respirasi, maka prognosis sangat buruk.
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu komplikasi yang
ditakutkan. Angka kejadian perdarahan saluran cerna lebih banyak ditemukan
pada DSS. Kondisi ini dapat dijelaskan karena perdarahan yang timbul akan
26
memperberat kehilangan volume plasma akibat kebocoran sehingga mempercepat
terjadinya syok (Raihan, 2010). Selain komplikasi tersebut, pasien juga dapat
mengalami kelebihan cairan karena pemberian yang terlalu banyak pada saat-saat
terjadi kebocoran plasma (WHO, 2011).
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
hanya dalam hitungan jam dapat menjadi DHF fase kritis dengan peningkatan
hematokrit > 20%. Adanya perdarahan spontan sebagai komplikasi dengan
trombosit < 100.000 cell/mm3 (99.000 cell/mm3)) , maka pasien disuspek
diagnosis DHF grade I.
Sesuai protokol C, pasien mengalami penurunan hematokrit yang cukup
signifkan setelah terapi cairan, untuk itu diruangan pasien diberikan lanjutan
terapi rumatan sesuai rumus holliday segar yaitu kristaloid 2500ml/hari selama
24-48 jam. Jika pasien mengalami tanda perbaikan, maka dilanjutkan terapi cairan
melalui oral.
Selain terapi cairan, terapi simtomatis juga diperlukan. Pasien diberikan
diberikan terapi paracetamol per oral 3x 1 Cth untuk menurunkan panas.
Amoxcicilin diberikan dengan indikasi ISPA pada pasien.
Pemberian steroid pada kasus demam dengue atau demam berdarah
dengue masih dalam kontroversi. Namun pada kasus ini sebaiknya steroid
dihindari untuk mencegah perdarahan saluran cerna karena pasien mengalami
trombositopenia berat yang sudah menyebabkan manifestasi perdarahan.
Pada tanggal 27 februari 2017 pasien boleh pulang dari puskesmas (rawat
inap hari ke 5) dengan pertimbangan nilai trombosit semakin meningkat (terakhir
172.000 cell/mm3), manifestasi perdarahan telah berhenti, dan fase kritis demam
dengue telah terlewati.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus pasien anak perempuan usia 1 tahun, dengan
keluahan utama bintik bintik kemerahan dan gejala lain sesuaikriteria dari
penegakan diagnosis kerja Dengue Haemorrhage Fever (DHF) tanpa disertai
syok. Pasien mendapatkan terapi cairan sesuai dengan pedoman tatalaksana
terbaru dari WHO serta transfusi TC sesuai indikasi. Pasien telah menerima
penanganan yang tepat dan adekuat dari puskemas. Pasien mengalami
kemajuan yang baik dan dapat BLPL pada hari ke 5 rawat inap.
5.2 Saran
Diharapkan tenaga medis selalu memperbaharui pemahaman
mengenai diagnosis, dan penatalaksanaan demam berdarah dengue secara
tepat dan adekuat untuk pengobatan yang optimal karena pedoman
penatalaksaan dengue selalu berkembang dari waktu ke waktu.
30
DAFTAR PUSTAKA
Suhendro et al, 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Tropic Infection. PAPDI
Raihan et al, 2010. Faktor Prognosis Terjadinya Syok pada Demam Berdarah
Dengue. Sari Pediatri, Vol. 12, No.1, Juni 2010.
31