Partus Tak Maju
Partus Tak Maju
PENDAHULUAN
Proses persalinan tidak selamanya berjalan dengan normal terkadang ada keadaan
dimana suatu persalinan yang awalnya diperkirakan normal tetapi pada saat prosesnya terjadi
penyulit atau komplikasi. Komplikasi ini dapat berupa distosia persalinan, dan dalam distosia
persalinan ini terdapat beberapa jenis diantaranya partus tak maju.
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar
dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Partus tak maju merupakan akibat dari penatalaksanaan persalinan yang dikelola tidak
baik atau adanya factor-faktor penyebab yang terabaikan. Partus tak maju disebut juga
dengan istilah obstructed labour atau failure to progress. Pada partus tak maju kontraksi
uterus berusaha mengatasi obstruksi ini, pada partus tak maju yang terjadi di awal uterus
berkontraksi kuat untuk sementara waktu kemudian menjadi hipoaktif karena gagal
mengatasi obstruksi, sedangkan pada partus tak maju yang terjadi di akhir kala 1 uterus terus-
menerus berkontraksi dengan kuat berusaha mendorong janin melewati panggul ibu, hal
inilah yang terkadang menimbulkan kelelahan dan kesakitan pada ibu.
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks. Turunnya kepala dan putar paksi selama 2
jam terakhir.
Faktor-faktor penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primitua, perut gantung grandmulti, ketuban pecah dini.
Manifestasi klinis dari partus tak maju adalah gelisah, suhu badan meningkat,
berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Penatalaksanaannya adalah salah satu dengan SC,
yaitu suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina.
1
Sebelum keputusan untuk melakukan secsio cesaria diambil pertimbanggan secara
teliti dengan resiko yang munkin terjadi ( perdarahan cedera saluran kemih / usus infeksi ),
pertimbangan tersebut harus berdasarkan penelitian prabedah, secara lengkap mengaju pada
syarat-syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan tersebut diatas dapat diturunkan apabila
menghadapi kasus gawat darurat dimana kecepatan waktu untuk melakukan tindakan sangat
mempengaruhi keluran prosedur opertip ini walaupun demikian, persyaratan minimal
tindakan operatif harus tetap dipenuhi, sebelum secsio cesaria elektif lakukan kajian usia
kehamilan berdasarkan haid terakhir, profil biofisik dan amniosintesis untuk menilai
maturitas paru janin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk konsepsi (janin, air
ketuban, placenta dan selaput ketuban) dilepas dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke
dunia luar (Oxorn, 2003).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR/POGI, 2007)
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Prawirohardjo, 2001).
Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2002)
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar pakse selama 2
jam terakhir.
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam
2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju (persalinan macet)
berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.
Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada
ronga panggul atau pintu bawah panggul.
3
Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo,
2005).
Partus tak maju adalah persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada
persalinan spontan/ dengan induksi dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus janin
tidak terjadi atau berlangsung tidak normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG, 2009).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partus tak maju adalah
suatu persalinan dengan penyulit yang terjadi pada pembukaan lebih dari 4 cm atau pada fase
aktif kala I dimana servik tidak mengalami kemajuan dalam pembukaan dan tidak adanya
penurunan kepala selama 2 jam terakhir dengan his yang adekuat.
a. Teori keregangan
4
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah
satu penyebab permulaan persalinan.
5
Persalinan ditentukan oleh 5 faktor P utama, yaitu :
a. Power
Kekuatan yang mendorong janin keluar yaitu: his, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama
yang baik dan sempurna selain itu juga tenaga meneran dari ibu.
b. Passage
Keadaan jalan lahir meliputi: ukuran panggul, rentang SBR
(pembukaan), kapasitas regangan saluran vagina dan introitus vagina,
dan keadaan perineum dan dasar panggul
c. Passanger
Keadaan janin atau factor janin yang meliputi: sikap janin, letak janin,
presentasi janin,bagian terbawah, dan posisi janin.
d. Psikis ibu
Kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.
e. Penolong
Keterampilan penolong dalam memberikan asuhan sesuai dengan
standard yang ada.
6
5. Energy spurt: ibu mengalami peningkatan energy sekitar 24-28 jam
sebelum persalinan dimulai setelah beberapa hari sebelumnya
merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan.
6. Gastrointestinal upsets: ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
se[perti diare, obstipasi, mual dan muntah karena pengaruh
penurunan hormone terhadap system pencernaan.
b. Tanda persalinan
1. Terjadinya his persalinan yang intermitten.
2. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show).
3. Pengeluaran cairan (ketuban pecah
a. Persalinan Kala 1
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan satu sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan
lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
7
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung di
bawah hingga 8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Servik
membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm). Terjadi penurunan bagian
terbawah janin.
b. Kala II persalinan
8
Disebut juga kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari
pembukaan servik lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
(APN,2008).
Diagnosis kala II dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :
1. Pembukaan servik telah lengkap
2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
c. Kala III
Dimulainya setelah bayi lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta, tidak boleh lebih dari 30 menit.
Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus
setelah lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu.
Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).
Lepasnya plasenta ditandai dengan tali pusat bertambah panjang, atau kalau
ditarik tidak ada tahanan, dan adanya semburan darah keluar dari vagina.
9
3. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang
plasenta akan membantu mendorong plasenat keluar dan dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersenbur keluar dari tep plasenta yang terlepas.
d. Kala IV
Merupakan masa 1-2 jam setelah placenta lahir. Dua jam pertama
setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya
baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia
luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang
tepat untuk melakukan stabilisasi.
Mekanisme Persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar
pada saat persalinan.
Gerakan utama pada Mekanisme Persalinan :
a. Engagement
1. Diameter biparietal melewati PAP
2. Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
10
3. Multipara terjadi permulaan persalinan
4. Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP
dengan flexi ringan.
c. Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar
panggul flexi (dagu lebih mendekati dada). Keuntungannya adalah ukuran
kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil
d. Internal Rotation
1. Bagian terrendah memutar ke depan ke bawah symphisis
2. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
(Bidang tengah dan PBP)
3. Terjadinya bersama dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum
kepala sampai ke H-III
4. Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
11
3 Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai
Hypomoclion kemudian lahir lewat pinggir atas perineum
f. External Rotation
1. Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam
2. Disebabkan ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari
PBP.
g. Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai Hypomoklion kemudian lahir bahu
belakang, bahu depan, badan seluruhnya.
2.2 Epidemiologi
a. Orang
12
dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi pada paritas > 3 dengan proporsi
20,9%.
b. Tempat dan Waktu
Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai
penyebab distosia. namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan
penduduk kota yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada
dan menyebabkan partus tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk
panggul normal dan di Asia 80% wanita bentuk panggul normal.
Penelitian Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906
persalinan terdapat 245 kasus partus tak maju dengan proporsi 1%.37
Penelitian Ikojo dkk di RS Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004
diperoleh 4.521 persalinan terdapat 120 kasus partus tak maju dengan proporsi
2,7%.
Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu
langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun
2001 diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan
proporsi 50%. Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun
2000-2004 diperoleh proporsi partus tak maju 19,7% yaitu 1.418 kasus dari
7.163 persalinan.40 Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun
2006 diperoleh proporsi partus tak maju 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552
persalinan.
a. Host
a.1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan
psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga
belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun
organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses
13
menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang
vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut
mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-
organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan
janin). Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh
Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju
kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun
dibandingkan umur 20-35 tahun.
a.2. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka
kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi
kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan
mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan
kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak
pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet
dan perdarahan pasca persalinan.
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan
oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju
kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3
dibandingkan paritas 1-3.
a.5. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan
kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga
pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan
kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan
pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.
15
b. Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu
terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan
ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin
(passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang
sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor
nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul.
c. Enviroment
c.1. Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat
kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan
keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut
dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan
bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan
bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi
dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia,
keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus
macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata
mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan,
ketidaktahuan, kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan
membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga
ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda,
kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan
tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.
16
Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara
sesungguhnya mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam kematian
materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan untuk
pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang dan
kurangnya tenaga yang terlatih. Petugas kesehatan yang tidak terlatih
untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan).
Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor risiko dan penundaan
dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk
seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju.
2.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primitua, perut gantung grandmulti, ketuban pecah dini.
17
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini
akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin
normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi
besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis
sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut
kepala belum mencapai ukuran lahir normal.
ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).10
18
a) Letak kepala mengolak
b) Letak bokong mengolak
1) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin berada di tengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul,saat persalinan kepala janin tidak dapat turun sehingga persalinan
menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilakukan persalinan
normal kecuali bayi kecil atau pelvis luas. Persalinan dilakukan dengan
tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering
pada primigravida.
2) Presentasi bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung dari satu sisi
ke sisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah pada pintu atas
panggul menjelang persalinan.presentasi bahu disebabkan paritas tinggi
dengan dinding abdomen dan uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat
terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus
atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada
letak melintang.
3) Presentasi muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau
janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
19
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput.
Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin
terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada
primigravida.
21
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
1) Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa
kontaksi berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu
dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri
primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang
lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan
tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot
uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan2.
2) His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai
kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus
otot diluar his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan
his. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada
jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Sedangkan
bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian
tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
3) Kekuatan uterus yang tdak terkoordinasi
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya
sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan
kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga
mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin.
Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus, lingkaran
kontriksi dan distosia servikalis
Kelainan Meneran
Terkadang pada persalinan kala I fase aktif terdapat usaha-usaha ibu
untk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal ini lah yang
22
mengakibatkan terjadinya odema pada genetalia sehingga partus tak maju
dapat terjadi.
2.4 Patofisiologi
23
demam berkeringat mk : intoleransi aktivitas
Manifestasi klinis lain dari partus tak maju adalah gelisah, letih, berkeringat,
nadi cepat, pernafasan cepat dan meteorismus. Didaerah lokal sering dijumpai edema
vulva, edema srviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2.6 Diagnosis
Sebelum di diagnose partus tak maju selama kala 1 maka criteria berikut harus
terpenuhi:
24
d. Pada pembukaan belum lengkap bisa terdapat odema servik, air ketuban keruh
bercampur mekonium, servik dapat mengalami kolpoporeksis.
2.7 Penatalaksaan
Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera
lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan SC.
Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep,
manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan lain-lain.
Secsio cesaria atau SC adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melaluui dinding depan perut atau vagina, atau secsio cesaria adalah
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Komplikasi dari SC adalah infeksi puerferal (nifas) perdarahan, luka kandung kemih,
emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi kemungkinan
ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Pemeriksaan diagnostik pada SC adalah hitung darah lengkap, golongan darah (ABO)
dan mencocokkan silang tes coombs urinalis : menentukan kadar albumin / glukosa, kultur :
mengidentifikasi adanya virus herves simpleks tipe II, pelvimetri menetukan CPD,
amniosintesis : mengkaji maturitas paru janin, USG, melokalisasi plasenta : menentukan
pertumbuhan kedudukan janin, tes stresskontraksi atau tes nonstress : mengkaji respon janin
terhaap gerakan / stress dari pola kontraksi uterus / pola abnormal, pemantauan elektronik
kontinue memastikan status janin/aktivitas uterus.
25
a. Dampak partus tak maju pada ibu
Dampak partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, kadang dapat
terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. (Amiruddin,,
2008)
b. Dampak partus tak maju pada janin
1) Perubahan tulang cranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang pelvis caput succadenum atau pembengkakan kulit
kepal sering kali terbentuk pada tulang kepala yang paling depa. Selain itu
dapat terjadi cepalhematoma.
2) Kematian janin
Jika partus tak maju dibiarkan selama lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlabihan
pada plasenta dan umbilicus.
3) Infeksi
4) Cedera pada janin
5) Asfiksia yang dapat meningkatkan kematian pada bayi.
26
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami
ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika
serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa
kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa
dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-
tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula.
Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),
vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal
(berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala
II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di
negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
27
e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan
42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri
pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan
vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus
lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta
dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada
maternal.
2.10 Pencegahan
28
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.
29
2. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
3. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
4. Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah
ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak
terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit
kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar
dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Partus tak maju merupakan akibat dari penatalaksanaan persalinan yang dikelola tidak
baik atau adanya factor-faktor penyebab yang terabaikan. Partus tak maju disebut juga
dengan istilah obstructed labour atau failure to progress. Pada partus tak maju kontraksi
uterus berusaha mengatasi obstruksi ini, pada partus tak maju yang terjadi di awal uterus
berkontraksi kuat untuk sementara waktu kemudian menjadi hipoaktif karena gagal
mengatasi obstruksi, sedangkan pada partus tak maju yang terjadi di akhir kala 1 uterus terus-
menerus berkontraksi dengan kuat berusaha mendorong janin melewati panggul ibu, hal
inilah yang terkadang menimbulkan kelelahan dan kesakitan pada ibu.
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks. Turunnya kepala dan putar paksi selama 2
jam terakhir.
Faktor-faktor penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primitua, perut gantung grandmulti, ketuban pecah dini.
Manifestasi klinis dari partus tak maju adalah gelisah, suhu badan meningkat,
berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Penatalaksanaannya adalah salah satu dengan SC,
yaitu suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina.
32
DAFTAR PUSTAKA
33