Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan komitmen
negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang pada kesejahteraan
masyarakat dunia. Berkenaan dengan itu maka MDGs merupakan acuan penting
dalam penyusunan dokumen Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka. Menengah Nasional (RPJMN)
2004-2009 dan 2010-2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahunan, dan dokumen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam memenuhi komitmen
tersebut Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak ringan. Perdagangan
bebas, harga minyak yang masih meningkat yang diikuti oleh subsidi BBM yang
semakin membengkak, perubahan iklim dan pemanasan global dan dampaknya pada
harga pangan yang semakin mahal, mewarnai dinamika sosial dan ekonomi
pembangunan nasional.
Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan
diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) salah satunya adalah terdapat
kemajuan yang sangat besar dari indeks kedalaman kemiskinan, proporsi tenaga kerja
yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja,
dan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi.
Analisis kondisi kemiskinan daerah adalah pendekatan dan metodologi untuk
mengetahui karakteristik dan determinan (faktor terkait) kemiskinan di daerah, serta
implikasi temuan tersebut pada kebijakan (program/kegiatan) penanggulangan
kemiskinan di daerah. Analisis ini penting untuk dilakukan karena kemiskinan
memiliki dimensi yang kompleks dan karakteristik yang cenderung bervariasi antar-
daerah (local-specific). Oleh sebab itu, kondisi kemiskinan di daerah harus dapat
diuraikan sedemikian rupa sehingga perencanaan intervensi kebijakan
penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara lebih realistis.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan MDGs dan SDGs ?
2. Apa tujuan dari MDGs dan SDGs ?
3. Bagaimana hubungan MDGs dengan kemiskinan ?
4. Bagaimana SDGs dalam kemiskinan ?
5. Bagaimana evaluasi akhir pada program MDGs penanggulangan kemiskinan dan
kelaparan ?
6. Bagaimana pencapaian MDGs dalam menangani kemiskinan dan kelaparan ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian MDGs dan SDGs
2. Mengetahui tujuan dari MDGs dan SDGs
3. Mengetahui hubungan MDGs dengan kemiskinan
4. Mengetahui SDGs dalam kemiskinan
5. Mengetahui evaluasi akhir pada program MDGs penanggulangan kemiskinan dan
kelaparan
6. Mengetahui pencapaian MDGs dalam menangani kemiskinan dan kelaparan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MDGs dan SDGs


Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs)
adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189
negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September
2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah
tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini
merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam
Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147
kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia
turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan
menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-
masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan
dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini
merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari
separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua
tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi
hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)
adalah seperangkat target yang berhubungan dengan pengembangan internasional di
masa mendatang. Target-target ini dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
dipromosikan sebagai Tujuan Global untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.
Mereka menggantikan Tujuan Pembangunan Milenium yang tidak lagi berlaku
terhitung mulai akhir 2015. SDG aktif mulai tahun 2015 hingga 2030. Ada 17 tujuan
dan 169 target spesifik untuk tujuan-tujuan tersebut.

3
B. TUJUAN MDGs DAN SDGs
MDGs sesuai hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000,
memiliki delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015, yaitu :
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi hiv dan aids, malaria dan penyakit menular lainnya
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan
Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini :
1. Menghapuskan kemiskinan
Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di semua tempat.
2. Menghapuskan kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi,
serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
3. Hidup sehat
Memastikan hidup yang sehat dan menggalakkan kesejahteraan untuk
semua usia.
4. Pendidikan berkualitas
Memastikan pendidikan berkualitas yang terbuka dan setara serta
menggalakkan kesempatan untuk belajar sepanjang umur hidup pada
semua orang.
5. Kesetaraan gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak
perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi
Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkesinambungan atas air
dan sanitasi untuk semua orang.
7. Energi yang bisa diperbarui dan terjangkau
Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan
modern bagi semua orang.
4
8. Ekonomi dan pekerjaan yang baik
Menggalakkan perkembangan ekonomi yang berkesinambungan, terbuka,
dan berkelanjutan, lapangan kerja yang utuh dan produktif, serta
pekerjaan yang layak bagi semua orang.
9. Inovasi dan infrastruktur yang baik
Membangun infrastruktur yang tahan lama, menggalakkan industrialisasi
yang berkesinambungan dan terbuka, serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan
Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara.
11. Kota dan komunitas yang berkesinambungan
Membuat kota dan pemukiman manusia terbuka, aman, tahan lama, serta
berkesinambungan.
12. Penggunaan sumber-sumber daya yang bertanggung jawab
Memastikan pola-pola konsumsi dan produksi yang berkesinambungan
13. Tindakan iklim
Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan
pengaruhpengaruhnya.
14. Lautan yang berkesinambungan
Melestarikan dan menggunakan samudra, laut, dan sumber-sumber daya
maritim secara berkesinambungan untuk pengembangan yang lestari.
15. Penggunaan tanah yang berkesinambungan
Melindungi, mengembalikan, dan menggalakkan penggunaan yang lestari
atas ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkesinambungan,
memerangi penggundulan hutan, dan memperlambat serta membalikkan
degradasi tanah serta memperlambat hilangnya keragaman hayati.
16. Kedamaian dan keadilan
Menggalakkan masyarakat yang damai dan terbuka untuk pengembangan
yang lestari, memberikan akses pada keadilan untuk semua orang dan
membangun institusi yang efektif, bertanggung jawab, serta terbuka di
semua tingkatan.
17. Kemitraan untuk pengembangan yang lestari
Memperkuat cara-cara penerapan dan menghidupkan kembali kemitraan
global untuk pengembangan yang berkesinambungan.

5
C. HUBUNGAN MDGs DENGAN KEMISKINAN
MDGs merupakan upaya perluasan pembangunan dengan menempatkan
manusia sebagai titik sentral. Pada intinya program ini mengusahakan agar manusia
bebas dari kemiskinan dan kelaparan, sehat, cerdas dan mandiri sehingga memiliki
rasa percaya diri dan martabat. Prioritas MDGs bertumpu pada upaya mengutamakan
penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, serta penanganan dimensi kemiskinan
yang lebih luas dan saling terkait. Yaitu melalui peningkatan kesehatan penduduk,
terutama kesehatan ibu dan anak; peningkatan kesempatan memperoleh pendidikan,
terutama pendidikan dasar bagi semua; serta upaya pencegahan penyebaran
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, dengan memperhatikan kesetaraan jender
agar semua penduduk laki-laki maupun perempuan memperoleh kesempatan yang
adil dan setara untuk mengembangkan kesejahteraannya.
Meskipun merupakan sebuah komitmen global, MDGs diupayakan untuk lebih
mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai karakteristik masing-masing negara
sehingga lebih mudah diupayakan pencapaiannya. Dalam konteks ini, beberapa hal
penting yang perlu digarisbawahi adalah sebagai berikut:
Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga yang
aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDGs adalah tujuan dan
tanggung jawab semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik kepada
rakyatnya masing-masing maupun sebagai komitmen bersama antar pemerintahan.
Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan
waktu pencapaian yang jelas, sehingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan
kemajuannya secara obyektif dengan indikator yang sebagian besar dapat
diperbandingkan antar-negara.
Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain.
Misalnya, Tujuan 1 (Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan) adalah kondisi yang
diperlukan, tetapi belum mencukupi, bagi pencapaian Tujuan 2 hingga Tujuan 7.
Keempat, dengan dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau
kemajuan, meningkatkan perhatian, mendorong tindakan dan penelitian untuk
menjadi landasan intelektual reformasi kebijakan, pembangunan kapasitas dan
mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka mencapai semua target.
Kelima, 18 target dan lebih dari 40 indikator terkait ditetapkan untuk
diupayakan pencapaiannya dalam kurun waktu 25 tahun, dari 1990 hingga 2015.

6
Masing-masing indikator digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian
setiap tujuan dan target.
Target MDGs ditetapkan dengan asumsi yang realistis. Meskipun dalam
jangka panjang setiap negara bertujuan untuk memberantas kemiskinan sampai tuntas,
namun MDGs hanya mematok target pengurangan kemiskinan menjadi separuhnya
dalam kurun waktu yang ditetapkan. Keterkaitan antara MDGs dengan tujuan
penanggulangan kemiskinan secara lebih spesifik ditunjukkan oleh keterkaitan
indikator penanggulangan kemiskinan dengan indikator yang digunakan untuk
mengukur target MDGs.

D. SDGs DAN KEMISKINAN INDONESIA


Dalam Outcome Document Transforming Our World: The 2030 Agenda For
Sustainable Development tujuan mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan utama dari
17 tujuan yang disepakti dalam SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah
Mengakhiri Kemiskinan dalam Segala Bentuk Di Mana Pun (End poverty in all its
forms everywhere).

Tabel Tujuan SDGs 1 dan Indikatornya

Tujuan SDGs No. 1 Target / Indikator

1. Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim


bagi semua orang di mana pun, di mana ukuran yang
digunakan sekarang adalah mereka yang hidup dengan
pendapatan kurang dari $ 1,25 perhari

2. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya separuh


proporsi dari laki-laki, perempuan dan anak-anak
segala umur yang hidup dalam kemiskinan dalam
segala dimensi menurut definisi nasional

3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan


ukuran perlindungan sosial yang tepat bagi semua level
Mengakhiri Kemiskinan dan pada tahun 2030 sudah mencapai cakupan yang
dalam Segala Bentuk Di cukup substansial terhadap yang miskin dan rentan
Mana Pun

7
4. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua laki-laki
dan perempuan, terutama mereka yang miskin dan
rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber-
sumber ekonomi, juga terhadap pelayanan dasar,
kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk-bentuk
kekayaan lainnya, warisan, sumber daya alam,
teknologi baru yang layak dan pelayanan finansial,
termasuk keuangan mikro

5. Pada tahun 2030, membangun daya tahan mereka yang


miskin dan yang berada dalam situasi rentan dan
mengurangi situasi tanpa perlindungan dan kerentanan
terhadap kejadian-kejadian ekstrim yang berhubungan
dengan perubahan iklim, juga kejutan dan bencana
ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya

a. Memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan


dari berbagai sumber, termasuk melalui kerjasama
pembangunan yang diperluas, dalam rangka
menyediakan alat-alat yang cukup dan mudah
diprediksi oleh negara-negara berkembang, khususnya
negara-negara kurang berkembang, untuk
mengimplementasikan program

b. Menciptakan kerangka kerja kebijakan pada level


nasional, regional dan internasional, yang berdasarkan
pada strategi pembangunan yang berpihak pada yang
miskin dan gender sensitive, untuk mempercepat
investasi dalam aksi-aksi pengentasan kemiskinan

Meskipun sudah menjadi anggota G-20 (Government-20) yakni 20 negara terbesar di


dunia yang menguasai 85% GDP dunia, 75% perdagangan dunia dan 2/3 jumlah
penduduk dunia, tetapi Indonesia masih sebagai negara lower-middle-income-country
(per kapita antara US$ 1.046 4.125). Artinya, faktor utama keikutsertaan Indonesia di
G-20 masih dikarenakan faktor jumlah penduduknya. Meskipun pertumbuhan ekonomi
Indonesia relatif stabil, namun konsumsi domestiklah yang menjadi penopang utamanya.
Sehingga tidak mengherankan jika permasalahan kemiskinan masih menjadi masalah

8
utama. Terkait dengan tujuan Mengakhiri Kemiskinan dalam Segala Bentuk Di Mana
Pun seperti di atas (Tabel 1), maka perlu mendudukkannya dengan kondisi kemiskinan
di Indonesia kekinian. Ada beberapa hal yang perlu dicatat terkait dengan perkembangan
kemiskinan di Indonesia, antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat di Indonesia diklaim oleh World Bank
telah membantu menekan angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari
turunnya angka kemiskinan dari 24% (1999) menjadi 11,3% (2014). Namun,
dalam perkembangannya, kecepatan penurunan kemiskinan berkurang tajam.
Tingkat penurunan kemiskinan hanya mencapai 0,7% dalam dua tahun terakhir
(2013-2014) dan ini adalah yang terlambat sepanjang satu dekade terakhir. Hal
ini dapat dilihat dari angka sebesar 65 juta penduduk hidup sedikit di atas garis
kemiskinan dan sangat rentan jatuh miskin. Sementara 28 juta orang Indonesia
masih terjerat kemiskinan parah (World Bank: 2014).
2. Senada dengan World Bank, Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan
takaran yang sama. BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014
mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 % (BPS: 3 Januari 2015). Sedangkan pada
Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang
(11,22 %), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi
September 2014 (BPS: 15 September 2015).
3. BPS menyebut selama periode tersebut, Garis Kemiskinan (rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan) naik 3,17 %, dari Rp 302.735 per kapita per bulan (Maret
2014) menjadi Rp 312.328 per kapita per bulan (September 2014) dengan
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dari komoditi bukan makanan yakni
perumahan, energi, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Sumbangan komoditi
makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2015 tercatat sebesar 73,23
persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2014 yaitu
sebesar 73,47 persen (BPS: 15 September 2015).
4. BPS menambahkan bahwa persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari
8,16 % (September 2014) menjadi 8,29 % (Maret 2015). Artinya, dari September
2014 Maret 2015, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 0,29
juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang
pada Maret 2015)

9
5. BPS menambahkan bahwa persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari
13,76 % (September 2014) menjadi 14,21 % (Maret 2015). Artinya, dari
September 2014 Maret 2015, jumlah penduduk miskin di pedesaan naik
sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi
17,94 juta orang pada Maret 2015).
6. Pulau Jawa menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1
juta orang, diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta
orang, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua
sebesar 1,4 juta orang.

E. EVALUASI AKHIR PADA PROGRAM MDGs PENANGGULANGAN


KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah pusat
serta pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Penanggulangan
kemiskinan dilakukan dengan mempertimbangkan empat prinsip utama
penanggulangan kemiskinan yang komprehensif, yaitu (i) perbaikan dan
pengembangan sistem perlindungan sosial; (ii) peningkatan akses pelayanan dasar;
(iii) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (iv) pembangunan yang
inklusif.
Mengacu kepada prinsip utama tersebut, penanggulangan kemiskinan
dilakukan dengan strategi (i) mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; (ii)
meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; (iii) mengembangkan
dan menjamin keberlanjutan usaha mikro serta kecil; dan (iv) membentuk sinergi
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Strategi tersebut dijalankan
dengan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Yaitu, kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Secara nasional,
program penanggulangan kemiskinan dapat dikelompokkan menurut basis sasaran
(penerima program) dan tujuannya, menjadi:

10
1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. Tujuannya
adalah memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, dan memperbaiki
kualitas hidup masyarakat miskin.
2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. Tujuannya adalah mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan
berdasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil. Tujuannya adalah memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
4. Program-program lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Agar syarat koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan


terpenuhi di tingkat daerah, Pemerintah melalui Perpres No. 15 tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan mengamanatkan pembentukan TKPK
Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Lembaga ini berfungsi sebagai mitra kerja
TNP2K, yang dibentuk di tingkat nasional dengan Perpres yang sama. TKPK Daerah
bertugas melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan, dan mengendalikan
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerahnya masing-masing
sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh TNP2K.
Hasil pelaksanaan tugas tersebut masing-masing dilaporkan oleh TKPK
Provinsi kepada Gubernur dan TNP2K; dan oleh TKPK Kabupaten (Kota) kepada
Bupati (Walikota) dan TKPK Provinsi.

F. PENCAPAIAN MDGs DALAM MENANGANI KEMISKINAN DAN


KELAPARAN
Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur
oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga
telah dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan,
sebagaimana diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar 13,33
persen (2009) menuju targetnya sebesar 8-10 persen pada tahun 2014. Prevalensi
kekurangan gizi pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi
18,4 persen pada tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target
11
MDG sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan
kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan infrastruktur pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian
khusus perlu diberikan pada: (i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM); (ii) pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan
akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraannya; (iii)
peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan sosial; dan (iv) perbaikan
penyediaan proteksi sosial bagi kelompok termiskin di antara yang miskin.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
MDGs merupakan upaya perluasan pembangunan dengan menempatkan
manusia sebagai titik sentral. Pada intinya program ini mengusahakan agar manusia
bebas dari kemiskinan dan kelaparan, sehat, cerdas dan mandiri sehingga memiliki
rasa percaya diri dan martabat. Prioritas MDGs bertumpu pada upaya mengutamakan
penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, serta penanganan dimensi kemiskinan
yang lebih luas dan saling terkait.
Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur
oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga
telah dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan,
sebagaimana diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar 13,33
persen (2009) menuju targetnya sebesar 8-10 persen pada tahun 2014. Prevalensi
kekurangan gizi pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi
18,4 persen pada tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target
MDG sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan
kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan infrastruktur pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian
khusus perlu diberikan pada: (i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM); (ii) pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan
akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraannya; (iii)
peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan sosial; dan (iv) perbaikan
penyediaan proteksi sosial bagi kelompok termiskin di antara yang miskin.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=3289&th=2014
laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-
2011__20130517105523__3790__0
Panduan_Umum_TNP2K_2011
Paper-Diskusi-Paralel-II-Bergegas-Keluar-dari-Kemiskinan_RPJMN-vs-
SDGs_Maftuch_DRAFT-1

14

Anda mungkin juga menyukai