Anda di halaman 1dari 13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi merokok
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan
bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si
perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya (Subanada, 2004). Sedangkan
menurut Bustan (2007), merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dimana-mana mudah menemui orang merokok
khususnya lelaki dan lainnya wanita, anak kecil-tua renta, kaya-miskin dan tidak ada
terkecuali.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 sampai 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah, lalu dibakar pada salah satu ujungnya dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Saat ini jumlah perokok, terutama jumlah perokok remaja terus bertambah.
Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajad kesehatan
masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan dunia telah memberikan peringatan bahwa
dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta per tahun, 70%
diantaranya terjadi di negara-negara berkembang.

B. Kandungan Rokok
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat
atau partikel (8%). Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui
dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas. Kedua,
komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan
demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya

9
berupa partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap tembakau
yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping adalah asap tembakau
yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang dikenal
sebagai perokok pasif.
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,
karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker
(karsinogen). Nikotin paling banyak dijumpai di dalam rokok. Kadar nikotin pada
rokok putih adalah 4-5mg, sedangkan pada rokok kretek adalah 5 mg. Kandungan
kadar karbon monoksida di dalam rokok kretek lebih rendah daripada di dalam rokok
putih. Kadar tar pada rokok putih adalah 14-15 mg, sedangkan pada rokok kretek
adalah 20 mg.

Gambar 3.1. Bahan-bahan Berbahaya pada Rokok

10
Komponen Racun dalam Rokok :
1. Zat kimia
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya,
yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih ban bahan-bahan
lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat
digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan
tembakau tanpa asap. Komponen gas asap rokok adalah karbon manoksida,
amoniak, asap hidrrosianat. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbozal
dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker. Asap
yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap
samping. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis diantaranya bersifat karsinogetik (dapat menyebabkan kanker) di mana
bahan racun ini lebih banyak di dapatkan pada asap samping, misalnya karbon
monoksida 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada
asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat
bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah merokok
berhenti.
2. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh
darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya.
Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa
membuat seorang ketagihan. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis
dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen. Selain menyebabkan
ketagihan merokok nikotin juga merangsang adrenalin, meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta
menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,
otak dan banyak bagian tubuh lainnya.

11
3. Timah hitam (pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug.
Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh
adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat
menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya
ini masuk ke dalam tubuh.
4. Gas karbon monoksida
Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berkaitan
dengan hemoglobin ini berkatain dengan oksigen yang sangat penting untuk
pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat pada oksigen, maka
gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Karbon monoksida
menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan
oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan
tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat aterosklerosis. Di samping itu asap rokok mempengaruhi fropil
lemak. Dibandingkan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih
rendah
5. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk
ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat
dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran
pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per
batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

12
C. Klasifikasi Perokok
Tingkatan merokok setiap orang berbeda-beda tergantung dari seberapa
sering seseorang itu merokok, jumlah rokok yang dihisapnya dan lamanya
merokok, tetapi perlu diketahui sebelumnya seseorang dikatakan perokok jika ia
memiliki kebiasaan merokok minimal 4 batang per hari juga telah menghisap 100
batang rokok selama hidupnya (Perwitasari (2006), dalam Frihartine (2013).
Sedangkanjenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai berat. Dimana
perokok ringan jika merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang
mengisap 10-20 batang per hari dan perokok berat jika lebih dari 20 batang per
hari (Bustan, 2007).
1. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang
yang menghisap rokok walau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap
rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk kedalam
paru-paru.
2. Perokok pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap
rokok orang lain. Rumah merupakan tempat berlindung termasuk dari asap
rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap
rokok. Perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajad
kesehatan masyarakat ,salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga
yang merokok.

D. Bahaya Perokok Aktif dan Perokok Pasif


Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh seperti yang dijelaskan oleh
Depkes RI (2004) dalam Depkes RI (2010), yaitu rokok pada dasarnya merupakan
pabrik bahan kimia berbahaya dimana saat batang rokok terbakar, maka asapnya
menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama, yaitu nikotin

13
yang menyebabkan ketergantungan/adiksi, tar yang bersifat karsinogenik
sedangkan karbon monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin
sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang dan bahan-bahan kimia lain yang
beracun. Seseorang membakar kemudian mengisap rokok, maka ia akan sekaligus
mengisap bahan-bahan kimia yang disebutkan di atas, dimana rokok yang dibakar,
maka asapnya juga akan beterbangan disekitar si perokok. Asap yang beterbangan
itu juga mengandung bahan yang berbahaya baik bagi si perokok sendiri maupun
orang disekitarnya yang tidak merokok. Asap perokok yang di isap si perokok
disebut juga asap utama (mainstream smoke) dan asap yang keluar dari ujung
rokok yang terbakar yang diisap orang lain sekitar perokok disebut asap
sampingan (Aditama, 2006).
Merokok secara aktif maupun secara pasif membahayakan tubuh, seperti:
Menyebabkan kerontokan Tulang lebih mudah patah
rambut Menyebabkan kanker kulit
Gangguan pada mata seperti Menyebabkan kemandulan dan
katarak impotensi
Kehilangan pendengaran lebih Menyebabkan kanker rahim
awal dibandingbukan perokok dan keguguran.
Menyebabkan paru-paru kronis
Merusak gigi dan bau mulut
Menyebabkan stroke dan
serangan jantung

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Merokok


Menurut Juniarti (2011) dalam Mutadin (2002), faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok tersebut antara lain :

14
1. Faktor orang tua
Salah satu yang menyebabkan remaja menjadi perokok yaitu mereka
anak-anak muda yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, dimana
orang tua masing-masing kurang peduli terhadap kehidupan anak-anaknya
serta memberikan hukuman fisik yang keras sehingga membuat mereka
(remaja) lebih mudah menjadi perokok dibandingkan dengan remaja yang
tinggal dengan keluarga yang harmonis (Baer dan Corado dalam Atkinson
(2009), dalam Depkes RI, 2010). Remaja yang berasal dari keluarga yang
konservatif atau yang lebih menekankan pada nilai-nilai sosial dan
keagamaan dengan baik dengan tujuan jangka panjang maka akan lebih sulit
untuk terkait dengan masalah rokok atau tembakau dan obat-obatan lainnya
dibandingkan dengan keluarga yang permisif pada suatu penekanan falsafah
sehingga pengaruhnya lebih kuat bila orang tua sendiri menjadi figur contoh
sebagai perokok berat, maka anak-anak juga akan kemungkinan besar untuk
menirunya (Depkes RI, 2010).
Kejadian merokok ini lebih banyak ditemui pada mereka yang
tinggal dengan satu orang tua (single parent). Pada ayah yang perokok, justru
remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok jika ibu mereka yang
merokok, akan tetapi hal ini lebih terlihat pada remaja putrid (Al Bachri,
2011 dalam Depkes RI (2010). Hampir tiga perempat dari rumah tangga di
Indonesia memiliki anggaran belanja rokok atau minimal ada satu perokok
di dalam rumah, dimana remaja berusia 13-15 tahun sebesar 64 persen
terpapar asap rokok di dalam rumah (Widyastuti (2004), dalam Jaya (2009).
Kebiasaan merokok juga disebabkan karena faktor sosio-kultural atau
pengaruh orang tua yang perokok sehingga jumlah perokok di kalangan
remaja lebih meningkat (Aditama, 2006). Faktor-faktor lingkungan seperti
orang tua, saudara kandung yang merokok sangat memegang peranan
penting hingga mencapai 75% dari salah satu orang tua yang merokok.
Selanjutnya, Subanada juga mengatakan disebuah studi kohort pada anak-

15
anak SMU mempunyai prediktor yang bermakna dalam peralihan dari
kadang-kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah karena
orang tua merokok dan konflik keluarga (Subanada, 2004).
Upaya untuk mengatasi kejadian merokok pada keluarga ini cara
yang paling efektif yaitu menggunakan konseling, pendidikan kesehatan,
komunikasi asertif, terapi perubahan perilaku yang dapat menurunkan
konsumsi rokok, menolak ajaran merokok atau narkoba dan meningkatkan
kualitas komunikasi orang tua dan remaja terutama dalam melakukan
komunikasi asertif (Depkes RI 2010).
2. Faktor teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja
yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan
yang terjadi, yang pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut,
hingga akhirnya mereka semua menjadi perokok, diantaranya remaja
perokok 87% memiliki minimal satu atau lebih sahabat yang perokok begitu
juga dengan remaja bukan perokok (Al Bachri, 2011 dalam Depkes RI,
2010). Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja
biasanya dilakukan bersama teman-temannya. Jika seorang remaja tidak
ikutikutan merokok maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi atau
dikesampingkan (Aditama, 2006).
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa dan membebaskan diri dari
kebosanan (Depkes RI, 2010). Jika mereka (remaja) berhenti merokok,
mereka akan susah berkonsentrasi, gelisah bahkan bias gemuk, sedangkan
jika merokok akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide atau inspirasi
sehingga faktor ini banyak memengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat

16
(Soewondo (2003) dari Fakultas Psikologi UI dalam Depkes RI (2010).
Sejalan dengan penelitian diatas alasan seseorang mulai merokok karena
merasa kesepian, sebagai gaya atau pelarian sehingga mereka menganggap
rokok ditampilkan sebagai sesuatu yang baik, tergambar dalam identifikasi
rokok sebagai suatu yang nikmat, tampan, berani, macho, santai, optimistis,
kreatif, penuh petualangan dan penuh kebanggan (Bustan, 2007).
4. Faktor iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour sehingga
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut (Juniarti, 2011 dalam Depkes RI, 2010). Dalam
Jaya (2009), disebutkan bahwa ada penelitian yang dilakukan US Surgeon
General iklan rokok menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi remaja
untuk merokok. Dari hasil penelitiannya iklan, promosi dan sponsor rokok
telah menciptakan dan menanamkan norma kepada anak bahwa kejadian
merokok adalah baik dan biasa. Dalam Jaya (2009) juga mengatakan bahwa
keprihatinan terhadap iklan rokok ini juga sempat diungkapkan Menteri
Kesehatan Siti Fadilah Supari yang menurutnya rokok masih dianggap
sebagai penghasilan utama pemerintah sehingga menjadi polemik dalam
pengendalian masalah tembakau seperti industri rokok juga berkepentingan
mengembalikan citra positif di masyarakat dengan menjadi sponsor di
berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Badan POM mencatat 14.249 iklan
rokok tersebar di media elektronik sebanyak 9.230, media luar ruangan
sebanyak 3.239 dan media cetak sebanyak 1.780, hingga kini tanpa kendala
iklan rokok terus mempromosikan bahan yang syarat pelanggaran hak anak
baik hak hidup, hak tumbuh dan berkembang maupun hak untuk
memperoleh perlindungan (Bustan, 2007).
Sejalan dengan situasi diatas, salah satu faktor lingkungan penting
yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok adalah iklan. Kini di

17
berbagai Negara Eropa dan Amerika telah banyak dilakukan usaha untuk
membatasi iklan rokok factor lingkungan lain yang berperan adalah
kemudahan mendapat rokok baik dari sudut harganya yang relatif murah
maupun ketersediaannya dimana-mana. Data jelas menunjukkan bahwa
rokok hanya bisa dinikmati oleh kelompok yang lebih kuat ekonominya.
Penjualan rokok secara terang-terangan yang ada di Arab, India dan juga
negara kita jelas merupakan salah satu faktor yang mempermudah orang
untuk membeli rokok. Pelarangan penjualan rokok di vending machine
Singapura merupakan salah satu contoh upaya membuat rokok tidak mudah
didapat (Aditama, 2006). Pemerintah perlu secara aktif menghilangkan
kebiasaan merokok pada rakyatnya tidak sekedar dengan peringatan ala
kadarnya yang ditulis dibungkusbungkus rokok atau di bawah papan iklan
rokok, hanya karena menimbang bahwa pemasukan dari cukai rokok sangat
besar. Dari data Indonesia tahun 2002 lalu cukai yang diperoleh dari industri
rokok mencapai 22,3 rupiah triliun (Jaya, 2009).
Slogan-slogan yang gencar diberbagai iklan media elektronik, cetak
dan luar ruang sangat berpengaruh besar sebagai pemberi sponsor setiap
event anak muda seperti konser musik dan olahraga. Hampir setiap konser
musik dan event olahraga di Indonesia disponsori oleh industri rokok bahkan
mereka membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkannya dengan
menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut (Jaya, 2009). Dalam iklan-
iklan kebiasaan meokok digambarkan sebagai lambang kematangan,
kedewasaan, dan popularitas (Aditama, 2006).

F. Dampak Merokok
Akibat dari kebiasaan merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena
dapat menimbulkan berbagai penyakit baik secara langsung maupun tidak
langsung antara lain menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas

18
serta jaringan paru-paru, penyebab penyakit jantung koroner (PJK), stroke atau
bahkan dampak paling buruk adalah meninggal.
Dampak merokok sendiri tidak akan terlihat langsung, karena penyakit
yang ditimbulkan akibat merokok baru akan terlihat beberapa tahun kemudian
(Tandra (2003). Merokok akan memengaruhi lingkungan, orang lain atau orang
terdekat. Seorang yang bukan perokok bila terus menerus terkena asap rokok
dapat menderita dampak kesehatan yang sama dengan perokok yang
mengakibatkan napas berbau, warna kecoklatan pada kuku dan gigi serta bau
tidak enak pada rambut dan pakaian, kulit menjadi keriput lebih awal (Depkes RI
2010). Bahaya merokok terhadap kesehatan seperti batuk kering, kanker paru-
paru, kanker mulut, perasaan takut, gemetar, risau, bimbang, melemahkan akal,
mengurangi nafsu makan, menguningkan wajah dan gigi, menyempitkan
pernafasan, dan lain sebagainya (Susanti (2004).

1. Dampak terhadap Paru-paru


Merokok dapat menyebabakan perubahan struktur dan fungsi saluran
napas dari jaringan paru-paru. Pada saluran besar, sel mukosa membesar dan
kelenjar mucus bertambah banyak. Pada saluran nafas kecil, terjadi radang
ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.
Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macan gejala klinisnya. Hal
ini menjadi dasar utama terjadainya penyakit obstruksi paru menahun.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4- 5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok,
terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara
tegas mengatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama rerjadinya kanker
paru-paru.

19
2. Dampak terhadap Jantung
Banyak peneliti mengatakan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner. Dari 11 juta kematian per tahun di Negara industri
maju, WHO melaporkan lebih dari setengah disebabkan gangguan sirkulasi
darah di mana 2,5 juta adalah stroke. Bukan hanya menyebabkan penyakit
jantung koroner, merokok juga berakibat buruk pembuluh darah otak dan
perifer.
a. Penyakit jantung coroner
Merokok terbukti merupakan factor risiko terbesar untuk mati
mendadak. Resiko terjadi penyakit jantung koroker meningkat 2-4 kali
pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat
dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Perlu diketahui
bahwa risiko kematian akibat PJK berkurang 50% pada tahun pertama
sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan dan pengapuran dinding
pembuluh darah (arterosklerosis), merokok jelas merusak pembuluh darah
perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di
tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat yang biasanya akan berakhir dengan amputasi.
b. Penyakit (stroke)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau
stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko strok dan risiko
kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan merokok.

G. Menghentikan Kebiasaan Merokok


Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas
dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan
penyuluhan khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan
usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan
penyuluhan kesehatan masyrakat pada umumnya. Tokoh-tokoh panutan

20
masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan,
artis dan olahragawan sudah patutnya menjadi teladan dengan tidak merokok.
Terdapat beberapa cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika,
menunda, dan mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekat yang
bulat untuk melaksanakan cara tersebut. Cara seketika ini merupakan upaya yang
yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga
kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat aditif.
Perokok dapat menunda penghisapan rokok pertama 2 jam setiap hari.
Sebagai contoh : seorang perokok biasanya merokok setiap hari pada
pukul 07.00 pagi, maka pada:
Hari 1 : pukul 09.00 Hari 5 : pukul 17.00
Hari 2 : pukul 11.00 Hari 6 : pukul 19.00
Hari 3 : pukul 13.00 Hari 7 ; pukul 21.00
Hari 4 : pukul 15.00
Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.
Sebagai contoh :

Hari 1 ; 24 batang Hari 5 : 8 batang

Hari 2 : 20 batang Hari 6 : 4 batang

Hari 3 : 16 batang Hari 7 : 0 batang

Hari 4 : 12 batang

21

Anda mungkin juga menyukai