Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA AIR, MAKANAN DAN MINUMAN

ANALISA KADAR VITAMIN C

OLEH :

INES JIANA

P278340110055

NON REGULER / SEMESTER V

DOSEN PEMBIMBING :

1. Dra. Hj. Wieke Sri Wulan ST, MARS, M. Kes


2. Dra. Tuty Putri Sri M, S. Apt, M. Kes
3. Hj. Indah Lestari, ST, M. Si
4. Ayu Puspitasari, ST, M. Si
5. Ratno Tri Utomo, S. ST

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURABAYA
PENENTUAN KADAR VITAMIN C ( Asam Askorbat)

Tinjauan Pustaka

Vitamin merupakan golongan senyawa organik pelengkap makanan yang diperlukan

oleh tubuh. Vitamin memiliki peran sangat penting bagi pertumbuhan, pemeliharaan

kesehatan dan pemeliharaan fungsi-fungsi metabolisme agar berjalan baik. Vitamin

diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, tidak memberikan energi dan tidak ikut

menyusun jaringan tubuh. Vitamin tidak dapat disintesis dalam jumlah yang mencukupi

untuk tubuh sehingga harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi.

Vitamin C dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam

askorbat. Vitamin ini berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun1928. Sumber utama

vitamin C adalah buah dan sayur. Satu-satunya sumber hewan vitamin C ialah susu dan hati

(deMan, 1997). Tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin C merupakan agen yang dapat

mencegah sariawan. Albert Szent Gyorgyi menerima penghargaan Nobel Fisiologi atau

Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini.

Banyak peneliti menjuluki vitamin C (asam askorbat) sebagai raja vitamin. karena

merupakan senyawa utama yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting dalam tubuh,

mulai dari produksi kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang),

pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang

sehat (antisariawan), pengatur tingkat kolesterol, serta pembangkit imunitas tubuh. Vitamin C

terbukti dapat mempertinggi derajat kesehatan, mengobati, serta membentengi tubuh dari

serbuan aneka penyakit atau disebut dengan antibodi (Rucker et al., 2001).

Vitamin C juga berfungsi sebagai senyawa penangkal radikal bebas (molekul tidak

stabil karena kehilangan elektron). Beberapa di antara radikal bebas itu bersifat toksik dan

sangat reaktif. Radikal bebas melakukan serangkaian reaksi kimia untuk mengganti elektron
yang hilang. Reaksi ini menyebabkan kerusakan pada membran sel, mutasi DNA,

mempercepat ketuaan dan penumpukan lemak. Hal tersebut dapat dicegah, diobati dan

didetoksifikasi dengan mengkonsumsi vitamin C yang merupakan salah satu bentuk

antioksidan (Rucker et al., 2001).

Yayasan Kanker Internasional pada tahun 1997 melaporkan manfaat vitamin C dan

karoten untuk membantu mencegah kanker paru-paru. Vitamin C ini dimungkinkan juga

dapat melawan kanker kolon, pankreas, kandung kemih dan payudara, serta mengurangi

radikal bebas yang merupakan pencetus kanker. Vitamin C sangat esensial untuk

pembentukan sperma. Kualitas dan kuantitas sperma serta aktivitasnya dapat ditingkatkan

dengan menambah konsumsi vitamin C. Vitamin C dapat mengurangi risiko katarak,

memperkuat dinding kapiler darah dan mengurangi risiko penyakit jantung. Vitamin C juga

dapat menghambat penuaan dengan memperbarui sel darah putih.

Kekurangan (defisiensi) vitamin C dapat menyebabkan berbagai penyakit,

diantaranya lemah/letih, sakit-sakit/pegal-pegal pada tubuh, pembengkakan gusi dan hidung

berdarah. Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan anemia dan scurvy atau

pendarahan pada badan, lebam-lebam, gusi berdarah, gigi mudah tercabut,.dan pendarahan di

dalam otot dan sendi (Rucker et al., 2001).

Vitamin C terdapat dalam semua jaringan hidup, yang bertugas mempengaruhi

reaksi oksidasi-reduksi. Primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C hanya manusia dan

marmor. Kebutuhan manusia akan vitamin C tidak diketahui dengan pasti, berkisar antara 45-

75 mg/hari. Ketegangan jiwa yang terus menerus dan terapi obat dapat meningkatkan

kebutuhan vitamin C (deMan, 1997).


Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah

rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam,

terutama tembaga dan besi dan juga oleh enzim. Pemanasan terlalu lama dengan adanya

oksigen dan reaksi terhadap cahaya dapat merusak vitamin C makanan. Enzim yang

mengandung tembaga dan besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien

untuk menguraikan asam askorbat. Enzim tersbut adalah asam askorbat oksidase, fenolase,

sitokrom oksidase dan peroksidase (deMan, 1997).

Vitamin C stabil dalam larutan asam dan mudah teroksidasi (terutama bila

dipanaskan). Proses oksidasi tersebut semakin cepat dengan adanya tembaga, oksigen dan

alkali. Asam askorbat dioksidasi dengan adanya udara pada kondisi netral dan basa. Kondisi

pH asam, misalnya dalam sari buah jeruk, vitamin C lebih stabil (deMan, 1997).

.
Laporan Praktikum Analisis Kadar Vitamin C

Hari, Tanggal : Jumat, 29 November 2013

Metode : Iodimetri

Prinsip : Vitamin C direaksikan dengan iodine. Indikator yang dipakai adalah

amylum. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari

amylum.

Tujuan : Untuk mengetahui kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel

makanan atau minuman

Sampel : Minuman C-nom

Reagent :

Indikator Amylum 1%

Aquadest dingin

Na2S2O3

KIO3

H2SO4

KI 10 %

I2

Larutan standart Iodium 0,01 N

Pembuatan Iodium 0,1 N : 14 gram larutan KI (36 = 100) ditambahkan 3 tetes

asam klorida (HCl) dan air hingga 1000 ml.

Pembuatan Iodium 0,01 : Diencerkan Iodium 0,1 N dengan aquadest hingga

10 kali volumenya.

Penyimpanan dalam botol kaca berwarna coklat bersumbat kaca.


Alat :

Labu ukur 100 ml

Pipet volume 25 ml

Buret 50 ml

Prosedur :

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,1 N

1. Memipet 10 ml larutan standart KIO3 0,1 N ke dalam labu iod

2. Menambahkan H2SO4 10 ml

3. Menambahkan larutan KI 10 % sebanyak 10 ml

4. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai kuning muda

5. Menambahkan 2-3 tetes indikator amilum 0,2 %

6. Menitrasi kembali dengan NaS2O3 hingga warna biru hilang.

Standarisasi I2 dengan Na2S2O3 0,1 N

1. Memipet 10 ml larutan Na2S2O3 0,01 N yang sudah distandarisasi ke dalam labu

erlenmeyer

2. Menambahkan 3-5 tetes indikator amilum 1%

3. Menitrasi larutan iodium 0,01 N sampai larutan berubah warna menjadi biru.

Penetapan Kadar Vitamin C

1. Menyiapkan alat, sampel dan reagent yang dibutuhkan

2. Menimbang 200-300 gram bahan dan hancurkan dalam blender sampai diperoleh

slurry. Timbang 10 30 slurry, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan

aquadest dingin sampai tanda. Saring dengan Krus Gooch atau Sentrifuge untuk

memisahkan filtratnya.
3. Mengambil 5-25 ml filtrat dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml.

Tambahkan 2 ml larutan amilum 1 % dan tambahkan 20 ml aquadest jika perlu.

4. Kemudian titrasi dengan larutan standart Iodium 0,01 N yang mengandung 16 gram

KI per liter.

Kalkulasi :

1 ml 0,01 Iodium = 0,88 mg Asam Askorbat

N
ml x 0,01 x 0,88 x pengenceran x 100%
% =
mg bahan

Hasil:

Pembuatan larutan I2 0,01 N sebanyak 500 ml :

Massa = V x N x BE

= 0,5 x 0,01 x 253, 80

= 1,2690 gram

Penimbangan = 1, 2710 gram

Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N sebanyak 500 ml :

Massa = V x N x BE

= 0,5 x 0,01 x 248,21

= 1,2410 gram

Penimbangan = 1, 2671 gram

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 :

VI = 10,6 ml

V2 = 10,6 ml

VI x N1 = V2 x N2
10 x 0,01 = 10,6 x N2 (Na2S2O3)

N2 = 0,0094 N

Standarisasi I2 dengan Na2S2O3 :

V1 = 5,4 ml

V2 = 5,4 ml

V1 x N1 = V2 x N2

10 x 0,0094 = 5,4 x N2

N2 = 0,0174 N (I2)

Penetapan Kadar :

100
D= = 10 kali
10

o Penimbangan sampel 1 = 14,1428 V1 dan V2 = 5,5 ml

o Penimbangan sampel 2 = 14,1395 V1 = 5,5 ml

V2 = 5,6 ml

V rata-rata = 5,55 ml

Perhitungan :

0,0174
5,5 x 0,01 x 0,88 x 10 x 100%
% =
14141,1

= 0, 5982 %
Pembahasan :

Penetapan kadar vitamin C dilakukan menggunakan metode iodimetri atau secara

langsung karena pada metode ini, sampel langsung bereaksi dengan iodium dan tidak

perlu asam untuk membebaskan I2, dimana I2 sebagai titran bersifat sebagai oksidator

dan sampel bersifat sebagai reduktor. Sampel dititrasi oleh I2 dengan indikator

amylum, ketika sampel habis I2 akan berikatan dengan amylum (biru gelap) sehingga

ns ~ nI2

n ek I2 ~ n ek asam askorbat

NI2 . VI2 ~ N asam askorbat . V asam askorbat

Massa asam askorbat = n ek . BE

= NI2 . VI2 . 176

= 0,01 . 1 mL . 88

= 0,88 mg asam askorbat

Jadi, 1 mL 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat


DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R.A. Edwards, W.R. Day, G.H. Fleet dan M Wootton. 1987. Ilmu Pangan.

Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

deMan, J.M. 1997. Kimia Makanan. Terjemahan: K. Padmawinata. Edisi ke-2. Penerbit

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Rucker R.B., J.W. Suttie, D.B. McCormick and L.J. Machlin. 2001. Hanbook of Vitamins.

Marcel Dekker Inc, New York.

Anda mungkin juga menyukai