Definisi 1:
Ruang sampel, S, adalah himpunan semua hasil yang mungkin diperoleh dari
suatu percobaan. Setiap anggota dari ruang sampel disebut titik-titik sampel.
Ruang sampel terdiri atas dua macam, yaitu, ruang sampel diskrit dan ruang
sampel kontinu.
Definisi 2:
Ruang sampel diskrit adalah ruang sampel yang mempunyai banyak
anggotanya berhingga atau tidak berhingga tetapi dapat dihitung (countable).
Contoh:
Jika dilakukan pecobaan pelemparan dua buah koin sekaligus, maka ruang
sampelnya adalah S = {AA, AG, GA, GG}
Jika dilakukan percobaan pelemparan sebuah dadu, maka ruang sampelnya
adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Jika dilakukan percobaan pelemparan sebuah koin sampai muncul gambar
(G) pertama kali, maka ruang sampelnya adalah S = {G, AG, AAG,
AAAG, AAAAG, }
Definisi 3:
Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan
interval pada garis bilangan real.
Contoh:
Penelitian mengenai jarak tempuh suatu mobil merek tertentu yang dijalankan
pada jalan tertentu dengan 5 liter bensin.
Pengamatan mengenai lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu reaksi
kimia.
Definisi 4:
Sebuah (ruang) kejadian adalah sebuah himpunan bagian dari ruang sampel S,
yang memiliki karakteristik tertentu.
Karena sebuah kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel, maka
ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi, yakni:
Ruang sampel, S, merupakan sebuah kejadian.
Himpunan kosong, , merupakan sebuah kejadian.
Beberapa hasil yang mungkin dari ruang sampel merupakan sebuah kejadian.
Contoh:
Andaikan dari Jakarta kita dapat pergi ke Bogor menggunakan kendaraan
bermotor melalui Parung, atau jalan lama Cibinong, atau jalan tol Jagorawi. Dan
andaikan dari Bogor kita dapat ke Bandung melalui Sukabumi atau Cianjur.
Selain itu, andaikan dari Jakarta kita juga dapat ke Bandung melalui jalan tol
Cikampek atau jalan lama Bekasi lewat Purwakarta. Akan tetapi, hanya ada satu
jalan raya dari Purwakarta menuju Bandung. Ada berapa pilihan untuk pergi ke
Bandung dari Jakarta?
Jawab:
Jika melalui Bogor ada 3 2 pilihan dan jika melalui Purwakarta ada 2 1
pilihan. Jadi, banyaknya pilihan ada 3 2 + 2 1 = 8 macam.
b. Permutasi
Definisi 4.1 (Permutasi)
Permutasi adalah sebuah susunan dari sekumpulan objek dengan
memperhatikan urutannya.
Contoh:
Banyaknya permutasi yang berbeda yang dapat disusun dari huruf-huruf
dalam kata LATIH adalah 5! = 120.
Contoh:
Banyaknya permutasi yang berbeda yang dapat disusun dari huruf-huruf
dalam kata CACAH adalah 5!/(2!2!1!) = 30.
Definisi 4.5
Banyaknya cara menyekat suatu himpunan n benda dalam r sel, masing-masing
berisi n1 unsur dalam sel pertama, n2 dalam sel kedua, , adalah:
n n!
n1 , n2 ,, nr n1!n2 !nr !
dengan n1 + n2 + + nr = n
Permutasi Melingkar
Definisi 4.6
Banyaknya permutasi n benda berlainan yang disusun melingkar adalah
(n 1)!
Contoh:
Dalam suatu ruangan diskusi dengan bentuk meja melingkar, akan
berlangsung diskusi yang akan diikuti 6 peserta. Banyaknya cara keenam orang
tersebut duduk pada 6 kursi yang disusun melingkar adalah (6 1)! = 5! = 120
cara.
c. Kombinasi
Definisi 4.7 (Kombinasi)
Kombinasi adalah sebuah susunan dari sekumpulan objek dengan tanpa
memperhatikan urutannya.
Definisi 4.8
Misalkan dipunyai n objek yang berbeda. Jika k obyek diambil dari n obyek,
maka banyaknya kombinasi yang mungkin ada
Teorema 1.
Bila suatu percobaan dapat menghasilkan N titik sampel yang berpeluang
sama, dan bila tepat sebanyak n dari hasil percobaan berkaitan dengan kejadian A,
maka peluang kejadian A adalah
Sifat-sifat peluang:
0 P(A) 1
P() = 0
P(S) = 1
Untuk kejadian A dan B, P(AB) = P(A) + P(B) P(AB)
Jika kejadian A dan B saling asing (mutually exclusive) maka P(AB) = 0,
dalam hal ini bila A B = .
Kejadian A dan B dikatakan saling bebas (independent) jika P(AB) =
P(A)P(B)
Teorema 2.
Jika AC adalah adalah komplemen dari suatu kejadian A, maka P(AC) = 1 P(A).
Teorema 3.
Jika A B, maka P(A) P(B) adalah adalah komplemen dari suatu kejadian A,
maka P(AC) = 1 P(A)
Teorema 4.
Untuk setiap dua peristiwa A dan B, berlaku
P(A|B) = P(A) P(AB)
3. Peluang Bersyarat
Definisi 5:
Jika A dan B adalah dua kejadian yang dibentuk dari ruang sampel S, maka
peluang bersyarat dari B diberikan A didefinisikan sebagai:
P(A B)
P(B | A)
P(A)
dengan 0 < P(A) < 1.
Dalam hal ini, P(B|A) berarti ingin dihitung peluang kejadian B, apabila
kejadian A sudah terjadi.
Definisi 6.
Dua kejadian A dan B dikatakan kejadian yang saling bebas, jika dan hanya
jika
P(A B) = P(A) P(B).
Jika dua buah kejadian tidak saling bebas, maka dua kejadian tersebut
dikatakan saling bergantung.
Teorema 6.
Jika dua buah kejadian A dan B saling bebas, maka:
dua buah kejadian A dan BC juga saling bebas.
dua buah kejadian AC dan B juga saling bebas.
dua buah kejadian AC dan BC juga saling bebas.
Definisi 7.
Tiga buah kejadian A, B, dan C dikatakan saling bebas, jika dan hanya jika
dipenuhi persyaratan berikut:
Kejadian-kejadian yang berpasangan saling bebas, yakni,
a) P(A B) = P(A) P(B)
b) P(A C) = P(A) P(C)
c) P(B C) = P(B) P(C)
d) P(A B C) = P(A) P(B) P(C)
5. Aturan Bayes
Perhitungan peluang bersyarat Bayes didasarkan pada beberapa kejadian yang
merupakan partisi dari ruang sampel.
Definisi 8 (Partisi):
Kejadian-kejadian B1, B2, , Bk dikatakan partisi dari ruang sampel S, jika:
a. Bi Bj = , untuk semua i j
n
b. B
k 1
i S
c. P(Bi) > 0 , untuk semua i = 1, , k
k k
P(A) P(B i A) P(B i ) P(A | B i )
i1 i1
Contoh:
Tiga anggota koperasi dicalonkan menjadi ketua. Peluang Pak Ali terpilih 0,3,
peluang Pak Badu terpilih 0,5, sedangkan peluang Pak Cokro terpilih 0,2. Jika Pak
Ali terpilih maka peluang kenaikan iuran koperasi adalah 0,8. Jika Pak Badu atau
Pak Cokro terpilih maka peluang kenaikan iuran adalah masing-masing 0,1 dan
0,4.
a. Berapakah peluang iuran akan naik?
b. Bila seseorang merencanakan masuk menjadi anggota koperasi tersebut tapi
menundanya beberapa minggu dan kemudian mengetahui bahwa iuran telah naik,
maka berapakah peluang Pak Cokro terpilih jadi ketua?
Jawab:
Misal: A = orang yang terpilih menaikkan iuran
B1 = Pak Ali yang terpilih
B2 = Pak Badu yang terpilih
B3 = Pak Cokro yang terpilih
Dengan demikian,
a. P(A) P(B1 ) P(A |B1 ) P(B2 ) P(A |B2 ) P(B3 ) P(A |B3 )
(0,3)(0,8) (0,5)(0,1) (0,2)(0,4)
0,37