i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prinsip reaksinya dimana sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam
maka akan mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam kation (M+),
sedangkan air akan mengalami reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion
hidroksi (OH). Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel
koloid dengan membentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek
ini mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi, membentuk gumpalan (aggregates)
dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membantu pencampuran dan
pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan
kepermukaan reaktor, kemudian untuk mengetahui efektifitas dari suatu logam
koagulan maka dilakukan pengukuran konsentrasi sampel menggunakan
spektrometer ultraviolet -visible.
Pada Percobaan ini dilakukan elektrokoagulasi sistem alumunium-grafit
dengan variasi tegangan listrik dan pengukuran konsentrasi Cr tereduski
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Air limbah adalah sisa air yang digunakan dalam industri atau rumah
tangga yang dapat mengandung zat tersuspensi dan zat terlarut. Air limbah
adalah air yang dikeluarkan oleh industri akibat proses produksi dan pada
umumnya sulit diolah karena biasanya mengandung beberapa zat seperti :
pelarut organik zat padat terlarut, suspended solid, minyak dan logam berat
(Metcalf & Eddy, 1991).
Berdasarkan komposisi dan jenis zat tersuspensi yang terkandung di
dalamnya, terdapat perbedaan antara air limbah domestik dengan air limbah
yang berasal dari industri. Pencemar pada air limbah domestik dominan berupa
bahan organik bersifat organobiologis. Air limbah domestik mengandung
sebagian besar padatan tersuspensi baik berukuran besar,sedang maupun kecil
(feces, sisa makanan), partikel koloid maupun terlarut (urine), senyawa kimia
(sabun dan detergen), minyak dan lemak. Karakteristik air limbah domestik
dapat bervariasi sesuai dengan kondisi lokal daerah, waktu aktivitas (jam ke
hari, hari ke minggu, musim), tipe penyaluran (pemisahan yang lainnya atau
kombinasi penyaluran dimana termasuk semburan air), kebiasan, budaya dan
gaya hidup masyarakat, sedangkan pencemar yang terkandung dalam air limbah
industri didominasi oleh bahan anorganik dan bersifat fisika-kimiawi terutama
logam berat dan diantaranya tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (Metcalf
& Eddy, 1991).
3
Bahan-bahan yang terkandung dalam air limbah dapat dikelompokkan
sebagai berikut ini:
(Mara, 1976)
4
2.3. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Kalium dikromat pro analisis mempunyai kemurnian tak kurang dari 99,9
persen. Dalam larutan asam, ion Cr2O72- (aq) dapat direduksi menjadi ion Cr3+ (aq)
yang berwarna hijau. Jumlah ion Cr2O72- (aq) yang berubah menjadi Cr3+ (aq) dapat
digunakan untuk menentukan jumlah zat pereduksi. Prinsip ini digunakan
dalam alat uji alkohol dalam nafas peminum minuman beralkohol (mengandung
etanol). Peminum alkohol mengeluarkan napas dan dihembuskan melalui alat
ini. Alkohold alam napas mereduksi dikromat yang berwarna jingga menjadi
Cr3+ (aq) yang berwarna hijau. Perubahan warna pada alat menunjukkan jumlah
uap alkohol dalam udara di paru-paru seseorang (Hiskia Ahmad, 2001).
Kalium dikromat dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi dan
mempunyai berat ekivalen cukup tinggi, tidak higroskopis, berwujud padatan
dan larutannya sangat stabil. Berat ekivalen kalium dikromat adalah seperenam
bobot molekularnya, atau 49,03 g/ek (Harjadi, W., 1993).
Kalium dikromat merupakan pereaksioksidasi cukup kuat, dan mempunyai
persamaan reaksi reduksi :
Cr2O72- (aq) + 14H+ + 6e- 2Cr3+ (aq) + 7H2O(aq)
Potensial standar dari reaksi di atas adalah +1,33 V. Kalium dikromat tidak
mahal dan sangat stabil dalam larutan, dan dapat diperoleh dalam bentuk cukup
murni untuk pembuatan larutan standar secara langsung (Skoog, 1993).
2.4. Elektrolisis
Elektrolisis merupakan suatu peristiwa dimana suatu larutan akan diuraikan
menjadi ion-ionnya, yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion), ketika
arus listrik searah dialirkan ke dalam larutan elektrolit melalui elektroda. Pada
peristiwa ini kation akan mengalami reduksi karena menangkap elektron,
sedangkan anion akan mengalami oksidasi karena melepaskan elektron. Maka
peristiwa reduksi terjadi di katoda dan oksidasi terjadi di anoda, dan kation akan
menuju katoda sedangkan anion akan menuju anoda (Skoog, 1993).
Sumber aliran listrik luar pada elektrolisis digunakan untuk mendesak
elektronagar mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan.
5
Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan dalam suatu sel elektrolisis
berbanding lurus dengan jumlah muatan listrikyang melalui sel, seperti yang
dinyatakan dalam hukum Faraday dari elektrolisis (Petrucci, 1987).
Reaksi redoks spontan dapat dirancang untuk menghasilkan arus listrik
yang dapat digunakan untuk menghasilkan kerja mekanik, cahaya dan
sebagainya. Reaksi redoks tidak spontan dapat dilangsungkan dengan
menambahkan energi listrik dari luar. Alat yang dapat digunakan untuk
melangsungkan keduanya adalah sel elektrokimia. Sel elektrokimia terdiri dari
sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu lelehan atau larutan ion
yang dihubungkan dengan penghantar logam pada rangkaian luar. Sel
elektrokimia dapat berupa sel galvani dan sel elektrolisis (Mulyani, 2005).
2.5. Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan metode elektrokimia untuk pengolahan air
dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam (biasanya
Aluminium atau Besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen (Holt et al., 2005), sedangkan
menurut Mollah (2004) elektrokoagulasi adalah sebuah proses kompleks yang
melibatkan fenomena kimia dan fisik dengan menggunakan elektroda untuk
menghasilkan ion yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Berikut ini adalah gambar yang dapat menunjukkan interaksi/mekanisme
yang terjadi didalam reaktor elektrokoagulasi.
6
Gambar 2. 2 Di dalam elektrokoagulasi
(Holt et al., 2002)
Pada anoda :
M(s) M(aq) + ne- (1)
2H2O 4H+(aq) + O2(g) + 4e- (2)
Pada katoda :
M(aq)n+ + ne- M(s) (3)
2H2O + 2e- H2(g) + 2OH- (4)
Reaksi yang terjadi di katoda tergantung pada pH air yang diolah. Pada
kondisi netral atau basa, gas hidrogen terjadi dengan reaksi :
7
2H2O(l) + 2e- H2(g) + 2OH- E0c = -0,83V (5)
8
pm (Sugiyarto, 2003). Kelimpahan kromium di kerak bumi 0,033% dengan
beberapa isotop :52Cr (84%), 50Cr (4,5%), 54Cr (2,45%).
Logam Cr berwarna abu-abu dan keras dengan berat jenis 7,19 g/mL serta
panas laten penguapannya 1474 kal/kg (Svehla, 1985). Logam ini memiliki
tingkat oksidasi +2 sampai +6, namun yang sering dijumpai adalah tingkat
oksidasi +3 dan +6 (Manahan,1992). Kromium tidak larut dalam air dan asam
nitrat, tetapi larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida. Kromium juga
tidak dapat bercampur dengan basa, halogen, peroksida, dan logam. Kromium
harus dihindarkan dari panas api, percikan api dan sumber-sumber yang dapat
menyebabkan kebakaran (Svehla, 1985).
Kromium banyak digunakan secara luas dalam penyepuhan, penyamakan
kulit, pelapis kromat dan pelapis logam (Malkoc, 2007). Kromium mempunyai
sifat tidak mudah teroksidasi oleh udara, karena itu banyak digunakan sebagai
pelapis logam, pengisi stainless steel, lapisan perlindungan untuk mesin-mesin
otomotif dan perlengkapan tertentu (Sax, 1987). Asam kromat di laboratorium
digunakan sebagai oksidator, mencuci peralatan laboratorium, dan sebagai
katalis. Na2Cr2O7 dalam jumlah banyak digunakan dalam penyamakan kulit
(Ahmad, 1992). Cr dalam bidang pengobatan dapat digunakan sebagai radio
isotop kromium (Palar, 1994). Asam kromat dalam bidang industri digunakan
sebagai bahan untuk kaca berwarna, pembersih logam, bahan untuk tinta, dan
cat. Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat
racunnya. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini dapat mengakibatkan
terjadinya keracunan kronis, akut dan dapat menyebabkan kanker (Palar, 1994).
Cr6+ dalam sistem perairan lebih berbahaya dan beracun dari pada Cr3+, hal ini
disebabkan karena Cr6+ mempunyai kelarutan dan mobilitasnya sangat tinggi,
sedangkan Cr3+ kelarutannya dan mobilitasnya yang rendah. Cr6+ bersifat sangat
aktif dan beracun apabila terdapat dalam sistem biologis dikarenakan senyawa
ini dapat berdifusi sebagai anion kromat CrO42- yang mampu menembus
membran sel dan menyebabkan oksidasi.
Cr(VI) merupakan turunan dari CrO3, dapat dijumpai dalam dua macam
senyawa yang sangat terkenal yaitu kromat-kuning CrO42-, dengan struktur
9
tetrahedral, larutan ini dapat terbentuk dalam larutan basa diatas pH 6, dan
dikromat merah-orange Cr2O72-, dengan struktur dua tetrahedron yang
bersekutu dalam salah satu titik sudutnya (atom O),larutan ini berada dalam
kesetimbangan, pada larutan asam antara pH 1 terbentuk HCrO4- (Cotton, 1989:
456 ; Sugiyarto, 2003: 222).
2.7. Spektrofotometer
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu
alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding.
Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah
lampu wolfram.
2. Monokromator untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.
3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah visibel menggunakan kuvet kaca
atau kuvet kaca corex, tetapi untuk pengukuran pada UV menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
4.Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Beer dan lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan
kimia dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam
hukum Beer-Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan
menggunakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer (Tipler, 1991).
10
2.8. Hukum Lambert Beer
Hukum Lambert-Beer adalah hubungan jumlah zat atau warna yang diserap
oleh larutan yang disebut absorbansi (A) dengan zat-zat c. dimana salah satu
larutan telah diketahui konsentrasinya, untuk kedua larutan tersebut maka :
A1 = a . b1c1 (1)
A2 = a . b2c2 ....... (2)
11
tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka
serapan radiasi ultraviolet atau terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi
elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara
orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau
orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan.
Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi
maupun berbentuk silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel
pengabsorpsi, merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer (Sastrohamidjojo,2001).
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat
a. Gelas Beker 100 mL
b. Power supply
c. Kabel Penjepit
d. Multimeter
e. Styrofoam
f. Neraca analitik
g. Kertas Saring
h. Corong Gelas
i. Labu Ukur 500 ml
j. Spektofotometer UV-Vis
3.1.2 Bahan
a. Larutan K2Cr2O7
b. Elektroda Karbon
c. Elektroda Alumunium
13
d. Larutan standar NaOH 0,05 M
e. Larutan standar H2SO4 0,05 M
f. Akuades
Elektroda
Elektroda Alumunium
Karbon
Larutan K2Cr2O7
14
3.2.2 Pembuatan Larutan K2Cr2O7
Limbah sintetik Cr (VI) dibuat dari larutan dikromat (K2Cr2O7).
Pengenceran sebanyak 0,05 gram kalium dikromat dalam labu ukur 500 ml
hingga mendapatkan konsentrasi sebesar 100 mg/L. Larutan kalium
dikromat 100 mg/L diambil sebanyak 100 mL ke dalam gelas beker untuk
dilakukan proses elektrokoagulasi.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Katoda : 2H2O(l) + 2e- H2 (g) + 2OH-(aq) E0 = -0,83 V
Anoda : Al (s) Al3+ (aq) + 3e- E0 = +1,67 V
6H2O(l) + 2Al(s) 2Al 3+ + 3H2(g) + 6OH-(aq) Esel = +0.84 V
Selain itu, didalam larutan terjadi pula reaksi reduksi dan pengendapan
logam Cr(VI) yng mengabkibatkan logam Cr teradsorb oleh ion-ion OH- dan
membentuk endapan Cr(OH)3(s) bewarna oranye yang tidak dapat larut dalam
air. Adapun mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
17
Pada percobaan Ini tercatat besar arus yang ditunjukan oleh multimeter
selama satu jam proses elektrokoagulasi dengan variasi tegangan sebsar 3V,
4.5V, 6V, dan 7.5V adalah sebagai berikut :
Dari hasil pengamatan pada Tabel 4.1 bahwa pada tegangan sebesar 7.5
Volt arus yang terukur selama proses elektrokoagulasi adalah yang paling
tertinggi dan semakin lama waktu maka arus yang terukur semakin rendah. Hal
ini sesuai dengan hukum ohm I bahwa tegangan listrik (V) berbanding lurus
dengan kuat arus (I) dan berbanding terbalik dengan tahanan (R) (Rieger, 1935).
18
terlampir pada tabel.. *di lampiran*). lalu dibuat kurva kalibrasi absorbansi
vs konsentrai dan didapatkan persamaan garisnya y = 0,0133x + 0,0238 dan R2
= 0,9524
0.6 0.494
0.458
0.5 0.412
0.371 0.372
0.4 0.291
0.3 0.241
0.2
0.1 0
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)
19
Konsentrasi Cr (IV) Tereduksi vs Tegangan
113
120 102.838
99.935
Konsentrasi (ppm) 100 90.095
80
60
40
20
0
3 4.5 6 7.5
Tengangan (V)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
99.935 102.838 113 90.095
Konsentrasi (ppm)
Ditinjau dari gambar grafik 4.2 pada tengan 4,5 Volt dan 6 Volt mengalami
peningkatan konesntrasi Cr tereduksi sedangkan saat tegangan 7,5 Volt
20
mengalami penurunan konsentrasi Cr tereduksi. Berdasarkan literatur, dimana
semakin tinggi voltase maka semakin kecil konsentrasi Cr yang tereduksi
sampai keadan optimumnya (Khopkar, 1990).
Sedangkan ditinjau pada grafik 4.3 semakin besar absorbansi yang terukur
maka konsentrasi Cr tereduksi yang dihasilkan semakin besar dan kemudian
mengalami penurunan kembali. Berdasarkan hukum lambert beer bahwa
semakin abrobansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan maka semakin
besar juga konsentrasi yang didapatkan (Khopkar, 1990).
Pada percobaan ini, ditinjau dari data aborbansi dan perhitungan
konsentrasinya data yang dianalisis tidak sesuai dengan literatur tersebut. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
1. Elektroda yang digunakan adalah logam alumunium. Dalam hal ini logam
alumunium yang digunakan kemungkinan berupa campuran (alloy) dimana
telah dicampur dengan kromium. Dengan demikian, alumunium yang
digunakan sebagai elektroda tidak dalam keadaan murni akibatkan aktivitas
alumunium mengalami penurunan saat menjadi ion hidroksida (Al(OH)3)
yakni tidak berfungsi sebagai koagulan yang sempurna
2. Dalam menentukan atau performa dari panjang gelombang maksimum yang
digunakan kurang tepat sehingga pengukuran absorbansi pada sempel tidak
menunjukkan hasil yang sebenarnya.
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Dalam proses elektrokoagulasi elektroda alumunium mampu
mereduksi limbah Cr (IV) sintetik.
5.1.2. Kondisi optimum yaitu pada voltase 7,5 Volt didapatkan konsentrasi
Cr (VI) tereduksi sebesar 9.905%.
5.2. Saran
5.2.1. Penggunaan elektroda besi juga dapat digunakan dalam proses
elektrokoagulasi untuk mereduksi logam berat di dalam limbah
berbahaya dan beracun.
5.2.2. Dalam proses penimbangan sampel, alat yang digunakan lebih baik
dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu agar pengukuran berat
sampel menjadi akurat.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
Tabel 7.1 Data Hasil Absorbansi dan Konsentrasi Sampel Sebelum dan Sesudah
Proses Elektrokoagulasi Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
Vapp (V) Konsentrasi Absorbansi Konsentrasi Absorbansi
Awal (mg/L) Awal (A) Akhir Akhir (A)
(mg/L)
3 100 1.375 99.935 1.276
Tabel 7.2 Data Hasil Absorbansi dan Konsentrasi Larutan Standar Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS
Konsentrasi Absorbansi
(mg/L) (A)
16 0.241
21 0.371
26 0.372
31 0.412
36 0.458
41 0.632
46 0.773
24
Dengan demikian, konsentrasi Cr (VI) tereduksi untuk masing-masing variasi
tegangan listrik adalah :
1. Tegangan listrik 3V, absorbansi yang terukur : 1.276 A
y = 0.0133x + 0.0238
1.276 = 0.0133x + 0.0238
x = 99.935
Maka, konsentrasi Cr (VI) tereduksi adalah99.935 mg/L.
2. Tegangan listrik 4.5 V, absorbansi yang terukur 1.312 A
y = 0.0133x + 0.0238
1.312 = 0.0133x + 0.0238
x = 102.838
Maka , konsentrasi Cr (VI) tereduksi adalah 102.838 mg/L.
3. Tegangan listrik 6 V, absorbansi yang terukur 1.438 A
y = 0.0133x + 0.0238
1.438 = 0.0133x + 0.0238
x = 113
Maka , konsentrasi Cr (VI) tereduksi adalah 113 mg/L
4. Tegangan listrik 7.5 V, absorbansi yang terukur 1.154 A
y = 0.0133x + 0.0238
1.154 = 0.0133x + 0.0238
x = 90.095
Maka , konsentrasi Cr (VI) tereduksi adalah 90.095 mg/L
25
II. Foto Percobaan
3V 4.5 V
6V 7.5 V
26