OLEH :
INES JIANA
P278340110055
DOSEN PEMBIMBING :
SURABAYA
PENENTUAN KADAR VITAMIN C ( Asam Askorbat)
Tinjauan Pustaka
oleh tubuh. Vitamin memiliki peran sangat penting bagi pertumbuhan, pemeliharaan
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, tidak memberikan energi dan tidak ikut
menyusun jaringan tubuh. Vitamin tidak dapat disintesis dalam jumlah yang mencukupi
untuk tubuh sehingga harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi.
Vitamin C dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin ini berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun1928. Sumber utama
vitamin C adalah buah dan sayur. Satu-satunya sumber hewan vitamin C ialah susu dan hati
(deMan, 1997). Tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin C merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan. Albert Szent Gyorgyi menerima penghargaan Nobel Fisiologi atau
Banyak peneliti menjuluki vitamin C (asam askorbat) sebagai raja vitamin. karena
merupakan senyawa utama yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting dalam tubuh,
mulai dari produksi kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang),
pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang
sehat (antisariawan), pengatur tingkat kolesterol, serta pembangkit imunitas tubuh. Vitamin C
terbukti dapat mempertinggi derajat kesehatan, mengobati, serta membentengi tubuh dari
serbuan aneka penyakit atau disebut dengan antibodi (Rucker et al., 2001).
Vitamin C juga berfungsi sebagai senyawa penangkal radikal bebas (molekul tidak
stabil karena kehilangan elektron). Beberapa di antara radikal bebas itu bersifat toksik dan
sangat reaktif. Radikal bebas melakukan serangkaian reaksi kimia untuk mengganti elektron
yang hilang. Reaksi ini menyebabkan kerusakan pada membran sel, mutasi DNA,
mempercepat ketuaan dan penumpukan lemak. Hal tersebut dapat dicegah, diobati dan
Yayasan Kanker Internasional pada tahun 1997 melaporkan manfaat vitamin C dan
karoten untuk membantu mencegah kanker paru-paru. Vitamin C ini dimungkinkan juga
dapat melawan kanker kolon, pankreas, kandung kemih dan payudara, serta mengurangi
radikal bebas yang merupakan pencetus kanker. Vitamin C sangat esensial untuk
pembentukan sperma. Kualitas dan kuantitas sperma serta aktivitasnya dapat ditingkatkan
memperkuat dinding kapiler darah dan mengurangi risiko penyakit jantung. Vitamin C juga
berdarah. Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan anemia dan scurvy atau
pendarahan pada badan, lebam-lebam, gusi berdarah, gigi mudah tercabut,.dan pendarahan di
reaksi oksidasi-reduksi. Primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C hanya manusia dan
marmor. Kebutuhan manusia akan vitamin C tidak diketahui dengan pasti, berkisar antara 45-
75 mg/hari. Ketegangan jiwa yang terus menerus dan terapi obat dapat meningkatkan
rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam,
terutama tembaga dan besi dan juga oleh enzim. Pemanasan terlalu lama dengan adanya
oksigen dan reaksi terhadap cahaya dapat merusak vitamin C makanan. Enzim yang
mengandung tembaga dan besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien
untuk menguraikan asam askorbat. Enzim tersbut adalah asam askorbat oksidase, fenolase,
Vitamin C stabil dalam larutan asam dan mudah teroksidasi (terutama bila
dipanaskan). Proses oksidasi tersebut semakin cepat dengan adanya tembaga, oksigen dan
alkali. Asam askorbat dioksidasi dengan adanya udara pada kondisi netral dan basa. Kondisi
pH asam, misalnya dalam sari buah jeruk, vitamin C lebih stabil (deMan, 1997).
.
Laporan Praktikum Analisis Kadar Vitamin C
Metode : Iodimetri
amylum. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari
amylum.
Reagent :
Indikator Amylum 1%
Aquadest dingin
Na2S2O3
KIO3
H2SO4
KI 10 %
I2
10 kali volumenya.
Pipet volume 25 ml
Buret 50 ml
Prosedur :
2. Menambahkan H2SO4 10 ml
erlenmeyer
3. Menitrasi larutan iodium 0,01 N sampai larutan berubah warna menjadi biru.
2. Menimbang 200-300 gram bahan dan hancurkan dalam blender sampai diperoleh
slurry. Timbang 10 30 slurry, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan
aquadest dingin sampai tanda. Saring dengan Krus Gooch atau Sentrifuge untuk
memisahkan filtratnya.
3. Mengambil 5-25 ml filtrat dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml.
4. Kemudian titrasi dengan larutan standart Iodium 0,01 N yang mengandung 16 gram
KI per liter.
Kalkulasi :
N
ml x 0,01 x 0,88 x pengenceran x 100%
% =
mg bahan
Hasil:
Massa = V x N x BE
= 1,2690 gram
Massa = V x N x BE
= 1,2410 gram
VI = 10,6 ml
V2 = 10,6 ml
VI x N1 = V2 x N2
10 x 0,01 = 10,6 x N2 (Na2S2O3)
N2 = 0,0094 N
V1 = 5,4 ml
V2 = 5,4 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0,0094 = 5,4 x N2
N2 = 0,0174 N (I2)
Penetapan Kadar :
100
D= = 10 kali
10
V2 = 5,6 ml
V rata-rata = 5,55 ml
Perhitungan :
0,0174
5,5 x 0,01 x 0,88 x 10 x 100%
% =
14141,1
= 0, 5982 %
Pembahasan :
langsung karena pada metode ini, sampel langsung bereaksi dengan iodium dan tidak
perlu asam untuk membebaskan I2, dimana I2 sebagai titran bersifat sebagai oksidator
dan sampel bersifat sebagai reduktor. Sampel dititrasi oleh I2 dengan indikator
amylum, ketika sampel habis I2 akan berikatan dengan amylum (biru gelap) sehingga
ns ~ nI2
n ek I2 ~ n ek asam askorbat
= 0,01 . 1 mL . 88
Buckle, K.A., R.A. Edwards, W.R. Day, G.H. Fleet dan M Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
deMan, J.M. 1997. Kimia Makanan. Terjemahan: K. Padmawinata. Edisi ke-2. Penerbit
Rucker R.B., J.W. Suttie, D.B. McCormick and L.J. Machlin. 2001. Hanbook of Vitamins.