Anda di halaman 1dari 5

BAB II

ANALISIS KASUS

2.1. analisis Anamnesis


Pasien datang dengan keluhan BAB cair berlendir bercampur darah. Diare sudah dirasakan 2
hari sejak masuk rumah sakit. Diare sehari sebelumnya sebanyak 9x, tiap BAB jumlahnya
sedikit, berwarna kuning cair dengan sedikit ampas dan tidak ada lendir dan darah. Hari ini
pasien mengeluhkan BAB cair sebanyak 6x dengan jumlah cukup disertai lendir dan darah.
Tiap kali ingin buang air besar pasien merasakan kesakitan pada perutnya. Pasien juga
mengalami demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak terlalu tinggi dan tidak
menggigil serta turun dengan pemberian obat penurun panas. Selain itu sehari 1 hari SMRS
pasien muntah sebanyak 2x.Muntah berisi air bercampur makanan sebanyak kurang lebih
gelas belimbing. Saat ini pasien tidak mengeluhkan mual, pusing, batuk ataupun pilek. Tidak
ada riwayat alergi susu ataupun obat pada pasien. Tidak ada keluhan saat BAK. Sebelumnya
pasien sudah dibawa berobat ke dokter praktek umum. Pasien mendapatkan obat muntah,
obat batuk dan obat diare dan metronidazole. Orang tua membawa pasien ke IGD dengan
alasan diare tidak berhenti dan mulai timbul darah. Pasien tampak kehausan saat tiba di IGD.
Kronologis diare:
Tanggal 9 Agustus 2017 pasien mengalami diare sebanyak 9 kali, setiap BAB
jumlahnya sedikit, berwarna kuning cair dengan sedikit ampas dan tidak ada lendir
dan darah.
Tanggal 10 Agustus 2017 pasien mengeluhkan BAB cair sebanyak 6 kali dengan
jumlah cukup disertai lendir dan darah
Tanggal 11 Agustus 2017 pasien mengeluhkan BAB cair sebanyak 5 kali dengan
jumlah sedikit setiap BAB nya, BAB berwarna hijau, darah (-), lendir (+).

Berdasarkan anamnesis pasien ini mengalami diare akut, dimana kriteria diare akut adalah
suatu keadaan dimana pasien buang air besar lebih sering dari biasanya ( 3 kali atau lebih)
dengan konsisensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.

Pasien mengalami diare yang disertai darah, lendir dan pada diare hari ke 3 warna feses
menjadi kehijauan, dimana berdasarkan buku tatalaksana diare balita di Indonesia ileh
Kemenkes RI diare dengan ciri ciri tersebut merupakan diare yang bermasalah dan
membutuhkan pengobatan tambahan berupa antibiotik maupun anti parasit.
2.2 Analisis Pengobatan Diare Pada Pasien

Pasien di bangsal mendapatkan terapi:

1. Infus Ringer Laktat 10 tpm makro


2. Injeksi ondansentron 1 mg/KP
3. Sanmol drop 3 X 1 cc (jika demam)
4. Lacto B Sach 2 X1
5. InterZinc Syrup 1 x 1 cth
6. Metronidazol 2 X 1 cth
7. Cek Darah Rutin.

1. Rehidrasi Cairan
Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk menggantik kehilangan
cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgbb setiap diare cair. Atau jika pasien
muntah setiap kali diberikan rehidrasi oral walaupun diberikan dengan selang nasograstik dan
perlahan lahan, maka cairaan dapat diberikan secara intravena, cairnan yang diberikan dapat
berupa NaCl , KaEn, ataupun Ringer laktat, dengan takaran :
1, berat badan 3-10kg: 200cc/kgbb/hari
2. berat badan 10-15kg: 175cc/kgbb/hari
3. berat badan >15 kg: 135cc/kgbb/hari
Jika diukur dengan rumus rehidrasi pasien dengan berat badam 10kg dan dengan diagnosis
awal dehidrasi ringan sedang, maka seharusnya pasien mendapatkan cairan intravena dengan
kecepatan 28 tetes per menit atau 1.38 cc/menit.
Ondansentron
2. Ondansentron
Ondansetron adalah antagonis reseptor 5HT yang poten dan selektif. Pemberian obat-obat
kemoterapi dan radioterapi dapat menyebabkan pelepasan 5HT ke dalam usus halus yang
akan merangsang refleks muntah dengan mengaktifkan serabut afferen vagal lewat reseptor
5HT3. Ondansetron menghambat dimulainya refleks ini. Aktivasi serabut afferen vagaljuga
dapat menyebabkan pelepasan 5HT3 dalam area postrema, yang berlokasi di dasar ventrikel
keempat, dan ini juga dapat merangsang emesis melalui mekanisme sentral. Karenanya efek
Ondansetron dalam penanganan mual dan muntah yang diinduksi oleh kemoterapi dan
radioterapi sitotoksik ini disebabkan oleh antagonisme reseptor 5HT3, pada neuron yang
berlokasi di sistem saraf pusat maupun di sistem saraf tepi. Pada percobaan psikomotor,
Ondansetron tidak mengganggu kinerja. Ondansetron tidak mengganggu konsentrasi
prolaktin dalam plasma. Ondansetron mengurangi aktivitas saraf vagus , yang menonaktifkan
pusat muntah di medulla obblogatta , dan juga blok reseptor serotonin di zona pemicu
kemoreseptor . Ini memiliki sedikit efek pada muntah yang disebabkan oleh mabuk , dan
tidak memiliki efek pada domain reseptor atau reseptor muskarinik (Jiang Hong et al, 2003)
pemberian dosis ondansentron injeksi untuk anak kurang dari 40kg, yaitu 0.1mg/kg bb,
pemberian ondansentron pada pasien dengan dosis injeksi 1mg setiap kali injeksi jika dirasa
mual adalah tepat.
3. Antipiretik
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri
(analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik). Parasetamol mengurangi nyeri dengan
cara menghambat impuls/rangsang nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam
dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus. Dosis paracetamol
yang dapat diberikan pada pasien pediatrik adalah 10-15mg/kgbb/kali, dengan berat
pasien 10 kg dapat dihitung dosis paracetamol nya adalah 100 mg 150 mg setiap kali
konsumsi, sanmol drop memiliki kandungan paracetamol 100mg tiap mililiternya,
Sanmol yang diresepkan adalah 3 x 1cc dalam hal ini perhitunga dosis paracetamol
sudah tepat.
4. Probiotik
Pasien mendapatkan terapi probiotik Lbio, Lbio memiliki kandungan
Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus salivarius,
Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium lactis, Bifidobacterium longum,
Lactococcus lactis, bakteri bakteri yang dikandung probiotik diduga mampu
mempercepat kesembuhan diare.
Pada saat lahir, saluran pencernaan bayi yang pada awalnya steril, selanjutnya
terkontaminasi (terkolonisasi) oleh bakteri yang berada di jalan lahir (vagina) dan
saluran cerna ibu. Perkembangan bakteri flora normal usus, diawali dengan
berkembangnya kuman Bifidobacteria, Clostridia, dan Cocci gram positif. Setelah
itu terjadi perubahan yang pesat dari flora normal usus, hal ini kemungkinan
karena pengaruh nutrisi bayi. Bifidobacteria merupakan flora normal yang paling
dominan pada bayi yang mendapatkan ASI, dibandingkan dengan kelompok bayi
yang mendapatkan susu formula. Definisi probiotik adalah bakteri hidup atau
bakteri campuran yang mempunyai efek menguntungkan pada saluran cerna dan
saluran nafas manusia melalui kemampuannya memperbaiki keseimbangan
mikroflora usus. Definisi lain menyatakan bahwa probiotik adalah bakteri yang
bekerja mempertahankan kesehatan manusia. Bakteri ini temasuk mikroba dari
golongan bakteri asam laktat yang bekerja mempertahankan kesehatan manusia.
Terdapat tiga genus bakteri asam laktat yang sering dipakai sebagai probiotik
antara lain Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus. Selain itu, bakteri
yang juga sering digunakan untuk probiotik adalah lactococcus, dan enterococcus.
Terdapat lebih dari 10 jenis spesies Lactobacillus dan lebih dari 6 jenis spesies
Bifidobacterium dan Streptococcus Thermophilus yang paling sering dipakai
bahan makanan. Sedangkan dari kelompok jamur yang sering dipakai sebagai
probiotik adalah Saccharomyces boulardii (Wawan, jurnal udayana)

Mekanisme Aksi Probiotik

Aksi Imunologi: probiotik akan mengaktifkan makrofag lokal untuk


meningkatkan presentasi antigen kepada sel T (makrofag merupakan
APC/antigen presenting cell), kemudian sel T merilis sitokin untuk
mengaktifkan limfosit B, dan akhirnya limfosit B mensintesis imunoglobulin,
yaitu IgA. Jadi probiotik secara tidak langsung meningkatkan IgA. Selain efek
tersebut, probiotik juga mempunyai peran imunologik yang lain yaitu
memodulasi profil sitokin dan menginduksi hiposensitifitas tehadap antigen
makanan.
Aksi nonimunologi: probiotik merupakan kelompok bakteri yang meproduksi
asam laktat dari karbohidrat, sehingga pH lingkungan saluran cerna menurun,
dalam suasana asam bakteri probiotik dapat tumbuh dengan subur, sedangkan
bakteri patogen tak dapat hidup. Selain itu, probiotik juga memproduksi
bakteriosin untuk menghambat patogen, merangsang produksi musin epitel
usus MUC2 dan MUC3 (adanya peningkatan produksi musin ini akan
menghambat perlekatan kuman patogen pada mukosa saluran cerna), serta
meningkatkan fungsi barriers intestinal (fungsi pertahanan usus).
5. Terapi zinc
Terapi zinc yang didapatkan pasien adalah interzinc syrup 1 x 1 cth, dengan
sediaan 20 mg/ 5ml. Pasien berusia 2 tahun 3 bulan, sesuai dengan Pedoman
Pelayanan Medis IDAI, zinc untuk anak diatas 6 bulan diberikan 20 mg tiap hari
nya. Efek fisiologis zinc pada mukosa intestinum belum diketahui secara jelas.
Publikasi terbaru menyatakan zinc berperan dalam menghambat cAMP, kanal
kaliium sehingga pengeluaran cairan dalam intestinum berkurang. Zinc juga
meningkatkan penyerapan air dan elektrolit , meningkatkan regenerasi pada epitel
intestinum, meningktakan enzim pada brush border intestinum, dan menungkatkan
respon imun sehingga memungkinkan tubuh untuk membersihkan patogen dari
intestinum dengan lebih baik. Publikasi yang lainya melaporkan bahwa zinc
mampu menghambat toksin yang diakibatkan oleh kholera akan tetapi tidak bisa
untuk bakteri ecoli tahan panas, enterotoksin bakteri (Thajait dan Thawani, 2011).
6. Terapi metronidazole
Metronidazole dikenal sebagai antibakteri, antiprotozoa dan agen sensitizer.
Antibakteri dalam mencegah penyebaran agen infeksi atau membunuh agen
infeksi tersebut agar tidak menyebar, mekanisme kerjanya yaitu dengan merusak
sintesis asam nukleat dengan merusak DNA, sebagai anti protozoa metronidazol
bekerja dengan mendestruksi protozoa tersebut, dan sebagai agen sensitizer
metronidazole efektif mampu merusak sel yang tidak diinginkan.
Menurut panduan pelayanan medis metronidazol pada diare disentri amoeba
diberikan dengan dosis 50 mg / kgbb/ hari dibagi dalam 3 dosis.berat badan pasien
10 kilogram, dengan demikian input metronidazole perhari dosisnya adalah 500
mg/hari. Metronidazol yang diberikan adalah metronidazol syrup 2 x 1 cth. Dalam
sediaan nya metronidazol syrup adalah 125mg/ 5l, anak ini masih mendapat
dari dosis yang seharusnya diterima.

Anda mungkin juga menyukai