Anda di halaman 1dari 402

Office Address:

Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan


(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan : dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan dr. Cemara, dr. Ayu
Phone Number : 061 8229229 dr. Hendra
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
Januari 2015
Perubahan pola makan, menjauhi makanan
yang memicu gejala dyspepsia harus
dilakukan, antar lain:
Menghindari makanan pedas
Menghindari kopi, karena kopi dapat
menyebabkan peningkatan sekresi asam
lambung serta dihubungkan denganresiko
infeksi H. pylori
Menghindari konsumsi alkohol
Diet tinggi serat
Pola makan teratur dengan selingan makanan
Medikamentosa:
Antacid: Terutama digunakan dalam memperingan
gejala nyeri ulu hati/dyspepsia. Yang paling umum
digunakan adalah gabungan Al(OH)3 dan Mg(OH)2,
bekerja dengan menetralisir asam lambung
berlebihan
H2 reseptor antagonis. Contoh: cimetidine,
ranitidine, famotidine, nizatidine.
Proton pump inhibitor (PPI).Bekerja amat poten
dalam menghambat asam lambung, onset dalam 26
jam dengan durasi aksi 72-96 jam. Contoh obat:
omeprazole, lansoprazole, esomeprazole,
pantoprazole.
2. Diabetes Mellitus
2. Diabetes Mellitus

American Diabetes Association. Hyperglycemic Crises in Patients With Diabetes Mellitus.


Diabetes care, Vol 24, No 1, January 2001
2. Diabetes Mellitus

Harrisons principles of internal medicine. McGraw-Hill; 2011.


Pneumothoraks adalah masuknya udara ke
ruangan pleura paru.
Pneumothoraks dapat terjadi akibat trauma
(tertusuk benda tajam) atau secara spontan
(berhubungan dengan infeksi).
Gambaran klinis: sesak nafas, pada tension
pneumothorax gangguan hemodinamik
Gamabran radiologis: ruang avaskular yang
menekan paru. Pada tension pneumothoraks
dijumpai pergerseran mediastinum
Ventrikular fibrilasi adalah gangguan irama
jantung yang mengancam nyawa.
Ciri: Aktivitas listrik berantakan/Chaotic (no P
wave, no PR segment, no QRS)
Tidak ada depolarisasi ventrikel atau kontrasi
Terdapat beberapa efek samping dari terapi
PTU diantaranya:
Rash
Gatal
Agranulositosis
Anemia hemolitk
Gangguan hati (<1%)
Pasien dengan ACS memiliki gejala seperti
nyeri dada terosternal, atau sesak nafas.
Pasien dengan ACS segera diberikan oksigen,
nitrat, morfin (penghilang nyeri dan
mengurangi kegelisahan), clopidogrel dan
aspirin
Pemeriksaan awal yang diperlukan adalah
EKG saat istirahat, rontgen dan enzim
jantung.
Definisi Etiologi, Faktor Risiko dan
Suatu penyakit yang memiliki Faktor Pemberat Gejala
karakteristik adanya hambatan Merokok
aliran udara persisten yang Genetik
progresif dan berhubungan dengan
suatu proses inflamasi kronis pada Umur dan Jenis Kelamin
jalan nafas dan paru akibat paparan Pola perkembangan paru
pada gas atau partikel berbahaya. Paparan terhadap partikel
berbahaya (polusi udara)
Status Ekonomi
Riwayat Asma
Bronkitis Kronis
Infeksi
Gejala pasien PPOK
Sesak nafas kronis dan
progresif
Pemeriksaan Fisik
Batuk
Abnormal
Produksi sputum yang
produktif yang mungkin ditemukan
Mengi dengan dada terasa
pada
terikat pasien PPOK adalah:
Gejala penyerta: fatigue, Nada perkusi
anoreksia, penurunan berat hiperresonansi
badan.
Bunyi nafas yang
Riwayat
menurun sampai tidak
Paparan terhadap faktor
risiko (rokok dan partikel
terdengar
udara berbahaya lain) Bunyi suara yang
Riwayat kesehatan (asma, ditransmisikan
alergi, sinusitis) menurun
Riwayat PPOK pada keluarga Apabila disertai
Riwayat serangan bronchitis mungkin
sebelumnya disertai
Komorbid (penyakit jantung, crackles/rhonchi kasar
hipertensi, diabetes mellitus,
dll)
Spirometri
Klasifikasi Keterbatasan Aliran
Spirometri merupakan
Udara Pada Pasien PPOK
pemeriksaan aliran
udara dalam jalan
nafas yang paling baik GOLD 1: Ringan FEV1 80% prediksi
dan dapat dipercaya. GOLD 2:Sedang 50 % FEV1< 80%
Yang diukur dari prediksi
spirometri adalah: GOLD 3: Berat 30% FEV1< 50%
FEV 1 (volume ekspiratori prediksi
paksa 1 detik) GOLD 4: Sangat Berat FEV1 <30%
FVC (kapasitas vital prediksi
paksa)
FEV1/FVC
FEV1/FVC
<0,7konfirmasi PPOK
Untuk mengetahui kesesuaian terapi
dengan keadaan pasien maka penting
diketahui mengenai kategori pasien PPOK
yaitu:
Kategori Karakteristik Klasifikasi Eksaserbasi per tahun
Pasien Spirometri
A Risiko Rendah, Gejala GOLD 1,2 1
Minim
B Risiko Rendah, Gejala GOLD 1,2 1
Lebih Banyak

C Risiko Tinggi, Gejala GOLD 3,4 2


Minim
D Risiko Tinggi, Gejala GOLD 3,4 2
Lebih Banyak
Arthritis septik adalah Invasi purulen dari sendi
Penyebab: bakteria, viral, mikobakterium dan
fungal.
Gejala: sendi terasa sakit, bengkak, kemerahan,
hangat.
Penyebab: Staphylococcus aureus, streptococci,
Haemophilus influenza
Diagnosis:
aspirasi cairan sendi peningkatan leukosit (50,000-
100,000), pewarnaan gram cairan sendi dan kultur
cairan sendi
RontgenMenunjukkan adanya peningkatan celah sendi,
pembengkakan jaringan lunak
Penanganan: Antibiotik intravena, analgesik
Anaphylaxis (Yunani, Ana = balik (jauh
dari) dan phylaxis=
perlindungan). Anafilaksis berarti
menghilangkan perlindungan.
Anafilaksis : terjadi ketika ada mediator
biologi yang aktif dari sel mast dan basofil
yang mengarah ke kulit (urtikaria,
angioedema, flushing), pernafasan
(bronkospasme, edema laring),
kardiovaskular (hipotensi, disritmia, iskemia
miokard), dan gejala gastrointestinal (mual,
nyeri kolik abdomen, muntah, diare).
1. Hentikan pencetus, nilai beratnya dan berikan terapi yang sesuai

Minta bantuan

Adrenalin i.m 0.01mg/kg boleh sampai 0.5mg

Pasang infus

Berbaring rata/ tinggikan posisi kaki bila bias

Berikan oksigen aliran tinggi,alat bantu napas/ventilasi bila diperlukan

BILA HIPOTENSI

Akses i.v.tambahan (jarum 14G atau 16G pada orang dewasa) utk infus NaCl fisiologis.
NaCl fisiologis bolus atau infus 20 mL/kg diberikan secepatnya bila perlu dengan
tekanan
2. Bila respons tidak adekuat, keadaan mengancam kehidupan, atau memburuk:

Mulai dengan adrenalin sesuai dengan panduan/protocol rumah sakit


ATAU
Ulang adrenalin i.m setiap 3-5 menit

Pertimbangkan hal-hal berikut


Hipotensi
o Ulangi infuse NaCl fisiologis 10-20 ml/kg dapat mencapai 50 ml/kg dalam 30 menit.
o i.v. atropine 0.02 mg/kg bila bradikardi berat dosis minimum 0.1 mg
o i.v vasopresor untuk mengatasi vasodilatasi. Pada henti jantung adrenalin dapat
ditingkatkan menjadi 3-5 mg setiap 2-3 menit mungkin efektif.
o i.v. glucagons pada pasien yang memakai obat penyekat beta. Dosis orang dewasa
1-5 mg diikuti 5-15 ug/mnt
Bronkospasme
o Inhalasi salbutamol secara kontinyu
o i.v. hidrokortison 5mg/kg diikuti prednisone 1mg/kg maksimal (50 mg) selama 4 hari
Obstruksi saluran napas bagian atas
o Adrenalin inhalasi (5 mg atau 5 ml sediaan adrenalin 1;1000) mungkin membantu.
o Persiapkan tindakan bedah.
Edema paru merupakan salah satu komplikasi
dari gagal jantung.
Pada soal ini: pasien sesak nafas, riwayat
hipertensi dan diabetes, tidak ada demam,
dan ditemukan rhonki mengarah kepada
gagal jantung.
Gagal jantung kiritekanan ventrikel kiri
aliran retrogade ke paru edema paru
Harrisons principles of internal medicine.
Pada gangguan gunjal terdapat beberapa
obat yang perlu disesuaikan dosisnya seiring
dengan perburukan fungsi ginjal
Contoh obat perlu dihindarkan atau yang
memerlukan penyesuaian dosis adalah:
amphotericin (nefrotoksik), ceftazidime,
kotrimoksazole, ciprofloxacin
Yang tidak memerlukan penyesuaian dosis:
amoxicilin, azitromisin.
Malaria serebral : penurunan kesadaran, kejang
Asidosis:pH arteri <7.25
Anemia berat (Hb< 5mg/dl)
Gagal ginjal (produksi urin 24 jam <400 cc,
serum kreatinin > 3.0 mg/dl)
Hipoglikemia (gula darah yang turun sampai
dibawah 40 mg/dl)
Perdarahan/DIC
Blackwater fever (Sindrom dengan karakteristik
serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravaskular, hemoglobinemi, hemoglobinuri,
dan gagal ginjal)
Gejala: Demam, nyeri perut kanan atas, anorexia
Etiologi: Escherichia coli dan Klebsiella plg
umum
Patofisiologi:
Fokus infeksi pada tempat lain (appendisitis)emboli
septik masuk pembuluh darah portal pembentukan
mikroabses di hati
Luka tembus (bakteri masuk langsung ke hati)
Pemeriksaan penunjang: USG Abdomen
(tergantung dari operator), CT scan
Penanganan: USG guided aspiration, antibiotik,
pembedahan (utk kasus peritonitis, abses
berdinding tebal, gagal dengan aspirasi)
Keadaan dekompensasi metabolik (trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis), hal ini
terutama yang disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut, tetapi bisa juga terjadi pada defisiensi
insulin relatif.
Defisiensi absolut insulinpeningkatan lipolisis
konsentrasi asam lemak bebas meningkat+
ketonasidosis
Akumulasi keton dalam darah amuntah, nafas
bau keton, pernapasan kusmaul, penurunan
kesadaran dan asidosis metabolik. Osmotic
diuresis karena hiperglikemia dehidrasi.
Defisiensi insulin menyebabkan aktivitas sitrat
sintase menurun sehingga siklus kreb tidak aktif
sehingga asetil koA akan dialihkan ke siklus
sintesis keton.
Urinary tract stone
disease
Signs:
Flank pain
Irritative voiding symptom
Nausea
microscopic hematuria
Urinary crystals of
calcium oxalate, uric
acid, or cystine may
occasionally be found
upon urinalysis
Diagnosis: IVP
Indication
Passing stone
hematuria

optimized by optima
Hemoroid eksterna Hemoroid Interna
Diluar anal canal, sekitar sphincter Didalam anal canal
Gejala terjadi karena thrombosis Gejala timbul karena perdarahan
atau iritasi mukosa
Tidak dapat dimasukkan ke dalam dapat dimasukkan ke dalam anal
anal canal canal sampai grade III
Crystalloids Non-protein colloids
Are as effective as albumin Should be used as second-
in post-operative patients line agents in patients who
Are the initial resuscitation do not respond to
fluid of choice for: crystalloid
Hemorrhagic shock / May be used in the
traumatic injury presence of capillary leak
Septic shock with pulmonary or
Hepatic resection peripheral edema
Thermal injury Are favored over albumin
due to their lower cost
Cardiac surgery
Dialysis induced
hypotension
Crystalloid solution rapidly equilibrates
between the intravascular and interstitial
compartments
Adequate restoration of hemostatic stability
may require large volumes of ringer's lactate.
It has been empirically observed that
approximately 300 cc of crystalloid is
required to compensate for each 100 cc of
blood loss. (3:1 rule)
Fluid
resuscitation
target:
Euvolemia
Improve
perfusion
Improve oxygen
delivery

British Consensus Guidelines on


Intravenous Fluid Therapy for Adult
Surgical Patients 2011
A systemic skeletal disease
characterized by low bone
mass and micro
architectural deterioration of
bone tissue lead to bone
fragility and susceptibility to
fracture

optimized by optima
affects primarily trabecular bone
5 years after menopause
weight-bearing bones fractures vertebrae, ankle, and distal radiu

optimized by optima
after age 70 but may begin as early as age
significant loss of both trabecular and cortical bone.
hip and multiple wedge vertebral fractures are the most common types
of fractures
Occur at any age in both genders
Both trabecular and cortical bone loss is
significant
Spine and hip fractures
Etiology:
Immobilization
Medications
anticoagulant heparin
glucocorticoids (eg, prednisone)
synthetic thyroid hormoneincrease osteoclasts, lower
serum calcitonin, and promote bone resorption
Anticonvulsantsincrease metabolism of vitamin D
cyclosporine
Etiology
disease
hyperthyroid elevated serum levels thyroid
hormone and increased urinary calcium excretion
hyperparathyroid increased blood parathyroid
hormone concentrations
Cushings syndrome glucocorticoid levels are
high
gastrointestinal disorders (e.g., obstructive
jaundice) calcium malabsorption and deficiency
and promote osteoporosis
genetic predisposition
Lifestyle
Smokingincreasing the metabolism of sex
hormones
excessive use of alcoholnutritional deficiencies in
calcium and vitamin D
Caffeine
aluminum-containing antacids
lack of physical activity urinary calcium excretion
Physical examination
Measurement of bone mineral content
Dual X-ray absorptiometry (DXA)
Ultrasonic measurement of bone
CT scan
Radiography

optimized by optima
Osteoporosis Vertebral fracture
Height loss Arm span-height
Body weight difference
Kyphosis Wall-occiput
Humped back distance
Tooth loss Rib-pelvis distance
Skinfold
thickness
Grip strength

optimized by optima
Physical examination

Amanda D. Green. JAMA 2001 vol.292(23)


optimized by optima
WHO criteria - Hip BMD

optimized by optima
Epidural hematoma:
Interval lucid decreased of
consciousness
Etiology: trauma rupture of a.
meningeal media

Subdural hematoma
Hemiparesis, decrease of
consciousness, cephalgia
Etiology: trauma rupture of
bridging vein in elderly or infant

Subarachnoid hemorrhage (stroke)


Thunderclap headache, meningeal
signs, decreased of consciousness
Etiology: aneurysma rupture e.c.
heavy exertion/sexual intercourse

Intracerebral hemorrhage
Paresis, hypesthesia, ataxia,
decreased of consciousness
Misulis KE, Head TC. Netters concise neurology. 1st ed. Saunders; 2007
Etiology: Hypertension,trauma
Perdarahan Perdarahan yang terletak antara durameter dan tulang, biasanya sumber
epidural pendarahannya adalah robeknya Arteri meningica media (paling sering). Gejala
klinis yang khas adalah : Lucid Interval (adanya fase sadar diantara 2 fase tidak
sadar karena bertambahnya volume darah)

Perdarahan Perdarahan yang terletak diantara lapisan duramater dan arhacnoid dengan
subdural sumber perdarahan dapat berasal dari vena jembatan atau bridging vein
(paling sering). Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma
sampai dengan hari ke tiga.
Perdarahan Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh
intraserebral darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya
penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi pada
pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens.
Perdarahan Perdarahan didalam ruang subarakhnoid akibat perdarahan non-traumatik,
subarakhnoid biasanya berasal dari ruptur aneurisme berry atau arteriovenous malformation
(AVM). Gejala : sering didahului nyeri kepala hebat, kaku kuduk, kernig sign +
Perdarahan Perdarahan di dalam rongga cairan otak
intraventrikel
http://emedicine.medscape.com/article/2047916

Disorders Etiology Clinical


Tension Anxiety/Restlessness, Severe ,Poor Color
Penumothorax Dyspnea,Tachypnea,Tachycardia
Absent Breath sounds on affected side,
Accessory Muscle Use, JV Distention
Narrowing Pulse Pressures,Hypotension
Tracheal Deviation, hypersonor
Simple/Closed Blunt trauma Opening in lung tissue that leaks air
Pneumothorax spontaneous into chest cavity, Chest
Pain,Dyspnea,Tachypnea
Decreased Breath Sounds on Affected
Side,hipersonor
Open Penetrating Opening in chest cavity that allows
Pneumothorx chest wound air to enter pleural cavity,
Dyspnea,Sudden sharp
pain,Subcutaneous Emphysema
Decreased lung sounds on affected
side
Tension
Pneumothoraks

ABCs dengan c-
spine control sesuai
indikasi
Needle
Udara yang Decompression
terkumpul di pada bagian yang
rongga pleura tidak terkena
dapat keluar lagi Oksigen aliran
Tekanan pada tinggibag valve
mediastinum,paru mask
dan pembuluh darah Atasi syok karena
besar meningkat kehilangan darah
Menyebabkan paru Memberitahukan RS
pada bagian yang dan unit trauma
terkena kolaps secepatnya
http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/
http://emedicine.medscape.com/article/424547

Tandai sela iga 2-3 garis


midklavikularis
Asepsis-antisepsis
Tusukkan jarum ( 14G atau
lebih besar) diatas iga ke 3
(saraf, arteri, vena berjalan
di sepanjang bag.bawah
iga)
Lepaskan Stylette dan
dengarkan adanya suara
udara yang keluar
Place Flutter valve over
catheter
Reassess for Improvement
Symptom assessment
the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is
used worldwide
IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American
Urological Association (AUA). It contains:
seven questions about the severity of symptoms; total score 07 (mild), 819
(moderate), 2035 (severe)
eighth standalone question on QoL
Digital rectal examination(DRE)
inaccurate for size but can detect shape and consistency
Prostat Volume determination- ultrasonography
Urodynamic analysis
Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than
60 years of age
Measurement of prostate-specific antigen (PSA)
high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional
Zone Volume
men with larger prostates have higher PSA levels 1

PSA is a predictor of disease progression and screening tool for CaP


as PSA values tend to increase with increasing PV and increasing age, PSA
may be used as a prognostic marker for BPH
American Urological Association (AUA) guideline
Hanya dilakukan bila Diagnosis BPH terutama
PSA >3 berdasarkan anamnesis
Skrinning PSA untuk Ca dan pemeriksaan fisik
Prostat, tidak dapat Anamnesis dilakukan
meningkatkan survival
dengan IPSS Score
rate
Uroflowmetripemeriks
USG Prostat
aan penunjang yang
Hanya dapat melihat
digunakan untuk
pembesaran prostat
menilai derajat
Tidak menunjukkan
derajat obstruksinya keparahan obstruksi

Biopsi Prostat Diagnosis BPH


Obstruction
Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan karena adanya
kelainan struktural sehingga menghalangi gerak peristaltik usus.
Partial or complete
Simple or strangulated
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Posisi: Supine, tegak dan LLD
Pola udara dalam usus:
Gastric,
Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
Gastric
1-2 small bowel
Periksa udara pada 4 area:
1. Caecal
2. Hepatobiliary
3. Udara bebas dibawah diaphragma
4. Rectum
Periksa adanya kalsifikasi
Periksa adanya massa, psoas shadow
Periksa adanya feses
Large bowel Small Bowel
Peripheral ( diameter 8 cm max) Central ( diameter 5 cm max)
Presence of haustration Vulvulae coniventae
Ileum: may appear tubeless
A. Sensitivitas: 60% (sampai 90%)
B. Yang dapat ditemukan:
1. Distensi usus pada proksimal dari obstruksi
2. Usus kolaps pada distal dari obstruksi
3. Posisi tegak atau LLD: Air-fluid levels
4. Posisi Supine
a. Sharply angulated distended bowel loops
b. Step-ladder arrangement or parallel bowel
loops
37. Maxillofacial Fracture
Dapat disertai
dengan cedera yang
lebih luas
Orbital rim or floor
Ethmoid or frontal
sinuses
Gejala dan tanda:
Nyeri
Bengkak
Epistaxis
Lacerations
Respiratory Obstruction
Secara khusus dihubungkan dengan merokok
Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan
predileksi pada pembuluh darah tibial
Presentation
Nyeri saat beristirahat
Gangrene
Ulceration
Recurrent superficial thrombophlebitis (phlebitis
migrans)
Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
Angiography - diffuse occlusion of distal extremity
vessels
Progresivitas dari distal ke proximal
Remisi klinis dengan penghentian merokok
http://emedicine.medscape.com/article/2047916

Disorders Etiology Clinical

Hemothorax lacerated Anxiety/Restlessness,Tachypnea,Sign


blood vessel s of Shock,Tachycardia
in thorax Frothy, Bloody Sputum
Diminished Breath Sounds on
Affected Side,Flat Neck Veins,
Dullness to percussion
Simple/Closed Blunt trauma Opening in lung tissue that leaks air
Pneumothorax spontaneous into chest cavity, Chest
Pain,Dyspnea,Tachypnea
Decreased Breath Sounds on Affected
Side,hipersonor
Open Penetrating Opening in chest cavity that allows
Pneumothorx chest wound air to enter pleural cavity,
Dyspnea,Sudden sharp
pain,Subcutaneous Emphysema
Decreased lung sounds on affected
Opening in lung
tissue that leaks air
into chest cavity
Blunt trauma is main
cause
May be spontaneous
Usually self
correcting
S/S : Th/
ABCs with C-spine
Chest Pain
control
Dyspnea Airway Assistance as

Tachypnea
needed
If not contraindicated
Decreased Breath transport in semi-
Sounds on Affected sitting position
Side Provide supportive
care
Contact Hospital
and/or ALS unit as
soon as possible
Visible visceral pleural edge
see as a very thin, sharp
white line
No lung markings
(avascular) are seen
peripheral to this line
The peripheral space is
radiolucent compared to
adjacent lung
The lung may completely
collapse
The mediastinum should
not shift away form the
pneumothorax unless a
tension pneumothorax is
present (discussed
separately).
Subcutaneous emphysema
and pneumomediastinum
may also be present
Epidural Hematoma
Bleeding between dura
mater and skull
Involves arteries
Middle meningeal artery
most common
Rapid bleeding & reduction
of oxygen to tissues
Herniates brain toward
foramen magnum
Acute epidural hematoma
Arterial bleed
Temporal fracture common
Onset: minutes to hours
Level of consciousness
Initial loss of consciousness
Lucid interval follows
Associated symptoms
Ipsilateral dilated fixed pupil, signs of increasing ICP,
unconsciousness, contralateral paralysis, death

Head Trauma - 91
Subdural Hematoma
Bleeding within meninges
Beneath dura mater & within
subarachnoid space
Above pia mater
Slow bleeding
Superior sagital sinus
Signs progress over several
days
Slow deterioration of mentation
Acute subdural hematoma
Venous bleed
Onset: hours to days
Level of consciousness
Fluctuations
Associated symptoms
Headache
Focal neurologic signs
High-risk
Alcoholics, elderly, taking anticoagulants

Head Trauma - 93
Intracerebral hemorrhage
Arterial or venous
Surgery is often not helpful

Level of consciousness
Alterations common

Associated symptoms
Varies with region and degree
Pattern similar to stroke
Headache and vomiting

Head Trauma - 94
Intracerebral Hemorrhage
Rupture blood vessel within the brain
Presentation similar to stroke symptoms
Signs and symptoms worsen over time
Pielografi Intravena (IVP)Pemeriksaan IVP
dapat menerangkan kemungkinan adanya:
kelainan pada ginjal maupun ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis
memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang
ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat
(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat)
atau ureter di sebelahdistal yang berbentuk
seperti mata kail
penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu
adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi
vesica urinaria
foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu
urin
Gambaran Klinis
Bau khas jengkol Diagnosis
Mulut Hematuria, nyeri pada
urin saat buang air kecil.
Kolik ginjalterbentuk
kristal asam jengkol Penatalaksanaan
Nyeri saat buang air Keracunan ringan
kecil minum banyak
Hematuria Na. bikarbonat 2 g (4 x
Mikroskopis sehari) peroral sampai
Eritrosit gejala hilang
Kristal asam jengkol Keracunan berat
jarum dengan anuria
Keadaan berat Rujuk
Anuria
Pingsan menahan
sakit.
Natrium bikarbonat
=NaHCO3
Soda Kue
Acute Monoarthritis Acute monoarthritis
Differential Cardinal signs of
Diagnosis inflammation
Rubor, tumor, calor,
Infection dolor
Crystal-induced
+/- Fever
Hemarthrosis
Tumor +/- Leukocytosis
Intra-articular
derangement
Systemic rheumatic ACUTE MONOARTHRITIS
condition IS SEPTIC UNTIL
PROVEN OTHERWISE
Definition Etiology
Inflammation of a Staph aureus
synovial membrane with Streptococci
purulent effusion into the In all age groups, 80%
joint capsule, often due due to gram-positive
to bacterial infection aerobes, 20% due to
gram-negative
anaerobes
Neonates and infants < 6
mos S aureus and gram-
negative anaerobes
Incidence of H. influenzae
has decreased due to the
vaccine
Signs of intraperitoneal injury
Nyeri Abdominal, iritasi
peritoneum
Distensi karena
pneumoperitoneum, Pembesaran
gaster, atau terjadi ileus
Ekimosis daerah pinggang (gray-
turner sign) atau
umbilikus(cullen's sign)
retroperitoneal hemorrhage
Kontusio Abdominal seat belts
sign
Bising usus mengarahkan pada
trauma intraperitoneal
RT: Darah atau emfisema
subkutan
http://regionstraumapro.com/post/663723636
The type of injury will depend on whether the organ injured is
solid or hollow.

hollow organs include: solid organs


stomach include:
intestines liver

gallbladder spleen
bladder kidneys
Akan mengeluarkan
udara dan
cairan/sekret GIT yang Menyebabkan
infeksius perdarahan internal
Sangat mengiritasi yang berat
peritoneumperitoniti Darah pada rongga
s peritoneum peritonitis
Terlihat gejala syok
akibat perdarahan hebat
Gejala peritonitis dapat
tidak terlalu terlihat

Ruptur organ berongga Ruptur Organ Solid


Do not elevate surgical arm above 120in
any plane for the first 4 weeks postop.
Do not lift any objects over 5 pounds with
the surgical arm for the first 6 weeks.
AVOID REPEATED reaching for the first 6
weeks.
Ice shoulder 3-5 times (15 minutes each
time) per day to control swelling and
inflammation.
An arm sling is used for 2 weeks post-op.
Maintain good upright shoulder girdle
posture at all times and especially during
sling use.
Week 1Isometric exercises
Exercises (3x per day):
pendulum exercises
squeeze ball
triceps with Theraband
isometric rotator cuff external and internal rotations
with arm at side
isometric shoulder abduction, adduction, extension
and flexion with arm at side.
Soft-tissue treatments for associated shoulder and
neck musculature for comfort.
Cardiovascular training such as stationary bike
throughout rehabilitation period.
Weeks 2 4Mobilisasi Weeks 4 - 8:
Aktif Start mid-range of motion
Soft-tissue treatments for rotator cuff external and
associated shoulder and internal rotations
neck musculature for Active and light resistance
comfort. exercises (through 75% of
Gentle pulley for shoulder ROM as patients symptoms
ROM 2x/day. permit) without
Elbow pivots PNF, wrist shoulder elevation and
PNF. avoiding extreme end ROM.
Isometric scapular PNF, Strive for progressive gains
mid-range to active 90 degrees of
shoulder flexion and
abduction.
Weeks 8 - 12: Weeks 12 and beyond:
Full shoulder Active ROM Start a more aggressive
in all planes. strengthening program
Increase manual as tolerated.
mobilizations of soft Increase the intensity of
tissue as well as strength and functional
glenohumeral and training for gradual
scapulothoracic joints for return to activities and
ROM. sports.
No repeated heavy Return to specific sports
resisted exercises or is determined by the
lifting until 3 months. physical therapist
through functional
testing specific to the
injury
Perdarahan Perdarahan yang terletak antara durameter dan tulang, biasanya sumber
epidural pendarahannya adalah robeknya Arteri meningica media (paling sering). Gejala
klinis yang khas adalah : Lucid Interval (adanya fase sadar diantara 2 fase tidak
sadar karena bertambahnya volume darah)

Perdarahan Perdarahan yang terletak diantara lapisan duramater dan arhacnoid dengan
subdural sumber perdarahan dapat berasal dari vena jembatan atau bridging vein
(paling sering). Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma
sampai dengan hari ke tiga.
Perdarahan Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh
intraserebral darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya
penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi pada
pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens.
Perdarahan Perdarahan didalam ruang subarakhnoid akibat perdarahan non-traumatik,
subarakhnoid biasanya berasal dari ruptur aneurisme berry atau arteriovenous malformation
(AVM). Gejala : sering didahului nyeri kepala hebat, kaku kuduk, kernig sign +
Perdarahan Perdarahan di dalam rongga cairan otak
intraventrikel
Akan mengeluarkan Menyebabkan
udara dan perdarahan internal
cairan/sekret GIT yang yang berat
infeksius Darah pada rongga
Sangat mengiritasi peritoneum peritonitis
peritoneumperitoniti Terlihat gejala syok
s akibat perdarahan hebat
Gejala peritonitis dapat
tidak terlalu terlihat

Ruptur organ berongga Ruptur Organ Solid


The type of injury will depend on whether the organ injured is
hollow organs include:
solid or hollow. solid organs
stomach
include:
intestines
liver
gallbladder
spleen
bladder
kidneys
Largest organ in After injury, blood and
abdominal cavity bile leak into peritoneal
Right upper quadrant cavity
Injured from trauma to: Shock
Eighth through twelfth Peritoneal irritation
ribs on right side of Management:
body Resuscitation
Upper central part of Laparotomy and repair
abdomen or resection.
Suspect liver injury when: Avulsion of pedicle is
Steering wheel injury fatal
Lap belt injury
Epigastric trauma
Kehrs sign
Upper left quadrant
Left upper quadrant pain
Rich blood supply radiates to left shoulder
Slightly protected by organs Common complaint with
surrounding it and by lower splenic injury
rib cage
Management :
Most commonly injured
organ from blunt trauma Resuscitation.
Associated intraabdominal Laparotomy (repair, partial
injuries common excision or splenectomy)
Suspect splenic injury in: Observation in hospital for
patients with sub-capsular
Motor vehicle crashes haematoma
Falls or sports injuries
involving was an impact to
the lower left chest, flank,
or upper left abdomen
Shock caused by Lossof circulating
decreased preload due blood volume
to intravascular volume
loss (1/5 of blood (Plasma)
volume)
Results in decreased CO Normal Blood
SVR is typically increased
in an effort to Volume:
compensate - 7% IBW in adults
Causes:
Hemorrhagic trauma, GI
bleed, hemorrhagic
pancreatitis, fractures - 9% IBW in kids
Fluid loss induced
Diarrhea, vomiting, burns
ABCs of trauma (AIRWAY MANAGEMENT GOALS
is always first!) AFTER securing the ABCs:
Control hemorrhage STOP THE BLEEDING!
(splint the limb!!) RESTORE VOLUME!
Obtain IV access and CORRECT ANY
ELECTROLYTE/ACID-BASE
resuscitate with fluids DISTURBANCES!
and blood
2 liters crystalloid for
adults
20 cc/kg crystalloid x 2
for kids
Elevation of lower
extremityincreasing
venous return and
cardiac output
Vitamin A meliputi retinol, retinil ester,
retinal dan asam retinoat. Provitamin A
adalah semua karotenoid yang memiliki
aktivitas biologi -karoten
Sumber vitamin A: hati, minyak ikan,
susu & produk derivat, kuning telur,
margarin, sayuran hijau, buah & sayuran
kuning
Fungsi: penglihatan, diferensiasi sel,
keratinisasi, kornifikasi, metabolisme
tulang, perkembangan plasenta,
pertumbuhan, spermatogenesis,
pembentukan mukus

Kliegman RM. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011


Konjungtiva normalnya memiliki sel goblet.
Hilangnya/ berkurangnya sel goblet secara
drastis bisa ditemukan pada xerosis
konjungtiva.
Gejala defisiensi:
Okular (xeroftalmia): rabun senja, xerosis
konjungtiva & kornea, keratomalasia, bercak Bitot,
hiperkeratosis folikular, fotofobia
Retardasi mental, gangguan pertumbuhan, anemia,
hiperkeratosis folikular di kulit
World Health Organization. Control of vitamin A deficiency and xerophthalmia. WHO; 1982.
Ketika cahaya yang
masuk ke dalam
mata secara paralel
tiudak membentuk
satu titik fokus di
retina.

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of http://www.mastereyeassociates.com/Portals/60407/images//astig


Optometry matism-Cross_Section_of_Astigmatic_Eye.jpg
BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA
COMPOUND ASTIGMATISM

When one of the principal When both principal meridians


meridians is focused on are focused either in front or
behind the retina (with
the retina and the other is accommodation relaxed)
not focused on the retina Terdiri dari
astigmatisme miopikus kompositus
(with accommodation dan astigmatisme hipermetrop
relaxed) kompositus

Terdiri dari MIXED ASTIGMATISM


astigmatisme miopikus simpleks
dan astigmatisme hipermetrop When one of the principal meridians
simpleks is focused in front of the retina and
SIMPLE ASTIGMATISM the other is focused behind the
retina (with accommodation relaxed)

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA

When one of the principal


meridians is focused in
front of the retina and the
other is focused on the
retina (with accommodation
relaxed)
Astigmatisme jenis ini,
titik A berada di depan
retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina.

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA

When one of the principal


meridians is focused behind
the retina and the other is
focused on the retina (with
accommodation relaxed)
Astigmatisme jenis ini,
titik A berada tepat pada
retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina.

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA

When both principal


meridians are focused
in front of the retina
(with accommodation
relaxed)

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA

When both principal


meridians are
focused behind the
retina (with
accommodation
relaxed)

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


BASED ON FOCAL POINTS RELATIVE TO THE
RETINA

When one of the principal


meridians is focused in front
of the retina and the other is
focused behind the retina
(with accommodation
relaxed)

Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry


Gampang untuk menentukan jenis jenis astigmatisme
berdasarkan kedudukannya di retina kalau disoal diberikan
rumus astigmatnya sbb:

1. sferis (-) silinder (-) pasti miop kompositus sesuai dengan


di soal OD -4,00 C-1,00 X 1800 OS -5,00 C-1,00 X 900
2. Sferis (+) silinder (+) pasti hipermetrop kompositus
3. Sferis (tidak ada) silinder (-) pasti miop simpleks
4. Sferis (tidak ada) silinder (+) pasti hipermetrop simpleks

Agak sulit dijawab jika di soal diberikan rumus astigmat sbb:


1. Sferis (-) silinder (+)
2. Sferis (+) silinder (-)
BELUM TENTU astigmatisme mikstus!!
Harus melalui beberapa tahap penjelasan untuk
menemui jawabannya
Pterigium
Pertumbuhan fibrovaskuler
Pertumbuhan
konjungtiva, fibrovaskuler
bersifatkonjungtiva,
degeneratif
bersifat degeneratif dan invasif
dan invasif
Terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas
keTerletak pada celah kelopak bagian
daerah kornea
Mudah
nasalmeradang
ataupun temporal konjungtiva
Etiologi: iritasi kronis karena debu, cahaya
yang meluas
matahari, udara panaske daerah kornea
Keluhan : asimtomatik, mata iritatif, merah,
mungkin

Mudahterjadi meradang
astigmat (akibat kornea
tertarik oleh pertumbuhan pterigium), tajam
penglihatan
Etiologi: menurun
iritasi kronis karena debu,
Tes sonde (+) ujung sonde tidak

cahayapterigium
kelihatan matahari, udara panas
Pengobatan
Keluhan
derajat
:: konservatif;
1-2 yang mata Pada merah,
iritatif,
mengalami
pterigium
inflamasi,
pasien
mungkindapat terjadi
diberikanastigmat
obat tetes mata
kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali
sehari selama 5-7 hari. Pada pterigium
Pengobatan
derajat 3-4 dilakukan : konservatif;
tindakan bedah operasi
bila terjadi gangguan penglihatan
Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus
kornea
Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea
tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea
Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi
tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya
normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm)
Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati
pupil sehingga mengganggu penglihatan
Definisi Gejala Tatalaksana

Blefaritis Infeksi kelopak superfisial Terdapat krusta dan bila Salep antibiotik
superfisial yang diakibatkan menahun disertai (sulfasetamid dan
Staphylococcus dengan meibomianitis sulfisoksazol),
pengeluaran pus

Hordeolum Peradangan supuratif Kelopak bengkak, sakit, Kompres hangat,


kelenjar kelopak mata rasa mengganjal, drainase nanah,
merah, nyeri bila antibiotik topikal
ditekan
Blefaritis Blefaritis diseratai skuama Etiologi: kelainan Membersihkan tepi
skuamosa atau krusta pada pangkal metabolik atau jamur. kelopak dengan
bulu mata yang bila Gejala: panas, gatal, sampo bayi, salep
dikupas tidak terjadi luka sisik halus dan mata, dan topikal
pada kulit, berjalan penebalan margo steroid
bersamaan dengan palpebra disertai
dermatitis sebore madarosis
Meibomianitis Infeksi pada kelenjar Tanda peradangan lokal Kompres hangat,
meibom pada kelenjar tersebut penekanan dan
pengeluaran pus,
antibiotik topikal

Blefaritis Infeksi Staphyllococcus Gangguan pada fungsi Dengan sulfa,


Angularis pada tepi kelopak di sudut pungtum lakrimal, tetrasiklin, sengsulfat
kelopak atau kantus rekuren, dapat
menyumbat duktus
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas lakrimal sehingga
Toxic conjunctivitis/ toxic Typically, patients present
follicular conjunctivitis, is a with a history of using or
syndrome that results when starting an ocular
the palpebral and bulbar medication for an episode
conjunctiva have been of presumed bacterial or
chronically exposed to any viral conjunctivitis only to
number or combinations of find that the ocular
foreign substances. symptoms and signs
continue to increase despite
Presentation of ocular correct usage of the
itching, burning and medicine.
tearing, injection of the
bulbar and palpebral
conjunctivae, chemosis,
along with inferior and or
superior eyelid follicle and
papillae formation, and an
absence of preauricular
lymphadenopathy.
Ambliopia/ "lazy eye" hilangnya kemampuan salah satu
mata untuk melihat detail.
Terjadi ketika jalur saraf dari salah satu mata menuju otak
tidak berkembang semasa kanak-kanak.
Hal ini terjadi karena mata yg rusak mengirimkan gambar
yang kabur/salah ke otak otak mjd bingung akhirnya
otak mengacuhkan gambar dr mata yg rusak itu.
Biasanya muncul sebelum usia 6 tahun
Penyebab :
Strabismus (paling sering)
Katarak kongenital
Kelainan refraksi, terutama jika perbedaanantara kedua mata
terlalu besar
Tatalaksana:
Koreksi penyebab: kacamata, kontak lens
Menutup mata yang lebih baik (part-time or full-time) utk
menstimulasi mata yg ambliopia.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.htm
http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/amblyopia
Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan
sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina (di belakang makula lutea)
Etiologi :
sumbu mata pendek (hipermetropia aksial),
kelengkungan kornea atau lensa kurang
(hipermetropia kurvatur),
indeks bias kurang pada sistem optik mata
(hipermetropia refraktif)
Gejala : penglihatan jauh dan dekat kabur,
sakit kepala, silau, rasa juling atau diplopia

Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
Pengobatan : koreksi dimana tanpa
siklopegia didapatkan ukuran lensa
positif maksimal yang memberikan
tajam penglihatan normal (6/6), hal
ini untuk memberikan istirahat pada
mata.
Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25

Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas


Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur
intrakapsular atau ekstrakapsular:
Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-
sama keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior,
perencanaan implastasi sekunder lensa intraokuler, kemungkinan
akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi
terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien mengalami
ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular
menggunakan getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus
dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil
Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun
Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak
Etiologi :belum diketahui secara pastimultifaktorial:
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut
lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek
radiasi cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at this stage, lens may become swollen
due to continued hydration intumescent cataract), matur, hipermatur
Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan kabur/seperti berkabut/berasap, mata
tenang
Penyulit : Glaukoma, uveitis
Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
Lensa intraokuler salah satu koreksi penglihatan
pasca operasi yang paling sering digunakan.
Tidak perlu melepaskan lensa kontak, mengurangi
serta mencegah distorsi lapang pandang
Indikasi :
Pada katarak monokuler, hemiplegia, memerlukan visus
baik, manula
Kontraindikasi :
Tidak dapat dipasang pada gangguan endotel kornea,
glaukoma tidak terkontrol, rubeosis iridis, uveitis berulang,
retinopati diabetik proliferatif, penderita yang senang lensa
kontak atau kacamata atau menolak dipasang

Vaughn, Oftalmologi Umum


Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14

Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang


berhubungan dengan peningkatan tekanan bola
mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler
yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang
TIO tidak harus selalu tinggi, Tetapi TIO relatif
tinggi untuk individu tersebut.
Jenis Glaukoma :
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya
bilateral dan diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada
penyebabnya) biasanya Unilateral
Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat
kelainan sitem drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka)
atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (sudut
tertutup)
Pemeriksaan :
Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan
pemucatan diskus
Lapang pandang
Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior sudut terbuka atau sudut
tertutup
Pengobatan : menurunkan TIO obat-obatan, terapi bedah atau
laser
http://emedicine.medscape.com/article/1206147

Causes Etiology Clinical


Acute Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache,
Glaucoma vomitting, blurred vision, haloes (+), palpable
increased of IOP(>21 mm Hg), conjunctival injection,
corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive
pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no
history of glaucoma
Open-angle Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos,
(chronic) Headache, IOP steadily increase, Gonioscopy Open
glaucoma anterior chamber angles, Progressive visual field loss
Congenital abnormal eye present at birth, epiphora, photophobia, and
glaucoma development, blepharospasm, buphtalmus (>12 mm)
congenital
infection
Secondary Drugs Sign and symptoms like the primary one. Loss of
glaucoma (corticosteroids) vision
Eye diseases
(uveitis, cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute end stage of all types of glaucoma, no vision,
glaucoma absence of pupillary light reflex and pupillary
response, stony appearance. Severe eye pain. The
64. Pemeriksaan pada
Glaukoma

Pemeriksaan pada glaukoma:


Tonometri menilai TIO secara berkala
Gonioskopi menilai sudut kornea-iris
Oftalmoskopi menilai kerusakan pada
optic nerve glaukomatosa
Pertimetri menilai defek lapang
pandang akibat glaukoma
Pada perdarahan subarakhnoid, darah
mengiritasi meninges dan menyebabkan nyeri
kepala berat tiba tiba serta kaku kuduk.
Gejala pada Perdarahan subarakhnoid meliputi :
Nyeri kepala berat yang muncul tiba tiba
Kaku kuduk muntah, hilangnya kesadaran,
papil edema dan defisit neurologis
66. Trauma Medulla Spinalis
Traumatic spinal cord injury (TSCI) sering mengenai bagian servikal
(terutama C5, C4 dan C6) dan segmen bawah (T12, L1, T10)

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL


1. Immobilisasi
2. Stabilisasi Medis
3. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
5. Rehabilitasi

IMOBILISASI

-Dimulai dari tempat kejadian/kecelakaan sampai ke IGD


1. immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal cervical Collar
2. Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/alas yang
keras. Pasien diangkat/dibawa dengan cara 4 men lift atau menggunakan Robinsons
orthopaedic stretcher.

Hafas Hanafiah Penatalaksanaan Trauma Spinal Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 .No. 2 Juni 2007
STABILISASI MEDIS
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/ tetraplegia.
1. Periksa vital signs
2.Pasang nasogastric tube
3.Pasang kateter urin
4.Segera normalkan vital signs. Pertahankan tekanan darah yang normal dan
perfusi jaringan yang baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu
monitor AGDA (analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock.

Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu


6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.
Bolus 30 mg/kg BB dalam 15 menit, diikuti infus 5.4-mg/kg dalam 23 jam

SPINAL ALIGNMENT

-Fraktur servikal traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells


tong dengan beban 2.5 kg perdiskus.
- Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih
ringan, beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi.
-N. Radialis dapat
mengalami cedera akibat
trauma maupun kompresi
-
-Pada lengan bagian atas
humerus), N. Radialis
berjalan melalui Spiral
groove dan dapat
mengalami cedera pada saat
terjadi fraktur humerus
Nyeri, kesemutan dan
perasaan geli pada daerah
yang dipersarafi oleh nervus
medianus
Nyeri memberat pada malam
hari dan dapat membangunkan
pasien dari tidur.
Nyeri dan parastesi dapat
menjalar ke lengan bawah,
siku hingga bahu
Kekuatan menggenggam
berkurang
Atrofi otot tenar
Untuk mengurangi gejala
biasanya pasien akan
mengguncang guncang kan
tangannya seperti saat
memegang termometer (flick
test)
Perkembangan defisit kognitif multipel yang
dimanifestasikan dengan baik Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2
bukan karena salah satu berikut :
Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan
untuk mempelajari informasi baru dan untuk Kondisi sistem saraf pusat lain yang
mengingat informasi yang telah dipelajari menyebabkan defisit progresif dalam
sebelumnya) daya ingat kognisi misalnya penyakit
serebrovaskuler, penyakit Parkinson,
Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut: penyakit Huntington, hematoma
Afasia (gangguan bahasa) subdural, hidrosefalus tekanan normal,
Apraksia (gangguan kemampuan untuk tumor otak
melakukan aktivitas motorik walaupun Kondisi sistemik yang diketahui
fungsi motorik utuh) menyebabkan demensia
Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau misalnya,hipotiroidisme, defisiensi
mengidentifikasikan benda walaupun vitamin B12 atau asam folat, defisiensi
fungsi sensorik utuh) niasin,hiperkalsemia, neurosifilis,
infeksi HIV
Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu
merencanakan, mengorganisasi, Kondisi yang berhubungan dengan zat.
mengurutkan dan abstrak) Defisit tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan suatu delirium
Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2
masing-masing menyebabkan gangguan yang Gangguan tidak lebih baik diterangkan
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan oleh gangguan aksis lainnya
dan menunjukkan suatu penurunan bermakna (misalnya,gangguan depresif
dari tingkat fungsi sebelumnya. berat,Skizofrenia)
Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang
bertahap dan penurunan kognitif yang terus
menerus
Stadium Demensia

1. Stadium awal
Mudah lupa kejadian yang baru saja terjadi
Gangguan dalam kemampuan aritmatik contoh kesulitan menghitung mundur dari seratus dikurangi tujuh
Kesulitan melakukan perkerjaan kompleks seperti merencanakan makan malam untuk tamu, membayar
tagihan, manajemen keuangan.
Lupa dengan salah satu riwayat dirinya sendiri
Mood berubah dalam situasi sosial

2. Stadium ringan (pasien mulai memerlukan bantuan dalam kegiatan sehari hari)
tidak mampu mengingat alamat rumah atau nomor telepon, atau tidak ingat lulus dari sekolah mana
Lupa atau bingung hari
Tidak mampu menghitung mundur misal dari 40 dikurang 4 atau 20 dikurang 2
harus dibantu dalam memilih pakaian yang sesuai untuk acara tertentu
Masih mampu mengingat detail penting tentang hidup mereka atau keluarganya, tidak membutuhkan bantuan
untuk makan atau ke toilet.
3. Stadium lanjut (gangguan memori makin memburuk, perubahan personaliti, butuh bantuan untuk kegiatan sehari
hari)
tidak mampu mengenali lingkungan sekitar, dapat mengingat wajah orang orang sekitar namun tidak mampu
mengingat nama istri atau orang yg merawatnya
tidak mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain. terdapat perubahan pola tidur (sulit tidur di malam hari
harus dibantu untuk ke toilet atau tidak mampu menahan BAK dan BAB
Menjadi lebih mudah curiga ke orang lain kadang terdapat waham
4. Stadium Akhir
mampu mengucapkan kata atau frase, harus dibantu untuk makan atau ke toilet
Tidak mampu berespon terhadap lingkungannya atau memulai percakapan dengan orang sekitarnya
Tidak mampu tersenyum, duduk tanpa bantuan atau menegakkan kepala
Tidak mampu mengontrol gerakan (kekakuan otot, kemampuan menelan terganggu dan refleks menjadi abnormal)
Kriteria Diagnosis Demensia (DSM IV)
A. Munculnya defisit kognitif multiple yang bermanifestasi pada
kedua keadaan berikut
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari
informasi baru atau untuk mengingat informasi yang baru
saja dipelajari)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut
a. Afasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
motorik walaupun fungsi motorik masih normal)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau
mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik masih
normal)
d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan,
mengorganisir, berpikir runut dan abstrak)
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi
serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari fungsi yang
sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat timbulnya
delirium
72. Penatalaksanaan
Parkinson

Prinsip pengobatan parkinson adalah


meningkatkan aktivitas dopaminergik
di jalur nigrostriatal dengan
memberikan :
Levodopa diubah menjadi
dopamine di substansia nigra
Antagonis dopamine
Menghambat metabolisme
dopamine oleh monoamine
oxydase dan cathecol-O-
methyltransferase
Obat- obatan yang memodifikasi
neurotransmiter di striatum seperti
amantadine dan antikolinergik

Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005


Penonjolan diskus intervertabralis dengan protusi dan
nukleus kedalam kanalis spinalis mengakibatkan
penekanan pada radiks atau cauda equina.
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan
satu atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau
kandung kemih sebagian atau lengkap.
5. nyeri diperberat akibat peningkatan tekanan
cairan intraspinal (membungkuk,
mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga
ketegangan atau spasme otot), akan
berkurang jika tirah baring.
Paresis nervus VII perifer
idiopatik ditemukan
pertama kali oleh Sir
Charles Bell ( 1774-1842)
Etiologi
Inflamasi pada nervus
fascialis di ganglion
geniculatum
menyebabkan kompresi
dan akhirnya terjadi
iskemia dan demyelinisasi
Penyebab inflamasi belum
dapat diidentifikasi,
dicurigai disebabkan oleh
infeksi HSV-1

Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
75. Tension headache
Nyeri Kepala Tension
Nyeri kepala ini sering ditemui dalam praktek sehari
hari
Prevalensi antara 30 78%
dapat dibagi lagi menjadi 4 kelas yaitu :
1. Infrequent episodic tension type headache
2. Frequent episodic tension type headache
3. Chronic tension type headache
4. Probable tension type headache

Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
Kriteria Diagnosis infrequent tension type
headache
Setidaknya 10 kali serangan nyeri kepala yang muncul <1 hari
per bulan dan memenuhi kriteria A - E
A. Berlangsung selama 30 menit C. Memenuhi kedua kriteria
hingga 7 hari
berikut:
B. Setidaknya terdapat dua dari
empat karakteristik a. Tidak terdapat mual
- Lokasi bilateral atau muntah
- Terasa tertekan atau terikat b. Tidak terdapat
- Intensitas ringan sedang fotofobia atau
- Tidak dipengaruhi oleh fonofobia
aktivitas fisik rutin seperti
berjalan atau menaiki
tangga

Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
a neurological disorder that occurs when many nerves
throughout the body malfunction simultaneously.
It may be acute and appear without warning, or chronic and
develop gradually over a longer period of time.
Many polyneuropathies have both motor and sensory
involvement; some also involve dysfunction of the autonomic
nervous system.
These disorders are often symmetric and frequently affect the
feet and hands, causing weakness, loss of sensation, pins-
and-needle sensations or burning pain.
Damage may occur to axon, myelin sheath, cell body,
supporting connective tissue and nutrient blood supply to
nerves. 3 basic pathological process occurs : wallerian
degeneration, segmental demyelination, distal axon
degeneration
Mania
Mood harus meningkat, ekspansif, atau iritabel, dan
abnormal untuk individu yang bersangkutan. Perubahan
mood minimal berlangsung 1 minggu.
Gejala:
1) peningkatan aktivitas,
2) banyak bicara,
3) flight of idea,
4) hilangnya inhibisi dari norma sosial,
5) berkurangnya kebutuhan tidur,
6) harga diri atau ide-ide kebesaran yang berlebihan,
7) distraktibillitas atau perubahan aktivitas atau rencana yang
konstan,
8) perilaku berisiko atau ceroboh tanpa menyadari akibatnya,
9) peningkatan energi seksual.

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Gangguan Afektif Bipolar:
episode berulang minimal 2 kali,
pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek &
penambahan energi dan aktivitas,
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi & aktivitas.
Biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Tipe:
Afektif bipolar, episode kini hipomanik
Afektif bipolar episode kini manik tanpa/dengan gejala
psikotik
Afektif bipolar episode kini depresif ringan atau sedang
Afektif bipolar episode kini depresif berat tanpa/dengan
gejala psikotik
Afektif bipolar episode kini campuran

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik,
waham bersifat mood-congruent (konsisten
dengan depresi/manik)
Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka, & pasien merasa bertanggung jawab.
Manik: waham tentang kekuasaan, uang,
utusan Tuhan.

Diagnosis Gejala Psikotik Gangguan Afektif


Skizofrenia Ada Durasi singkat
Skizoafektif Ada, dengan atau tanpa Hanya ada bila gejala
gangguan afektif psikotik (+)
Gangguan afektif dengan Hanya ada selama Ada, walau tanpa gejala
ciri psikotik gangguan afektif (+) psikotik
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.

Diagnosis Karakteristik
Fetishism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving the use of nonliving objects (e.g., female
undergarments).
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving touching and rubbing against a nonconsenting
person.
Masochism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving the act (real, not simulated) of being
humiliated, beaten, bound, or otherwise made to suffer.
Sadism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving acts (real, not simulated) in which the
psychological or physical suffering (including
humiliation) of the victim is sexually exciting to the
person.
Voyeurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving the act of observing an unsuspecting person
who is naked, in the process of disrobing, or engaging in
sexual activity.
Diagnosis Karakteristik
Pedophilia Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors
involving sexual attraction to prepubescent children
(generally 13 years or younger) and the pedophilia must
at least 16 years or older and at least 5 years older than
the child
Sodomi pria yang suka berhubungan seks melalui dubur
pasangan seks baik pasangan sesame jenis (homo)
maupun dengan perempuan
DSM-IV-TR divides primary sleep Parasomnias: abnormal
disorders into: behaviors during sleep or the
Dyssomnias: disorders of quantity transition between sleep and
or timing of sleep wakefulness.
Insomnia Nightmare
primary insomnias: insomnia is Repeated awakenings from bad dreams
independent of any known physical or When awakened client becomes oriented
mental condition. and alert
Hypersomnia Night terror
sleeping too much, as well as being drowsy at Abrupt awakening from sleep, usually
times when client should be alert beginning with a panicky scream or cry.
Excessive sleepiness Intense fear and signs of autonomic
Narcolepsy arousal
Sleeping at the wrong time Unresponsive to efforts from other to
Sleep intrudes into wakefulness, causing calm client
clients to fall asleep almost instantly No detailed dream recalled
Sleep is brief but refreshing Amnesia for episode
May also have sleep paralysis, sudden loss of Sleep walking/somnabulisme
strength, and hallucinations as fall asleep or Rising from bed during sleep and
awaken. walking about.
Circadian rhythm sleep disturbances Usually occurs early in the night.
On awakening, the person has amnesia
for episode

Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry


Insomnia is difficulty initiating or maintaining
sleep. It is the most common sleep complaint and
may be transient or persistent.
Primary insomnia is commonly treated with
benzodiazepines.

Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry


According to severity: According to form
Mild: almost every night, of presentation:
minimum impairment of
quality of life (QoL) Sleep onset/early
Moderate: every night, insomnia (difficulty
moderate impairment falling asleep)
QoL with symptoms Sleep
(irritability, anxiety, maintenance/middle
fatigue) insomnia (waking
Severe: every night, frequently)
moderate impairment
QoL with more severe End of sleep/late
symptoms of irritability, insomnia (waking
anxiety, fatigue too early)
Ketergantungan zat Penyalahgunaan zat
(1) penyalahgunaan zat (1) penggunaan berulang
(2) tetap menggunakan yang berakibat kesulitan
walaupun terjadi masalah menyelesaikan tugas
akibat menggunakan zat pekerjaan, sekolah, atau
tersebut di rumah
(3) Peningkatan dosis (2) menggunakan zat
(toleransi)hal ini akan pada situasi berbahaya
menyebabkan overdosis (berkendara saat mabuk)
bila tidak direhabilitasi (3) menyebabkan
(4) gejala withdrawal masalah hukum
(4) tetap menggunakan
meski menyebabkan
masalah sosial atau
interpersonal
Skizofrenia hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun)
Kepribadian premorbid pemalu & senang menyendiri
Gambaran khas:
Perilaku tidak bertanggung jawab & tidak dapat diramalkan,
serta mannerisme, kecenderungan menyendiri, hampa
tujuan & hampa perasaan
Afek dangkal & tidak wajar, cekikikan, puas diri, senyum
sendiri, tinggi hati, tertawa menyeringai
Proses pikir mengalami disorganisasi & pembicaraan tak
menentu
Gangguan afektif & dorongan kehendak, serta gangguan
proses pikir umumnya menonjol

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Rusdi Maslim:
CPZ & thioridazine yang sedatif kuat terutama digunakan
untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh
gelisah, hiperaktif, sulit tidur.
Trifluoperazine, flufenazin, & haloperidol yg sedatif lemah
digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan
apatis, menarik diri, afek tumpul, hipoaktif, waham,
halusinasi.
Blocks efferent impulses in parasympathetically
innervated structures like smooth muscles
(spasmolytic activity), salivary glands, and eyes
(mydriasis)
Treat extrapyramidal side effects occurring
during antipsychotic treatment
It reduces the frequency and duration of oculogyric
crises as well as of dyskinetic movements and spastic
contraction
Antidepresan Dosis anjuran/hari
Amitriptiliin 75 150 mg
Imipramin 75 150 mg
Maprotilin 75 150 mg
Sertralin 50 10 mg
Fluoxetin 20 40 mg
Citalopram 20 60 mg
Venlafaxin 75 150 mg
Moclobemid 300 600 mg

Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.


Sexual desire disorders
Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
Sexual Aversion Disorder (SAD)
Persistent or recurrent extreme aversion to, and
avoidance of, all (or almost all) genital sexual contact
with a sexual partner.
Sexual arousal disorders
Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
Persistent or recurrent inability to attain, or to
maintain until completion of the sexual activity, an
adequate lubrication-swelling response of sexual
excitement.
Male Erectile Disorder
Persistent or recurrent inability to attain, or to
maintain until completion of the sexual activity, an
adequate erection.

(APA, 2000)
Orgasmic disorders
Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm)
Premature Ejaculation
Sexual pain disorders
Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated
with sexual intercourse.
Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer
third of the vagina that interferes with penile insertion and
intercourse.
Sexual dysfunction due to general medical condition
Substance-Induced Sexual Dysfunction
With impaired desire/With impaired arousal/With impaired
orgasm/With sexual pain/With onset during intoxication
Sexual Dysfunction Not Otherwise Specified (NOS)
Obat Efek Samping
Duloxetine Termasuk dalam serotonin-norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI). Digunakan untuk gangguan depresi dan
gangguan cemas menyeluruh. Efek sampingNausea,
somnolence, insomnia, and dizziness
Haloperidol Termasuk dalam derivat butyrophenone dan berfungsi
sebagai inverse agonist of dopamine. Digunakan
sebagai antipsikotik. Efek sampinggejala
ekstrapiramidal (Distonia, Kekakuan
otot,Akathisia,Parkinsonism), Hypotension,
Somnolen,Efek Anticholinergic (Constipation,Dry
mouth,Blurred vision)
Asam Digunakan sebagai antikonvulsan. Efek
Valproat sampinggangguan GIT(diarrhoea, nausea, vomiting
and indigestion), gangguan penglihatan, gangguan
hormonal (increased testosterone production in females
and menstrual irregularities),rambut rontok, memory
Obat Efek Samping
Sertraline Digunakan sebagai antidepressant, termasuk dalam
golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Efek sampinggangguan psikiatrik (anxiety, agitation,
insomnia), diarrhea, dan peningkatan berat badan,
gangguan seksual (difficulty becoming aroused, lack of
interest in sex, and anorgasmia (trouble achieving
orgasm) dan Genital anesthesia
Citalopram Digunakan sebagai antidepressant, termasuk dalam
golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Efek sampingGangguan seksual, apatis dan emotional
flattening, drowsiness, insomnia, nausea, perubahan
berat badan.
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada minimal 1 gejala berikut:
Thought echo
Thought insertion or withdrawal
Thought broadcasting
Delusion of control
Delusion of influence
Delusion of passivity
Delusion of perception
Halusinasi auditorik

Atau minimal 2 gejala berikut:


Halusinasi dari panca-indera apa saja
Arus pikiran yang terputus
Perilaku katatonik
Gejala negatif: apatis, bicara jarang, respons emosi menumpul

Gejala-gejala tersebut telah berlangsung minimal 1 bulan.

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Skizofrenia Gangguan isi pikir, waham, halusinasi

Paranoid merasa terancam/dikendalikan


Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri

Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea


Skizotipal perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat
magik, pikiran obsesif berulang

Waham menetap hanya waham > 3 bulan


Psikotik akut gejala psikotik <2 minggu.
Gangguan afektif Gangguan Psikotik hanya ada selama gangguan afektif (+).
dengan ciri Gangguan afektif ada walau tanpa gejala psikotik
psikotik Waham sesuai dengan afeknya. Episode depresif dgn waham
bencana & pasien merasa sebagai penyebab.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Siklotimik terpasuk gangguan mood type of chronic mood
disorder widely considered to be a milder or subthreshold form of
bipolar disorder. Cyclothymia is characterized by numerous mood
disturbances, with periods of hypomanic symptoms alternating with
periods of mild or moderate depression.
Istilah Keterangan
Fetishisme Mengandalkan pada benda mati sebagai rangsangan untuk
membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual.
Biasanya ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu

Voyeurisme Kecenderungan berulang atau menetap untuk melihat orang yang


sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang
menanggalkan pakaian
Masokisme Preferensi terhadap aktivitas seksual yang menimbulkan rasa sakit atau
penghinaan. Pelaku disebut sadism. Jika lebih suka menjadi resipien,
disebut masokism
Nekrofilia Perilaku seksual terhadap mayat
Ekshibisionisme Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat
kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis) atau pada orang banyak di
tempat umum
PEMERIKSAAN PENYAKIT

Gram Infeksi bakteri (ex:


GO)
KOH Infeksi jamur
Giemsa Infeksi Chlamydia
(badan inklusi)
Kultur Infeksi bakteri dan
jamur
Biopsi kulit MH, kanker kulit,
diagnosis patologi
anatomi
90. Ulkus Molle
Ulkus Molle: Penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut,
setempat disebabkan oleh Haemophillus ducreyi. Ulkus:
kecil, lunak, tidak ada indurasi, bergaung, kotor (tertutup
jaringan nekrotik dan granulasi)
PATOGENESIS :
Masa inkubasi : 1-3 hari
Port dentre merah papul pustula pecah ulkus
Ulkus :
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
Bila bersama ulkus durum ulkus mixtum
(ROLLET)
Meluas secara limfogen
Pada katup saluran limfe bubonolus
pecah
Chancre Nisbet
Kelenjar inguinal medial :
Adenitis
Periadenitis
Pertumbuhan serentak
Pada wanita dapat tanpa gejala
Leukorea patologis terjadi karena infeksi vaginal, infeksi
trikomonas vaginalis, infeksi jamur candida albicans,
keganasan reproduksi ataupun adanya benda asing dalam
jalan lahir

Gejala Leukorea
Gatal, berbau, dan berbuih.
Sekret vagina bertambah banyak.
Bergumpal, campur darah
Dispareunia / sakit pada waktu koitus.
Disuria / rasa panas saat kencing.

Penyebab Leukorea
Konstitusional.
Kelainan endokrin
Infeksi
Penyebab lain
Anamnesis: Usia, Jumlah, Masa inkubasi / lama terjadinya, Paparan
PHS, Pemakaian antibiotik, kortikosteroid, Hubungan dengan
menstruasi, ovulasi, kehamilan, Antibiotik vaginal douche, Warna,
Iritasi (infeksi, benda asing, neoplasma), Pruritus (T. Vaginalis /
C. Albicans), Penyakit sistemik, Minum pil kb

Pemeriksaan fisik
Inspeksi kulit perut bawah terutama perineum, anus, Inspeksi
rambut pubis, Inspeksi & palpasi genetalia eksterna
Pemeriksaan spekulum untuk serviks dan vagina
Pemeriksaan bimanual pelvis
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening inguinal dan femoral

Tahapan Pemeriksaan penunjang


Nilai sekresi dingding vagina (warna, konsistensi, bau)
Kertas indikator ph (n: 4 4.5)
Swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan
KOH 10% menyingkirkan diagnosis banding
Kultur (bila perlu) menilai resistensi antibiotik juga
Pewarnaan garam
Serologis gram
Tes IVA/ pap smear
Uretritis GO: infeksi Neisseria Gonorheae,
disuria, disertai duh purulen, pada
pemeriksaan ditemukan gram negatif (merah)
diplococcus.
Candidosis : infeksi candida albicans. Gejala
klinis: gatal pada daerah vulva, eritem, ada
fluor albus (sekret kental keputihan
bergumpal seperti susu)
Bakteri vaginosis: infeksi Gardnerella
vaginalis. Gejala: duh tubuh ringan-sedang
keabuan berbau tidak enak (amis).
Disorder Etiologic agent Characteristic
Gonorrhae N. gonorrhae Asymptomatic, Hip pain, mucopurulent
servix discharge
Non-specific Uretritis C. trachomatis Disuria, dispareunia, yellowish vaginal
discharge, servisitis with folikel

Trichomonas T.vaginalis Smelly vaginal discharge, yellow-green,


foamy, Strawberry cervix, motile

Candida C. albicans A thick, white, curdlike vaginal


discharge
Vaginosis B. Vaginosis Fishy odor, Feeling Icthy and burn on
vaginal, dispareunia, grey discharge,
clue cells
Impetigo Bullosa Impetigo Krustosa
Penyebab Staphylococcus aureus Streptococcus pyogenes
Lesi berupa vesikel/bula dengan diameter 1- Lesinya berupa vesikel dinding tipis di atas
2cm, awalnya mengandung cairan lesi eritematosa
kekuningan yang kemudian berubah menjadi
kuning gelap
Dalam 1-3 hari, bula akan ruptus, Ketika lesi ruptur, akan mengeluarkan
meninggalkan krusta tipis, berwarna cokelat serum, kering, dan membentuk krusta
terang, varnishlike (collaret squama) berwarna seperti madu. Lesi sering
multipel, kadang-kadang terjadi di region
yang sama.
Central healing results in circinate lesion Dapat menyebabkan limfadenopati
regional
Jamur genus Candida albicans, mengenai
daerah lipatan kulit, lipat gluteal, genitokrural
dan interdigital.
Keluhan gatal yang hebat terkadang disertai
rasa panas seperti terbakar
Lesi pada penyakit akut mula2 kecil
kemudian meluas, berupa vesikel/pustul
superfisial berdinding tipis, ukuran 2-4 mm,
makula eritematosa, batas tegas, sering
terjadi maserasi, ditemukan skuama kolaret.
Di sekelilingnya terdapat lesi satelit
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan
mikroskopis langsung dengan larutan KOH
10-20% didapati pseudohifa dan atau banyak
blastopora
Biakan dengan media agar Saboraud glukosa
Tata laksana: lesi madidans dikompres
kalium permanganas 1/10.000-1/5.000
dilanjutkan obat antijamur, krim imidazol,
bila luas dapat diberikan obat sistemik
(flukonazol, itrakonazol)
Keluhan biasanya berupa bercak merah
bersisik mengenai bagian tubuh terutama
daerah ekstensor dan kulit kepala, dapat
gatal. Dapat pula dijumpai keluhan berupa
nyeri sendi, bercak merah disertai dengan
nanah, dan bercak merah bersisik seluruh
tubuh.
Pemeriksaan yang dilakukan: riwayat
koebner, uji tetes lilin, auspitz, pemeriksaan
histopatologi, laboratorium, ASTO (p.gutata),
Ur/Cr
Psoriasis adalah kelainan
autoimun kronik residif
dengan ciri khas bercak
eritem berbatas tegas
dengan skuama kasar,
berlapis dan transparan/
berwarna mika.
Etiologi: Faktor genetik,
Imunologik, stress psikis.
Pengobatan:
Kortikosteroid, preparat
ter. Pengobatan topikal
memberikan hasil yang
cukup baik, diberikan
apabila lesinya terlokalisir.
Pada psoriasis terdapat Fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin
dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi
psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada
psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan
untuk membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit
yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan
Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit
lain, misalnya liken planus, liken nitidus, veruka plana
juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier.
Fenomena Kobnerdidapatkan insiden yang bervariasi
antara 38-76 % pada pasien psoriasis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah
warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat menggunakan pingir gelas alas.
Pada Fenomena Auspitztampak serum atau darah
berbintik-bintik yang disebakan oleh papilomatosis.
Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu
dikerok, bisa dengan pinggir gelas alas. Setelah
skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan
perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak
perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan
yang merata.
Nama lain Liken Simplek kronikus sebuah
peradangan kulit kronis, gatal, sirkusrip.
Ditandai dengan kulit tabal dan likenifikasi.
Etiologi: pruritus yang diakibatkan oleh gagal
ginjal kronis, obstruksisaluran empedu,
limfoma hodgkin, dermatitis atau aspek
psikologi
Gejala klinis: pruritus, plak eritematosa,
likenifikasi dan ekskoriasi.

Buku ajar ilmu penyakit kulit dan


kelamin FKUI edisi kelima
Tata laksana neurodermatitis:
Edukasi bahwa garukan akan memperburuk lesi
Antipruritus: antihistamin dengan efek sedatif
Kortikosteroid topikal atau intalesi
Ter yang mempunyai efek antiinflamasi
PEMBAGIAN KELAINAN KLINIS
Stadium I
Stadium II
Stadium laten : - Dini : bersifat menular
- Lanjut : bersifat tidak menular
Stadium III
Stadium kardiovaskular dan neurosifilis
SIMPTOMATOLOGI
STADIUM DINI (MENULAR)
STADIUM I (S I)
Antara 10 90 hari (2 4 mgg) sth kuman msk
lesi kulit tempat msk kuman
Umumnya lesi hanya 1 AFEK PRIMER : papel yg
kemudian papel erosi / ulkus : ULKUS
DURUM
Umumnya lokasi afek primer genital, jg dpt ekstra
genital
Dpt sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 10 mgg
1 mgg sth afek primer (+) penjalaran infeksi ke
kelenjar gth bening (KGB) regional : regio inguinal
medial KGB membesar, soliter, padat kenyal,
indolen, tidak supuratif, periadenitis (-) & dpr digerak
scr bebas dr jaringan sekitarnya KOMPLEKS
PRIMER
STADIUM II
Umumnya Std II (+) sth 6 8 mgg
S II srg disebut : the Greatest Imitator of all the skin
diseases. Penting tanpa G/ rasa gatal
Kelainan sistemik, didahului G/ prodromal :
- Nyeri otot, sendi, suhu subfebril, sukar menelan
(angina sifilitika), malaise, anoreksi & sefalgia
- Kelainan kulit, selaput lendir, kelenjar & organ
tubuh lain
Kelainan kulit
Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) t u dada, perut,
punggung, lengan, tangan ke seluruh tubuh
Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma sifilitika)
Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
Papula arsiner, sirsiner dan polisiklik
Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
Papula korimbiformis
Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
Papula + folikulitis yang dapat alopesia sifilitika
Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika),
papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika = lues
maligna)

MDL/S/Peb/2006
Kelainan selaput lendir
Mucous patch - banyak mengandung T pallidum,
Bentuk bulat, kemerahan ulkus
Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil dan
genital.
Kelainan kelenjar
Pembesaran kelenjar seluruh tubuh
(limfadenopati generalisata) - sifat = S I
Kelenjar - kelenjar getah bening superfisialis t
u suboksipital, sulkus bisipitalis & inguinal. Pada
aspirasi kelenjar akan ditemukan T. pallidum.
Stadium ini (+) < dari 2 tahun setelah infeksi.
Tanda-tanda klinis (-), bersifat menular.
Penegakkan diagnosis STS yang positif.
Kelainan klinis seperti kelainan stadium II, namun
kelainan bersifat setempat.
Kadang-kadang dapat juga timbul kelainan seperti
stadium I.
STADIUM LATEN LANJUT
Disebut laten lanjut > 2 tahun setelah infeksi.
Kelainan klinis (-) dan hanya dapat diketahui berdasarkan
hasil pemeriksaan STS yang positif.
Lamanya masa laten ini dapat berlangsung bertahun-
tahun, bahkan dapat berlangsung seumur hidup.
Penyakit infeksi kronik akibat infeksi
Mycobacterium leprae
Gejala klinis:

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Makula hipopigmentasi hipestesi
yang berbatas tegas, berjumlah
beberapa lesi. Makula memiliki
tepi yang meninggi dengan
ukuran dari yang kecil hingga
dapat menutupi seluruh badan.
Tepi Eritematosa atau keunguan Nodul atau papul sewarna
dengan hipopigmentasi pada bag. dengan kulit atau sedikit
tengah. Berbatas tegas dan eritematosa.
meninggi, seringkali annular dan Lesi membesar; Lesi baru
membesar pada ba.tepi, dengan muncul dan berkonfluens.
daerah sentral menjadi atropi Later: symmetrically distributed
atau terdepresi. nodules, raised plaques, diffuse
Lesi lanjut anestetik, tidak dermal infiltrate, which on face
adanya adneksa kulit (sweat results in loss of hair (lateral
glands, hair follicles). test eyebrows and eyelashes) and
pinprick, temperature, vibration leonine facies (lion's face).
Dapat mengenai berbagai daerah Bilaterally symmetric involving
termasuk muka. earlobes, face, arms, and
buttocks, or less frequently the
May be a thickened nerve on the trunk and lower extremities.
edge of the lesion; large More extensive nerve
peripheral nerve enlargement involvement
frequent (ulnar).

Tuberculoid Lepromatous

Wolff K. Fitzpatricks color atlas & synopsis of clinical dermatology, 5th ed. McGraw-Hill; 2007.
Episode akut dari penyakit kusta dengan gejala konstitusi, aktivasi dan
atau timbul efloresensi baru di kulit
Umumnya pada lepra tipe Terjadi pada tipe BL atau LL
BT, BB dan BL. Imunitas humoral lebih
Imunitas selular lebih berperan
berperan Gejala konstitusional
Gejala konstitusi lebih berupa demam, menggigil,

ringan dibandingkan ENL mual, nyeri sendi, sakit
pada saraf dan otot.
Lesi lepra menjadi lebih Timbul eritema, nodus
banyak dan aktif secara pecah menjadi ulkus
mendadak Predileksi di lengan,
Tidak terdapat nodus dan tungkai dan dinding perut
terkadang ada jejak neuritis Terapi :
Terapi : Prednison 20 40 mg/hari
Neuritis : kortikosteroid dalam 4 dosis
prednison 30 60 mg/hari Klofazimin 300 mg/hari
Teruskan obat kusta, Obat kusta tetap diteruskan
ditambahkan analgetik dan
antipiretik bila perlu

Eritema Nodosum
Reaksi Reversal
Leprosum
Reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-
macam sebab.
Edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan
Etiologi: obat, makanan, gigitan serangga,
inhalan

Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI


edisi kelima
Patogenesis urtikaria:
Faktor fisik (panas. Dingin), inhalan, makanan) sel
mast/basofil histamin, serotonin vasodilatasi
dan permeabilitas meningkat urtikaria.
Pengobatan urtikaria:
Hindari penyebab
Antihistamin (chlortrimethon, cimetidine)
Kortikosteroidurtikaria akut
Desensitisasi (pada urtikaria dingin, melakukan
sensitisasi air pada suhu 10C, 2xsehari selama 2-
3minggu)
Penyakit yang disebabkan virus varicella zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, merupakan reaktivasi setelah infeksi primer
(varicella)
Predileksi: daerah torakal, unilateral, bersifat dermatomal
Gejala:
Gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malaise) & lokal (myalgia,
gatal, pegal)
Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritematosa & edema, kemudian menjadi pustul dan krusta
Pembesaran KGB regional
Herpes zoster oftalmikus: infeksi n.V-1
Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis & otikus
Komplikasi: neuralgia pascaherpetik: nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah sembuh
Pengobatan: acyclovir (pada herpes zoster oftalmikus dan pasien
dengan defisiensi imun)

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Mengambil jaringan dasar ulkus untuk
melihat adanya sel tzank
Sel Tzanck Sel datia berinti banyak
Dapat ditemukan:
Herpes simpleks
Varisella
Herpes zooster
Pemphigus vulgaris
CMV

http://en.wikipedia.org/wiki/Tzanck_test
Stadium dini (menular)
Stadium I (sifilis primer):
papul lentikular ulkus
dinding tidak bergaung,
indolen, teraba indurasi,
tidak ada radang akut
(ulkus durum)
Lokasi : glans, korpus Chancre of Primary Syphilis on Labium
penis, labia mayor, labia
minor, klitoris, perineum
Seminggu setelah afek
primer terdapat
pembesaran KGB inguinal

Chancre of Primary Syphilis on Penis


Stadium II (sifilis sekunder):
6-8 minggu sejak S I,
Lesi beragam (the great imitator)
kondilomalata, bentuk varisela, plak
mukosa, alopesia dan roseola
Kelainan biasanya tidak gatal, sering
disertai limfadenitis generalisata
Kondilomalata papul atau plak
ditutupi krusta coklat dan basah
Sifilis laten dini: tidak ada gejala klinis, Condyloma Lata in Secondary Syphilis

tetapi infeksi masih aktif. Tes serologi


darah (VDRL, TPHA) positif
Stadium rekuren: relaps dapat terjadi
berupa kelainan kulit mirip sifilis
sekunder

Mucocutaneous Lesions of
Secondary Syphilis
Penyakit jamur superficial yang kronik
Etiologi: Malassezia furfur
Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat
kehitaman pada badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas.

Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI


edisi kelima
Diagnosis:
Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%: hifa
pendek dan spora bulat berkelompok.

PENTING dibedakan.
Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
Pengobatan leprae:
DDS, Rifampisin, klofazimin.
Yang tidak kalah penting adalah pencegahan
cacat. Pasien kusta meiliki risiko yang lebih
tinggi utk menderita kecacatan karena
gangguan sensorik dan kelemahan otot.
Edukasi cara penggunaan sepatu, sarung
tangan, memeriksa jika ada luka dan
perawatan kulit.
Reaksi peradangan kulit nonimunologik (tanpa
didahului proses desensitisasi)
Dapat diderita semua orang
Penyebab: bahan iritan
Gejala: beragam tergantung sifat iritan
Akut: kulit terasa oedih, panas, terbakar, eritema edema,
bula
Kronik: kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis,
likenifikasi
Jenis:
Kategori mayor: DKI akut, DKI kumulatif (kronis)
Kategori lain: DKI lambat akut, reaksi iritasi, DKI traumatik,
DKI eritematosa, DKI subyektif
Pengobatan: menghindari pajanan, KS

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Schistosomiasis
merupakan penyakit
yang disebabkan oleh
trematoda darah yaitu
Schistosoma
haematobium, S.
Japonicum, S. Mansoni
Bentuk infektif
merupakan serkaria
Penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat
disebabkan oleh hemophillus ducreyi
Gejala klinis: masa inkubasi 7-14 hari, ulkus multipel,
papul yang pecah menjadi ulkus. Ulkus: kecil, lunak,
tidak ada indurasi, bergaung, kotor (tertutup jaringan
nekrotik dan granulasi)
Pengobatan: Sulfonamid (sulfatiazol, sulfadiazin,
kotrimoksazol), streptomisin
Jika kita membicarakan tentang ulkus pada alat
kelamin, harus dibedakan antara ulkus molle dan ulkus
durum. Jika ulkus molle multipel dan kotor,
karakteristik dari ulkus durum adalah: ulkus akibat
infeksi Treponema pallidum (sifilis), tidak nyeri, ulkus
bersih, tidak ada eksudat dan berindurasi.

Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin


FKUI edisi kelima
Dermatitis eritroskuamosa yang penyebabnya
belum diketahui. Diduga akibat infeksi virus
(self-limiting disease)
Bentuk klinis:
Ptiriasis:skuama halus, dimulai dengan lesi inisial
berbentuk eritema berskuama halus ( herald patch) di
badan
4-10 harikemudian disusul dengan lesi yang lebih kecil
di badan searah dengan costae/ tersusun sesuai lipatan
kulit (inverted christmas tree appearance)

Pengobatan: simtomatik, bedak asam salisilat yg


dibubuhi memtol 1%
2 tahun 3 bulan rambut kering dan rapuh
serta terdapat edem anasarka.
Lab Hb 6,0 gr/dl, protein total 4,4 ();
albumin 2,0 () anak tersebut mengalami
def. protein
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Protein

Serum Albumin

Tekanan osmotik koloid serum

Edema
Pada umumnya anak yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala yang khas
over/underdiagnosed
Batuk BUKAN merupakan gejala utama TB
pada anak
Pertimbangkan tuberkulosis pada anak jika
:
BB berkurang dalam 2 bulan berturut-turut tanpa
sebab yang jelas atau gagal tumbuh
Demam sampai 2 minggu tanpa sebab yang jelas
Batuk kronik 3 minggu
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
Cut-of f
point: 6
Adanya
skrofuloderma
langsung
didiagnosis TB
Rontgen bukan
alat diagnosis
utama
Reaksi cepat
BCG harus
dilakukan
skoring
to prevent TB infection in TB Class 1
person
exposure (+), infection (-) tuberculin
negative
drug: INH 5 - 10 mg/kgBW/day
as long as contact take place, the source
should be treated
at least for 3 months
repeat TST:
negative: success, stop INH
positive: fail, become TB Class 2 continue as
2nd proph

23
9
to prevent TB disease in TB Class 2 person
(exposure (+), infection (+), disease (-)
and person with tuberculin conversion
certain high risk population
under five, puberty
long term use of steroid
malignancy
certain infection: morbili, pertussis
drug: INH 5 - 10 mg/kgBW/day
during the higher risk of TB disease
development: 6-12 month

24
0
Many symptoms of hyponatremia
are associated with the hypotonic
hydration.

The most common symptoms:


Headache
Nausea
Disorientation
Tiredness
Muscle cramps

Biasanya memakai larutan NaCl 3% (mengandung natrium 513 mEq/L)

Johnson JY. Fluids and Electrolytes demystified. 2008


Natrium concentration is influenced by the balance
of natrium & water in the body.

Harrisons principles of internal medicine. 18th ed.


Jika di soal adalah anak
laki-laki

X
Jika di soal adalah anak
perempuan

X
Hipotiroid kongenital (kretinisme) ditandai
produksi hormon tiroid yang inadekuat pada
neonatus
Penyebab:
Defek anatomis kelenjar tiroid atau jalur metabolisme
hormon tiroid
Inborn error of metabolism
Merupakan salah satu penyebab retardasi mental
yang dapat dicegah. Bila terdeteksi setelah usia 3
bulan, akan terjadi penurunan IQ bermakna.
Tata laksana tergantung penyebab. Sebaiknya
diagnosis etiologi ditegakkan sebelum usia 2
minggu dan normalisasi hormon tiroid
(levotiroksin)sebelum usia 3 minggu.

Postellon DC. Congenital hypothyroidism. http://emedicine.medscape.com/article/919758-overview


http://php.med.unsw.edu.au/embryology
/index.php?title=File:Congenital_hypothyr
oidism.jpg

Causes:
Deficient production of thyroid
hormone
Disgenesis congenital
Hypothyroidism
Iodine deficiencyendemic goiter
Defect in thyroid hormonal
receptor activity
Most affected infants have few or no
symptoms, because their thyroid
hormone level is only slightly low.
However, infants with severe
hypothyroidism often have a unique
appearance, including:
Dull look
Puffy face
Thick tongue that sticks out
This appearance usually develops as the
disease gets worse. The child may also
have:
Choking episodes
Constipation
Dry, brittle hair
Jaundice
Lack of muscle tone (floppy infant)
Low hairline
Poor feeding
Short height (failure to thrive)
Sleepiness
Sluggishness

Neeonatal hypothyroidism. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002174/


The most common route by which microorganisms
enter a joint is by hematogenous spread to the
synovium.
Less commonly, entry occurs directly following a
penetrating trauma or contiguously from an adjacent
osteomyelitis.
Because of their unique anatomy, neonates and
young children often have coexisting septic arthritis
and osteomyelitis.
Infectious agents
In neonates (aged < 2 mo), Staphylococcus aureus is the
most common cause of septic arthritis (SA),
In children aged 2 months to 5 years, Haemophilus
influenzae type B was the most common cause of SA prior
to the widespread use of vaccines; S aureus is now the most
common cause.
Joint pain or swelling
Children typically have involvement of a single joint;
lower extremity joints, especially the knee and hip,
account for most cases.
Decreased or absent range of motion, joint
tenderness, swelling, warmth, and erythema are
common physical signs
Diagnosis of septic arthritis (SA) is established by
a combination of clinical findings and results of
synovial fluid analysis.
When septic arthritis (SA) is suspected, synovial
fluid should be obtained for a complete blood
count (CBC), glucose, Gram stain, and culture.
Synovial culture has poor sensitivity (60-70%),
A synovial fluid WBC count of more than
50,000/mL suggests SA, especially if the count
exceeds 100,000/mL or if a predominance of
polymorphonuclear cells is observed.
Recommendation(s)
Phenobarbital should be used as the first-
line agent for treatment of neonatal
seizures
Commonly used first-line AEDs for treatment of NS are
phenobarbital and phenytoin.
Phenobarbital is also cheaper and more easily available than
phenytoin.
Only about 55% of newborns respond to either of the two
medications.
Phenobarbital is easier to administer with a one daily dose being
sufficient following attainment of therapeutic levels.
Phenytoin has more severe adverse effects than phenobarbital
including cardiac side effects and extravasation (although these
have been mitigated by the introduction of fosphenytoin).
The therapeutic range of phenytoin is very narrow
Electrolyte transport diarrhea
The intestine is able
to
Secret Fluids & electrolytes
Absorb
Secretion originates in the crypts
Absorption is mainly a villous function

Intracellular cyclic-AMP & -GMP


are a corner stone in initiating Intestinal secretion
Neurotransmitters
Hormones
Bacterial Enterotoxins
Cathartics

Stimulate receptors on the enterochromaffin cells


stimulate

Cyclic AMP Cyclic GMP


Ca ions
stimulate

Cl-, H2O and CHO3


Secretion by the enterocytes
Infection (inflammation) at bronchioli
Bisa disebabkan oleh beberapa jenis virus, yang paling
sering adalah respiratory syncytial virus (RSV)
Predominantly < 2 years of age (2-6 months)
Mild disease
Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2, IVFD
Etiological Treatment
Anti viral therapy (rare)
Antibiotic (if etiology bacteria)
Symptomatic Therapy
Bronchodilator: controversial
Corticosteroid: controversial (not effective)
Demam akut 2-7 hari Infeksi dengue yang
ditambah 1 atau lebih
dengan 2 atau lebih gejala:
gejala berikut: Uji bendung positif
Nyeri kepala Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa
Nyeri retroorbita Hematemesis/melena
Myalgia/arthralgia Trombositopenia
Ruam (<100.000)
Adanya kebocoran plasma
Manifestasi perdarahan (kenaikan >20% Ht normal;
Leukopenia adanya bukti kebocoran
seperti efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)

Demam dengue DBD


Atelectasis is defined as diminished volume
affecting all or part of a lung
2 types:
Obstructive:
the most common type and results from reabsorption of gas
from the alveoli when communication between the alveoli
and the trachea is obstructed at the level of the larger or
smaller bronchus.
Causes of obstructive atelectasis include foreign body,
tumor, and mucous plugging.
Nonobstructive
caused by loss of contact between the parietal and visceral
pleurae, compression, loss of surfactant, and replacement of
parenchymal tissue by scarring or infiltrative disease.
Chest radiographs and CT scans may
demonstrate direct and indirect signs of lobar
collapse.
Direct signs include displacement of fissures and
opacification of the collapsed lobe.
Indirect signs include
displacement of the hilum,
mediastinal shift toward the side of collapse,
loss of volume on ipsilateral hemithorax,
elevation of ipsilateral diaphragm,
crowding of the ribs,
compensatory hyperlucency of the remaining lobes,
silhouetting of the diaphragm or the heart border.
Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress Syndrome).
Nelson Textbook of Pediatrics

Etiology:
Surfactant deficiency
(decreased production
and secretion)
Surfactant
Necessary for the lung
alveoli to overcome
surface tension and
remain open
The major constituents
dipalmitoyl
phosphatidylcholine
(lecithin)
Phosphatidylglycerol
apoproteins (surfactant
proteins SP-A, -B, -C, -D)
cholesterol
Produce by type II
alveolar cells
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/010/10291-0550x0475.jpg
Penyebab : toksin Corynebacterium diphteriae
Organisme:
Basil batang gram positif
Pembesaran ireguler pada salah satu ujung (club shaped)
Setelah pembelahan sel, membentuk formasi seperti huruf
cina atau palisade
Gejala:
Gejala awal nyeri tenggorok
Bull-neck (bengkak pada leher)
Pseudomembran purulen berwarna putih keabuan di
faring, tonsil, uvula, palatum. Pseudomembran sulit
dilepaskan. Jaringan sekitarnya edema.
Edema dapat menyebabkan stridor dan penyumbatan
sal.napas

Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html


Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
Pemeriksaan : Gram, Kultur
Obat:
Antitoksin: 40.000 Unit ADS IM/IV, skin test
Anbiotik: Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM per
hari selama 7 hari atau eritromisin 25-50 kgBB
dibagi 3 dosis selama 14 hari
Hindari oksigen kecuali jika terjadi obstruksi
saluran repirasi (Pemberian oksigen dengan nasal
prongs dapat memebuat anak tidak nyaman dan
mencetuskan obstruksi)
Indikasi trakeostomi/intubasi : Terdapat tanda
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang
berat
Komplikasi : Miokarditis dan Paralisis otot 2-
7 minggu setelah awitan penyakit

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO.


128. Infeksi TORCH
Temuan klinis
Rubella IUGR, kelainan kardiovaskular (biasanya PDA/
pulmonary artery stenosis), katarak, tuli. retinopati,
mikroftalmia, hearing loss, mental retardation, speech
defect, trombositopenia,
Varicella IUGR, kelainan kulit sesuai distribusi dermatomal:
sikatriks kulit, kulit tampak merah, berindurasi, dan
meradang, kelainan tulang:hipoplasia ekstrimitas dan
jari tangan kaki, kelainan mata, dan kelainan
neurologis
Toxoplasma IUGR, chorioretinitis, Cerebral calcification,
hydrocephalus,
Abnormal cerebrospinal fluid (xanthochromia and
pleocytosis), Jaundice, Hepatosplenomegaly,
Neurologic signs are severe and always present.
(Microcephaly or macrocephaly, Bulging fontanelle,
Nystagmus
Abnormal muscle tone, Seizures, Delay of
development)
Penularan HIV/AIDS pada bayi / neonatus dari
ibu yang menderita HIV bisa terjadi melalui
Transplansental (perinatal/ vertical transmission)
Selama proses kelahiran pervaginam
Menyusui
An HIV-positive mother who is not being treated
for her HIV during pregnancy, labor, or delivery
has a 25% chance of passing the virus to her
baby.
HIV-positive mother who receives antiretroviral
drugs during pregnancy, labor, and delivery; has
her baby by Caesarian section; and avoids
breastfeeding, the chance of passing the
infection to her baby falls to less than 2%.
Skor APGAR dievaluasi menit ke-1 dan menit ke-5
Tanda 0 1 2
A Activity (tonus otot) Tidak ada tangan dan kaki aktif
fleksi sedikit
P Pulse Tidak ada < 100x/menit > 100 x/menit
G Grimace (reflex Tidak ada Menyeringai Reaksi melawan,
irritability) respon lemah, gerakan batuk, bersin
sedikit
A Appearance (warna Sianosis Kebiruan pada Kemerahan di
kulit) seluruh ekstremitas seluruh tubuh
tubuh
R Respiration (napas) Tidak ada Lambat dan Baik, menangis
ireguler kuat
Glomerulonefritis akut ditandai dengan edema, hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (sindrom nefritik) di
mana terjadi inflamasi pada glomerulus
Acute poststreptococcal glomerulonephritis is the archetype of
acute GN
GNA pasca streptokokus terjadi setelah infeksi GABHS
nefritogenik deposit kompleks imun di glomerulus
Diagnosis
Anamnesis: Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1-2 minggu sebelumnya,
hematuri nyata, kejang atau penurunan kesadaran, oliguri/anuri
PF: Edema di kedua kelopak mata dan tungkai, hipertensi, lesi bekas
infeksi, gejala hipervolemia seperti gagal jantung atau edema paru
Penunjang: Fungsi ginjal, komplemen C3, urinalisis, ASTO
Terapi: Antibiotik (penisilin, eritromisin), antihipertensi, diuretik

Geetha D. Poststreptococcal glomerulonephritis.


http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview
The major goal is to control edema and blood pressure
During the acute phase of the disease, restrict salt and water. If
significant edema or hypertension develops, administer diuretics.
Loop diuretics (Furosemide 1 mg/kg/kali, 2-3 kali per hari)
For hypertension not controlled by diuretics, usually calcium channel blockers or
angiotensin-converting enzyme inhibitors are useful
Restricting physical activity is appropriate in the first few days of the
illness but is unnecessary once the patient feels well
Specific therapy:
Treat patients, family members, and any close personal contacts who are infected.
Throat cultures should be performed on all these individuals. Treat with oral penicillin
G (250 mg qid for 7-10 d) or with erythromycin (250 mg qid for 7-10 d) for patients
allergic to penicillin
This helps prevent nephritis in carriers and helps prevent the spread of nephritogenic
strains to others
Indications for dialysis include life-threatening hyperkalemia and
clinical manifestations of uremia
Vaksin wP (whole-cell pertussis keseluruhan
bakteri pertussis yang telah mati.
Sejak 1962 dimulai usaha untuk membuat vaksin
pertusis dengan menggunakan fraksi sel
(aselular) yang bila dibandingkan dengan whole-
cell ternyata memberikan reaksi lokal dan
demam yang lebih ringan, diduga akibat
dikeluarkannya komponen endotoksin dan
debris.
Umumnya vaksin pertusis diberikan dengan
kombinasi bersama toksoid difteria dan tetanus
(DTP).
Campuran DTP ini diadsorbsikan ke dalam garam
alumunium.
Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai
kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin
pertusis baik whole-cell maupun aselular, yaitu
Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya
Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis
sebelumnya
Perhatian khusus (precaution): riwayat
hiperpireksia pada pemberian pertama, keadaan
hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam, anak
menangis terus menerus selama 3 jam dan
riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi
DTP.
Banyak disebabkan oleh bakteri usus: E. coli (75-
90%), Klebsiella, Proteus. Biasanya terjadi secara
ascending.
Gejala dan tanda klinis, tergantung pada usia
pasien:
Neonatus: Suhu tidak stabil, irritable, muntah dan diare,
napas tidak teratur, ikterus, urin berbau menyengat, gejala
sepsis
Bayi dan anak kecil: Demam, rewel, nafsu makan
berkurang, gangguan pertumbuhan, diare dan muntah,
kelainan genitalia, urin berbau menyengat
Anak besar: Demam, nyeri pinggang atau perut bagian
bawah, mengedan waktu berkemih, disuria, enuresis,
kelainan genitalia, urin berbau menyengat

Fisher DJ. Pediatric urinary tract infection. http://emedicine.medscape.com/article/969643-overview


American Academic of Pediatrics. Urinary tract infection: clinical practice guideline for the diagnosis and
management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Pediatrics 2011; 128(3).
ALL-L1: Small cells with homogeneous nuclear chromatin,
a regular nuclear shape, small or no nucleoli, scanty
cytoplasm, and mild to moderate basophilia
ALL-L2: Large, heterogeneous cells with variable nuclear
chromatin, an irregular nuclear shape, 1 or more nucleoli,
a variable amount of cytoplasm, and variable basophilia
ALL-L3: Large, homogeneous cells with fine, stippled
chromatin; regular nuclei; prominent nucleoli; and
abundant, deeply basophilic cytoplasm. The most
distinguishing feature is prominent cytoplasmic
vacuolation
Sediaan epinefrin:
0.1 mg/mL (1:10.000)
1 mg/mL (1:1.000)
Dosis epinefrine u/ syok anafilaktik: 0,01
mg/kgBB
Usia 5 th BB kurang lebih 18 kg 18x0,01
mg = 0.18 mg
http://www.resus.org.uk/pages/anapost1.pdf
Intramuscular (IM) administration
Epinephrine 1:1000 (aqueous): IM (anterolateral thigh), 0.01
mL/kg per dose, up to 0.5 mL, repeated every 515 min, up to
3 doses.b

Intravenous (IV) administration


An initial bolus of IV epinephrine is given to patients not responding
to IM epinephrine using a dilution of 1:10 000 rather than a dilution
of 1:1000. This dilution can be made using 1 mL of the 1:1000
dilution in 9 mL of physiologic saline solution. The dose is 0.01 mg/kg
or 0.1 mL/kg of the 1:10 000 dilution. A continuous infusion should
be started if repeated doses are required. One milligram (1 mL) of
1:1000 dilution of epinephrine added to 250 mL of 5% dextrose in
water, resulting in a concentration of 4 g/mL, is infused initially at a
rate of 0.1 g/kg per minute and increased gradually to 1.5 g/kg
per minute to maintain blood pressure.
a In addition to epinephrine, maintenance of the airway and administration of oxygen are critical.

bIf agent causing anaphylactic reaction was given by injection, epinephrine can be injected into the same
site to slow absorption.
137. GENETIC DISORDER
Patau Mental retardation, heart defects, CNS abnormalities, microphthalmia, polydachtyly, a
Syndrome cleft lip with or without a cleft palate, coloboma iris, and hypotonia, Clenched hands
Trisomi 13 (with outer fingers on top of the inner fingers), Close-set eyes, Low-set ears, Single
noninherited palmar crease, microcephaly, Small lower jaw (micrognathia), cryptorchidism, Hernia

Many infants with trisomy 13 die within their first days or weeks of life.

Sindrom cryptorchidism, hypospadias, or micropenis, small testes, delayed or incomplete


Klinefelter puberty, gynecomastia, reduced facial and body hair, and an inability to have biological
47,XXY children (infertility).
noninherited Older children and adults tend to be taller. Increased risk of developing breast cancer
and SLE.
May have learning disabilities and delayed speech; tend to be quiet, sensitive, and
unassertive.

Sindrom Clenched hands, Crossed legs, abnormally shaped head; micrognathia, Feet with a
Edward rounded bottom (rocker-bottom feet), Low birth weight & IUGR, Low-set ears, Mental
Trisomi 18 delay, microcephaly, Undescended testicle, coloboma iris, Umbilical hernia or inguinal
Noninherited hernia, congenital heart disease (ASD, PDA, VSD), kidney problems (i.e: Horseshoe
kidney, Hydronephrosis, Polycystic kidney), severe intellectual disability

It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 die
before birth or within their first month.
Sindrom Down mikrosefal; hypotonus, Excess skin at the nape of the neck, Flattened nose, Separated
Trisomi 21 sutures, Single palm crease, Small ears, small mouth, Upward slanting eyes, Wide, short
noninherited hands with short fingers, White spots on the colored part of the eye (Brushfield spots),
heart defects (ASD, VSD)

Physical development is often slower than normal (Most never reach their average adult
height), delayed mental and social development (Impulsive behavior, Poor judgment, Short
attention span, Slow learning)

Sindrom turner The most common feature is short stature, which becomes evident by about age 5.
45 + XO Ovarian hypofunction. Many affected girls do not undergo puberty and infertile.
noninherited About 30 % have webbed neck, a low hairline at the back of the neck, limfedema
ekstrimitas, skeletal abnormalities, or kidney problem, 1/3 have heart defect, such as
coarctation of the aorta.

Most of them have normal intelligence. Developmental delays, nonverbal learning


disabilities, and behavioral problems are possible
Marfan Mutasi pada fibrillin (protein pada jaringan ikat tubuh).
syndrome A tall, thin build, Long arms, legs, fingers, and toes and flexible joints, skoliosis, pektus
3 dari 4 kasus karinatum/ ekskavatum, Teeth that are too crowded, Flat feet.
bersifat
diturunkan
Jacob Syndrome No unusual physical features, increased risk of learning disabilities and delayed
47, XYY development of speech and language skills. Delayed development of motor
skills, weak muscle tone (hypotonia), hand tremors or other involuntary
movements (motor tics), and behavioral and emotional difficulties
Kelainan Gejala
Sindrom aspirasi Biasanya pada bayi matur, pertumbuhan janin terhambat,
mekonium terdapat staining mekonium di cairan amnion dan kulit, kuku,
atau tali pusar. Pada radiologi tampak air trapping dan
hiperinflasi paru, patchy opacity, terkadang atelektasis.
Respiratory distress Pada bayi prematur, pada bayi dengan ibu DM atau kelahiran
syndrome (penyakit SC, gejala muncul progresif segera setelah lahir. Pada radiologi
membran hyalin) tampak gambaran diffuse ground-glass or finely granular
appearance, air bronkogram, ekspansi paru jelek.
Transient tachypnea of Biasanya pada bayi matur dengan riwayat SC. Gejala muncul
newboorn setelah lahir, kemudian membaik dalam 72 jam pasca lahir.
Pada radiologi tampak peningkatan corakan perihilar,
hiperinflasi, lapangan paru perifer bersih.
Pneumonia neonatal Terdapat risiko pneumonia (KPD, demam pada ibu, cairan
amnion berbau, dsb). Gejala meliputi gejala distress dan gejala
sepsis. Gambaran radiologis : Diffuse, relatively homogeneous
infiltrates
Asfiksia perinatal (hypoxic Asidemia pada arteri umbilikal, Apgar score sangat rendah,
ischemic encephalopathy) terdapat kelainan neurologis, keterlibatan multiorgan
Kanker tertinggi nomor 1 pada wanita di Indonesia
Angka Kejadian : 15.050 orang (2007)
7.566 orang meninggal setiap tahun
Penyebab : Human Pappiloma Virus (HPV)
Penularan : Kontak seksual
Pencegahan : Vaksinasi, Kondom
Skrining IVA dan Pap Smear
Diagnosis biopsi jaringan serviks
IVA Pap Smear
Biaya Murah Biaya mahal
Kurang sensitif dan spesifik lebih sensitif dan spesifik
Hasil cepat keluar Hasil lama keluar
Mudah dilakukan Lebih sulit dilakukan
Perdarahan pasca persalinan perdarahan
yang terjadi sesudah sesaat proses persalinan
berlangsung dengan volume perdarahan >
500 ml.
1. Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post
Partum haemorrhage) terjadi dalam 24 jam
pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, robekan jalan lahir.
2. Perdarahan masa nifas (Late PPH terjadi setelah
24 jam pertama, sering diakibatkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada lain kemungkinan
Uterus tidak berkontraksi dan lembek Syok Atonia uteri
Tidak ada penonjolan uterus supra simfisis
Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan dini)
Perdarahan segera setelah bayi lahir Pucat Robekan jalan
Darah segar Lemah lahir/Laserasi jalan
Uterus kontraksi baik Menggigil lahir
Plasenta lengkap Presyok
Teraba diskontinuitas portio atau dinding vagina
Kelelahan dan dehidrasi Hilang gerak dan DJJ Ruptur Uteri
Konstriksi bandl Syok/takikardi
Nyeri perut bawah hebat Bagian janin mudah teraba
Gejala tidak khas pada bekas SC Bentuk uterus abnormal
Sub-involusi uterus Anemia Sisa fragmen
Nyeri tekan perut bawah Demam (bila terinfeksi) plasenta
Perdarahan post partum lanjut
Perdarahan merah segar Perdarahan gusi Gangguan
Uji pembekuan darah tidak menunjukan Memar di bawah kulit pembekuan darah
adanya bekuan darah setelah 7 menit
Perdarahan di tempat
Rendahnya faktor pembekuan darah
infus/suntikan
Faktor resiko atonia uteri adalah:
Uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan.
Kala I atau II yang memanjang.
Persalinan cepat (partus presipitatus).
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan
oksitosin (augmentasi).
Infeksi intrapartum.
Multiparitas tinggi.
Manajemen kala III tidak adekuat
Masase fundus uteri
Segera sesudah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

ya
Uterus kontraksi? Evaluasi rutin
tidak
Evaluasi / bersihkan bekuan darah /sel.ketuban
KBI maksimal 5 menit

Uterus kontraksi? Pertahankan KBI 1 2 mnt


ya
tidak Keluarkan tangan secara hati2
Lakukan pengawasan kala IV
Ajarkan keluarga KBE
Keluarkan tangan secara hati2
Suntik ergometrin 0,2 im
Pasang infus + 20 IU oksitosin, tetes cepat
Lakukan KBI lagi
Retensio plasenta adalah tertinggalnya
plasenta yang masih terimplantasi
Jenis pelepasan yang terjadi
Duncan darah mengalir keluar
Schultze darah tertahan di belakang plasenta
Komplikasi perdarahan
Manual plasenta dilakukan apabila setelah
manajemen kala III selama 30 menit setelah
2x oksitosin gagal mengeluarkan plasenta
Pada wanita hamil yang hidup di daerah
endemik, angka kematian 2x lipat dari yang
tidak malaria
Pencegahan malaria pada kehamilan
Awareness of risk
Bite prevention
Chemoprophylaxis
Diagnosis and prompt treatment
Awareness of risk menyadari akan bahaya
malaria pada daerah endemik
Bite prevention repellent, kelambu
Chemoprphylaxis
Tidak ada yang 100% efektif
Tujuan pemberian
Causal target adalah stadium shizont di hepar
atovaquone-proguanil, dipakai hingga 7 hari setelah
meninggalkan daerah endemik
Suppresive parasit yang sudah di sel darah merah
mefloquine hingga 4 minggu meninggalkan daerah
endemik
Mefloquine (5mg/kg 1 kali seminggu) pilihan pada
trimester 2 dan 3
Prinsip Penanganan Malaria pada kehamilan
Tangani seperti kegawatdaruratan
Terapi
P.Falciparaum tanpa komplikasi atau Mixed
(P.falciparum dan P.vivax) Quinine 600 mg setiap
8 jam dan clindamycin 450 mg setiap 8 jam, selama
7 hari
P. Vivax, P. Ovale, P. Malariae chloroquinine
600mg, kemudian 300 mg 6-8 jam kemudian,
300mg hari kedua, 300mg hari ketiga
Pencegahan relapse chloroquine 300mg mingguan
Antipiretik
Obat yang tidak boleh diberikan
Primaquine
Doksisiklin
tetrasiklin
Fetus memiliki imunitas ketika berusia 9-15
minggu
Respon primer adalah IgM. IgG ditransfer
secara pasif melalui plasenta.
Infeksi pada kehamilan dapat ditularkan
melalui jalur
Transplasental (Varicella, rubella, dan CMV)
Intrapartum (chlamydia, gonorhea)
Infeksi toxoplasma yang bermanifestasi pada
janin adalah infeksi akut selama kehamilan.
Gynecoid
Panggul gynecoid berbentuk bulat, sedikit
ovoid
Merupakan bentuk panggul paling ideal untuk
persalinan
Android
Berbentuk seperti baji , dengan bagian depan
menyempit.
Segmen posterior mendatar, sakrum mengarah
ke depan.
Dinding samping konvergen
Anthropoid
Pintu atas berbentuk elips dengan jarak
anteroposterior lebih besar dibanding diameter
transversal
Dinding samping lurus
Jarak interspina dan intertuberous lebih sempit
dibandingkan ginekoid
Platypelloid
Pintu atas elips dengan jarak transversal lebih
besar dibandingkan jarak anteroposterior
Jarak interspina dan intertuberous lebar
Definisi istilah TD tinggi (140/90 mmHg)
Hipertensi gestasional TD tinggi tanpa
proteinuria yang muncul setelah 20 minggu
kehamilan hingga 12 minggu pasca persalinan,
dan tidak ada hipertensi sebelumnya.
Preeklampsia TD tinggi + proteinuria
Eklampsia preeklampsia + kejang dan/atau
koma
Hipertensi kronik hipertensi yang didiagnosa
sebelum kehamilan 20 minggu dan/atau menetap
setelah 12 minggu persalinan
Hipertensi kronik superimposed preeklampsia
hipertensi kronik + gejala2 preeklampsia
(proteinuria)
Abortus Mola KET Mioma
Tinggi < usia Biasa > usia < usia > Usia
fundus kehamilan kehamilan kehamilan kehamilan
Nyeri Tergantung Tidak ada Nyeri Tergantung
jenis ukuran
Gejala lain Anemia Mual, Anemia -
muntah
Banyak Tergantung Bercak Tergantung Bercak
darah jenis lokasi
USG Adanya janin Badai salju/ Kantung Tumor dan
sarang lebah gestasi kantung
ekstrauterin gestasi
e
Tatalaksana Dilatase dan Dilatase dan Laparotomi Observasi:
kuretase kuretase Bila
membesar
pikirkan SC
Gejala/tanda Iminens Insipiens Inkomplit Komplit
Perdarahan Ada Ada Ada Ada
Ostium uteri Tertutup Terbuka Terbuka Tertutup
Janin Hidup Dalam proses Mati Mati
dikeluarkan
Kontraksi Ada Ada Ada/tidak Tidak ada
ada
Terapi Dilatase dan kuretase
Adalah peradangan pada lapisan endometrium
pada rahim
Endometritis dapat disebabkan infeksi pada
kehamilan.
Apabila terjadi diluar kehamilan, istilah yang
sering digunakan adalah penyakit radang
panggul
Gejala dan tanda
Demam
Nyeri perut
Lochia berbau
Terapi
Clindamycin
gentamisin
Kontrasepsi darurat Pil kombinasi dosis tinggi Dalam waktu 3 hari
Microgynon 50 2x2 tablet pascasanggama, dosis
Kondisi: kedua 12 jam
Bila kondom bocor Pil kombinasi dosis rendah kemudian
Korban pemerkosaan Microgynon 30 2x4 tablet
Lupa minum pil KB
Telat suntik KB Pil progestin
AKDR ekspulsi Postinor 2x1 tablet
Estrogen Dalam waktu 3 hari
Lynoral 2,5 mg/dosis pascasanggama, 2x1
Premarin 10mg/dosis dosis selama 5 hari
Progynova 10mg/dosis
Miferpristone Dalam waktu 3 hari
RU-486 1x600 mg pascasanggama
Danazol Dalam waktu 3 hari
Danocrine 2x4 tablet pascacanggama, dosis
kedua 12 jam kemudian
AKDR Dalam 5 hari
Cara kerja
Menghambat ovulasi
Mengganggu pergerakan tuba
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks
KEUNTUNGAN Membantu mencegah
Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan ektopik, kanker
kehamilan per 100 ovarium, kanker
perempuan dalam tahun endometrium, kista
pertama penggunaan) ovarium, penyakit radang
Risiko terhadap kesehatan
panggul, kelainan jinak
sangat kecil pada payudara, dismenore
atau akne
Tidak mengganggu
hubungan seksual
Mudah dihentikan setiap
KETERBATASAN
saat Membosankan karena harus
Kesuburan segera kembali
menggunakannya setiap
setelah penggunaan pil hari
dihentikan Tidak boleh diberikan
Dapat digunakan sebagai
kepada perempuan
kontrasepsi darurat menyusui
Tidak mencegah IMS
Dpat digunakan sejak usia
remaja hingga menopause
ASI merupakan makanan yang paling baik dan tepat bagi
bayi mengurangi penyakit infeksi dan non-infeksi
Selama hamil terjadi penimbunan lemak 4 kg dengan kalori
sebanyak 35.000 kkal cukup untuk menyusui 4 bulan
atau 300 kkal perhari
Status gizi mempengaruhi volume ASI, BUKAN kualitas ASI,
sehingga cadangan tubuh diperlukan untuk menjaga
volume ASI
Kalori yang dibutuhkan ibu menyusui
6 bulan pertama 700 kkal perhari
6 bulan kedua 500 kkal perhari
Tahun kedua 400 kkal perhari
Protein wanita menyusui
6 bulan pertama 16 gram sehari
6 bulan kedua 12 gram sehari
Tahun kedua 11 gram sehari

Jenis makanan Bayi 0-6 bulan Bayi lebih dari 6 bulan


Nasi 5 piring (1 piring 150 4 piring
gram)
Ikan 3 potong 2 potong
Tempe 5 potong 4 potong
Sayuran 3 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 potong
Gula 5 sdm 5 sdm
Susu 1 gelas 1 gelas
Air 8 gelas 8 gelas
Diduga ada hubunganya dengan peningkatan
hormon bHCG
Derajat:
I muntah2 disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum. Penurunan berat badan dan nyeri
epigastrium
II ketosis dan sudah terjadi perubahan hemodinamik
III penurunan kesadaran, shock
Terapi:
Tatalaksana cairan
Vitamin B1, B2, B6 dan B12
Antiemetik (domperidone adan metoklopramid
Antasida
Diet
Dimulai dari bayi lahir
Melakukan pemberian oksitosin 10 U
Melakukan peregangan tali pusar terkendali
Apabila 15 menit plasenta tidak lahir
Ulangi pemberian oksitosin 10 U
Setelah plasenta lahir dilakukan masase
fundus uteri
Alat yang digunakan untuk menilai
kesejahteraan janin, melalui penilaian pola
denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan kontraksi maupun aktivitas janin
Komponen dalam CTG
Frekuensi dasar denyut jantung janin
Variabilitas
Akselerasi
deselerasi
Frekuensi dasar DJJ normal 120-160
Variabilitas gambaran osilasi yang tidak
teratur, yang tampak pada rekaman DJJ
Variabilitas jangka pendek tidak diketahui
dengan jelas maknanya menghilang pada bayi
yang akan meninggal dalam Rahim
Variabilitas jangka panjang normalnya 6-25 dpm
Akselerasi meningkatnya denyut jantung
janin sebanyak 15 dpm dari frekuensi dasar
selama 15 detik, minimal 2x dalam 20 menit
Akselerasi seragam terjadi bila ada kontraksi
uterus
Akselerasi variasi terjadi tanpa ada kontraksi
uterus
Deselerasi penurunan DJJ dari frekuensi dasar DJJ
Deselerasi dini timbul dan hilang bersama dengan
kontraksi, sebanyak 20 dpm lamanya tidak lebih dari
90 detik, frekuensi DJJ normal, variabilitas normal
normal akibat kompresi kepala janin
Deselerasi lambat timbul dan hilang lebih lambat
20-30 detik dari kontraksi, selalu muncul saat
kontraksi ada, lamanya <90 detik, frekuensi DJJ bisa
normal, takikardia atau bradikardia insufisiensi
utero-plasenta
Deselerasi varibel timbul dan hilang tidak
bersamaan dengan kontraksi kompresi tali pusat
Tanda dan gejala kala I
Penipisan dan pembukaan serviks
Kontrasi uterus yang menyebabkan perubahan
serviks
Bloody show
Tanda dan gejala kala II
Keinginan ibu untuk mengedan
Tekanan pada anus
Vulva terbuka
Perineum menonjol
Abortus ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi pada kehamilan <20 minggu atau berat
janin <500gr.
Abortus terbagi berdasarkan proses
Abortus spontan
Abortur provokatus: medicinals dan kriminalis
Abortus berdasarkan gejala, tanda, dan patologis
Abortus iminens (threatened)
Abortus insipiens
Abortus inkomplit
Abortus komplit
Abortus habitualis
Missed abortion
Septic abortion
Gejala/tanda Iminens Insipiens Inkomplit Komplit
(threatened) (inevitable)
Perdarahan Ada Ada Ada Ada
Ostium uteri Tertutup Terbuka Terbuka Tertutup
Janin Hidup Dalam proses Mati Mati
dikeluarkan
Kontraksi Ada Ada Ada/tidak Tidak ada
ada
Miom adalah tumor panggul yang paling
sering ditemukan pada wanita terpengaruh
hormon estrogen jarang ditemukan pada
wanita menopause
Gejala dan tanda tergantung jumlah dan
ukuran:
Dysmenorrhea
Rasa tidak nyaman di perut dan kembung
Nyeri pinggang
Diagnosa
Anamnesis
PF
USG
Berdasarkan lokasi
Subserosum: berada pada jaringan serosa
Intramural: berada pada miometrium
Submukosum : berada pada jaringan dibawah
endometrium
Miom geburt bagian dari miom submukosum yang
bertangakai
Antibiotik
Tetrasiklin menyebabkan kuning pada gigi,
terutama trimester II III
Chlorampenicol gray baby syndrome
Kotrimoksasol oral cleft, mengganggu
metabolisme asam folat
Doksisiklin sama seperti tetasiklin
Primaquine hemolitik anemia
Kategori obat dalam kehamilan:
A aman dibuktikan lewat penelitian terkontrol
pada wanita hamil
B dapat diterima, lewat penelitian pada hewan,
tapi belum ada penelitian pada wanita hamil
C digunakan dengan hati2, bila keuntungan >
risiko
D hanya dipakai bila emergency
X tidak boleh pada ibu hamil
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN
NON HORMONAL
1.Metode Amenore Laktasi (MAL)
2.Kondom
3.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4.Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

HORMONAL
1.Progestin: pil, injeksi dan implan
2.Kombinasi: pil dan injeksi

Bagi wanita yang ingin menyusui KB hormonal tidak


dapat segera diberikan:
Progestin 6 minggu pasca persalinan
Kombinasi 6 bulan pasca persalinan
Pada saat implantasi blastokista terjadi perdarahan bercak, karena rusaknya lapisan
endometrium
Klasifikasi preeklampsia
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Preeklampsia ringan
TD sistole 140-159 diastole 90-109 mmHg
Proteinuria 300mg/24jam atau +1 dipstick
Preeklampsia berat
TD sistole 160 diastole 110 mmHg
Proteinuria 5g/24 jam atau +3
Oliguria, pulmonary edema, HELLP syndrome,
Preeklampsia berat (lanjutan)
apabila ditemukan TD tinggi + dengan kriteria
preeklampsia berat lainnya diagnosa PEB
Contoh TD 140/90, proteinuria +5 PEB
Edema pada tungkai bukan gejala hipertensi
pada kehamilan fisiologis pada wanita
hamil
Impending eklampsia
Nyeri kepala frontal
Pandangan kabur (skotoma)
Nyeri epigastrium atau abdomen kuadran kanan
atas teregang kapsula glisson
Mual dan muntah
Kenaikan TD progesif
Pencegahan preeklampsia
Non-medikamentosa
Tirah baring
Diet minyak ikan yang kaya asam lemak tidak jenuh
Konsumsi makanan kayak antioksidan: vitamin C dan
E, -karoten
Zinc, magnesium, dan calcium
Medikamentosa
Suplementasi zat antioksidan vitamin E dan C, n-
asetilsistein
Pengobatan preeklampsia berat
Manajemen Airway Breathing Circulation
anti-hipertensi:
nifedipin 10-20mg oral, dapat diulang 30 menit
Hydralazine atau labetalol (umum dipakai di USA)
Pencegahan kejang:
MgSO4 diberikan bolus 4 gr IV selama 15 menit, lalu
dilanjutkan maintenance 1 gr/jam
Terapi cairan:
Ringer laktat 60-125 cc/jam iv
Sikap terhadap kehamilan (intinya terminasi):
Preeklampsia berat:
Terminasi segera bila kehamilan 34 minggu
Bila dibawah <34 minggu:
Observasi ibu dan janin bila gawat daruratterminasi
Kontrol TD
Kortikosteroid pematangan paru
Eklampsia
Terminasi segera dalam 12 jam
Tanda2 harus terminasi
TD tidak terkontrol setelah pemberian
antihipertensi
Eklampsia
Pulmonary edema
HELLP syndrome
Gagal ginjal
Solution plasenta
Gawat janin CTG non-reassuring
Autonomy : respecting an individuals right to
selfdeterminationas well as creating the
conditions necessary for autonomous choice
Inform consent
KODEKI : Dokter mengutamakan kesehatan
penderita dan melindungi hidup insani;
Permenkes No 585 tahun 1989 pasal 11 : Dalam
hal pasien tidak sadar serta tidak didampingi
oleh keluarga terdekat dan secara medik berada
dalam keadaan gawat dan atau darurat yang
memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan
dari siapapun
Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya
atau menyuruhoranglain melakukannya(KUHP
pasal346)

Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita


lain tanpa(KUHP 347) atau dengan seizinnya(KUHP
348):
Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan
diatas(KUHP 349)
Orang yang mempertunjukkan alat/cara mengugurkan
kandungan pada anak dibawah 17 tahun (KUHP 283)
Barang siapa menganjurkan/merawat/memberi obat
kepada seseorang wanita dengan memberi harapan agar
gugur kandungannya (KUHP 299)
Kaidah dasar moral terdiri atas:
1. Autonomy: pasien dapat mengambil
keputusan sendiri, dengan pengertian, tanpa
dipaksa pihak lain didasari informed consent.
2. Nonmaleficence: do no harmtidak dengan
sengaja melakukan tindakan yang menimbulkan
kerugian/invasif tanpa ada hasilnya dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis.
3. Beneficence: mengambil langkah yang
bermanfaat, untuk mencegah atau
menghilangkan sakit, kasus emergency.
4. Justice: perlakuanyang sama untuk kasus yang
sama
Dikatakan malpraktek medik jika:
Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah berlaku
umum.
Memberikan pelayanan di bawah standar profesi (tidak lege artis)
Melakukan kelalaian yang berat atau pelayanan dengan tidak hati-
hati
Melakukan tindakan medik yang bertentangan denganhukum

Pasal53 UU No. 23/ Tahun1992 : Tenaga kesehatan yang


melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
tugas profesinya, dapat dikenakan tindakan disiplin.
Dalam hal pertanggungjawaban atas pelayanan medis,
yang mana pihak pasien merasa dirugikan maka perlu
untuk diketahui siapa yang terkait di dalam tenaga medis
tersebut
Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP :
pemerkosaan, persetubuhan pada wanita tidak
berdaya, persetubuhan dengan wanita yang
belum cukup umur
Kesimpulan VeR berisi:
Ada/tidaknya bukti persetubuhan, dan kapan perkiraan
terjadinya
Ada/tidaknya kekerasan pada perineum dan daerah lain
(termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak
berdaya) toksikologi
Usia korban(berdasarkan haid, dan tanda seks sekunder)
Penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan
kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana
Pencegahan Primer Keterangan
Health Promotion Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status
kesehatan atau memelihara kesehatan
:Penyuluhan/pendidikan kesehatan, rekreasi sehat,
olahraga teratur, perhatian terhadap perkembangan
kepribadian
Specific Protection Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya
tahan tubuh: Imunisasi, pelindung khusus : Helm, tutup
telinga, perbaikan lingkungan

Pencegahan Sekunder Keterangan


Early Diagnosis and Prompt Dilakukan bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit
Treatment (penyakitnya masih ringan)
Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei
penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll
Pencegahan Tersier Keterangan
Disability limitation Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat dengan
tujuan mencegah cacat lebih lanjut, fisik, sosial maupun
mental
Rehabilitation Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat
maupun bagi diri nyasendiri, mencegah cacat total
optimized by optima
Level of Disease
Prevention

http://dc120.4shared.com/doc/7ade2xg7/preview.html
Periode of Prepathogenesis
Periode of Pathogenesis

HEALTH
PROMOTION
Health education in SPESIFIC PROTECTION REHABILITATIO
the fundamental facts N
of family health and
diseases
Plans for routine specific EARLY DIAGNOSIS
immunizations and use of AND Hospitalization
Good standard of most effective periods PROMPT and work therapy
family nutrition
TREATMENT in hospitals
Selective immunizations Case finding by DISABILITY LIMITATION
Family healthful living based on exposure or periodical examination Family education
habits potential exposure and selective to utilize the
examination Complete therapy rehabilitated
Attention to family Good personal hygiene Use of home nursing
personality
Use of all available services when indicated Control symptom
development
Proper isolation when laboratory procedures of diseases
indicated Consultation Referral
Avoidance of fatigue
Adequate notification Control family
as much as possible
Proper handling of of cases Minor surgery awareness
vehicles of transmission
(food, water, etc) Examination of Evaluation :
Concurrent and terminal hereditary risk method,
disinfection when Preparation Major procedures,
indicated for surgery surgery utilization review
Examination of
contacts
Satisfactory housing Hospitalizati
vector control on when
Consultation indicated

Referral Specialist
Levels of Prevention of Family Diseases / treatment
Problems
Treatment
MANAGEME DFINITION
NT
Planning deciding in advance what to do, how to do and who
is to do it
Organizing Synchronization and combination of human, physical
and financial resources
The role positions, the jobs related and the co-
ordination between authority and responsibility
Actuating Implementation, attempt to move the group
members to strive and achieve the goals
Controlling Measurement of accomplishment against the
standards
Process of checking whether or not proper progress
is being made towards the objectives and goals and
acting if necessary, to correct any deviation
http://www.managementstudyguide.com/management_functions.htm
Budgeting Financial Planning
Rasio dokter-penduduk bervariasi, muai
1:5000 sampai 1:2500 (rata-rata 1:4000)

1 dokter sebagai kepala puskesmas (dapat


merangkap sebagai dokter di poliklinik
umum), 1 dokter bertugas di puskesmas
pembantu dan melakukan kunjungan ke
posyandu dibantu bidan.
Berkaitan INPRES kesehatan No 5 Th 1974, Nomor 7 tahun
1975 dan nomor 4 tahun 1976, sejak pelita III maka konsep
wilayah puskesmas diperkecil yang mencakup suatu
wilayah yang mempunyai jumlah penduduk 30 000 jiwa
Sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas di
daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki
jumlah penduduk 30 000 jiwa. Koordinasi kegiatan : salah
satu puskesmas tersebut di tunjuk sebagai
penanggungjawab yang selanjutnya disebut sebagai
puskesmas induk sedang yang lain disebut puskesmas
pembantu. 2 kategori ini dikenal sampai sekarang
Puskesmas pembantu
adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
puskesmas dlm ruang lingkup wilayah yg lebih
kecil. Dalam Repelita V wilayah kerja pustu
meliputi 2-3 desa atau dengan jumlah penduduk
2500 (luar jawa&bali) sampai 10.000 orang (jawa
& bali)

Puskesmas Keliling
merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yg
dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4
atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan,
peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yg
berasal dari puskesmas

Bidan yg bertugas di desa


Ditempatkan di suatu desa dan bertanggung
jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Wilayah kerja dengan jumlah penduduk rata-rata
3000 orang.Tugas utama adalah membina peran
serta masyarakat melalui pembinaan posyandu
dan pertolongan persalinan langsung di rumah.
Usaha Definisi

Promosi Upaya promosi kesehatan yang bersifat umum; Pola


kesehatan hidup bersih dan sehat, asupan gizi seimbang

Proteksi spesifik Ditujukan untuk mencegah penyakit tertentu; Asepsis


dan antisepsis sebelum tindakan, kemoprofilaksis
preventif
Early diagnosis Diagnosis sebelum penyakit timbul atau dimasa awal
and promp penyakit kemudian melakukan penanganan dengan
treatment tepat. Tujuannya untuk mencegah penyebaran
penyakit dan mengobati serta menghentikan proses
perjalanan penyakit
Limitasi Mengurangi keparahan penyakit jika penyakit telah
Disabilitas terjadi, mencegah akibat dari penyakit yang
berkelanjutan
Rehabilitasi Memaksimalkan fungsi tubuh atau memperbaiki atau
meningkatkan fungsi yang menurun , sehingga dapat
Periode of Prepathogenesis
Periode of Pathogenesis
HEALTH
PROMOTION
Health education in SPESIFIC PROTECTION REHABILITATIO
the fundamental facts N
of family health and
diseases
Plans for routine specific EARLY DIAGNOSIS
immunizations and use of AND Hospitalization
Good standard of most effective periods PROMPT and work therapy
family nutrition
TREATMENT in hospitals
Selective immunizations Case finding by DISABILITY LIMITATION
Family healthful living based on exposure or periodical examination Family education
habits potential exposure and selective to utilize the
examination Complete therapy rehabilitated
Attention to family Good personal hygiene Use of home nursing
personality
Use of all available services when indicated Control symptom
development
Proper isolation when laboratory procedures of diseases
indicated Consultation Referral
Avoidance of fatigue
Adequate notification Control family
as much as possible
Proper handling of of cases Minor surgery awareness
vehicles of transmission
(food, water, etc) Examination of Evaluation :
Concurrent and terminal hereditary risk method,
disinfection when Preparation Major procedures,
indicated for surgery surgery utilization review
Examination of
contacts
Satisfactory housing Hospitalizati
vector control on when
Consultation indicated

Referral Specialist
Levels of Prevention of Family Diseases / treatment
Problems Treatment
General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

Specific beneficence
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-
buruk)
Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita
bersikap baik terhadapnya (apalagi ada yg hidup)

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
optimized by optima
Respons psikologis yang dialami seseorang
karena kehilangan oleh Kubler-Ross (1969)
dikemukakan dalam teori yang disebut The
Five Stages of Grief. Teori ini membagi
respons psikologis dalam lima tahap, yaitu
penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargaining), depresi (depression)
dan penerimaan (acceptance).
Tahap Penyangkalan (Denial): Reaksi pertama individu yang
kehilangan adalah terkejut, tidak percaya, merasa terpukul
dan menyangkal pernyataan bahwa kehilangan itu benar-
benar terjadi. Pada tahap ini seseorang tidak mampu berpikir
apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari
masalahnya. Dia tidak siap untuk menerima kondisinya.
Tahap Marah (Anger): Kemarahan yang dialami oleh
seseorang dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Individu
mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain
atas apa yang terjadi padanya, serta pada lingkungan tempat
dia tinggal. Pada kondisi ini individu tidak memerlukan
nasihat, baginya nasihat adalah sebuah bentuk pengadilan
(judgement) yang sangat membuatnya menjadi lebih
terganggu.
Tawar-Menawar (Bargaining) : Pada tahap ini seseorang
berpikir seandainya dia dapat menghindari kehilangan itu.
Reaksi yang sering muncul adalah dengan mengungkapkan
perasaan bersalah atau ketakutan pada dosa yang pernah
dilakukan, baik itu nyata ataupun hanya imajinasinya
saja.Sering juga dinyatakan dengan kata-kata seandainya
saya hati-hati, kenapa harus terjadi pada keluarga saya.
Sesungguhnya bargaining yang dilakukan seseorang tidak
memberikan solusi apapun bagi permasalahan yang dia
hadapi.
Tahap Depresi (Depression) :Individu pada tahap ini
mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa
bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas yang di
masa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan. Individu
sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara, takut, perasaan tidak menentu dan putus
asa.Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak
makan, susah tidur, letih dan libido menurun
Tahap Penerimaan (Acceptance): Tahap ini berkaitan
dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Individu akan
menyadari bahwa hidup mereka harus terus berlanjut dan
mereka harus mencari makna baru dari keberadaan
mereka. Pikiran yang selalu terpusat pada obyek atau
orang yang hilang akan mulai berkurang atau menghilang.
Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang
dialaminya, gambaran tentang obyek atau orang yang
hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian
dialihkan kepada obyek yang baru. Tahap penerimaan ini
biasanya diungkapkan dengan kalimat apa yang dapat
saya lakukan agar saya cepat sembuh atau yaah, akhirnya
saya harus dioperasi juga.
Istilah Keterangan
Denial Menyangkal
Proyeksi Emosi negatif yang dirasakan seseorang ditekan dan
diproyeksikan pada orang lain Failure is blamed
at others or situations
Sublimasi Perasaan dan pemikiran yang kurang baik disalurkan
menjadi yang baik
Introyeksi Internalization of the object (other person) to
establish closeness and constant presence of it
Represi Feelings and impulse of pain that cannot be accepted
are pushed out of mind
Pencegahan Primer Keterangan
Health Promotion Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status
kesehatan atau memelihara kesehatan
:Penyuluhan/pendidikan kesehatan, rekreasi sehat,
olahraga teratur, perhatian terhadap perkembangan
kepribadian
Specific Protection Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya
tahan tubuh: Imunisasi, pelindung khusus : Helm, tutup
telinga, perbaikan lingkungan
Pencegahan Sekunder Keterangan
Early Diagnosis and Prompt Dilakukan bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit
Treatment (penyakitnya masih ringan)
Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei
penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll
Pencegahan Tersier Keterangan
Disability limitation Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat dengan
tujuan mencegah cacat lebih lanjut, fisik, sosial maupun
mental
Rehabilitation Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat
maupun bagi diri nyasendiri, mencegah cacat total
setelah terjadi perubahanoptimized
anatomi/fisiologi.
by optima
Standar.
Masalah (Pendekatan Bandingka OUTPUT
Sistem ) adalah n Standar
Keluaran
Kesenjangan antara dengan
Tolok ukur dengan Hasil HASIL
Keluaran Output..
Hasil pencapaian, pada
unsur Keluaran / Kalau
ada
Output. Kesenjan
gan,
MASALAH. artinya
ada
Masalah.
Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks
(2002) sepakat membedakan antara output dan
outcome sebagai berikut: outcome suatu
program adalah respon partisipan terhadap
pelayanan yang diberikan dalam suatu program.
Sedangkan output program adalah jumlah atau
units pelayanan yang diberikan atau jumlah
orang-orang yang telah dilayani.
Sementara itu NEA (2000) menyebutkan
perbedaan antara output dengan outcome yaitu
output merupakan hasil dari aktifitas, kegiatan
atau pelayanan dari sebuah program. Output
diukur dengan menggunakan istilah volume
(banyaknya). Sedangkan outcome adalah
dampak, manfaat, harapan perubahan dari
sebuah kegiatan atau pelayanan suatu program.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran pada diri individu di
dalam keluarga maupun di masyarakat, yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di lingkungannya.
PHBS mempunyai banyak bidang.
Pandangan Kant
Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu
kebebasan bertindak, memutuskan atau
memilih dan menentukan diri sendiri sesuai
dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan,
atau campur tangan pihak luar (heteronomi),
suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip
rasional atau self-legislation dari manusia
Tell the truth
Hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
formasi konfidensial, mintalah consent untuk
intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah
membuat keputusan penting
Otitis media: peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid.
Otitis media akut dengan perforasi membran telinga akan
menjadi otitis media kronik setelah 2 bulan.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae 35%, Haemophilus
influenzae 25%, Moraxella catarrhalis 15%.
Tahapan:
Oklusi tuba: retraksi membran timpani atau berwarna keruh.
Hiperemik/presupurasi: tampak hiperemis dan pelebaran
pembuluh darah.
Supurasi: edema yanghebat pada mukosa telinga tengah, bulging,
demam, nyeri
Perforasi: membran timpani ruptur, demam menurun
Resolusi: jika membran timpani tetap utuh maka membran
timpani akan kembali normal.

Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam


Stadium supurasi
Terapi:
Occlusion tubal: topical decongestan(ephedrin HCl)
Presuppuration: AB for at least 7 days
(ampicylin/amoxcylin/ erythromicin) &analgetic.
Suppuration: AB, myringotomy.
Perforation: ear wash H2O2 3% & AB.
Resolution: if secrete isnt stopped ab is
continued until 3 weeks
Penyakit ini disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae, kuman gram
positif.
Gejala: kenaikan suhu subfebris, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat
serta keluhan nyeri menelan.
Pemeriksaan fisik: Tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang melekat erat
dengan dasarnya, mudah berdarah, infeksi
yang menjalar ke kelenjar limfe bull neck (+)
Terapi
Anti difteri serum 20.000-100.000 unit
Antibiotik Penicillin atau Eritromisin 25-50 mg/kg
dibagi 3 dosis selama 14 hari
Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/ hari
Pengobatan simptomatis (antipiretik)
Isolasi dan tirah baring selama 2-3 minggu
Etiologi sumbatan benda asing pada saluran
pernafasan
Gejala dan tanda
Sulit bernafas
Terbatuk-batuk (mekanisme fisiologis untuk
mengeluarkan sumbatan)
Tangan memengang leher (universal sign of chocking)
Bila tidak tertolong sianosis
Heimlich manuever

Back blow
Lokasi
Etiologi, gejala dan tanda
Bakteri (akut) lendir kental keputihan (Pseudomonas
aeruginosa and Staphylococcus aureus)
Bakteri (kronik) lendir kental bercampur darah,
terutama bila ada jaringan granulosa
Jamur lendir bergumpal seperti susu, warna bisa putih,
hitam-abu2, hijau (aspergillus dan candida)
Faktor risiko
Lembab
Suhu yang sangat panas
Trauma jalan telinga
Terapi
Bakteri ear toilet, antibacteri topical (asam asetat
2%, gentamycin salep)
Jamur ear toilet, anti-fungal (clotrimazole)
Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus
ditekan.
Otitis eksterna sirkusmskripta (furuncle)
Hanya pada bagian kartilago telinga.
Tidak ada jaringan penyambung di bawah kulit
sangat nyeri
Otitis eksterna difus (swimmers ear)
Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Bengkak, eksudasi, nyeri
Otitis eksterna maligna(necrotizing OE)
Pada diabetesi lansia atau imunokompromais
OE selulitis, kondritis, osteitis, osteomielitis
neuropati kranial
Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi
pada sambungan kartilago dengan tulang di
posteroinferior 1/3 dalam

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Eksterna

Management:
acetic acid 2% in alcohol or povidon iodine 5% or
antifungal topical (nistatin/clotrimazol)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Merupakan kanker yang jarang terjadi
Berasal dari keganasan epitelium nasofaring
Kanker ini disebabkan oleh infeksi Epstein-
Barr Virus
Gejala dan tanda
Gejala nasal perdarahan, hidung tersumbat,
lender
Gejala telinga tinnitus, infeksi, tuli
Sakit kepala dan leher bengkak
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan berulang.
Klasifikasi rhinitis alergi:
Rhinitis alergi musiman (seasonal): hanya dikenal di
negara dengan 4 musim, alergennya tepungsari dan
spora jamur
Rhinitis sepanjang tahun(perenial): terjadi sepanjang
tahun baik intermitten atau terus menerus. Penyebabnya
adalah alergen inhalan.

Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam


Keluhan: serangan bersin berulang, rinore,
hidung tersumbat, mata lakrimasi.
Pemeriksaan fisik:
Pada rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah,
pucat/livid
Allergic shiner: bayangan gelap dibawah mata
akibat stasis vena
Allergic salute: anak menggosok-gosok hidung
dengan punggung tangan karena gatal
Allergic crease: penggosokan hidung berulang akan
menyebabkan timbulnya garis di dorsum nasi
sepertiga bawah.
Rhinitis vasomotor: Suatu keadaan idiopatik yang
didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia,
perubahan hormonal, dan pajanan obat. Pencetus:
asap rokok, bau menyengat, parfum. Hidung
tersumbat bergantian kiri dan kanan.
Rhinitis medikamentosa: kelainan hidung yang
disebabkan oleh penggunaan vasokonstriktor topikal
dalam waktu lama dan berlebihan (drug abuse)
Rhinitis atrofi: infeksi hidung kronik yang ditandai
adanya atrofi progresif mukosa dan tulang konka.
Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus,
sekret srosa, demam, sakit kepala, mukosa bengkak
dan merah.
Cocktail party deafness
Tanda tuli koklear, pasien terganggu oleh background
noise sulit mendengar di lingkungan yang
ramai/ribut.
Ditemukan pada presbikusis & tuli akibat bising.
Presbikusis Tuli akibat bising
Usia > 65 tahun Pajanan bising jangka panjang
Bilateral Tuli kokelar sensorineural
dengan/tanpa tinnitus.
Bilateral

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Mastoiditis
Hasil persebaran otitis media akut ke sel udara mastoid dengan
supurasi dan nekrosis tulang.
Gejala:
Nyeri, otorrheae (biasanya banyak) , ketulian yang meningkat.
Pemeriksaan fisik:
Demam, antrum mastoid yang melunak (tenderness), pembengkakan
pada postaurikular, pinna turun ke bawah, dan ke depan, membran
timpani perforasi dan ada sekret, kemerahan dan membonol.
Investigasi: CT scan memperlihatkan opasitas dan penggabuangan sel
udara.
Penanganan:
Antibiotics IV. Organisme yang tidak diketahui dan tidak ada pus pada
pembiakan, mulai dengan amoxycillin & metronidazole .
Cortical mastoidectomy. Jika ada abses subperioteal atau jika respon
antibiotik tidak adekuat dapat dilakukan cortical mastoidectomy.

Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat.


Mastoiditis Akut
Seiring dengan perburukan infeksi, edema dan eritema
dari jaringan lunak postaurikular akan menyebabkan
kerusakan jaringan lanjut yang menyebabkan
penggantian pinna.
Jika abses subperioteal telah berkembang, fluktuasi
dapat ditemukan.
Dalam keadaan yang jarang, abses mastoid dapat
menjalar ke leher (Bezold's abscess) atau tulang
oksipital (Citelli abscess).
Setelah diagnosis mastoidits akut dicurigai, investigasi
radiologis pilihan adalah CT-scan, yang memberikan
informasi tentang derajat opasitas dari sel-sel udara dari
mastoid, pembentukan abses subperiosteal, dan adanya
komplikasi intracranial.

Current diagnosis & treatment in otorhinolaryngology.


Postauricular abscess merupakan
salah satu komplikasi dari
mastoiditis
Infeksi menjalar dari mastoid ke
ruang subperiosteal.
Pada keadaan tahap akhir, infeksi
jaringan lunak berakhir kepada
nekrosis jaringan dan
pembentukan abses. Sekitar
jaringan lunak akan menebal,
peradangan, eritema, dan
fluktuasi.
Ketika mastoditis telah menjadi
abses, eksisi dan drainase
dengan mastoidektomi
diindikasikan.

1) Cummings otolaryngology head & neck surgery.

Anda mungkin juga menyukai