PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Aceh.
Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik
tengah antara Banda Aceh sebagai Ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dengan Medan sebagai ibukota Sumatera Utara. Disamping itu Kabupaten Aceh
Utara mempunyai daerah penyangga yang cukup luas yaitu Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Timur dan Kabupaten Pidie.Letak
Kabupaten Aceh Utara pada pesisir aceh bagian utara juga mempunyai hubungan
perdagangan dengan Malaysia dan Thailand. Dukungan yang paling strategis
adanya sarana dan prasarana perhubungan laut yang relatif memadai dibandingkan
dengan kabupaten yang lain dalam Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Secara geografis wilayah Kota Banda Aceh mempunyai luas 1,36 km2
dengan batas batas sebagai berikut
a. Batas Selatan : Samudera Hindia
b. Batas Utara : Samudera Hindia
c. Batas Timur : Selat Malaka dan Malaysia
d. Batas Barat : Samudera Hindia
C. Kondisi Topografi.
2
merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi
berbukit dan landau terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Berdasarkan kelas
topografi wilayah, Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar (0 - 2%) tersebar
di sepanjang pantai barat selatan dan pantai utara timur sebesar 24.83 persen
dari total wilayah; landai (2 15%) tersebar di antara pegunungan Seulawah
dengan Sungai Krueng Aceh, di bagian pantai barat selatan dan pantai utara
timur sebesar 11,29 persen dari total wilayah; agak curam (15 -40%) sebesar
25,82 persen dan sangat curam (> 40%) yangmerupakan punggung pegunungan
Seulawah, gunung Leuser, dan bahu dari sungai-sungai yang ada sebesar 38,06
persen dari total wilayah.
Provinsi Aceh memiliki ketinggian rata-rata 125 m diatas permukaan laut.
Persentase wilayah berdasarkan ketinggiannya yaitu:
a. Daerah berketinggian 0-25 m dpl merupakan 22,62 persen luas wilayah
(1,283,877.27 ha),
b. Daerah berketinggian 25-1.000 m dpl sebesar 54,22 persen luas wilayah
(3,077,445.87 ha),
c. Daerah berketinggian di atas 1.000 m dpl sebesar 23,16 persen luas wilayah
(1,314,526.86 ha).
D. Jenis Tanah.
3
E. Patahan Aceh.
Patahan Sumatra Segmen Tripa berada di antara Aceh Tenggara dengan Aceh
tengah. Pada segmen patahan ini pernah terjadi gempa sesar pada tahun 1990 di
Kab. Gayo Lues dengan magnitudo sebesar 6,8 Ms dan di Aceh Tenggara pada
tahun 1936 dengan magnitudo sebesar 7,2 Ms. Menurut Irwan Meilano, patahan
4
Sumatra segmen Tripa bergerak secara menganan (sesar geser kanan) dengan
kecepatan (laju geser/slip rate) sebesar 3,5 mm/tahun dengan kedalaman potensi
sumber gempa 10 Km.
5
2.2 Iklim Daerah Aceh.
Dengan ada data yang telah di papar kan maka Aceh menurut klasifikasi
iklim kopen termasuk wilayah iklim hutan hujan tropis atau di kenal juga dengan
Af. Iklim di wilayah ini dicirikan dengan adanya tingkat kelembapan udara dan
curah hujan yang selalu tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, tipe vegetasi
yang mendo minasi wilayah ini ialah hutan hujan tropis, yaitu tipe hutan lebat
dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen. Maka tak heran jika tumbuhan
endemik yang sangat langka, seperti Rafflesia arnoldi yang penyebarannya hanya
di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam
sampai Lampung tumbuh cukup banyak .
6
7
2.3 Penggunaan Lahan Aceh.
Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan adalah 3.335.713 ha, sedikit
kurang dari luas kawasan hutan yaitu 3.372.819 ha. Hal ini berarti seluas 37.106
ha lahan kawasan hutan tanpa tutupan vegetasi. Secara alami kawasan hutan
tanpa tutupan vegetasi tersebut dapat berupa batuan atau lahan terbuka akibat
tanah longsor alami, atau terbuka akibat aktivitas manusia merambah kawasan
hutan. Luas penutupan lahan di luar kawasan hutan adalah 2.400.864 ha baik
dalam bentuk kawasan lindung di luar kawasan hutan, kawasan pengembangan
hutan rakyat, dan di areal penggunaan lain.
Provinsi Aceh memiliki luas wilayah 56.770,81 km2 atau 5.677.081 Ha .
Luas wilayah menurut penggunaan lahan utama sebagaimana disajikan pada
8
Buku Data Tabel SD-1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar
adalah hutan seluas 3.400.891 Ha atau 59,90 persen dari luas total wilayah
Aceh. Selanjutnya secara berturut-turut adalah lahan kering 1.027.807 Ha
(18,10%), Perkebunan 734,165 Ha (12,93%), Non Pertanian 244.885 Ha
(4,31%), Sawah 235.259 (4,14%), dan badan air seluas 34,074 Ha (0,60%).
Kabupaten/ kota yang penggunaan lahannya untuk hutan lebih dari 75%
dari luas wilayahnya adalah Gayo Lues (87%), Aceh Tenggara (85%), Aceh
Selatan (83%), dan Aceh Tengah (79%), Aceh Barat Daya (74%). Keempat
kabupaten tersebut terletak di bagian tengah Provinsi Aceh yang wilayahnya
merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan di bagian utara Pulau
Sumatera. Tujuh kabupaten/kota lainnya memanfaatkan wilayahnya untuk
hutan antara 50-75% adalah Aceh Barat Daya, Bener Meriah, Aceh Jaya,
Simeulue, Pidie, Pidie Jaya, dan Kota Sabang. Sebanyak delapan
Kabupaten/Kota yang memanfaatkan lahannya berupa hutan antara 30-50%
adalah Kabupaten Nagan Raya, Kota Sabang, Subulussalam, Aceh Barat, Aceh
Timur, Bireun, Aceh Besar dan Aceh Tamiang, sedangkan 5 kabupaten/kota
lainnya kurang dari 30%, yaitu Aceh Singkil, Kota Langsa, Aceh Utara, Kota
Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.
Lahan Kering berupa tegalan/ kebun, pekarangan, dan ladang/ huma
menempati urutan ke dua dari luas wilayah penggunaan lahan utama. Total lahan
kering di wilayah provinsi Aceh berdasarkan Tabel SD-1 seluas 1.027.807 Ha
atau sebesar 18% dari luas Wilayah Aceh. Lahan kering paling luas terdapat di
Kabupaten Aceh Besar (55 %), Bireun (47%), dan Aceh Tamiang (43%). Tujuh
kabupaten yang memiliki luas lahan kering 20 35% adalah Kabupaten Aceh
Jaya, Aceh Utara, Bener Meriah, Nagan Raya, Pidie, Pidie Jaya, dan
Subulussalam. Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Barat Daya persentase lahan
kering secara berturut-turut sebesar 18% dan 17% sedangkan sisanya sebesar 1
10% terdapat di kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh
Tenggara, Aceh Timur, Gayo Lues, Simeulue, dan kota Sabang. Kota
Lhokseumawe tidak ada data lahan kering sedangkan Kota Banda Aceh dan Kota
Langsa tidak ada lahan kering.
Untuk kawasan perkebunan, persentase terbesar dari luas wilayahnya
adalah Kota Lhokseumawe sebesar 55% yaitu seluas 8.508 Ha dengan
komoditi Kelapa sawit, kakao, karet, tebu, kopi, kelapa, kapuk, kemiri, lada, dan
pinang. Salah satu kabupaten/ kota yang tidak mempunyai lahan perkebunan
adalah Kabupaten Bener Meriah, hingga saat ini tidak ada izin usaha perkebunan
swasta dan Hak Guna Usaha (HGU), tetapi jenisnya perkebunan rakyat.
Kabupaten lainnya yang juga tidak mempunyai lahan perkebunan adalah
Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireun, sedangkan Kota Banda Aceh dan
kabupaten Aceh Besar tidak tersedia data terkait lahan perkebunan. Kabupaten
9
Aceh Timur mempunyai area perkebunan paling luas di Provinsi Aceh yaitu
149.282 Ha diikuti Kabupaten Aceh Singkil 94.478 Ha, Aceh Tengah 57.185
Ha, dan Gayo Lues seluas 53.383 Ha.
Penggunaan lahan untuk tujuan non pertanian tertinggi di wilayah
perkotaan, yaitu Kota Banda Aceh (88,29% total luas wilayah). Kota
Lhokseumawe menggunakan 80.43% dari total wilayahnya untuk non pertanian,
sedangkan Kota Langsa 29.68%, Aceh Singkil (18,03%), Kota Sabang (16,53%),
dan Kabupaten Aceh Utara sebesar 10,41%. Di kabupaten lainnya penggunaan
lahan untuk non pertanian kurang dari 10% yaitu Kabupaten Aceh Barat, Aceh
Barat Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, Aceh Tengah,
Aceh Tenggara, Aceh Timur, Bener Meriah, Bireun, Gayo Lues, Nagan Raya,
Pidie, Pidie Jaya dan Simeuluie.
Jumlah penduduk Aceh pada akhir 2016 adalah 5.096.428 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Aceh selama 5 tahun (2011- 2014) sebesar 1,09 persen.
Kota Sabang memiliki laju pertumbuhan penduduk terendah dibandingkan
kabupaten/kota lain di Aceh yakni sebesar 0,07 persen, sedangkan yang tertinggi
adalah Kabupaten Aceh Utara yakni sebesar 0,56 persen. Kabupaten/kota yang
memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Aceh Utara (593.492 jiwa)
dan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Langsa (33.622 jiwa) seperti yang
disajikan pada Tabel Kependudukan. Sebaran penduduk di wilayah aceh masih
belum merata terbukti dengan terkonsentrasi penduduk di beberapa kabupaten di
Aceh diantaranya adalah Banda Aceh (4554 jiwa/km), Lhokseumawe (1276
10
jiwa/km), Langsa ( 832 jiwa/km), Bireuen (247 jiwa/km), Sabang (276
jiwa/km), Aceh Utara (220 jiwa/km), Pidie (160 jiwa/km), Aceh Besar (138
jiwa/km),Pidie Jaya ( 134 jiwa/km) dan wilayah dengan kepadatan terjarang
yaitu di Gayo Lues dengan 16 jiwa/km. Tetapi faktor pertumbuhan penduduk
tidak terlalu mempengaruhi konsentrasi penduduk di suatu wilayah di Aceh yaitu
Kabupaten Simeulue yang merupakan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi
kedua mengalami kepadatan penduduk yang dapat di kategorikan jarang.
11
Armada perikanan tangkap berskala besar beroperasi di Aceh
Utara, Aceh Timur, Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Selatan.
4. Faktor Pertambangan.
Emas .
Aceh Barat : Woyla, Seunagan, Sungai Mas , Pegunungan
Beutong,
Aceh Tengah : Payakolak, Takengon.
Geumpang, Pidie.
Kec. Sikureung, Aceh Tamiang.
Batubara di Kaway XI, di Semayan di Aceh Barat.
Batu gamping di Tanah Greuteu Aceh Besar, di Tapaktuan Aceh Selatan
Bijih Tembaga
Pulau Bras sekitar kepulauan Aceh
Krueng Kala dan Gle Bruek Kecamatan Lhoong
Beutong Ateuh Kabupaten Nagan Raya
Pidie ,Geumpang dan Tangse i Krueng Sabee (Aceh Jaya) dan di
Tapaktuan Aceh Selatan.
Timah Hitam dan Seng
Krueng Beureung Krueng Isep di Aceh Barat.
Lokop Kecamatan Serbajadi Aceh Timur
Bijih Besi
pinggir pantai sekitar Krueng Raya, Lampanah (Aceh Besar).
Kecamatan Lhoong (Krueng Geunteut, Krueng Lhoong) Aceh
Besar.
Krueng Ligan Aceh Jaya, Kecamatan Babahrot.
Kuala Batee Aceh Barat daya.
Mangan
Lhok Kruet Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya.
Krueng Igeuh Kecamatan Tangse (Kabupaten Pidie).
Krueng Ligan (Aceh Jaya).
Molybdenum
Tangse Kab.Pidie,
Krueng Geunteut dan Krueng Lhoong Kabupaten Aceh Besar.
Lokop Kecaamtan Serbajadi Aceh Timur.
Timang Ragap dan Lawe Sigala-gala Aceh Tenggara.
Logam kromium
Tangse dan Geumpang (Kabupaten Pidie).
12
4 Aceh Tenggara 0,10 204.468 49
5 Aceh Timur 0,09 77.084 76
6 Aceh Tengah 0,10 151.472 45
7 Aceh Barat 0,10 254.904 72
8 Aceh Besar 0,10 411.279 138
9 Pidie 0,09 200.412 134
10 Bireuen 0,09 197.921 247
11 Aceh Utara 0,56 400.913 220
12 Aceh Barat Daya 0,10 425.974 76
13 Gayo Lues 0,10 443.627 16
14 Aceh Tamiang 0,08 593.492 133
15 Nagan Raya 0,10 143.312 45
16 Aceh Jaya 0,12 89.500 23
17 Bener Meriah 0,10 282.921 73
18 Pidie Jaya 0,11 158.223 160
19 Banda Aceh 0,12 87.622 4552
20 Sabang 0,07 139.890 276
21 Langsa 0,10 33.622 832
22 Lhokseumawe 0,10 168.820 1276
23 Subulussalam 0,10 195.186 66
Sumber : http://aceh.bps.go.id
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aceh beriklim tropis. Artinya dalam setahun terdiri atas musim kering
(Maret-Agustus) dan musim hujan (September Februari). Kelembaban Udara di
wilayahprovinsi Aceh mencapai 79%, dengan rata rata curah hujan adalah 131,4
mm. Di daerah pesisir, curah hujan berkisar antara 1.000 - 2.000 mm dan di
dataran tinggi dan pantai barat selatan antara 1.500 - 2.500 mm.
Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan adalah 3.335.713 ha, sedikit
kurang dari luas kawasan hutan yaitu 3.372.819 ha. Hal ini berarti seluas 37.106
ha lahan kawasan hutan tanpa tutupan vegetasi. Secara alami kawasan hutan tanpa
tutupan vegetasi tersebut dapat berupa batuan atau lahan terbuka akibat tanah
longsor alami, atau terbuka akibat aktivitas manusia merambah kawasan hutan.
Luas penutupan lahan di luar kawasan hutan adalah 2.400.864 ha baik dalam
bentuk kawasan lindung di luar kawasan hutan, kawasan pengembangan hutan
rakyat, dan di areal penggunaan lain.
Jumlah penduduk Aceh pada akhir 2016 adalah 5.096.428 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Aceh selama 5 tahun (2011- 2014) sebesar 1,09 persen.
Kota Sabang memiliki laju pertumbuhan penduduk terendah dan tertinggi adalah
Kota Sabang (0,07 persen dan Kabupaten Aceh Utara yakni sebesar 0,56 persen.
Sebaran penduduk di wilayah aceh masih belum merata terbukti dengan
14
terkonsentrasi penduduk di beberapa kabupaten di Aceh diantaranya adalah
Banda Aceh (4554 jiwa/km), Lhokseumawe (1276 jiwa/km), Langsa ( 832
jiwa/km), Bireuen (247 jiwa/km), Sabang (276 jiwa/km), Aceh Utara (220
jiwa/km), Pidie (160 jiwa/km), Aceh Besar (138 jiwa/km),Pidie Jaya ( 134
jiwa/km) dan wilayah kepadatan terjarang yaitu di Gayo Lues (16 jiwa/km).
15
16
17
18
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA
http://lingkunganaceh.blogspot.co.id/2009/08/kondisi-fisik-wilayah-aceh.html
http://www.mongabay.co.id/2013/03/24/asosiasi-ilmuwan-biologi-dunia-
perubahan-tata-ruang-aceh-harus-lewat-penilaian-data-spasial-berkualitas/
http://www.mongabay.co.id/tag/rtrw-aceh/
http://aceh.bps.go.id/Subjek/view/id/153#subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek1
https://id.climate-data.org/location/3321/.
LAPORAN_SLHD_2014_PROVINSI_ACEH.pdf
http://aceh.bps.go.id/index.php
http://pertambangan-aceh.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh
http://wiensie99.blogspot.co.id/2016/02/sumber-daya-alam-provinsi-nanggroe-
aceh.html
22
23