Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan
orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi perhatian
kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja pada masa
mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui departemen
kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).

Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan
dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dan dijalankan di
puskesmas.

Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR(Puskesmas


yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga kesehatan yang peduli dan siap
melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja dilayani dengan sikap menyenangkan,
dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.

Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling oleh


pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud adalah kader
kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihaninterpersonal relationship dan konseling.

PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah Puskesmas
PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember 2008 sebanyak 1611
puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak 2256 orang.
II. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.

BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA

Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi
dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan belum
matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa
keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal
baru untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka perilaku
remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah terkena
infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang
energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.

Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
I. PEGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan remaja,
dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan
informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja.

II. TUJUAN
Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan
khusus remaja,
Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan kesehatan
remaja.
Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, Focus
Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya
dijamin)
Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu teman
yang sedang punya masalah

III. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna,
remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.
A. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak kanak dan dewasa..
Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1. Masa remaja awal yaitu 10 14 tahun.
2. Masa remaja pertengahan yaitu 14 17 tahun.
3. Masa remaja akhir yaitu 17 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja
adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun.
B. Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga hal
tersebut menyatu sehingga setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya sendiri disebut citra
diri.
Pada usia remaja citra diri yang terbentuk selama masa kanak kanak tidak cocok lagi dengan
masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan mendadak.
Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
remaja.
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks
Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a. Perkembangan psikososial remaja awal
Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
Perubahan hormonal
Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota
keluarga
Perilaku memberontak dan melawan
Kawan menjadi lebih penting
Perasaan memiliki teman sebaya.
b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan
Lebih mampu berkompromi
Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
Membangun norma dan mengembangkan moralitas
Mulai membutuhkan lebih banyak teman
Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal
Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri

c. Perkembangan psikososial remaja akhir


Ideal
Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain
Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja
1. Lingkungan keluarga
Pola asuh keluarga
Kondisi keluarga
Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah tegas
dan dapat memberi rasa aman.
2. Lingkungan sekolah
Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri
Bimbingan guru
3. Lingkungan teman sebaya
4. Lingkungan masyarakat
Sosial budaya
Media masa

IV. KARAKTERISTIK PKPR


Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
Memenuhi hak remaja
Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
Menjamin privasi dan kerahasiaan.
Mempromosikan kemandirian remaja
Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
Waktu tunggu yang pendek
Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat yang
sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala
permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi
teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi
interpersonal dan konseling.
Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.
Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan
yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa
tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti memiliki
masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan pelayanan,
kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang
terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor )
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya.
Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting.
10. Pelayanan yang efektif
Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.

11. Pelayanan yang efisien


Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai
system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.

V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR


1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di
puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh
masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan
rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK remaja
dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai
dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas
merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.

VI. LANGKAH LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR


1. Identifikasi masalah
a. Gambaran remaja di wilayah kerja
Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan
Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku beresiko,
masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki.
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta,
dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama,
dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan
mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat
dukungan sehingga dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR.
Contoh :
Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain pengadaan
poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan lain lain.
Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa :
Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi NAPZA
atau mempersiapkan remaja pra nikah.
Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
Sosialisasi internal
Penunjukan petugas
Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan,
petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
Pelatihan formal petugas PKPR
Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan
kegiatan seperti :
Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta
menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan kartu,
register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi,
ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers dapat
mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum lengkap.

VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR


Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung konseling.
anamnesa
Identitas
Apa yang sudah diketahui
Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.
Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal hal yang perlu dihindari ( napza, seks
bebas ), pergaulan sehat antara laki laki dan perempuan.
Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik
Tanda tanda anemi, KEK
Tanda tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi
Kehamilan, perkosaan
Pasca keguguran, kontrasepsi
konseling lanjutan bila perlu

VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR


1. Pemberian informasi dan edukasi
Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif
yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
a. Pengertian
Konseling adalah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien (dalam
situasi saling tatap muka) memutuskanbekerja sama dalam upaya membantu klien menolong
dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan
didasari saling menghormati dan saling menghargai.
b. Ciri ciri konseling
Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik
Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien
Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan kebutuhan
klien
Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya
Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang
Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /
menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
1. Great ( berikan salam )
2. Ask ( tanyakan )
3. Tell ( berikan informasi )
4. Help ( bantu )
5. Explaining ( jelaskan )
6. Return ( kunjungan )
f. Sifat sifat yang diperlukan dari konselor
1. Menerima
2. Terbuka
3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4. Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6. Memiliki keberanian menghadapi masalah
7. Memahami batas batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8. Mampu mengenal dan memahami klien

4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )


PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalah dalam kehidupan sehari hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah singgah,
sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.

5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya


Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu pendidik
sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai agen
promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling sehingga dapat berperan
sebagai konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta
hukum.
IX. MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi yang
akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat tercapainya PKPR
yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah :
1) Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan data dan menganalisanya
3) Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses PKPR:
1) Kualitas
Kompetensi petugas
Sarana institusi
Kepuasan klien
Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien,
didalam gedung dan di luar gedung.
Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
Jumlah rujukan masuk dari masyarakat

Anda mungkin juga menyukai