Pengaruh Iklim Terhadap Pembentukan Tanah
Pengaruh Iklim Terhadap Pembentukan Tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi adalah tempat tinggal mahkluk hidup termasuk manusia. Tanah
merupakan salah satu unsur yang terdapat di bumi kita dan merupakan unsur
yang berguna bagi manusia. Sehingga tanah memang tida asing lagi bagi manusia.
Bahkan memang tanah merupakan tempat berpijaknya kaki kita, tempat
tumbuhnya tanaman atau tempat berdirinya suatu bangunan. Namun tanah kerap
kali kurang dimengerti sebagai bagian dari alam yang memberikan hakekat hidup
bagi manusia. Nah berikut adalah pengertian tanah menurut para ahli ahli tanah.
1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia,
yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai
faktor yang membentuknya di alam.
2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
tanaman.
Pembentukan tanah tidaklah terlepas dari pengaruh iklim. Karena iklim
merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan tanah. Terdapat
dua unsur iklim terpeting yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu curah
hujan dan suhu, yang berpengaruh besar pada kecepatan proses kimia dan fisika,
yaitu proses yang mempengaruhi perkembangan profil. Suhu memainkan
terhadap kecepatan reaksi yang terjadi dalam tanah. Pengaruh dari curah hujan
yang besar dan dan temperatur yang tinggi menghasilkan suatu keadaan yang
optimum dalam pembentukan tanah. Dikarenakan suhu dan curah hujan tiap
daerah lintang berbeda maka diperlukan pengklasifikasian sifat dan jenis tanah
akibat perbedaan iklim.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah?
2. Bagaimana persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh pengaruh
iklim?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah.
2. Untuk mengetahui persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh iklim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Iklim
Iklim merupakan rerata curah hujan panjang, minimal per musim atau per
periode dan seterusnya. Sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu
brjangkan pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim
atau periode.
Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses genesis dan
differensiasi tanah bersumber dari enrgi panas matahari. Jumlah eneerrgi yang
sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi cuaca, makin baik(cerah)
cuaca makin banyak enrgi yang sampai ke bumi, sebaliknya jika cuca
buruk(berawan). Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi
matahari menjadi enrgi mekanik atau panas. Apabila energi mekanik
menimbulkan gerakan udara atau angin yang memicu proses penguapan
air melalui mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non
tanaman(gabungannya disebut evapotranspirasi), maka energi panas
ditransformasikan oleh tetanaan menjadi energi kimiawi melalui mekanisme
fotosintesis yang kemudian digunakan oleh makhluk hidup untuk aktivitasnya
melalui mekanisme dekomposisi( humifikasi dan mineralisasi) bahan organik,
termasuk pencernaan usus manusia dan hewan.
Diantara komponen iklim yang paling berperan adalha curah hujan(presipitasi)
dan tempratur. Berdasarkan nisbah antara P{Presipitasi (hujan+ salju + embun)};
Et(evapotraspirasi), Walther Penck membagi tanah didunia menjadi dua wilayah,
yaitu:
a. Daerah humid( basah)apabila nisbah P: lebih besar 0,7 dan
b. Daerah arid( kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7 dan membagi wilayah
bumi berdasarkan nisbah R{curah hujan rerata tahunan(mm)} : T {tempratur
rerata tahunan (0C)} menjadi 4 wilayah, yaitu:
a. Daerah arid(kering) apabila nisbah R: T kurang dari 40, yaitu kawasan yang
berevapotranspirasi llebih besar ketimbang curah hujan, sehingga air tanah naik ke
permukaan. Tanah kawasan ini berciri khas adanya kerak-kerak garam di
permukaan.
b. Daerah humid( lembab) apabila bernisbah antara 40- 160, yaitu kawasan yang
bercurah hujan lebih besar ketimbang evapotranspirasi, sehingga proses
mineralisasi lebih lambat ketimbang humifikasi.Oleh karena itu, humus makin
banyak terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi optimum
pada nisbah 120. Tanah-tanah di wilayah ini terbagi menjadi:
1) Tanah-tanah kuning atau merah dengan nisbah 40-60
2) Tanah-taanh coklat dengan nisbah 60-100 dan
3) Tanah-tanah hitam dengan nisbah 100-600
c. Daerah perhumid(sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah leih besar dari 160
d. Daerah Nival(basah), yaitu wialyah tanpa penguapaan sama sekali, seperti di
sebagian Eropa, Palestina dan Amerika Serikat.
Dua istilah yang sering juga dipergunakan adalah daerah pegunngan dan
tropika. Daerah pegunungan menurut Meyer adalah dataran tinggi yang
mempunyai nisbah N(jumlah hujan setahun) : S(defisit kejenuhan=beda tekanan
uap air maksimum pada tempratur tertentu dan tekanan 76 cm Hg dengan
kelembaban mutlak udara) untuk semua bulan lebih dari 30 atau lembab
sepanjang tahun. Daerah Tropika menurut Thornwhite adalaah wilayah yang
mempunyai indek E-T lebih dari 128. Indeks E-T(Efisiensi Tempratur) adalah
jumlah nisbah{tempratur bulan (0F)-32} : 4 atahun selama setahun(cit.
Darmawijaya, 1990)
D. Pengaruh Tempratur
Perbeedaan tempratur merupakan cerminan energi panas matahari yang
sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu:
a. Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah,
dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan yang telah diuraikan diatas,
b. Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok terutama
mikrobia mempunyai tempratur optimum spesifik, sehingga perbedaan tempratur
akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umunya
makin rendah atau tinggi tempratur dari titik optimalnya akn diikuti oleh jenis dan
populasi mikrobia yang makin sedikit.
c. Kesempuranan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.
Sebagai hasil dari fungsi 2 dan 3 ini maka kadar-kadar biomass tanah akan
brvariasi. Tanah yang terbentuk pada tempratur rendah (daerah kutub) akan
cenderung berkdar biomass rendah lagi mentah(fibrik), akibat tanaman yang
tumbuhumunya berbatang kecil dan lambatnya berkembang dan sedikitnya
populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang terbentuk pada
tempratur tinggi(daerah arid) juga berkadar biomass rendah tapi matang(saprik)
karena cepat proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman.
Tanah yang terbentuk pada daerah humid(sedang) akan mempunyai jenis dan
populasi mikrobia yang ideal, maka aktivitas biologis dalam dekomposisi biomass
juga akan ideal. Sumber biomassnya berlimpaha karena semua jenis tanaman akan
tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kadar biomass tanah dan derajat
kematangannya juga akan sedang(hemik), karena laju proses humifikasi biomass
seimbang dengan laju proses mineralisasinya.
Humifikasi adalah proses dekomposisi bahan organik tanah yang
menghasilkan senyawa-senyawa organik sederhana(seperti amina dari protein
monosakarida dari karbhohidrat) dan kumus sedangkan mineralisasi adalah proses
dekomposisi senyawa-senyawa organik sederhana menjadi senyawa-senyawa atau
ion-ion anorganik(seperti ammonium dan nitrat).
Aktifitas pembentukan tanah (pelapukan) akibat aktifitas iklim :
1. Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir),
atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan. Berkurangnya
tekanan
Batuan beku yang penutupnya hilang, menyebabkan volume berkurang
sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya tekanan pada batuan itu
berubah. Oleh karena tekanan berubah maka kemampuan memuai atau menyusut
berbeda-beda pula pada permukaan batuan, sehinga terjadilan retaka-retakan
sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation)
Insolasi
Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi tingkat pemuaian
bagian luar dan bagian dalam tidak sama. Ketidaksamaan tingkat pemuaian
tersebut menyebabkan batuan mengalami pecah.
Hidrasi
Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-pori atau
bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh pembentukan mineral baru.
Masuknya air kedalam pori-pori atau bidang belah mineral menyebabkan batuan
menjadi lapuk.
Akar tanaman
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan akan menyebabkan
pelapukan kimiawi.
Binatang
Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik pada batuan tersebut.
Hujan dan Petir
Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik
pada batuan tersebut.
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau
beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50
Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang,
pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-
retak.
- Interupsi ke dalam Pori-pori atau celah batuan
1. Frost weathering(forst wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan vulome bertambah 10 % dan
tekanannya bertambah 1 ton / inchi. Proses ini mnyebabkan batuan pecah karena
mengalami beku celah (kryoturbasi).
2. Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap, menyebabkan garam-garaman, misal NaCl,
MgSO4, KCl mengendap didalam pori-pori batuan tersebut meneka batuan hingga
pecah.