Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengontrolan air menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktifitas


penggalian dalam hal ini adalah dalam penambangan batubara, maka faktor-faktor
yang perlu di pertimbangkan antara lain sistem pengontrolan air . ada banyak
sumber yang di gunakan dalam pengontrolan air namun yang di bahas spesifik
dalam penelitian ini adalah sumber air limpasan. Hal ini di sebebkan karena
kebanyakan air yang masuk kedalam lokasi kerja sebagian besar adalah air hujan.
Untuk mengontrol air limpasan di butuhkan data curah hujan.
Curah hujan adalah volume atau jumlah air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m 2 jumlah
air yang jatuh sebanyak 1 liter.
.
II.1. Mine Dewatering
Mine Dewatering merupakan upaya mengeluarkan air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Upaya ini terutama dilakukan untuk menangani air yang
berasal dari air hujan. Upaya mine dewatering yang di aplikasikan dalam
penelitian ini adalah metode paritan dan metode kolam terbuka.

II.1.1. Metode Paritan


Sistem ini idealnya di terapkan pada tambang terbuka, jumlah parit di
sesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mungkin bisa lebih dari satu. Dimensi
parit di ukur berdasarkan volume maksimum yang di bahas dalam rumus
manning pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan
kemiringan lereng.

gambar 2. Penampang melintang parit

6
Metode paritan di gunakan dalam perencaaan penambangan ini karena
areal penambangan batubara tersebut adalah areal penambangan terbuka
dengan menggunakan metode strip mine.
Dalam metode paritan hal-hal yang musti di perhatikan adalah peta
topografi serta peta daerah aliran sungai wilayah kerja Site 1, debit air
limpasan yang di dapat dari perhitungan curah hujan, data tata guna lahan dan
geometrik saluran penampang yang menggunakan rumus manning untuk
menentukan saluran penampang yang di inginkan. Data-data tersebut
kemudian akan di olah dalam rumus rumus perhitungan sebagai berikut :
2 1
= 3 2 Q = debit aliran (m3/dt)

= / v = kecepatan aliran (m/dt)

= ( + ) A = luas basah potongan melintang aliran (m2)

= + 2 2 + 1 R = jari jari hidrolis (m)

= P = panjang basah (m)

= b = lebar dasar saluran (m)

= / h = kedalaman aliran (m)

= / I = kemiringan energi (kemiringan dasar saluran)

k = koefisien kekasaran strikler (m / dt)

m = kemiringan talud ( 1 vert : m har)

w = tinggi jagat (m)

1. Perhitungan debit air hujan (Q)


Untuk menghitung debit air hujan digunakan rumus Rasional USCCS 1973
dimana :

=

DR = Kebutuhan pengambilan air = Rata Rata Curah Hujan 5 Tahun


Terakhir (Periode Ulang) = Intensitas Curah Hujan.

7
A = Luas (lihat tabel 3. data tata guna lahan)

Tabel 2. Data Tata Guna Lahan (Suripin 2004)


No Jenis Tata Guna Lahan Ai (ha) Ci
1 Lahan Terbuka (taman) 140 0.20
2 Hutan 128 0.15
3 Perumahan 90 0.35
4 Industri berat 42 0.90
5 Jalan aspal 50 0.80
450

2. Perhitungan kecepatan rencana (V)

Tabel 3. Panduan Dalam Merancang Dimensi Saluran (Kareth, 2014)

(3/ ) ( / ) Keterangan

0.000 - Minimum 1: 1 = 0.30


0.050 0.25
0.050 1 0.25 0.30 1: 1
0.150
0.150 1 0.30 0.35 1: 1 =
0.300
0.300 1.5 0.35 0.40 1: 1 = (2/)
0.400
0.400 1.5 0.40 0.45 1: 1 = (2 )
0.500
0.500 2 0.45 0.50 1: 1 =
0.750
0.750 1.50 2 0.50 0.55 1: 1 = ( /)
1.50 - 3 2.50 0.55 0.60 1: 5 > 10 3 /, = 50
3 - 4.5 3 0.60 0.65 1 5 5 10 3 /, = 47,50
4.5 - 6 3.50 0.65 0.70 1 :5 5 3/ , = 45
6 -7.50 4 -0.70 1:5 , = 42.50
7.50 9 4.50 - 0.70 1:5 , = 40
, = 60
9 - 11 5 -0.70 1:5 = = / ()
11 15 6 -0.70 1:5 =
15 25 8 -0.70 1:2

8
25 40 10 -0.75 1:2
= ()
40 80 12 -0.80 1:2

3. Perhitungan luas penampang basah (A)


= /
dimana :
Q = debit (m3/s)
V = kecepatan (m/s)

4. Perhitungan kemiringan talud (m)


Kemiringan talud ditentukan melalui tabel 3, di sesuaikan dengan nilai Q.

5. Perhitungan nilai perbandingan n (b/h)


Didapat dari tabel 3.

6. Perhitungan ketinggian air (h)


=
+

dimana :
A = Luas penampang basah
m = kemiringan talud
n = perbandingan b/h


=
+

7. Perhitungan lebar dasar saluran (b)


=
Dimana :
h = ketinggian air

8. Perhitungan lebar dasar saluran di lapangan (b)

9
Nilai b bulatkan ke 5 cm terdekat

9. Perhitungan luas basah rencana (A)


= ( + )
dimana :
b = pembulatan lebar dasar saluran
m = kemiringan talud
h = ketinggian air

10. Perhitungan keliling basah (P)


= + ( + ),
dimana :
b = pembulatan lebar dasar saluran
m = kemiringan talud
h = ketinggian air

11. Perhitungan jari-jari hidrolik (R)


= /
dimana :
A = luas basah rencana (m2)
P = keliling basah (m)
12. Perhitungan koefisien Strickler (k)
Koefisien Strickler ditentukan pada tabel 3.

13. Perhitungan kecepatan aliran rencana (V)


= /
dimana :
Q = debit rencana (m3/s)
A = luas basah rencana (m2)

14. Perhitungan kemiringan saluran pada arah memanjang (i)

10

=

dimana :
V = kecepatan aliran rencana (m/s)
K = Koefisien Strickler
R = Jari-jari hidrolik (m)

15. Perhitungan freeboard (W)


= +
dimana :
h = ketinggian air (m)
W = freeboard (m)

II.1.2. Metode Kolam Terbuka


Kolam Penampung (Sump) merupakan kolam penampungan air yang di
buat untuk penampung air limpasan, yang di buat sementara sebelum air di
pompakan. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan atau
dialirkan kembali melalui saluran melimpah. Ada dua sistem penyalir tambang,
yaitu :
1. Sistem penyaliran memusat
Pada sistem ini sump sump akan di tempatkan di setiap jenjang
tambang (bench), dengan sistem pengalirannya dari jenjang paling atas
menuju jenjang dibawahnya sehingga akhirnya air di pusatkan di Main
Sump (balong induk).
2. Sistem penyaliran tidak memusat
Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif dangkal
dengan keadaan geografis daerah luar tambang memungkinkan untuk
mengalirkan air langsung dari sump ke luar tambang.
Berdasarkan penempatannya sump dapat di bedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu :

11
1. Travelling Sump (balong front), sump ini di buat pada daerah front
tambang, baik secara terencana yang di gambarkan pada peta jangka
pendek atau tidak terencana sebelumnya.
2. Sump Jenjang atau sump transit, sump ini dibuat secara terencana
dalam pemilihan lokasi maupun volumenya.
Main Sump (balong induk), sump ini di buat sebagai penampungan air
terakhir dan dapat di gunakan sebagai cadangan air. Merencanakan kolam
terbuka yang sesuai dengan areal penambangan site 1, maka data data
yang di perlukan adalah peta topografi, peta daerah aliran sungai,
perhitungan debit air limpasan, penentuan catchment area (daerah tangkapan
hujan) serta waktu konsentrasi.
Catchment area adalah suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana
batas wilayah tangkapannya di tentukan dari titik titik elevasi tertinggi
sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan
arah gerak air. Sedangkan untuk waktu konsentrasi adalah waktu yang di
perlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke tempat penyaliran, rumus
yang digunakan adalah rumus Kirpich, yaitu :

,

= (, )

Keterangan :
tc = waktu terkumpulnya air (menit)
L = jarak terjauh sampai titik pengaliran (meter)
H = beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat
berkumpulnya air (meter).
Setelah menghitung waktu konsentrasi maka untuk merencanakan
kolam hal yang di lakukan selanjutnya adalah menghitung kapasitas
tampung, yang di tampilkan dengan persamaan kontinuitas sebagai berikut :

=

12
Dimana, Q adalah Debit Air Limpasan (m3/detik), adalah volume
tampung Air (m3) dan tc adalah waktu konsentrasi (detik)

13

Anda mungkin juga menyukai