Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi Saluran Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim- enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat
tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut
dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan
, phagus memakan). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar ) Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus duabelas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
7. Usus kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-
8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton,
jejunus, yang berarti kosong. 3. Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan
atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan
8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
8. Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
9. Usus buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
10. Umbai cacing (appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi
manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan
caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna
dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks
mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing
dikenal sebagai appendektomi.
11. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
12. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya
akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum
dengan cara menetralkan asam lambung.
13. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting
dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam
hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan
diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil- kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan
vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati,
dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan
kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat- zat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum. Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
14. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: Membantu pencernaan dan
penyerapan lemak Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
6. FISIOLOGI Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus
5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut
7. 7. Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan. Pada Mulut terdapat: a.Gigi Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan
menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil. b..Lidah Memiliki peran
mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan. c..Kelenjar
Ludah Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut
menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah
pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludah
adalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
Esofagus (Kerongkongan) Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga
mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan
agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan
makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat
gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung
dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun
oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui
kontraksi otot- otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu
otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik,
pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang
dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah : Asam HCl
,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang
pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus Lipase , Memecah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit

8. 8. Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi. Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat
asam HCl. Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan
menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim. Fungsi HCI Lambung :
1. Merangsang keluamya sekretin 2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk
memecah protein. 3. Desinfektan 4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin
yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya. Usus Halus Usus halus
merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter.
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m),
serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja,
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia
dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus. Senyawa yang dihasilkan oleh
usus halus adalah : Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin
mengubah pepton menjadi asam amino. Hormon Sekretin Merangsang kelenjar
pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus Hormon CCK
(Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus
halus. Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino. Amilase
Mengubah amilum menjadi disakarida Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak
dan gliserol Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.

9. 9. Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino Nuklease Menguraikan


nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat Hormon Insulin Menurunkan
kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal Hormon Glukagon
Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal PROSES PENCERNAAN
MAKANAN Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada
suasana basa. Prosesnya sebagai berikut : a. Makanan yang berasal dari lambung dan
bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas. b. Makanan yang
kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari
kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida.
Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida, yaitu
glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh peredaran darah. c. Makanan dari kelompok protein setelah
dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin,
kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus
dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. d. Makanan dari kelompok
lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang
dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak
kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh
limfe. Usus Besar (Kolon) Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari
usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus
besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon
desenden. Fungsi kolon adalah : a. Menyerap air selama proses pencernaan. b. Tempat
dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E.coli. c. Membentuk massa feses d. Mendorong sisa makanan
hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.
Rektum dan Anus
10. 10. Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap
dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot
spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Gangguan
Sistem Pencernaan Apendikitis-Radang usus buntu. Diare- Feses yang sangat cair
akibat peristaltik yang terlalu cepat. Kontipasi -Kesukaran dalam proses Defekasi
(buang air besar) Maldigesti-Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang
merangsang lambung. Parotitis-Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
Tukak Lambung/Maag-Radang pada dinding lambung, umumnya diakibatkan
infeksi Helicobacter pylori Xerostomia-Produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini
adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus
buntu (apendisitis). Diare Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka
defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan
seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu,
atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama
menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
Konstipasi (Sembelit) Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat.
Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering.
Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa
tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging. Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari
lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung.
Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung
jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi
bakteri jenis tertentu.
11. 11. Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:
Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain
adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol
dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan
usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan
lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang
pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada
lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks
terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

Pengertian
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus , tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta tidak
berguna bagi tubuh (Kusuma, Budi 2001).

Tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan
yang terbatas dan lonjong (E, Oswari, 2000).

Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-
beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas
dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang
dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.


Pembedahan sel tumor tergantungdari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis. Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:

1. Karsinogen
2. Hormone
3. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat.
4. Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5. Genetic
6. Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
7. Insiden : Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit
kardiovaskuler yang menyebabkan kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari
496.000 orang Amerika meninggal akibat proses maligna, setiap
tahunnya. Memperlihatkan frekuensinya, penyebab kematian akibat tumor di
Amerika Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada
tumor paru, payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)

C. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut.
Sel-sel neoplasmas mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk
oksidasi berkurang , meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan
enzim sel unifrom sehingga lebih mengutamakan berkembangn biak yang membutuhkan
energi untuk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan
katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan
energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam
mendapatkan bahan-bahan tersebut (Kusuma, Budi, 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih
kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan
prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2001).
D. Patoflow
Gaya Hidup
tidak Sehat

Paparan
Karsinogen Terbentuk sel abnormal Genetik
dalam abdomen
Mutasi Genetik dari
DNA sel Membentuk Kolon

Defisiensi Pertumbuhan Cepat dan


Pengetahuan Tidak terkontrol
Mempersiapka
n pembedahan
Kurangnya informasi
Mengenai penyakit yang di Tumor Perencanaan Tindakan
Alami Intra Pembedahan
Abdomen
Post operasi

Invasi tumor ke Kebutuhan


Jaringan Pelepasan Protein nutrisi sel
Tumor kurang

Pembengkakan Penekanan Pada


Organ di sekitar Beredar ke abdomen Penurunan asupan
Abdomen nutrisi ke sel lainnya
Penekanan saraf pada peningkatan dan sekresi
Abdomen asam lambung
Ketidakefektifan Keletihan
pola nafas
Mual dan Muntah
Nyeri
Ulkus nekrosis jaringan Luka Insisi Post Ketidakseimbangan
operasi nutrisi kurang dari
Jaringan sekitar serviks kebutuhan
rapuh Jalur masuknya
kuman
Perdarahan

Resiko Infeski
Gangguan Perfusi
Jaringan
F. Tanda dan Gejala
1. Hiperplasia
2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3. Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau
lunak
4. Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor
5. Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi
6. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe
7. Nyeri
8. Anoreksia, mual, muntah
9. Penurunan berat badan

G. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh
tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran
berbagai struktur tubuh.
3. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang
4. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat
mencakup penggunaan bahan kontras.
5. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.

7. Pencitraan kedokteran nuklir


Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan yang menjadi tempat ber kumpulnya radioisotope.(Smeltzer,
Suzanne C.2001).

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang
berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisi (Smeltzer, Suzanne, 2001).
2. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor
dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk
energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi den
gan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan,
tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan
kemoterapi.
4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2000).

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dan merupakan dasar proses keperawatan diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan arah kepada
tindakan keperawatan. Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen antara lain :
pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan: perubahan berat badan: penurunan
berat badan hebat, berkurangnya masa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringa
n sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik, Karsinogen, pemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan
seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau
bantuan).

2. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian,
maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual,
potensial, dan kemungkinan (Budianna, K, 1994). Beberapa diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan tumor intra abdomen antara lain:
Pre operasi
a. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intra opreasi
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasodilatasi)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (melemahkan otot
otot diafragma)
c. Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther)
Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku berhati-
hati. Hasil yang diharapkan :
a. Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

INTERVENSI RASIONAL
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, 1) Informasi memberikan data dasar untuk
durasi dan skala. mengevaluasi kebutuhan / keefektifan
intervensi.

2) Berikan tindakan kenyaman dasar misal: 2) Dapat meningkatkan relaksasi


massage punggung dan aktivitas hiburan
misalnya music.

3) Dorong penggunaan keterampilan 3) Memungkinkan klien untuk


penggunaan keterampilan manajement nyeri berpartisipasi secara aktif dalam
misalnya relaksasi napas dalam. meningkatkan rasa control.
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai 4) Analgetik dapat menghambat stimulus
indikasi. nyeri.

2. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah, mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup. Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
c. Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif
dalam pengaturan obat.
INTERVENSI RASIONAL
1) Dorong klien untuk mengungkapkan 1) Memberikan kesempatan untuk
pikiran dan perasaan memeriksa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis
2) Membantu klien merasa diterima
2) Berikan lingkungan terbuka sehingga
pada kondisinya tanpa perasaan
klien merasa aman untuk
dihakimi dan meningkatkan rasa
mendiskusikan perasaannya
terhormat
3) Pertahankan kontak sesering 3) Memberikan keyakinan bahwa
mungkin dengan klien. klien tidak sendiri atau ditolak.
4) Bantu klien/keluarga dalam 4) Dukungan dan konseling sesering
mengenali dan mengklasifikasikan diperlukan untuk memungkinkan
rasa takut untuk memulai individu mengenal dan
mengembangkan strategi koping menghadapi rasa takut.
5) Berikan informasi yang akurat 5) Dapat menurunkan ansietas

3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi


Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan.
Kriteria Hasil :
a. Pasien paham mengenai penyakitnya
b. Pasien menerima proses pengobatan dengan baik

INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang dengan klien/orang 1. Memvalidasi tingkat pemahaman saat
tedekat pemahaman diagnosa khusus, ini mengidentifikasi kebutuhan belajar
alternative pengobatan dan sifat dan memberiakan dasar pengobatan
harapan. dimana klien membuat keputusan
2. Tentukan persepsi klien tentang
berdasarkan informasi.
kanker dan pengobatan kanker 2. Membantu identifiokasi ide, sikap,
3. Tinjau ulang aturan pengobatan
rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
khusus dan penggunaan obat yang
kesenjanagan pengetahaun tentang
dijual bebas.
kanker.
4. Tinjau ulang dengan klien/orang
3. Meningkatkan kemampuan untuk
terdekat pentingnya mempertahankan
mengatur perwatan diri dan
status nutrisi optimal.
menghindari potensial, komplikasi,
5. Anjurkan meningkatkan masukan
reaksi/interaksi obat.
cairan dan serta dalam diet serta
4. Meningkatkan kesejateraan,
latihan teratur.
memudahkan pemulihan dan
memumgkinkan klien mentoleransi
pengobatan
5. Meperbaiki konsistensi feces dan
merangsang peristaltic.

Intra opresasi
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a. Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah khususnya
terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi
pembuluh darah.
b. Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung adekuat

c. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.


Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (relaksasi otot otot
diafragma).
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : pola nafas normal (18 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis atau
tanda tanda hipoksia
Rencana tindakan :
a. Pertahankan jalan udara pasien
Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas
b. Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien
Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat
segera dilakukan.
c. Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi, menunjukkan
kemungkinan hipoksia
d. Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan anestesi
Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan
menurunkan tekanan pada diafragma
e. Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan dapat menimbulkan relaksasi
pada otot pernafasan.

3. Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther).


Tujuan : Cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber sumber secara
tepat
Rencana tindakan :
a. Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat
Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi
b. Pastikan keamanan elektrikal dan alat alat yang dipergunakan selama prosedur
operasi
Rasional : pemeriksaan alat alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk
keamanan pasien dan tindakan operasi
c. Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan handuk basah, spon
dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan anatomi
pada area operasi
d. Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar
Rasional : membantu pasien dalam memahami prosedur yang dilakukan sehingga
mengurangi resiko cedera

Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa lembab,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran urien adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
Tanda-tanda
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering. awal hemoragi usus dan
Periksa balutan luka dengan sering selama 24 pembentukan hematoma yang dapat
jam pertama terhadap tanda-tanda darah menyebabkan syok hepovelemik.
merah terang dan berlebihan.
Memberikan
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian informasi tentang volume
kapiler turgor kulit, dan status membrane sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
mukosa.
3. Perhatikan adanya edema. Edema dapat terjadi Karena perpindahan
cairan berkenaan dengan penurunan kadar
albumin (protein).
4. Pantau masukan dan haluaran. Indikator langsung dari hidrasi organ dan
fungsi. Memberikan pedoman
untuk penggantian cairan.
5. Pantau suhu tubuh. Demam rendah umum selama 24-48 jam
pertama dan dapat menambah kehilangan
cairan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda- tanda
infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign. Mengetahui tanda-tanda infeksi dan
menentukan intervensi selanjutnya.
2. Gunakan tehnik septik dan antiseptic. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.
Memberikan pengertian kepada klien agar
3. Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan
infeksi. dapat mengetahui tentang perawatan luka.
4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik. Obat antibiotik dapat membunuh kuman
penyebab infeksi

3. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi


Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat dengan
tepat
Tindakan keperawatan
a. Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak , berhati hati
dengan abdomen.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat
digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
b. Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan laporkan
perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik

Edisi6. Jakarta : EGC.

Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakarta : EGC.

Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai