TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh proses
adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
18
intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan
bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi yaitu yang ditandai dengan kejang berulang
tanpa demam.7
Pada saat mengalami kejang, anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
nafas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah
kejang, anak akan segera normal kembali.. 19 Serangan kejang pada penderita kejang
demam dapat terjadi satu, dua, tiga kali atau lebih selama satu episode demam. Jadi,
satu episode kejang demam dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau lebih serangan
kejang.5
Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis, infeksi saluran kemih,
dan lain-lain. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Kejang tidak selalu
17
timbul pada suhu yang paling tinggi. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, serangan kejang telah terjadi pada suhu 38C bahkan kurang, sedangkan pada
bahkan lebih.
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut
paru-paru ini diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Suatu sel, khususnya
sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium ( Na + ) dan elektrolit lainnya,
kecuali oleh ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran tadi
rangsangan yang datang mendadak seperti rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran
metabolisme basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada
seorang anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada
seorang anak dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium melalui membran tersebut sehingga
mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian
besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lain yang ada
Penelitian Lumbantobing, S.M., (1995) pada 297 bayi dan anak yang
menderita kejang demam menunjukkan bahwa 83,6% kejang demam pertama terjadi
pada usia 1 bulan sampai 2 tahun.5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
kota Metropolitan, India menunjukkan bahwa penderita kejang demam lebih banyak
diderita oleh anak laki-laki 55% dan pada anak perempuan 45%.22
Berdasarkan studi kohort yang dilakukan oleh Huang, CC., dkk (1999) di kota
Tainan, Taiwan pada 11.714 neonatal dari oktober 1989 september 1991, setelah 3
tahun diikuti, 10.460 anak bersedia untuk mengikuti survei mengenai kejang demam.
Dari 10.460 anak, didapatkan 256 anak yang pernah menderita kejang demam,
sehingga diperoleh insidens kejang demam pada anak di kota Tainan, Taiwan 2,4%. 25
1977 - 31 Desember 2005) pada bayi baru lahir sampai usia tiga bulan pertama
a. Host
Faktor host yang menjadi determinan terjadinya kejang demam antara lain :
a.1. Umur
Berdasarkan studi kasus kontrol yang dilakukan Fuadi, A., dkk (2010) di
RSUP dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa anak yang berusia <2 tahun
mempunyai risiko 3,4 kali lebih besar mengalami kejang demam dibandingkan
dengan anak yang berusia >2 tahun.26 Penelitian Karimzadeh, P., dkk (2008) di Mofid
banyak terjadi pada usia dua tahun pertama (13-24 bulan) yaitu 39,8%.8
bahwa kejang demam lebih banyak diderita oleh anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan 108 orang (45,8%).27 Hasil penelitian Siddiqui, T.S., (2000) di
anak laki-laki yang menderita kejang demam 55% dan anak perempuan 45%. 28
Berdasarkan studi kasus kontrol yang dilakukan Fuadi, A., dkk (2010) di
RSUP dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa anak yang memiliki keluarga
dengan riwayat kejang berisiko 4,5 kali untuk mengalami kejang demam
dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kejang. 26
menunjukkan bahwa dari 302 anak yang menderita kejang demam, ada 28,8 % anak
yang memiliki keluarga dengan riwayat kejang demam.8 Penelitian Ridha, N.R., dkk
memiliki keluarga dengan riwayat kejang demam berisiko 6 kali untuk mengalami
kejang demam.23 Berdasarkan studi yang dilakukan Huang, CC., dkk (1999) di
Taiwan menunjukkan bahwa anak yang memiliki saudara kandung dengan riwayat
risiko kejang demam meningkat secara konsisten dengan penurunan berat badan
ketika lahir. Bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gram 1,5 kali berisiko untuk
menderita kejang demam. Pada bayi yang lahir dengan berat badan 2500-2999 gram
risikonya 1,3 kali, bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499 gram risikonya 1,2
b. Agent
atas normal (demam). Tinggi suhu tubuh pada saat timbul serangan kejang disebut
nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak. Adanya
perbedaan ambang kejang ini menunjukkan bahwa ada anak yang mengalami kejang
setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain,
diperoleh 302 kasus penderita kejang demam dimana anak yang mengalami kejang
pada suhu 38,5oC ada 60,9%, sedangkan anak yang mengalami kejang pada suhu
Demam yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh penyakit infeksi.
Penelitian Mahyar, A., dkk (2010) di Iran menunjukkan bahwa anak yang menderita
kejang demam, demamnya paling banyak disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) 53,8%, diikuti dengan gastroenteritis 24,4%, otitis media akut 9%,
c. Environment
lingkungan dengan sanitasi dan higiene yang buruk serta pemukiman yang terlalu
padat. Kondisi ini mengakibatkan mudahnya agent penyakit berkembang biak serta
terjadi penularan penyakit infeksi yang cepat. Pemaparan agent penyakit juga dapat
sakit.
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi akibat dari kejang demam anak antara
lain :
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya
selama 18 bulan diamati. Subjek penelitian berjumlah 148 orang. Lima puluh
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apnea,
serta suhu tubuh yang makin meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas
2.6.3. Retardasi Mental, terjadi akibat kerusakan otak yang parah dan tidak
2.6.4. Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama. Ada 3 faktor risiko yang
pertama.
anak yang menderita kejang demam akan berkembang menjadi epilepsi, 10%
dari semua anak yang menderita kejang demam yang mempunyai dua atau tiga
2.6.5. Hemiparesis, yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta
wajah pada salah satu sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita yang
demam pada seorang anak dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko
a. Penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi atau anak tentang upaya untuk
Jika status gizi anak baik maka akan meningkatkan daya tahan tubuhnya
terjadinya demam.
b. Menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan. Jika lingkungan bersih dan sehat
akan sulit bagi agent penyakit untuk berkembang biak sehingga anak dapat
merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam. Jika anak mengalami demam
segera kompres anak dengan air hangat dan berikan antipiretik untuk menurunkan
kejang demam. Adapun tata laksana dalam penanganan kejang demam pada anak
meliputi :
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar
jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk
mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga
berlangsung terus atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus
dilakukan teratur, bila perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori
dan elektrolit harus diperhatikan. Suhu tubuh dapat diturunkan dengan kompres air
memberikan obat antikejang kepada penderita. Obat yang diberikan adalah diazepam.
Pada anak, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut,
otitis media, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Untuk mengobati
penyakit infeksi tersebut diberikan antibiotik yang adekuat. Kejang dengan suhu
diindikasikan pada anak penderita kejang demam berusia kurang dari 2 tahun.
seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan EEG
dilakukan pada kejang demam kompleks atau anak yang mempunyai risiko untuk
mengalami epilepsi.
keluarga dan bila berlangsung terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang
pada saat penderita demam (suhu rektal lebih dari 38C). Pilihan obat harus dapat
cepat masuk dan bekerja ke otak. Obat yang dapat diberikan berupa diazepam,
c.2.1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau gangguan
perkembangan neurologis.
c.2.2. Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua
neurologis sementara atau menetap. Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang
dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.
kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Pemberian
profilaksis terus menerus hanya berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam
berat, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Obat yang
kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam mempunyai risiko untuk
penderita kejang demam kompleks tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan
cepat akan berakibat pada kerusakan sel saraf (neuron). Oleh karena itu, anak yang
menderita kejang demam perlu mendapat penanganan yang adekuat dari petugas