Anda di halaman 1dari 3

Faktor-faktor yang mempengaruhi explorasi bawah permukaan endapan mineral

1. Medan Magnetik Bumi


a. Medan magnetik utama
Medan magnetik utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam
jangka waktu yang cukup lama (lebih dari satu tahun) mencakup daerah dengan luas lebih dari
106 km2. Proses rata-rata ini tidak menghilangkan beberapa medan periodik yang berasal dari
luar demikian juga spektrum panjang gelombang dari medan magnetik utama dan medan
magnetik lokal (Brooke, 1966). Karena medan magnetik utama bumi berubah terhadap waktu
maka untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnetik bumi, dibuat standard nilai yang
disebut dengan International Geomagnetics Reference Field (IGRF). Harga medan magnet utama
ini ditentukan berdasarkan kesepakatan internasional dibawah pengawasan International
Association of Geomagnetic and Aeronomy (IAGA).
GRF diperbaharui tiap 5 tahun sekali dan diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah
luasan sekitar 1 juta km yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Nilai-nilai IGRF tersebut dibuat
kontur isomagnetik yang menggambarkan kontur, dimana kontur tersebut mempunyai nilai
deklinasi, inklinasi dan intensitas medan magnetik yang sama. Peta kontur ini menunjukkan
variasi medan magnetik di permukaan bumi dan digunakan sebagai data referensi yang
memperlihatkan distribusi intensitas, deklinasi dan inklinasi medan magnetik bumi. Untuk
periode tahun 2000 2005 (dimana penelitian yang dilakukan termasuk dalam jangkauan
periode ini). Intensitas medan magnetik bumi berkisar antara 25.000 65.000 nT, sedangkan
untuk wilayah Indonesia daerah yang terletak di utara khatulistiwa mempunyai intensitas sekitar
40.000 nT dan di selatan khatulistiwa berkisar 45.000 nT. Ada beberapa teori yang membahas
penyebab medan magnetik utama, diantaranya teori magnetisasi permanen, teori perputaran
muatan listrik, teori perputaran benda masif, induksi badai magnetik dan teori exsitasi diri
dynamo.
b. Medan magnetik transien
Berdasarkan tempat sumbernya maka medan magnetik transien dibagi menjadi dua yaitu, medan
magnetik transien eksternal dan medan magnetik internal. Medan magnetik transien eksternal
atau disebut medan magnetik luar adalah medan transien yang sumbernya berasal dari luar bumi
(ionosfer, magnetofer). Medan magnetik ini merupakan medan magnetik yang dihasilkan dari
oleh pengaruh proses pelepasan partikel tersebut dengan medan magnetik utama serta dengan
partikel atau ion-ion yang ada di angkasa. Beberapa peristiwa yang menyebabkan medan ini
diantaranya adalah drift dari konduktivitas plasma (plasma adalah bagian dari angkasa luar yang
mempunyai muatan positif dan negatif yang jumlahnya sama), absorpsi radiasi elektromagnetik
matahari oleh ionosfer dan perambatan gelombang radio di ionosfer (Parkinson, 1983). Medan
magnetik transien ini diklasifikasikan dalam beberapa bagian :
1. Regular storm field, lokasi sumber medan magnetik ini berada di magnetosfer dengan
intensitas berkisar antara 150 nT sampai dengan 500 nT dan periodenya berkisar
antara 4 sampai 10 jam serta berulang dalam waktu 2 sampai 3 hari.
2. . Irregular storm field & Substorm, sumber medan ini berada di ionosfer dan
magnetosfer, medan ini mempunyai intensitas antara 100 nT sampai 200 nT dan
sifatnya sama di permukaan bumi dengan periode antara 5 sampai 100 menit.
3. Diurnal variation, sumber dari medan ini berada di ionosfer dengan intensitas 50
sampai 200 nT dengan pcriode 24, 12, dan 8 jam dan sifatnya global.
4. Pulsation, medan ini bersumber di magnetosfer dcngan intensitas medan antara
beberapa nanotesla dengan sifat global dan mempunyai periode 1 sampai 300 detik,
mekanisme penyebabnya adalah osilasi gelombang hidromagnetik dalam magnetosfer
pada ketinggian satu sampai enam kali jari-jari bumi.
Medan magnetik transien internal adalah medan magnetik transien yang sumbernya
berasal dari bumi. Medan magnetik transien ini berdasarkan macam sumbernya
dibagi menjadi:
1. Medan Vulkanomagnetik yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik gunungapi yang
berhubungan dengan tekanan dan suhu, dengan intensitas berkisar antara 3,5 nT
sampai 10 nT.
2. Medan magnetik elektrofiltrasi yang dihasilkan oleh aliran air hujan yang
mengalir di celah-celah batuan di sekitar stasiun pengukuran.
3. Medan magnetik induksi yang dihasilkan oleh batuan sekitar yang mempunyai
konduktivitas tertentu, yang dipengaruhi oleh struktur geologinya. Sebagai medan
penginduksinya adalah medan magnetik transien eksternal.
c. Medan magnetik lokal/anomaly
Medan magnetik lokal sering juga disebut medan magnetik anomali (crustal field).
Medan magnetik ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnetik
seperti magnetite , titanomagnetik dan lain-lain yang berada di kerak bumi. Dalam survei
dengan metode magnetik variasi medan magnetik yang terukur di permukaan inilah yang
menjadi target dari pengukuran (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan
magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi.
Medan remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada
besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei
merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnetik remanen sama dengan arah medan magnetik induksi maka anomalinya
bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen
akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnetik
utama bumi.
2. Porositas Batuan
Aliran listrik pada suatu formasi batuan terjadi terutama karena adanya fluida elektrolit pada
pori-pori atau rekahan batuan. Oleh karena itu resistivitas suatu formasi batuan bergantung pada
porositas batuan serta jenis fluida pengisi pori-pori batuan tsb. Batuan porous yg berisi air atau
air asin tentu lebih konduktif (resistivitas-nya rendah) dibanding batuan yg sama yg pori-porinya
hanya berisi udara (kosong).
3. Temperature
Temperatur tinggi akan lebih menurunkan resitivitas batuan secara keseluruhan karena
meningkatnya mobilitas ion-ion penghantar muatan listrik pada fluida yg bersifat elektrolit.
4. Sifat Fisik mineral
Dalam akuisisi endapan mineral bawah permukaan sifat fisik mineral sangat berpengaruh.
Misalnya ada mineral yang memiliki sifat kemagnetan ferromagnetic, diamagnetic ataupun
paramagnetic. Ataupun ada mineral yang tingkat resistivitasnya yang tinggi ada juga yang
rendah. Hal tersebut dapat sebagai interpretasi awal jenis batuan ataupun litologinya.
Sekian dan terima kasih
DLL

Anda mungkin juga menyukai