Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DISIPLIN ILMU YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tekhnologi Pendidikan

Dosen :

Ahmad Mustamir Waris,M.Pd

Disusun Oleh:

Ridwan Ilahude

11.23.007

Blog : Ridwanntuhridoe@gmail.com

PAI 1/ SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BAB I

Pendahuluan

A.Latar belakang

Pendidikan bukan merupakan sesuatu yang asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang
pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan itu dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali,
orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi
rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya.

Setiap orang yang terlibat dalam dunia pendidikan sepatutnya selalu merenungkan makna dan hakikat
pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi dalam dunia yang digelutinya dan
melakukan tindakan/aksi sebagai buah refleksinya. Dengan singkat, dapat kita katakan hal ini sebagai
pendidikan dalam praxis atau praxis dalam pendidikan.
Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Dalam proses pendidikan ini,
keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah
subyek dari pendidikan. Karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu
tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa manusia itu
sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal yang terpenting, maka perlu
diperhatikan juga masalah otonomi pribadi. Maksudnya adalah, manusia sebagai subyek pendidikan
harus bebas untuk ada sebagai dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.

Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang tak
terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan sebenarnya
mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu
mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari
akar tradisinya.

Sehingga dengan pendidikan ini menimbulkan konsep pendidikan, tumbuh berkembangnya suatu
konsep tidak akan terlepas dari konteks dimana konsep itu dapat tumbuh, serta apa dan bagaimana
awal perkembangan konsep itu sendiri. Misalnya, konsep sekolah yang merupakan lembaga khusus
untuk menyelengarakan pendidikan akan dapat tumbuh bilamana konteks masyarakat
memungkinkannya adanya kebutuhan yang dirasakan oleh pembuatan masyarakat, adanya tenaga
professional yang mengelola dan sebagainya. Dalam bahasa keseharian, konteks dapat dianalogikan
dengan lahan, dan awal konsep rumusan konsep, dianalogikan dengan benih. Sehingga lahan yang
masih kosong dapat ditumbuhkan benih didalamnya.

B. Rumusan Masalah:

Pengertian disiplin Ilmu

Macam-macam disiplin ilmu yang mendukung TP

Teori dari disiplin ilmu yang mendukung perkembangan TP


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertien Disiplin ilmu

Disiplin ilmu adalah ilmu/pengetahuan yg kita dalami dan merupakan keahlian utama kitasifatnya lebih
detail/spesifik bukan secara umum.

Misalnya :

disiplin ilmu Ekonomi Makro => bukan ilmu Ekonomi sj tp lebih khusus/detail ke Makro Ekonomi

disiplin ilmu Garfika Komputer => banyak bidang dlm dunia komputer, misalnya
Jaringan,Internet,Pemrograman,Grafika Komputersekali lagilebih spesifik.[1]

B.Macam-macam disiplin ilamu yang mendukung perkembangan TP

llmu Perilaku

llmu Komunikasi

ilmu Sosiologi

ilmu Sosiologi

Ilmu Filsafat

C: Landasan teori dari Disiplin Ilmu yang mendukung perkembangan TP

v Definisi Landasan Teori

Landasan teori memuat teori-teori atau konsep-konsep dasar, yang diambil dari buku-buku acuan yang
langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti sebagai tuntunan, untuk memecahkan masalah
penelitian dan untuk merumuskan hipotesis (Ardiansyah, 2006).

Tanpa teori dalam arti seperangkat alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka
tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan
aji mumpung. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai
yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari
pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang
bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah
makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata
perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu.

Pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional,
sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang
memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi
karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbuatan masing-masing dan bersama-sama
dalam pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai, konsisten antara pengamalan (lahiriah)
dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai secara internal. Dalam hal ini kita bukan menyaksikan
kegiatan (praktek) pendidikan tanpa dasar teorinya tetapi suatu praktek pendidikan nasional tanpa
suatu teori yang baik.

v Macam-Macam Landasan Teori dalam Teknologi Pendidikan

1. Landasan Teori dalam llmu Perilaku

Ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk memperkembangkan
teknologi pembelajaran.[2] Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan
aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan
pembelajaran.

Landasan perilaku merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi pendidik tentang
perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh pendidik adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b)
pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

Motif dan Motivasi

Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif
primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir,
seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar,
seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya
motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau
aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
Pembawaan dan Lingkungan

Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari
keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat,
kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu
dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana
individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang
memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam
kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau
ideot).

Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang
kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan
yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

Perkembangan Individu

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan
individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang
pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang
dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget
tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari
Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori
dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa
dewasa.

Belajar

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup.
Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan
belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan
belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada
diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah
tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk
terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan
dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.

Kepribadian

Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara
bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport
(Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang
berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian
diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-
kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

2. Landasan Teori dalam llmu Komunikasi

Perkembangan ilmu komunikasi padaa sekitar tahun 1950 sangat besar pengaruhnya sehingga timbul
Gerakan Audio Visual Comunnication yang menggeser Audio Visual Education ,gerakan ini
menitikberatkan pandangan pada proses komunikasi.[3]

Edgar Dale menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling berguna dalam
usaha meningkatkan efektifitas bahan audiovisual. Pada masa itu memang pendekatan dalam teknologi
pendidikan masih condong ke pendekatan media.

Hoban berpendapat bahwa pendekatan yang paling berguna untuk memahami dan meningkatkan
efisiensi dibidang audiovisual adalah melalui konsep komunikasi. Orientasi komunikasi ini menyebabkan
lebih diperhatikannya proses komunikasi informasi secara menyeluruh.

Pada awalnya teori komunikasi yang paling mendapat perhatian yang dikemukakan oleh Shannon dan
Weafer yang sebenarnya merupakan teori matematis dalam komunikasi. Setelah teori tersebut
timbullah teori komunikasi yang dikemukakan oleh Bherlo dan teori ini dianggap merupakan
pembaharuan karena implikasinya dalam teknologi pendidikan menyebabkan dimasukkannya orang dan
bahan sebagai sumber yang merupakan bagian integral dari teknologi pendidikan. Yang terakhir
memberikan teori adalah Schramm berpendapat perlunya dilakukan penelitian terus menerus dalam
kaitan antara media komunikasi dan pendidikan, yaitu suatu kawasan teknologi pendidikan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa teknologi pendidikan sebagai satuan pengetahuan yang terorganisasikan akan
senantiasa berkembang dengan adanya penelitian. (Dalam Miarso, 2007 :115-119)

3. Landasan Teori dalam ilmu Sosiologi

Dalam ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial, saling berinteraksi satu sama lain, sehingga
jika dikaitkan dengan teknologi pendidikan,ilmu sosiologi menyatakan bahwa teknologi bukan hanya
untuk masing-masing orang tetapi untuk semua orang. Pendidikan sebagai gejala sosial dalam
kehidupan mempunyai landasan individual, sosial dan cultural. Pada skala mikro pendidikan bagi
individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat,
antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami
dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar
manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik
dengan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik yang bukan duplikat
pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai kepribadian yang sama sekalipun
keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan
akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif.[4]

Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia
sebagai sesama (subyek) yang masing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai
orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi
internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu
aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan
pandangan orang Inggris antara I dan me).

Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat
antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar
bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu
pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda
dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala makro
maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada
skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama
komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan
perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Maka pendidikan dalam
skala makro cenderung dinilai bersifat konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada
penyampaian bahan ajar kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.

3. Landasan Teori dalam Ilmu Filsafat

Socrates (470-399) antara lain dengan metode pembelajaran yang di kenal dengan metodeMencari
tahu metode ini di laksanakan dengan Tanya jawab ,dengan di mulai dari sesuatu yang sudah di ketahui
oleh anak didiknya.

Metode ini mempunyai pengaruh yang kuat dalam penyusunan bahan pengajaran terprogram
,Termasuk program pengajaran dengan computer.[5]

Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan kacamata yang
dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka ia harus
dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi,
antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip
serta pendekatan-pendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan.

Dengan demikian maka landasan filsafat pendidikan harus tercermin didalam semua, keputusan serta
perbuatan pelaksanaan tugas- tugas keguruan, baik instruksional maupun non-instruksional, atau
dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud harus bersifat
pendidikan.

Akhirnya, sebagai pekerja professional guru dfan tenaga kependidikan harus memperoleh persiapan
pra-jabatan guru dfan tenaga kependidikan harus dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada
hakekatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan
dan ilmu pendidikan.

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya
bagi pendidik dalam melaksanakan setiap kegiatan pendidikan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam pendidikan terutama berkenaan dengan usaha
mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai
aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-
modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster &
Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut :[6]

Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan
perkembangan dirinya.

Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.

Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya


melalui pendidikan.

Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk
mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.

Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui
pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.

Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.

Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang
menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.

Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada
dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya pendidikan diharapkan tidak
menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang pendidik dalam berinteraksi dengan
kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan peserta didik sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.

5. Landasan Teori dari Disiplin Lain

James Finn (1972), pada tahun 1957 telah mencanangkan perlunya diadakan:

a. Penilaian menyeluruh tentang watak teknologi yang baru serta implikasinya dalam bidang pendidikan

b. Pembaruan organisasi, prosedur dan isi pendidikan, yang akan menjembatani jurang yang terjadi
karena meroketnya perkembangan teknologi dan perkembangan pendidikan yang berjalan seperti siput.

c. Aplikasi konsep dan proses yang berguna dari teknologi dalam usaha pendidikan sebagai usaha
menutupi jurang perbedaan yang makin melebar.

Lumsdaine (1964), lebih terinci ulasannya tentang pengaruh teknologi dan perekayasaan dalam bidang
teknologi pendidikan. Misalnya dari kimia ditemukan litografi dan fotografi dari rekayasa mekanik
ditemukan mesin cetak dan peralatan proyeksi. Sedang penggabungan dari mekanik, optik, elektrik, dan
elektronik dihasilkan gambar hidup, alat perekam, radio, televisi, mesin pembelajaran dan computer.
Adalah tugas bidang teknologi pendidikan kemudian untuk menjabarkan keserasian perangkat keras
teknologi itu dengan hasil-hasil penelitian dalam ilmu perilaku dan teori belajar.[7]

BAB III

PENUTUP
v Kesimpulan

Disiplin ilmu adalah ilmu/pengetahuan yg kita dalami dan merupakan keahlian utama kitasifatnya lebih
detail/spesifik bukan secara umum.

Misalnya :

disiplin ilmu Ekonomi Makro => bukan ilmu Ekonomi sj tp lebih khusus/detail ke Makro Ekonomi

disiplin ilmu Garfika Komputer => banyak bidang dlm dunia komputer, misalnya
Jaringan,Internet,Pemrograman,Grafika Komputersekali lagilebih spesifik

Macam-macam disiplin ilamu yang mendukung perkembangan TP

llmu Perilaku

llmu Komunikasi

ilmu Sosiologi

ilmu Sosiologi

Ilmu Filsafat
DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. CV.rajawali Jakarta .hal 47

Miarso, Yusufhadi.1984.Teknologi komunikasi pendidikan. CV.rajawali Jakarta.hal 11

Setia jadi,1986,Definisi teknologi pendidikan. CV.rajawali Jakarta.hal 67

Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. CV.rajawali Jakarta. hal 93

makalah-teknologi-pendidikan-tentang-landasan-teori-dan-konsep-sistem.google.com.(12-04-2013)

http://id.answers.yahoo.com.(12-04-2013)

Anda mungkin juga menyukai