BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wilayah Indonesia, yang luas sekitar 5 000 km terletak pada 950 1400B T, dan pada 60 LU
110LS serta berkedudukan di khatulistiwa, terletak pada posisi perbenturan / pertemuan empat
lempeng kerakbumi aktif: Lempeng Samudera Hindia Australia di selatan yang relatif
bergerak ke utara dan Lempeng Pasifik serta Lempeng Renik Philippina di bagian timur yang
bergerak ke barat keduanya menumpu di bawah pinggiran Lempeng Asia Tenggara sebagai
bagian dari Lempeng Besar Eurasia. Keadaan seperti ini jarang terjadi di muka bumi ini. Oleh
karena itu pada 100 juta tahun yang akan datang kawasan Indonesia yang dilanggar oleh
Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Australia sehingga tersisa tinggal Pulau
Sumatera, Bangka dan beberapa pulau kecil (Russell Miller, 1990 )
Pada umumnya perbenturan lempeng kerakbumi di belahan dunia ini hanya
menyangkut dua lempengan saja. Dengan terjadinya perbenturan 4 lempengan kerakbumi
sekaligus di Kepulauan Indonesia ini, maka tidak mengherankan bilamana keadaan
tektoniknya menjadi amat rumit. Berbagai gerakan tumpuan dan papasan lempeng sangat
teramati dengan baik di wilayah ini, khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Misalnya Sesar
Mendatar Sorong bawah laut yang memotong batuan dasar di Indonesia, merupakan
manifestasi dari gerakan lempeng kulit bumi yang saling berpapasan.
Tercatat dalam sejarah dunia pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 07.45 terjadi Gempa
dengan kekuatan 8.9 Skala Richter di ikuti gelombang Tsunami yang meluluh lantakkan
sebagian kawasan Aceh dengan korban lebih dari 250.000 korban jiwa. Kekuatan gempa yang
terjadi di Samudera Hindia, atau berjarak 149 km sebelah barat Meulaboh, NAD, itu terpantau
oleh Global Seismic Network sebesar 8,2 Mw (Moment Magnitude). Sementara itu, data
seismograf di Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta menunjukkan bahwa gempa hari Minggu
pagi itu berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR). Namun, laporan CNN menyebutkan bahwa
kekuatan gempa tersebut mencapai 8,9 SR, sedangkan jaringan televisi BBC merujuk angka
8,5 SR. Radius 5-6 km bibir pantai tersapu oleh gelombang Tsunami. Dari berbagai fenomena
yang telah dijelaskan diatas perlunya pengetahuan mengenai bencana dan kesadaran terhadap
bencana sejak dini sehingga dapat meminimalisir dampak serta korban jiwa pada masyarakat.
Jumlah korban jiwa yang besar dapat di minimalisir dengan pengetahuan kebencanaan
pada masyarakat sehingga masyarakat telah siap dengan tindakan mengurangi resiko korban
jiwa maupun resiko harta benda. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana yaitu
dengan melakukan kegiatan yang disebut Mitigasi Bencanasebagaimana tercantum dalam UU
Nomor 24 Tahun 2007. Ditegaskan pula dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan
menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Karena setiap
orang harus mengambil peran dalam kegiatan pengurangan risiko bencana maka sekolah dan
komunitas di dalamnya juga harus memulai mengenalkan materi-materi tentang kebencanaan
sebagai bagian dari aktifitas pendidikan keseharian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah gempa dan tsunami itu?
2. Apa pengertian mitigasi bencana?
3. Bagaimana mitigasi gempa dan tsunami?
D. SISTEMATIKA URAIAN
Sistematika uraian masalah di dalam makalah ini merujuk kepada pedoman penulisan
karya ilmiah Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Seperti pada
umumnya makalah terdiri dari tiga bagian yang meliputi bagian pendahuluan, isi dan
kesimpulan. Bagian pendahuluan menguraikan masalah yang akan dibahas, meliputi latar
belakang, masalah, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian. Bagian isi memuat
uraian tentang hasil kajian tentang Bencana Gempa dan Tsunami, Potensi terjadi Bencana,
Gempa dan Tsunami, serta mitigasi Bencana gempa dan Tsunami. yang didukung oleh
berbagai sumber bacaan yang relevan. Kemudian bagian kesimpulan merupakan kumpulan
makna yang dapat dipetik dari hasil uraian atau pembahasan masalah.
E. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PADA SEKOLAH Dasar
1. Standar Kompetensi Kelas VI Semester 2
Memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya.
2. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga
2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam
BAB II
KAJIAN TEORI
Mari kita sejenak merenungi Firman Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah
mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan gempa
tektonik. karena dilewati jalur gempa Mediteran dan Circum Pasifik.
Sedangkan zona gempa dunia terbagi atas dua jalur, yaitu Jalur Circum Pasifik dan Jalur
Mediteranian. Jalur Circum Pasifik adalah jalur wilayah dimana banyak terjadi gempa-gempa
dalam dan juga gempa- gempa besar yang dangkal. Jalur ini terbentang mulai dari Sulawesi,
Filipina , Jepang, dan kepulauan Hawai. Jalur Mediteranian adalah jalur wilayah dimana banyak
terjadi gempa-gempa besar yang membentang dari benua Amerika, Eropah ,Timur Tengah, India
, Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.
Pada jalur inilah sering terjadi gempa-gempa tektonik dan juga vulkanik seperti pada gambar
di bawah ini.
B. PENGERTIAN TSUNAMI
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan,
dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat
setidaknya 195 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan
dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak
sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada
hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang
menyerupai gelombang pasang yang tinggi. Tsunami dan gelombang pasang sama-sama
menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami,
gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti
gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan
"pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang
pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan.
Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk
menggunakan istilah ini.
Beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak
ini. Aazhi Peralai dalamBahasa Tamil, i beuna atau aln buluk (menurut dialek)
dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam
bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di
Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa
Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Tsunami adalah perubahan
permukaan air laut secara tiba-tiba dengan gelombang yang menuju daratan yang disebabkan
oleh gempa bumi, letusan gunung api dibawah laut longsor dibawah laut, atau jatuh nya meteor
dilaut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam,gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan
korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun
material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. Dampak negatif yang diakibatkan
tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan
mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan
pertanian, tanah, dan air bersih.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik". Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat
menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya
beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya
bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi
daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.
Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning
System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
1. Penyebab Terjadinya Tsunami
9) Pemeliharaan Terumbu Karang. Terumbu karang menjadi penting dalam antisipasi bencana
akibat kerusakan yang di timbulkan oleh gelombang pasang.
10) Melakukan Pemugaran Daerah pantai. Langkah mitigasi yang bersifat cepat, tapi tidak mampu
bertahan lama adalah dengan melakukan pemugaran di sekitar bagian pantai yang sangat
beresiko.
d. Jika anda tinggal atau berada di pantai, jauhi pantai untuk menghindari terjadinya
Tsunami.
e. Jika anda tinggal didaerah pegunungan, apabila terjadi gempa bumi hindari daerah
yang mungkin terjadi longsoran.
g. Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat kejatuhan
material
1. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada
pada bagian bawah.
2. Cek kestabilan benda yang tergantung yang
dapat jatuh pada saat gempa bumi terjadi (mis:
lampu dll)
h. Alat yang harus ada di setiap tempat
1. Kotak P3K
2. Senter/lampu Battery
3. Radio
4. Makanan Suplemen dan Air
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 41
Buchari Alma dkk (2010) Pembelajaran Studi Sosial. Alfabeta: Bandung
http://www.bencana.net/artikel/analisa-teoritis-gempa-bumi-belajar-dari-bencana-
aceh.html. [online]. Di akses 20 oktober 2010
Departemen Energi dan Sumber daya Mineral (2007) Gempa Bumi dan Tsunami. Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Hamzah Latief (2005) Tsunami Aceh 2004. Tsunami Reseach Group. Kelompok Penelitian dan
Pengembangan Kelautan Institut Teknologi Bandung