Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan

menggunakan rancangan penelitian Post test Only Control Group Design.

Larva instar II nyamuk Aedes aegypti, diperoleh dari Dinas Kesehatan

Laboratorium Entomologi Jawa Timur. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016. Pada penelitian

ini, minyak daun jeruk purut didapatkan dengan metode penyulingan

dengan air dan uap. Penyulingan dengan air dan uap dilakukan dengan

cara menimbang daun jeruk purut sesuai dengan kapasitas tangki

penyulingan, kemudian dirajang (dipotong kecil-kecil), bahan tersebut

kemudian diletakkan di atas piring yang berupa ayakan yang terletak

beberapa sentimeter di atas permukaan air dalam ketel penyuling. Proses

penyulingan minyak atsiri dilakukan selama 5 jam.

Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan dari air dengan

menggunakan labu pemisah minyak. Keuntungan dengan menggunakan

sistem penyulingan tersebut adalah karena uap berpenetrasi secara merata

kedalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100C.

Lama penyulingan relatif lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan

45
mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari sistem

penyulingan dengan air yaitu 0,5375%. Hasil minyak daun jeruk purut

yang diperoleh dari 4 kg daun jeruk purut adalah 25 mL. Hasil akhir dari

proses penyulingan daun jeruk purut (Citrus hystrix) adalah minyak daun

jeruk purut (Citrus hystrix) dengan konsentrasi 100%. Minyak daun jeruk

purut (Citrus hystrix) 100% ini diencerkan menggunakan campuran

aquades dan etanol 70%.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai

berikut, disiapkan 7 gelas plastik yang masing-masing berisi 100 mL

larutan uji kemudian dimasukkan 20 ekor larva instar II nyamuk A.

aegypti ke dalam masing- masing larutan uji. Larva nyamuk ini hanya

boleh digunakan sekali dan harus dimusnahkan setelah perlakuan selesai.

Pada semua perlakuan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.

Tabel 5.1 Hasil penelitian

Kelompok Jumlah larva yang JKL JKL JKL Nilai rata-rata

di uji 1 2 3
Kontrol positif 20 20 20 20 20

dengan Abate

Kontrol negatif 20 0 0 0 0

dengan etanol 70%

(KP1) 50 ppm 20 2 4 3 3

(KP2) 100 ppm 20 5 8 6 6,33

(KP3) 250 ppm 20 8 10 7 8,33

(KP4) 500 ppm 20 10 14 12 12

(KP5) 1000 ppm 20 19 18 17 18

56
55

Data hasil pengamatan pada Pengaruh minyak daun jeruk purut terhadap larva

instar II nyamuk A. aegypti disajikan dalam bentuk tabel 5.2.

Tabel 5.2 Mortalitas Larva


Perlakuan Mortalitas Rata-rata Larva
dalam 60 menit (%) SD
Kontrol (+) 200,00
Kontrol (-) 000,00
50 ppm 31,00
100 ppm 6,331,53
250 ppm 8,331,53
500 ppm 122,00
1000 ppm 181,00

Pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 dapat diketahui diketahui bahwa

seluruh serial konsentrasi minyak daun jeruk purut menyebabkan larva

mati. Larva nyamuk A. aegypti tidak mengalami kematian pada perlakuan

dengan menggunakan campuran etanol 70% dan aquades sebagai kontrol

negatif, sedangkan perlakuan dengan menggunakan Abate sebagai

kontrol positif dapat menyebabkan kematian seluruh larva uji setelah 24

jam.

Gambar 5.1 Diagram Garis Perbandingan Konsentrasi Minyak Daun Jerut Purut
Terhadap Persentase Mortalitas Larva Nyamuk A. aegypti
Mortalitas Larva Pada Menit 60 (%)
20.00
18.00
Mortalitas Larva (%)

12.00
10.00
8.33
6.33

3.00
0.00
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Konsentrasi (ppm)

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi

minyak daun jeruk purut maka semakin tinggi pula mortalitas larva yang

terjadi. Selain itu, dalam diagram tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama

waktu kontak (pemaparan) antara larva uji dengan minyak daun jeruk purut

maka semakin banyak juga larva yang mati hal ini menandakan bahwa tidak

banyak minyak atsiri yang menguap sehingga minyak daun jeruk purut masih

efektif dalam membunuh larva.

C. Analisis Data
1. Uji normalitas data

56
55

Untuk mengetahui apakah data tersebut memiliki distribusi data yang

normal atau tidak, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data

dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05 dan jika nilai p < 0,05

maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada Tabel 5. 3 sebagai berikut.


Tabel 5. 3 Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUmlah Kemtian
Larva
N 21
Normal Parametersa Mean 9.67
Std. Deviation 7.137
Kolmogorov-Smirnov Z .612
Asymp. Sig. (2-tailed) .847
a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan

nilai probabilitas 0,847 (p>0,05). Apabila data berdistribusi normal, maka

akan dilanjutkan dengan uji statistik One Way ANOVA. Tetapi, apabila data

berdistribusi tidak normal, maka dianalisis dengan uji statistik Kruskal-

Wallis.

2. Uji homogenitas data


Untuk mengetahui apakah ketiga kelompok memiliki varians yang

homogen atau tidak, maka digunakan uji Homogenitas Varian (Levenes

test).
Tabel 5.4 Hasil Uji Homogenitas dengan Menggunakan Levenes Test

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.033 6 14 .129
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai p = 0,129 (p > 0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok

yang dibandingkan (varians data homogen). Oleh karena data telah

berdistribusi normal dan varians data homogen, analisis data dilanjutkan

dengan menggunakan uji One Way ANOVA.

3. Uji komparatif data


Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok, maka

digunakan uji One Way ANOVA.


Tabel 5. 5 Hasil Uji One Way ANOVA
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 997.333 6 166.222 109.083 .000
Within Groups 21.333 14 1.524
Total 1018.667 20

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Berdasarkan hasil di atas, signifikansi p-value adalah 0,000 (p < 0,05)

sehingga H0 ditolak, maka dapat disimpulkan minyak daun jeruk purut

(Citrus hystrix) berpengaruh terhadap larva instar II nyamuk A. aegypti.


4. Analisis Post-Hoc Test

56
55

Selanjutnya dilakukan uji Post-Hoc untuk mengetahui lebih rinci

mengenai pasangan kelompok yang saling berbeda secara signifikan dan

pasangan kelompok yang tidak berbeda sehingga akan diketahui perlakuan

mana yang paling berpengaruh terhadap larva instar II nyamuk A. aegypti.

Tabel 5.6 Hasil Uji Post-Hoc LSD

Multiple Comparisons
(I) Mean 95% Confidence Interval
Kelompo (J) Difference (I- Std.
k Kelompok J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
K+ K- 20.000* 1.008 .000 17.84 22.16
P1 17.000* 1.008 .000 14.84 19.16
P2 13.667* 1.008 .000 11.50 15.83
P3 11.667* 1.008 .000 9.50 13.83
P4 8.000* 1.008 .000 5.84 10.16
P5 2.000 1.008 .067 -.16 4.16
K- K+ -20.000* 1.008 .000 -22.16 -17.84
P1 -3.000* 1.008 .010 -5.16 -.84
P2 -6.333* 1.008 .000 -8.50 -4.17
P3 -8.333* 1.008 .000 -10.50 -6.17
P4 -12.000* 1.008 .000 -14.16 -9.84
P5 -18.000* 1.008 .000 -20.16 -15.84
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa minyak daun jeruk purut (Citrus

hystrix) pada berbagai konsentrasi dapat membunuh larva instar II nyamuk

A. aegypti. Hal ini terbukti dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p <

0,05).

BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini yang berpengaruh adalah minyak daun jeruk

purut, dimana minyak ini dibuat dengan metode penyulingan dengan air

dan uap. Keuntungan dengan menggunakan sistem penyulingan tersebut

adalah karena uap berpenetrasi secara merata kedalam jaringan bahan dan

suhu dapat dipertahankan sampai 100C. Lama penyulingan relatif lebih

singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika

dibandingkan dengan minyak hasil dari sistem penyulingan dengan air.

Hasil minyak daun jeruk purut yang diperoleh dari 4 kg daun jeruk purut

adalah 25 mL.

Minyak daun jeruk purut ini menggunakan etanol 70% untuk

membantu mendispersikan minyak daun jeruk purut ke dalam air. Untuk

menghasilkan campuran yang lebih homogeny sebenarnya dapat

digunakan emulgator seperti Tween, namun emulsi yang dihasilkan

memberikan warna putih seperti susu sehingga kurang dapat diterima jika

diaplikasikan sebagai air konsumsi.

Berdasarkan analisis data penelitian dengan menggunakan uji One

Way ANOVA diketahui bahwa tiap-tiap konsentrasi minyak daun jeruk

purut berpengaruh terhadap larva instar II nyamuk A. aegypti dan

mempunyai perbedaan jumlah mortalitas larva yang signifikan antara

masing-masing konsentrasi dan setiap waktu yang telah ditentukan. Hal ini

sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu minyak daun jeruk purut

instar II berpengaruh terhadap larva instar II nyamuk A. aegypti.

56
55

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009),

minyak daun jeruk purut ini diketahui mengandung beberapa senyawa,

antara lain senyawa sitronellal, linalool, sitronellol, sitronelil asetat,

kariofilin dan geraniol. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa

yang diduga dapat mempengaruhi keadaan fisik dan metabolisme larva

nyamuk yang berperan penting dalam membunuh larva nyamuk A.

aegypti. Sitronelal merupakan senyawa terbanyak dalam minyak daun

jeruk purut, sitronellal ini mengeluarkan bau yang tidak disukai serangga

sehingga dapat menjauhkan tanaman dari hama serangga termasuk larva

nyamuk. Sitronellal juga mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant).

Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan

kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Senyawa lain adalah

linalool, senyawa ini bersifat racun kontak yang meningkatkan aktivitas

saraf sensorik pada serangga, lebih besar menyebabkan stimulasi saraf

motor yang menyebabkan kejang dan kelumpuhan beberapa serangga.

Senyawa lain yang dapat menjauhkan serangga adalah geraniol, senyawa

ini memiliki sifat sebagai racun lambung.

Linalool adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf

sensorik pada larva, lebih-besar menyebabkan stimulasi saraf motor yang

menyebabkan kejang dan kelumpuhan (Nurjannah, 2004).

Pada penelitian ini minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix)

didominasi oleh minyak atsiri 96,28% yang mengandung limonene

22,60%, triterpenoid 25,57%, sitrunellal 31,82%, geraniol 12,83%..


Berbeda dengan penelitian sebelumnya tidak di temukan senyawa

limonene dan triterpenoid.

Minyak atsiri atau minyak eteris adalah minyak yang bersifat

mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap,

dengan komposisidan titik didih yang berbeda-beda serta diperoleh dari

tanaman dengan cara penyulingan uap (Guenther, 1987).

Limonen adalah senyawa utama dalam minyak atsiri. senyawa

limonene inilah yang dapat digunakan sebagai larvisida terhadap larva

nyamuk. Senyawa-senyawa limonoid diketahui memiliki fungsi untuk

menghambat pertumbuhan larva dan sebagai larvisida dengan

menghambat pergantian kulit pada larva ( Widiyati, 2006).

Triterpenoid sebagai insektisida dimana triterpenoid ini dapat

mempertahankan serangga dalam stadium imatur yang berlangsung lebih

lama dari waktu normal sehingga tidak dapat moulting atau ganti kulit

dengan sempurna (Robinson, 2007).

Sitronellal adalah senyawa berbentuk cairan yang tak berwarna dan

berbau wangi seperti Mellisa officinalis. Mekanisme kerja racun kontak

sitronellal adalah menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga terjadi

fosforilasi asam amino serin pada pusat asteratik enzim bersangkutan

(Setyaningrum, 2007). Gejala keracunannya timbul karena adanya

penimbunan asetilkolin yang menyebabkan gangguan sistem saraf pusat,

kejang, kelumpuhan pernafasan, dan kematian (Langi, 2006 ).

56
55

Geraniol adalah senyawa reaktif karena memiliki dua ikatan

etilenik. Sitronellol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai

dan sangat dihindari larva nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini

sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir sekaligus pembasmi larva

nyamuk dan beberapa serangga lainnya. Selain itu, geraniol bersifat racun

lambung yang memberikan efek keracunan setelah larva-larva tersebut

makan makanan yang mengandung geraniol (Widiyanto, 2006).

Pada penelitian ini belum diketahui secara pasti mengenai senyawa

minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix) yang paling memiliki potensi

untuk membunuh larva. Karena zat yang paling memiliki potensi dalam

membunuh larva tidak berpatokan dengan senyawa yang paling banyak

prosentasenya. Dan juga tidak diketahui bentuk kesinergisan senyawa-

senyawa tersebut dalam membunuh larva.

Setelah di lakukan penelitian maka dapat diketahui pengaruh

minyak daun jeruk purut dapat dilihat dari jumlah larva yang mati dalam

waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat

dilihat bahwa kenaikan konsentrasi minyak daun jeruk purut selalu diikuti

dengan kenaikan jumlah larva yang mati, dan dapat pula dilihat bahwa

semakin lama waktu kontak (pemaparan) yang diberikan maka semakin

banyak pula larva yang mati.

BAB VII

PENUTUP
A. KESIMPULAN

a. Minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix) berpengaruh terhadap larva instar

II nyamuk Aedes aegypti.

b. Semakin tinggi konsentrasi minyak daun jeruk purut maka semakin tinggi

mortalitas larva II nyamuk Aedes aegypti.

c. Minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix) dapat dijadikan alternatif

Insektisida nabati. Walaupun harga lebih mahal tetapi ini lebih aman untuk

digunakan oleh manusia.

d. Tidak diketahui kandungan senyawa yang paling poten dari minyak daun

jeruk purut (Citrus hystrix) yang dapat membunuh larva instar II nyamuk

Aedes aegypti

B. SARAN

a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui derajat iritatif

minyak daun jeruk purut terhadap kulit dan mukosa manusia.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk sediaan yang

lebih dapat diterima pengguna minyak daun jeruk purut ini.

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi yang lebih

dari 1000ppm yang dapat membunuh larva 100%.

d. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari senyawa aktif yang terkandung


dalam minyak daun jeruk purut yang paling memiliki potensi untuk
membunuh larva instar II nyamuk Aedes aegypti.

56

Anda mungkin juga menyukai