Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No.

2, 2012, halaman 147-153 ISSN : 1410-0177

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN JATI


(Tectona grandis Linn. f.) DENGAN METODA BRINE SHRIMP LETHALITY BIOASSAY

Yohannes Alen, Mardha Akhsanita, Isna mulyani, Meri Susanti


Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang

ABSTRACT

The Study of cytotoxic effects of the methanolic extract and the fraction of Teaks leave (Tectona
grandis Linn. f.) by using Brine Shrimp Lethality Bioassay Method had been done. Results
showed that the methanolic extract have cytotoxic level of (LC50) 16,58 ppm, n-hexane fraction
21,83 ppm, ethyl acetate fraction 21,31 ppm and residue fraction 21,27 ppm, respectively.

Keywords: efek sitotoksik, ekstrak Tectona grandis. Linn. f., fraksinasi

PENDAHULUAN tumbukan daun jati dengan asam jawa.


Sekelompok mahasiswa IPB (Institut
Tanaman Tectona grandis Linn. f. adalah Pertanian Bogor) dalam Program Kreativitas
salah satu jenis pohon yang kayunya Mahasiswa (PKM) menggunakan sari daun
terkenal di dunia, yang disebut Teak. jati sebagai pewarna alami gulali (permen)
Keunggulannya antara lain stabilitas ekstrak belimbing wuluh sebagai jajanan
dimensi, daya tahan dan soliditas tekstur sehat untuk anak. Berdasarkan Philippine
yang juga tidak gampang membusuk. Secara Medicinal Plants rebusan daun jati
tradisional daun jati telah digunakan oleh digunakan mengobati hemoptisis (batuk
masyarakat di daerah Solok, Sumatera Barat. darah), gangguan menstruasi, pendarahan,
sebagai pewarna makanan, dengan cara dan mengobati sakit tenggorokan dengan
memasukkan daun jati untuk bersama-sama cara dikumur air rebusannya.
direbus dengan pisang, sehingga rebusan
pisang yang biasanya berwarna kuning Beberapa penelitian aktifitas farmakologi
menjadi berwarna merah kecoklatan. Untuk terhadap jati, telah melaporkan bahwa jati
membuat gudeg di Yogyakarta, nangka mempunyai efek farmakologi sebagai
muda dimasak dengan santan, warna coklat antitukak, antianemia, antibakteri dan
pada nangka dihasilkan oleh daun jati yang menyembuhkan luka (Goswami, et al.,
dimasak bersamaan dengan santan. Daun jati 2009). Penelitian lain juga melaporkan
juga digunakan untuk pembungkus berbagai bahwa jati mempunyai aktifitas yaitu
makanan seperti pembungkus nasi oleh mengobati pilek, sakit kepala, laksatif,
masyarakat Jamblang, pembungkus tempe sedatif, bronkitis, diuretik, anti diabetes,
oleh masyarakat Yogyakarta, Jawa Timur, kudis, analgetik, dan anti inflamasi (Singh,
dan Jawa Tengah, dan pembungkus daging et al., 1996; Nayeem, and Karverkar, 2010;
oleh masyarakat Sukabumi. Di Jawa Timur Ghaisas, et al., 2009; Diallo, et al., 2008).
masyarakat Pulau Bawean menyeduh daun
jati untuk menghasilkan bahan pewarna Selain itu juga telah dilakukan uji aktifitas
coklat merah alami. Orang Lamongan sitotoksik dari ekstrak petrol akar kayu jati
memilih menyeduh tumbukan daun Tectona grandis yang menunjukkan aktifitas
mudanya. Orang Madura mencampurkan sitotoksisitas yang tinggi dengan
147
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

menggunakan Metoda Brine Shrimp saring, corong, pinset, kapas, spatel,


Lethality Bioassay dengan Lc50 5 ppm alumunium foil, timbangan, timbangan
(Sandermann and Simatupang, 1966). analitik, lampu UV.

Pemeriksaan fitokimia ekstrak etanol daun Penyiapan Ekstrak daun Jati. Ekstraksi
jati (Tectona grandis Linn. f.) Verbenaceae. Sebanyak 6,9 Kg daun Tectona grandis
Menunjukkan adanya golongan senyawa Linn. f. segar dirajang dengan pisau
flavonoid, saponin, tanin galat, tanin katekat, sehingga menjadi potongan kecil. Sampel
kuinon, dan steroid/triterpenoid (Hartati, et dimaserasi dengan pelarut metanol selama 5
al., 2005). hari sambil sesekali dikocok. Setelah 5 hari
perendaman, diambil maseratnya dengan
Mengingat pemanfaatan daun jati yang cara disaring dan perendaman dilanjutkan
beragam dimasyarakat yang masih sampai 2 kali. Maserat yang didapat
berdasarkan pengalaman yang turun diuapkan pelarutnya secara in vacuo
temurun, maka sangat diperlukan informasi sehingga didapatkan ekstrak kentalnya dan
ilmiah mengenai keamanannya. Untuk ditimbang.
keamanan pemanfaatan daun jati, maka
perlu dilakukan pengujian sitotoksik dari Penyiapan fraksi n-heksana, etil asetat,
ekstrak, fraksi dan subfraksi daun jati secara dan sisa. Fraksinasi dilakukan secara
In vitro terhadap larva Artemia salina Leach bertingkat menggunakan berbagai pelarut
dengan metode Brine Shrimp Lethality dengan tingkat kepolaran yang berbeda
Bioassay. dengan menggunakan corong pisah.
Fraksinasi diawali dengan pelarut non polar
METODA PENELITIAN (n-heksana) tiap kalinya sebanyak 500 ml.
Proses dilakukan sampai fraksi n-heksana
Alat dan Bahan. Sampel yang digunakan hampir tidak berwarna, sehingga diperoleh
dalam penelitian ini adalah daun jati Tectona fraksi n-heksana dan fraksi air. Fraksi n-
grandis Linn. f., yang diperoleh dari daerah heksana digabung dan kemudian diuapkan
Lubuk Minturun, Padang, Sumatra Barat. secara in vacuo sehingga diperoleh fraksi
Berat sampel segar yang digunakan adalah kental n-heksana. Fraksinasi dilanjutkan
69 kg. Sampel segar dibersihkan dan dengan pelarut semi polar (etil asetat).
dirajang. Proses yang sama diulangi seperti pada
pengerjaan fraksi n-heksana, sehingga
Bahan kimia yang digunakan adalah diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air.
metanol, n-heksana, dan etil asetat. Untuk Fraksi etil asetat diuapkan secara in vacuo
pengujian digunakan telur udang laut sehingga diperoleh fraksi kental etil asetat.
(Artemia salina Leach.), dimetil sulfoksida
(DMSO), air laut dari Pantai Padang, kertas Penyiapan Kromatografi Kolom Fraksi
saring dan alumunium foil. Etil Asetat. Komponen yang terdapat dalam
masing-masing fraksi dimonitor dengan
Dalam penelitian ini digunakan alat KLT. Dari hasil penampakan noda di bawah
timbangan analitik, rotary evaporator, lampu UV, fraksi etil asetat dengan eluen
corong pisah, kolom kromatografi, bejana kloroform memperlihatkan pemisahan yang
kromatografi lapis tipis, gelas ukur, tabung bagus dengan bercak noda yang memiliki
reaksi, pipet kapiler, pipet tetes, vial, kertas berbagai warna berbeda. Kemudian
148
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

dilakukan pemisahan dengan menggunakan kromatografi kolom kedua digabung


kolom kromatografi dengan fasa diam silika sebanyak 64 mg dan kemudian dilanjutkan
gel 60 yang dielusi secara isokratik oleh kembali kromatografi kolom dengan eluen
eluen kloroform. sebagai berikut:
Kloroform 100% 750 ml
Sebanyak 1,7 g fraksi etil asetat dipersiapkan Kloroforom : metanol (95 : 5) 100 ml
secara preabsorpsi dengan menambahkan Kloroform : methanol (1 : 1) 100 ml
silika gel satu setengah dari berat sampel Metanol 100% 50 ml
yang dimasukan ke dalam sampel yang
dilarutkan dengan etil asetat kemudian Fraksi yang keluar di tampung dengan vial
pelarutnya di uapkan secara in vacuo volume + 5 ml. Hasil kromatografi kolom
sehingga diperoleh campuran sampel dan dimonitor dengan KLT, noda diamati
silika gel dalam bentuk kering. dengan lampu UV. Noda yang memberikan
Rf sama digabung dan diuapkan. Hasil
Kolom dipersiapkan dengan cara membuat gabungan dimonitor pola KLT dan
suspensi silika gel dengan menggunakan ditimbang. Hasil monitor didapatkan 8
pelarut kloroforom, kemudian suspensi subfraksi.
tersebut dimasukkan ke dalam kolom sambil
diketok perlahan agar silika gel memadat. Subfraksi yang ketiga (MA-07-03-044)
Dua per tiga sampel ditaburkan merata di sebanyak 29 mg dimurnikan kembali dengan
atas suspensi silika gel dan dielusi dengan kromatografi kolom menggunakan eluen
komposisi eluen sebagai berikut: sebagai berikut:
Kloroforom 100% 1500 ml
Kloroforom : metanol (95 : 5) 200 ml *) Notasi MA-07-01-026 artinya: MA
Kloroform : metanol (1 : 1) 200 ml merupakan singkatan dari nama peneliti
Metanol 100% 100 ml (Mardha Akhsanita); 07 adalah tahun
angkatan peneliti; 01 adalah nomor urut
Fraksi yang keluar di tampung dengan vial subfraksi pada halaman tersebut; dan 026
volume + 10 ml. Hasil kromatografi kolom adalah halaman buku kerja.
dimonitor dengan KLT, noda diamati Klroform : etil asetat 9 : 1 500 ml
dengan lampu UV. Noda yang memberikan Metanol 100 % 100 ml
Rf sama digabung dan diuapkan.
Fraksi yang keluar di tampung dengan vial
Hasil gabungan dimonitor pola KLT dan volume + 5 ml. Hasil kromatografi kolom
ditimbang. Hasil monitor didapatkan 13 dimonitor dengan KLT, noda diamati
subfraksi (MA-07-01-026* s/d MA-07-013- dengan lampu UV. Didapatkan 5 subfraksi.
026). Sisa sampel yang telah dipreabsorbsi
di kromatografi kolom dengan cara sama Uji Toksisitas dengan metoda Brine
seperti di atas dan didapat 16 subfraksi (MA- Shrimp Lethality Bioassay. Metoda Meyer
07-01-035 s/d MA-07-016-035). Dari hasil et. al., (1982), digunakan untuk mempelajari
pemisahan di atas, karena memiliki Rf noda toksisitas sampel secara umum dengan
target yang hampir sama, subfraksi ke 10 menggunkan Larva udang (Artemia salina
(MA-07-10-026) dari kromatografi kolom leach.)
pertama dan subfraksi ke 12 (MA-07-012-
035) dan subfraksi 13 (MA-07-013-035) dari
149
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

Penetasan Larva Udang. Disiapkan wadah masing 62 L, masukkan dalam vial yang
untuk menetaskan telur udang wadah berbeda. Kemudian pada masing-masing vial
penetasan terdiri dari dua bagian, yaitu ad. 5 mL air laut (konsentrasi larutan 62
bagian terang yang disinari lampu terus- ppm). Larutan induk dipipet 3 x kali masing-
menerus dan bagian gelap yang ditutup, serta masing 31 L, masukkan dalam vial yang
dilengkapi dengan sistem airasi (gelembung berbeda. Kemudian pada masing-masing vial
udara). Sumber cahaya diletakkan untuk ad. 5 mL air laut (konsentrasi larutan 31
menarik larva, sedangkan sistem airasi ppm). Sedangkan sebagai kontrol negatif
berguna untuk pertumbuhan larva. Telur disiapkan larutan uji yang hanya
ditempatkan pada bagian gelap dari wadah mengandung 50 L larutan DMSO, 10 larva
yang sebelumnya telah diisi dengan air laut. udang dan air laut ad. 5 mL. Setelah 24 jam
Sebelum dimasukkan ke dalam penetasan, dilakukan pengamatan dengan menghitung
air laut disaring terlebih dahulu untuk jumlah larva yang masih hidup pada setiap
menghilangkan kotoran-kotoran yang konsentrasi visual. Kemudian uji aktifitas
mungkin terdapat pada air laut. Kemudian dilakukan dengan menurunkan konsentrasi,
telur dibiarkan menetas selama 48 jam. pengujian aktivitas dilakukan dengan 1
Setelah menetas larva akan berenang variasi konsentrasi yaitu 15 ppm, dan dibuat
melewati pembatas bercelah kearah sisi rangkap 3. Estrak, fraksi n-heksana, fraksi
bejana dengan pencahayaan. Larva yang etil asetat, dan fraksi sisa ditimbang
berhasil melewati pembatas bejana sebanyak 2 mg. Sebanyak 2 mg sampel
penetasan dapat digunakan sebagai larva uji. dilarutkan dalam 50 L DMSO ad. 4 mL
dengan air laut, homogenkan (larutan induk
Prosedur pengujian metoda Brine Shrimp 500 ppm). Larutan induk dipipet 3 x kali
Lethality Bioassay. Pengujian aktifitas masing-masing 150 L, masukkan dalam
dilakukan dengan 5 variasi konsentrasi yaitu vial yang berbeda. Kemudian pada masing-
500, 250, 125, 61 dan 31 ppm, dan setiap masing vial ad. dengan 5 mL air laut
konsentrasi dibuat rangkap 3. Estrak, fraksi (konsentrasi larutan 15 ppm). Pada subfraksi
n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi sisa etil asetat dilakukan pengujian sitotoksik
ditimbang sebanyak 40 mg. Sebanyak 40 mg dengan konsentrasi 30, 20 dan 10 ppm.
sampel dilarutkan dalam 50 L DMSO ad. 8
mL dengan air laut, homogenkan (larutan Analisis Data. Analisis data untuk
induk 5000 ppm). Larutan induk dipipet 3 x menghitung LC50 menggunakan metode
kali masing-masing 500 L, masukkan kurva, menggunakan nilai probit yang
dalam vial yang berbeda. Kemudian pada didesain bagi perhitungan dosis atau respon.
masing-masing vial ad. 5 mL air laut Kemudian dilanjutkan dengan menghitung
(konsentrasi larutan 500 ppm). Larutan selang kepercayaan diambil pada tingkat
induk dipipet 3 x kali masing-masing 250 kepercayaan 95%.
L, masukkan dalam vial yang berbeda.
Kemudian pada masing-masing vial ad. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
mL air laut (konsentrasi larutan 250 ppm).
Larutan induk dipipet 3 x kali masing- Ekstraksi daun jati. Ekstraksi daun jati
masing 125 L, masukkan dalam vial yang menggunakan pelarut metanol menghasilkan
berbeda. Kemudian pada masing-masing vial ekstrak kental metanol 312 gram (4,52%).
ad. 5 mL air laut (konsentrasi larutan 125 Dari 104 gram (1,5%) ekstrak kental
ppm). Larutan induk dipipet 3 x kali masing- difraksinasi didapatkan fraksi kental n-
150
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

heksana 37,487 gram (0,54%), fraksi kental LC50 16,58 ppm, dan hasil uji sitotoksisitas
etil asetat 12,45 gram (0,18%) dan fraksi air pada masing-masing fraksi, menunjukkan
54,063 gram (0,78%). semua fraksi mempunyai aktifitas sitotoksik,
secara berturut-turut nilai LC50 masing-
Pada pengujian kontrol negatif masing fraksi adalah fraksi sisa 21,27 ppm,
menggunakan DMSO 50 L ad. 5 mL air fraksi etil asetat 21,31 ppm, dan fraksi
laut diperoleh tidak ada kematian pada larva heksan dengan 21,83 ppm. Dari hasil uji
udang Artemia salina Leach. Hasil kontrol sitotoksik nilai LC50 masing-masing fraksi
menunjukkan bahwa tidak ada kematian berada dibawah 30 ppm, berdasarkan
larva, sehingga dapat disimpulkan bahwa parameter tersebut aktifitas sitotoksik
bahwa DMSO dengan konsentrasi 50 L masing-masing fraksi dikategorikan sangat
tidak menyebabkan kematian pada larva. toksik. Sedangkan untuk masing-masing
fraksi, fraksi yang paling toksik dapat dilihat
Tabel 1. Pengukuran nilai LC50 dengan dari kemampuan menyebabkan kematian
metoda Brine Shrimp Lethality Bioassay hewan uji yang lebih besar dengan semakin
Sampel Jumlah Kematian Larva Udang Artemia Lc50
kecilnya konsentrasi. Dari hasil perhitungan
salina Leach. Pada tiap-tiap Konsentrasi LC50 masing-masing fraksi selang
500 250 125 62 31 15 kepercayaan 95%, didapatkan rentang LC50
ppm ppm ppm ppm ppm ppm untuk fraksi n-heksana 21,83 (18,95-24,71)
Ekstrak 10 10 10 10 9 4 16,58 ppm, fraksi etil asetat 21,31 (18,44-24,18)
ppm
10 10 10 10 9 5 ppm, fraksi sisa 21,27 (18,04-24.5) ppm.
10 10 10 10 9 3 Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan
Rata- 10 10 10 10 9 4 tidak terdapat perbedaan antara masing-
rata
Fraksi 10 10 10 10 10 2 21,31 masing fraksi daun jati karena nilai LC50
etil ppm berada pada rentang (18,04-24,71 ppm),
asetat 10 10 10 10 7 2
10 10 10 10 8 2 yang artinya tingkat toksik dari masing-
Rata- 10 10 10 10 8,33 2 masing fraksi sama tidak ada fraksi yang
rata lebih toksik dibanding fraksi yang lain.
Fraksi 10 10 10 10 9 1 21,83
n- ppm
Suatu zat dikatakan aktif
heksana 10 10 10 10 9 1 sitotoksik bila nilai LC50 < 1000 ppm untuk
10 10 10 10 9 2 ekstrak, dan < 200 ppm untuk suatu
Rata- 10 10 10 10 9 1,33
rata senyawa. Dari data diatas didapat ekstrak,
Fraksi 10 10 10 10 10 1 21,27 fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi
air ppm sisa bersifat sitotoksik.
10 10 10 10 9 1
10 10 10 10 9 2
Rata- 10 10 10 10 9,33 1,33
rata

Uji sitotoksisitas dengan metoda Brine


Shrimp Lethality Biaoassay. Uji sitotoksik
ekstrak, dan masing-masing fraksi
memperlihatkan hasil seperti tabel I.
Dari data tabel 1 diketahui bahwa hasil uji
sitotoksisitas terhadap ekstrak daun jati
memiliki aktifitas sitotoksik dengan nilai

151
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

Tabel 2. Hasil perhitungan Selang pengujiannya menjadi tidak bagus. Selain itu
kepercayaan 95% aktifitas sitotoksik daun jati juga disebabkan
karena kandungan senyawa fenolik
SAMPEL LC50 (SK 95%) dimilikinya, aktifitas senyawa fenolik dialam
ppm disebabkan kemampuannya sebagai inhibitor
Ekstrak 16,58 (15,88-17,28) kuat dalam proses pembelahan rantai DNA
a*) dan kemampuannya sebagai pengikat radikal
Fraksi Etil 21,31 (18,44-24,18) oksigen, serta juga disebakan oleh
Asetat b potensinya dalam membentuk kelat dengan
Fraksi n- 21,83 (18,95-24,71) logam.
heksana b
Fraksi Sisa 21,27 (18,04-24.5) KESIMPULAN DAN SARAN
b
Ekstrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat
Berdasarkan uji sitotoksik yang dilakukan dan fraksi sisa daun jati sangat toksik
menggunakan metoda Brine Shrimp terhadap larva Artemia salina Leach.
Lethality Bioassay, diketahui bahwa dari Ekstrak daun jati (LC50) 16,58 ppm lebih
ekstrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, toksik dibanding fraksi-fraksinya (LC50
dan fraksi air semua mempunyai aktifitas fraksi n-heksana 21,83 ppm, fraksi etil asetat
sitotoksik. Dengan parameter untuk ekstrak 21,31 ppm fraksi sisa 21,27 ppm). Tidak
bahwa nilai LC50 < 30 ppm dikatakan sangat terdapat perbedaan toksisitas yang nyata
toksik. Nilai LC50 ekstrak 16,58 ppm, fraksi antara masing-masing fraksi daun jati
n-heksana 21,83 ppm, fraksi etil asetat 21,31 dengan rentang LC50 (18,04-24,71 ppm).
ppm, dan fraksi sisa 21,27 ppm. Dari Disarankan kepada peneliti selanjutnya
keempat sampel nilai LC50nya berada di untuk melakukan pengujian sitotoksik
bawah 30 ppm, sehingga ekstrak, dan terhadap tiap-tiap subfraksi dengan metode
masing-masing fraksidari daun jati bersifat selain Brine Shrimp Lethality Bioassay,
sangat toksik. Sifat sitotoksik dari daun jati sehingga bila telah diketahui subfraksi mana
diduga berkaitan dengan kandungan kuinon yang bersifat aktif sitotoksik dapat
yang dimilikinya. Menurut penelitian dilanjutkan dengan mengisolasi dan
sebelumnya telah diisolasi dan diidentifikasi mendapatkan senyawa murni.
dari ekstrak kulit kayu jati 5-hidroksi-
lapachol yang memberikan aktifitas DAFTAR PUSTAKA
sitotoksik (Sandermann and Simatupang,
Diallo, A., M. Gbeassor., A. Vovor., G. K. Eklu.,
1966), dimana 5-hidroksi-lapachol
and K. Aklikokou., (2008), Effect of
merupakan golongan kuinon. Hasil uji Tectona grandis Leaves on
subfraksi dari fraksi etil asetat yang didapat Phenylhydrazine-Induced Anemia in Rats,
tidak bagus sehingga tidak dihitung Fitother, 79 ( 5 ): 332-336.
LC50nya, ini mungkin disebabkan karena Ghaisas, M., K. Navghare., A. Takawale., V.
senyawa yang diisolasi bersifat tidak stabil Zope., M. Tanwar., and A. Desphande.,
yaitu kuinon, karena senyawa kuinon tidak (2009), Effect of Tectona grandis on
stabil mungkin pada saat pengujian sub- Dexamethazone Induced Insulin
fraksi mulai mengalami perubahan sehingga Resistance in Mice, J Ethnopharmacol,
menyebabkan tidak aktif lagi, makanya hasil 122 ( 2 ): 304-307.

152
Yohannes A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

Goswami, D. V., S. A. Nirmal., M. J. Patil., N.


S. Dighe., R. B. Laware., and S. R.
Pattan., (2009), PHCOG REV: An
Overview of Tectona grandis: Chemistry
and Pharmacological Profile, Phcog Rev,
3 (5): 181-185. (Online).
(www.phcogrev.com).
Hartati, R., S. A. Gana., dan K. Ruslan., (2005),
Telaah flavonoid dan Asam Fenolat Daun
Jati (Tectona grandis L. f., verbenaceae),
(Skripsi). Bandung: Institut Teknologi
Bandung. (http://bahanalam.fa.itb.ac.id.).
Lembaga Penelitian Lembang, (1986), Analisis
Probit, Bandung.
Meyer, B. N., J. E. Ferrigni., L. B. Jacobsen., D.
E. Nichols., and J. L. Mclaughlin,. (1982),
Brine Shrimp A Convenient General
Bioassay For active Plant Constituents, J.
Of Medical Plant Research, Perdue
University.
Nayeem, N., and M. D. Karverkar., (2010),
Analgesic and Anti Inflammaetory
Activity of The Methanolic Extract of
Frontal Leaves of Tectona grandis,
Internet Journal Pharmacol, 8.
Pechmanee, T., (2009), Food Organism for
Seabass Larvae Rearing, Fao Corporate
Document Respiratory. Fisher and
Aquaculture Departement.
Sandermann, W. V., and M. H. Simatupang.,
(1966), On the Chemistry and
Biochemistry of Teak Wood ( Tectona
grandis L. f. ). Jg. Heft mai. 190-199.
Singh, J., T. C. Bhuyan., and A. Ahmed., (1996),
Enthnobotanical Studies on the Mishing
tribes of Assam with special reference to
food and medicinal plants, Eco Tax Bot,
12: 350-356.

153

Anda mungkin juga menyukai