Anda di halaman 1dari 4

2Pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator makrozoobenthos pada sungai

metro ditemukan bermacam-macam makrozoobenthos, yaitu anggang-anggang, capung air, siput

kolam, belalang dan kepik air. Kebanyakan spesies yang ditemukan berada di permukaan air dan

menempel pada bebeatuan di dasar air. Makrozoobenthos itu snediri merupakan golongan

hewan-hewan kecil ukuran tubuh millimeter yang sebagian besar atau seluruh hidupya berada

didasar perairan, yang bergerak lambat atau merayap, menggali lubang atau menempel. (Welch,

1980)

Menurut Roienberg dan Rush (1992) makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang hidup

di substrat-substrat dasar umumnya golongan invertebrata. Makrozoobenthos umumnya hidup

diberbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan dilaut. Makrozoobenthos

diantaranya adalah crustacea, isopoda, dekapoda, oligochaeta, molusca, nematode, dan analida.

(Brotowidjoyo, djarubito, 1990). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok

4, ditemukan makrozoobentos larva mrutu, larva nyamuk, dan kepiting sungai.

Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun dan mata

rantai makanannya menjadi lebih sederhana. Makrozoobenthos yang dapat di jadikan indikator

biologis pencemaran sungai dapat di amati dari keanekaragaman spesies dan laju pertumbuhan

spesies. Berdasarkan data pengamatan dari berbagai kelompok terdapat perbedaan jumlah

keanekaragaman spesies antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kualitas air disungai tersebut tidak sama.


Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi menandakan kualitas air

tersebut baik atau belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila keanekaragaman kecil, sungai tersebut

tercemar atau kotor.

Kriteria air pada sungai belakang kebun biologi termasuk pada kriteria kotor. Hal ini

sesuai dengan teori Tuarita (2006) yang didasarkan pada penemuan jenis makrozoobenthos. Dan

indikator makrozoobenthos, kondisi perairan dapat dikategorikan menjadi lima kondisi, yaitu :

kondisi sangat buruk, kondisi buruk, kondisi sedang, baik, dan kondisi sangat baik. Pada kondisi

sangat baik ditemukan

Masing-masing makrozoobenthos memiliki kriteria tersendiri yaitu kadar pencemaran.


Makrozoobenthos juga memiliki kisaran toleransi tersendiri terhadap konsentrasi oksigen terlarut
(DO). Bahan-bahan organic yang berasal dari buangan domestic, masuk ke dalam sungai, diuraikan
oleh mikroba dengan bantuan oksigen. Oleh karena itu, semakin tercemar suatu perairan, maka
semakin sedikit kadar oksigen, karena oksigen terlarut dalam air digunakan mikroba untuk
menguraikan sampah organic. (Faiturrahman, 1992)

Berdasarkan pada sungai plot 1 memiliki kisaran pH sebesar 7,54 dan


tempat yang baik untuk tempat tinggal suatu organisme, Hal ini sesuai dengan
pernyataan Marfaung (2013) yang meyatakan sebagian besar biota akuatik
menyukai nilai pH berkisar antara 5,0-9,0 hal ini menunjukkan adanya kelimpahan
dari organisme makrozoobenthos, dimana sebagian besar organisme dasar
perairan seperti polychaeta, moluska dan bivalvia memiliki tingkat asosiasi
terhadap derajat keasaman yang berbeda-beda.

Nilai Dissolved Oxygen (DO) yang didapat dari sungai plot 1 sebesar 26,57
mg/L, hasil ini menunjukkan bahwa kondisi perairan tidak normal, Hal ini sesuai
dengan pernyataan Marfaung (2013) yang menyatakan tingginya kandungan
bahan organik dan tingginya populasi bakteri pada sedimen menyebabkan
besarnya kebutuhan akan O2 terlarut, kadar O2 terlarut pada perairan alami
biasanya kurang dari 10 mg/LI.

Nilai kekeruhan pada sungai plot 1 memiliki hasil 9 ntu, Menurut Effendi
(2000), kondisi kekeruhan ini termasuk kedalam kondisi yang masih layak untuk
kehidupan biota perairan sesuai dengan nilai yang dipersyaratkan oleh Baku Mutu
Lingkungan perairan maksimum 25 NTU.

Suhu yang diperoleh dari sungai plot 1 sebesar 25 0C. Suhu air adalah
parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman.Air yang
dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu
perairan (Darojah, 2005).

Hasil rerata pada plot 1 adalah 3,3 hal ini menunjukkan kualitas air sungai
kotor. Keanekaragaman sungai plot 1 sebesar 0,6373 kemerataan sebesar 0,58 dan
kekayaan jenis sebesar 0,499 dan termasuk rendah dalam keanekaragaman,
kemerataan, dan kekayaan jenis makrozoobentos ini sesuai dengan pernyataan
Darojah (2005) yang menyatakan bahwa keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kategori rendah apabila 0<H<2,300 dan apabila kemerataan mendekati
0 atau sama dengan 0 berarti kemerataannya jauh berbeda serta apabila kekayaan
jenis makrozoobentos kurang dari 1 digolongkan rendah.
Menurut Roienberg dan Rush (1992) makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang hidup

di substrat-substrat dasar umumnya golongan invertebrata. Makrozoobenthos umumnya hidup

diberbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan dilaut. Makrozoobenthos

diantaranya adalah crustacea, isopoda, dekapoda, oligochaeta, molusca, nematode, dan analida.

(Brotowidjoyo, djarubito, 1990). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok

4, ditemukan makrozoobentos larva mrutu, larva nyamuk, dan kepiting sungai.

Pada plot 3 oleh kelompok 6 ditemukan makrozoobentos berupa larva


Meritus dan kepiting sungai. Hasil rerata 2,5 skala ini menunjukkan bahwa sungai
sangat kotor. Keanekaragaman sungai plot 3 sebesar 0,0551 kemerataan sebesar
0,08 dan kekayaan jenis sebesar 0,23 dan termasuk rendah dalam
keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis makrozoobentos ini sesuai
dengan pernyataan Darojah (2005) yang menyatakan bahwa keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kategori rendah apabila 0<H<2,300 dan apabila
kemerataan mendekati 0 atau sama dengan 0 berarti kemerataannya jauh
berbeda serta apabila kekayaan jenis makrozoobentos kurang dari 1 digolongkan
rendah.

Anda mungkin juga menyukai