Anda di halaman 1dari 14

Blefaritis (3A)

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada
tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di kulit.

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis
ulseratif, dan blefaritis angularis.

Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.

Patofisiologi

Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan
invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan
yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari
tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan
fungsi kelenjar meibom.

Pengobatan blefraitis

Dengan membersihkan margo palpebra dengan kapas basah. Pada waktu


membersihkannya, kelenjar ditekan-tekan untuk mengeluarkan isinya, krusta dan skuama
dibuang, dengan memakai AgNO3 1% -2%, disamping sulfa, antibiotika dan
kortikosteroid. Antibiotika, sulfa, kortikosteroid diberikan dalam bentuk salep mata, yang
diusapkan pada pinggir kelopak mata. Keadaan umum diperbaiki termasuk gizi dan
kebersihan.

Apa Gejala Penyakit Blefaritis

- Terdapat kotoran pada mata sehingga para penderita sangatlah menderita.


- Mata kotor, panas, eksudat berminyak dan rasa kelilipan pada mata, pandangaan
kabur.
- Mata merah, bengkak, sakit, gatal, eksudat lengket bergantungan pada bulu mata
dan epifora.
- Kesulitan untuk membuka mata ketika bangun dari tidur, kesulitan untuk melihat.
- Disertai dengan konjungtivitis, keratitis, hordeolum, dan kalazion.

Penyebab Utama terjadinya Blefaritis:

- Terinfeksi oleh Bakteri


- Kelenjar Mata Rusak
- Ketombe dari kulit kepala ke alis
- Rosacea
- Alergi terhadap sesuatu misal obat mata,

Gambaran umum blefaritis:


Pemeriksaan Fisik
- Visus
- Pemeriksaan (loupe, slit lamp) :
permukaan konjungtiva, kornea, COA, Iris dan pupil
- Palpasi :
Odema kelopak mata, kejang kelopak mata.

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:

Uji Laboratorium
Radiografi
- Fluorescein Angiografi
- Computed Tomografi
- Pemeriksaan dengan slit lamp
Blefaritis

I. Identitas
Nama : Tn. S.R
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku : Minahasa
Pekerjaan : petani
Alamat : Likupang
Agama : Islam

II. Anamnesis

Keluhan utama :

Gatal dan nyeri pada kedua kelopak mata.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Gatal dan nyeri pada kedua kelopak mata dialami pasien sejak kurang lebih 1
minggu sebelum masuk Rumah Sakit
Pasien juga merasa panas pada kedua kelopak mata.
Pada pagi hari mata terasa lengket disertai banyak kotoran putih kekuningan di
tepi kelopak mata serta bulu mata sering rontok.
Pasien juga mengeluh kelopak mata sedikit bengkak.
Benjolan pada kelopak mata (-), mata berair (-), tak tahan cahaya (-).
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis : Dalam batas normal
Status Oftalmologis :VOD : 6/30VOS : 6/30TIOD : 13,4 mmHg
TIOS : 17,3 mmHg
Segmen anterior ODS:
Palpebra : Edema (+), hiperemis (+), krusta (+) kekuningan.
Konjungtiva palpebra: Hiperemis (+)
Sklera : Tidak ada kelainan
Kornea : Jernih
COA : Dalam
SUBKONJUNGTIVA HAEMORRHAGE

ATAU PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA (3B)

Definisi

Perdarahan subkonjunctiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah di


bawah lapisan konjunctiva.

Etiologi

Hematom Subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan-keadaan dimana


pembuluhdarah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragic,
anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga
terjadi akibat trauma langsung maupun tidak langsung, yang kadangkadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis cranii akan terlihat hematom
kaca matakarna berbentuk kacamata biru pada kedua mata.Perdarahan subkonjungtiva
dapat terjadi karena trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang
terjadi pada mata bagian depan.

Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar,


berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga
menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata.
Hal ini akan berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Konjungtiva mengandung
banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini
terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara konjungtiva dan sklera. Perdarahan
subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya pembuluh darah konjungtivalis atau
episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan penyebabnya (perdarahan
subkonjungtiva idiopatik).

Manuver Valsava sebelumnya (misalnya, batuk,tegang, muntah-muntah,


mengejan) juga bisa menjadi penyebab perdarahan subkonjungtiva. Penyebab lain
meliputi hipertensi dan gangguan fungsi koagulasi, misalnya karena obat antikoagulan
atau penyakit leukemia. Selain itu, infeksi umum yang berhubungan dengan demam,
defisiensi vitamin C (scurvy), trauma mata tumpul atautajam, benda asing, pembedahan
pada mata, dan konjungtivitis juga dapat menjadi kemungkinan penyebabnya. Berbagai
macam obat-obatan seperti obat antiinflamasinonsteroid, aspirin, kontrasepsi, vitamin A
dan D juga berhubungan dengan terjadinya perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan
subkonjungtiva juga telah dilaporkan sebagaiakibat emboli dari patah tulang panjang,
kompresi dada, angiografi jantung, operasi jantung, dan operasi-operasi lain.

Terapi

Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan. Pada bentuk-


bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan sayatan dari
konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.Pemberian air mata buatan juga dapat
membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari
penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

Medikamentosa

1.Asam mefenamat

Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
potendari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari
activator plasminogen dan penghambat plasmin.

Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan factor pembekuan


darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi
perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.

Gambaran Umum
Perdarahan Subkonjungtiva

I. Status Penderita
Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :

II. Anamnesis

Keluhan : mata kanan merah


Riwayat penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan mata sebelah kanan merah sejak 1 minggu ini.
Pasien tidak merasa nyeri padamata, tidak kabur, tidak gatal, tidak ada rasa
mengganjal di mata, tidak nerocos.
Riwayat terjatuh dari motor 1 minggu lalu & mondok di RS 5 hari.
Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter mata.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat trauma (+)
- Riwayat batuk lama (-)
- Sebelumnya tidak pernah seperti ini?

Riwayat Penyakit Keluarga:


- Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keadaan serupa?
Riwayat Sosial Ekonomi
III. PEMERIKSAAN FISIK

A.STATUS GENERALIS

Tensi (T) : 120/80 mmH


Nadi (N) : 86x/ menit
Suhu (T) : tidak diukur
Respiration Rate : 24x / menit
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup
KONJUNGTIVITIS (4A)

Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan penyebabnya,


konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Infeksi:
Bacterial
Virus
Parasit
Jamur
b. Noninfeksi
iritasi yang tetap (mata kering)
alergi
toksin
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:
1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata yang
sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.
Tanda tanda konjungtivitis adalah:
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah
forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior
akibat adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial,
dan warna keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.
Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing
atau karena gatal.
Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat bersifat:
- Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
- Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
- Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak. Terdapat
pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik. Tanda
lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada
konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati
preaurikuler.
Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan gambaran
khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi virus,
bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik.

Diagnosis Banding Konjungtivitis

Virus Bakteri Alergi Toksik


Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous Purulen, Viscus -
mucous kuning,
krusta
Kemosis ++ ++
Lakrimasi ++ + +
Folikel + - +
Papil - + + -
Pseudomembran - -
Pembesaran ++ + - -
kelenjar limfe
Panus - - -
Bersamaan
dengan keratitis -
Demam -
-
Sitologi Granulosit Limposit, Eosinofil Sel epitel,
monosit granulosit
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat diberikan terapi empirik dengan antibiotika
spektrum luas secara topikal atau sistemik, misalnya: gentamisin, kloramfenicol,
tobramisin, polimiksin, dll. Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik
berupa terjadinya keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis
anterior, glaukoma, dan endoftalmitis.

Gambaran Umum
Konjungtivitis Bakteri

Laporan Anamnesis:

Nama : Nn. Ana


Usia : 20 th
Alamat : Pisangan Ciputat
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Suku : Jawa
Keluhan Utama : Mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Nn. Ana seorang mahasiswi usia 20 tahun datang dengan keluhan mata
kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Ia merasa sedikit gatal. Nyeri yang ia rasakan
pedih, tidak ada riwayat kelilipan. Ia juga merasa bahwa kelopak matanya
menjadi bengkak. Selama ini ia memakai kacamata karena minus 1 pada mata
kanan dan mata kirinya. Ia merasa Tidak ada penurunan tajam penglihatan dan
tidak silau terhadap cahaya. Setiap pagi ia sulit membuka mata karena banyak
kotoran berwarna kuning yang menempel pada kelopak mata. Ia merasa seperti
menangis karena air matanya sering keluar. Ia menyangkal adanya demam dan
keluhan lain. Selama ini ketika mengalami mata merah ia menggunakan obat tetes
mata (insto), tetapi untuk keluhan sekarang ia merasa tidak ada perbaikan. Tidak
ada riwayat trauma.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Nn. Ana Pernah mengalami mata merah karena kelilipan tetapi sembuh
setelah diberi insto. Ia menyangkal adanya penyakit asma, tekanan darah tinggi
dan diabetes mellitus.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Nn Ana melihat Ayah dan ibunya harus menggunakan kacamata ketika
membaca. Ia menyangkal adanya penyakit asma dalam keluarganya. Ayah Nn.
Ana pernah menderita tekanan darah tinggi tetapi sudah diobati. Di keluarganya
tidak ada yang menderita Diebetes Mellitus.
Riwayat Sosial:
Nn. Ana Tinggal di kost bersama teman teman 1 jurusan. Lingkungan
kos tempat ia tinggal bersih dan sanitasinya baik. Ia mengatakan bahwa teman
kamarnya ada yang mengalami mata merah. Selama ini tidak pernah memakai
lensa kontak. Ia menyangkal adanya alergi terhadap makanan dan obat tertentu. Ia
tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Ia mengatakan tidak sedang
mengkonsumsi obat tertentu. Ia memiliki kebiasaan membaca sambil tiduran.
Kesimpulan:
Konjungtivitis Bakteri

Anda mungkin juga menyukai